Está en la página 1de 11

A.

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

A. Definisi
Halusinasis adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan persepsi sensori, sepertimerasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghidupan (Dreja, 2011). Halusinasi adalah suatu
keadaan dimana seseorangmengalami perubahan pada pola stimulus yang mendekat
(yang diprakarsai secara internal dan eksternal) disertai dengan suatu pengurangan
berlebih-lebihan atau kelainan beresponsterhadap stimulus (Fitria, 2012).
Gangguan persepsi sensori halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia
dalam membedakan rangsangan internal ( pikiran ) dan rangsangan eksternal ( dunia
luar ). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata (Kusumawati & Hartono, 2012).
B. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada pasien dengan halusinasi sebagai berikut :
1. Bicara sendiri
2. Senyum sendiri
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Penggerakan mata yang cepat.
6. Respon verbal yang lambat.
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkata denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. .Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Agitasi dan kataton.
20. Curiga dan bermusuhan.
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22. Ketakutan
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang
(Damaiyanti, 2012)
C. Rentang respon
Trimelia (2011) menyatakan bahwa berbagai respon perilaku klien yang terkaitdengan
fungsi otak disebut dengan respon neurobiologist. Gangguan responsneurobiologist
ditandai dengan gangguan sensori persepsi halusinasi. Gangguan
responsneurobiologist atau respons neurobiologist yang maladatif ini terjadi karena
adanya :
1. Lesi pada area frontal, temporal, dan limbik sehingga mengakibatkan
terjadinyagangguan pada otak dalam memproses informasi.
2. Ketidakmampuan otak untuk menyeleksi stimulus.
3. Ketidakseimbangan antara dopamine dan neurotransmitter lainnya.

Rentang respon neurobiologist pada gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Pikiran logis  Kadang-kadang proses


 Persepsi Akurat  Waham
pikerterganggu
 Emosi Konsisten  Halusinasi
 Ilusi
dengan pengalaman  Emosi berlebihan  Kerusakan prosesemosi
 Perilaku cocok  Perilaku tidak
 Perilaku yang tidak
 Hubungan biasa terorganisasi
socialharmonis  Isolasi sosial
 Menarik diri

Gambar 1. Rentang Respon Neurobiologis

1. Respon Adaptif
Respon Adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma social
budayayang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapisuatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut , adapun bagian
dari responadaptif meliputi:
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b. Persepsi Akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
d. Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
2. Respon Psikososial
Respon psikososial meliputi :
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
b. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
c. Emosi berlebihan atau berkurang.
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap atau tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
3. Respon Maladatif
Respon maladatif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma social budaya dan lingkungan , adapun respon
maladatif meliputi :
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupuntidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
social.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yangtidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan sesuatu yang tidak teratur.
e. Isolasi social adalah upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan
oranglain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan.
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa halusinasi merupakan respon
persepsi yang maladaptive. Jika klien sehat, persepsinya akurat,
mampumengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi
yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan, penghidu,
pengecapan, dan perabaan), sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan
suatu stimulus pancaindera walaupun sebenarnya stimulus tidak ada.

D. Etiologi
1) Faktor Predisposisi (Fitria, 2012 )
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlahsumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat
meliputi : faktor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis dan
genetic.
a. Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonalterganggu, maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan.
b. Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang
merasadisingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di
lingkungan yangmembesarkannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stress yang berlebihan maka di dalam tubuhnya
akan dihasilkansuatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
seperti buffofenon dan dimethytranferase (DMP).
d. Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda
bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan
stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi
realitas.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia . Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangatberpengaruh pada penyakit ini

2) Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock (dalam Yosep, 2014) dalam hakekatnya
seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-psiko-
sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu :
a) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium
dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
b) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
Klien tidak sanggup menentang sehingga klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
c) Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan fungsi
ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk
melawan impuls yang menekan,namun menimbulkan kewaspadaan
yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
d) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial di dalam fase awal dan
comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat
membahayakan. Klien halusinasi lebih asyik dengan halusinasinya
seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
e) Dimensi Spiritual
sKlien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah. Klien
halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan
hidupnya.

E. Proses Terjadinya Halusinasi


Halusinasi berkembang melalui empat fase menurut (Kusumawati, 2012) yaitusebagai
berikut:
a) Fase Pertama
Disebut juga dengan fase Comporting yaitu fase yang menyenangkan. Pada
tahapini masuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristiknya : Klien mengalami stress,cemas, perasaan perpisahan, rasa
bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai
melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya
menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakkan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang
asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
b) Fase Kedua
Disebut dengan fase Condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan , termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : pengalaman sensorimenjijikkan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun, dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada
bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin oranglain tahu, dan ia tetap dapat
mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda system syaraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
c) Fase Ketiga
Adalah fase Controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi
berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai
danmengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
Perilaku Klien : Kemauan dikendalikan halusinasi , rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor,
dantidak mampu mematuhi perintah.
d) Fase Keempat
Adalah fase Conquering atau panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya.Termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak
dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
Perilaku Klien : perilaku terror akibat panik, potensi bunuh diri,
perilakukekerasan, agitasi, menarik diri atau kakatonik, tidak mampu
merespons terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespons lebih dari
satu orang.
F. Jenis halusinasi data subjektif dan objektif
Berikut ini akan dijelaskan mengenai ciri-ciri yang objektif dan subjektif pada
kliendengan halusinasi menurut (Direja, 2011).

