Está en la página 1de 10

LAPORAN PENDAHULUAN

APENDISITIS

A. KONSEP DASAR
1. Definisi Apendisitis
Apendisitis adalah infeksi dan pembengkakan pada usus buntu yang dapat
menurunkan suplai darah ke dinding usus buntu.Hal ini menyebabkan kematian
jaringan dan usus buntu bisa pecah atau meledak sehingga mengakibatkan
bakteri dan tinja masuk ke dalam perut.Kejadian ini disebut usus buntu yang
pecah.Sebuah usus buntu yang pecah bisa menyebabkan peritonitis atau disebut
infeksi perut. Apendisitis paling sering terjadi pada usia 10 sampai 30 tahun yang
merupakan alasan umum untuk operasi pada anak-anak, dan merupakan bedah
emergensi yang paling umum terjadi pada kehamilan (Cheng et al., 2014).
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk, 2007).
Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapt terjadi tanpa
penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat
terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahya (Corwin, 2009).
Apendisitisadalah peradangan dari apendik periformis, dan
merupakanpenyebab abdomen akut yang paling sering (Dermawan &
Rahayuningsih,2010).
2. Etiologi
Menurut Nuzulul (2009) apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik
tetapi ada faktor predisposisi yaitu :
a. Obstruksi lumen
Merupakan faktor yang sering menyebabkan apendisitis, pada umumnya
obstruksi ini terjadi karena :
1) Hyperplasia dari folikel limfoid (merupakan penyabab terbanyak)
2) Adanya fekolit dalam lumen apendiks
3) Adanya benda asing seperti biji-bijian
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
b. Infeksi kuman dari colon seperti bakteri E. Coli dan Streptococcus
3. Patofisiologi
Patofisiologi apendisitis Menurut (Mansjoer, 2007) :
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe
yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat
inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini
disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi
abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan
apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah
dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi.
Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan
pembuluh darah.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Wijaya.A.N dan Yessie (2013) tanda dan gejala apendisitis adalah :
a. Nyeri pada daerah abdomen kuadran kanan bawah (yang akan menetap dan
diperberat bila berjalan atau batuk)
b. Nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri ditekan (Rovsing Sign)
c. Nyeri tekan (+) di titik Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan
kuadran kanan bawah atau titik Mc. Burney
d. Rebound tenderness (nyeri lepas tekan) adalah nyeri yang hebat diabdomen
kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya
dilakukan penekanan perlahan dan dalam di titik Mc. Burney
e. Obturator sign (+) adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut
diflesikan kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif.
f. Demam yang terlalu tinggi, antara 37,5 - 38,5֯c
g. Mual dan terkadang muntah
h. Nafsu makan menurun
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriiksaan penunjang appendisitis menurut Norton, 2001 :
a. Laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) sehingga 10.000-18.000/mm³. Jika
terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan appendiks sudah
mengalami perforasi (pecah).
b. Radiologi
1) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit
2) Ultrasonografi (USG)
Ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada
appendiks.
6. Penatalaksanaan
Terapi apendisitis adalah apendektomi yaitu operasi bedah yangdilakukan untuk
memindahkan