Jenis halusinasi Data subjektif Data objektif


Halusinasi Dengar  Bicara atau tertawa  Mendengar suara-suara
(Klien mendengar sendiri. atau kegaduhan.
suara/bunyi yang tidak  Marah-marah tanpa sebab.  Mendengar suara yang
ada hubungannya  Mendekatkan telinga mengajak bercakap-
dengan stimulus yang kearah tertentu. cakap.
nyata/lingkungan).  Menutup telinga.  Mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi Penglihatan Menunjuk - nunjuk kearah Melihat bayangan, sinar,
(Klien melihat tertentu. bentuk geometris, kartun,
gambaran yang Ketakutan pada sesuatu yang melihat hantu, atau
jelas/samar terhadap tidak jelas. monster.
adanya stimulus yang
nyata dari lingkungan
dan orang lain tidak
melihatnya)
Halusinasi Penciuman  Mengendus – endus Membaui bau - bauan
(Klien mencium suatu seperti sedang membaui seperti bau darah, urine,
bau yang muncul dari bau-bauan tertentu. feses, dan terkadang bau -
sumber tertentutanpa  Menutup hidung. bau tersebut
stimulus yang nyata). menyenangkan bagi klien.

Halusinasi Pengecapan Sering meludah.-Muntah Merasakan rasa seperti


(Klien merasakan darah, urine, atau feses
sesuatu yangtidak
nyata, biasanya
merasakan rasa
makanan yang tidak
enak)
Halusinasi Perabaan Menggaruk-garuk Mengatakan ada serangga
(Klien merasakan permukaan kulit di permukaan kulit.-
sesuatu padakulitnya Merasa seperti tersengat
tanpa ada stimulus listrik.
yangnyata)
Halusinasi Kinestetik Memegang kakinya yang Mengatakan badannya
(Klien merasakan dianggapnya bergerak melayang di udara
badannya bergerak sendiri.
dalam suatu
ruanganatau anggota
badannya bergerak).
Halusinasi Viseral Memegang badannya yang Mengatakan perutnya
(Perasaan tertentu dianggapnya berubah bentuk menjadi mengecil setelah
timbul dalam dan tidak normal seperti minum soft drink.
tubuhnya) biasany.

G. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan Medis
Menurut (Maramis, 2005) Pengobatan harus secepat mungkin, disini peran
keluargasangat penting karena setelah mendapat perawatan RSJ dan klien dinyatakan
boleh pulangsehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal
merawat klien,menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas
minum obat.
1. Farmakoterapi.
a. Neuroleptika dengan dosis efektif rendah bermanfaat pada penderita
Schizofrenia yang menahun, hasilnya lebih baik jika mulai diberi dalam dua
tahun penyakit.
b. Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi lebih bermanfaat pada penderita
dengan psikomotorik yang meningkat.
2. Terapi Kejang Listrik / Electro Convulsion Therapy (ECT)Cara kerja elektro
konvulsi belum diketahui dengan jelas, dapat dikatakan bahwaterapi konvulsi
dapat memperpendek serangan Schizofrenia dan mempermudahkontak dengan
klien.
3. Penatalaksanaan KeperawatanPsikoterapi suportif individual atau kelompok
sangat membantu karena berhubungandengan maksud mempersiapkan klien
kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerjasangat baik untuk mendorong klien
bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat dandokter. Diharapkan klien tidak
mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaanyang kurang baik,
dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama,seperti therapy
modalitas yang terdiri dari :
Terapi Aktivitas :
a. Terapi Musik
Fokus pada : mendengar, memainkan alat music, bernyanyi yaitu menikmati
dengan relaksasi jenis music yang disukai klien.
b. Terapi Seni
Fokus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan seni.
c. Terapi menari
Fokus : untuk mengekspresikan perasaan klien melalui gerakan tubuh.
d. Terapi Relaksasi
Fokus : belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok
Rasional : Meningkatkan partisipasi dan kesenangan klien dalam kehidupan.
e. Terapi Sosial
Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain.
f. Terapi kelompok
a. Group Therapy (Terapi kelompok)
b. Terapeutik Group (Terapi terapeutik)
c. Adjuntive Group Activity Therapy (Terapi Aktivitas Kelompok)
g. Terapi Lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana didalam keluarga (home
likeatmosphere).

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Edisi 1. Yogyakarta : Graha
Ilmu.

Damaiyanti, M. 2012.Asuhan Keperawatan Jiwa Samarinda : Refika Aditama.


Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa Yogyakarta: Nuha
Medika.

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, Budi Anna. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic
Course).Jakarta: EGC

Kusumawati & Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Maramis, W.F. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa (Edisi 9). Surabaya: Airlangga University Press.

Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta: Trans Info Media.

También podría gustarte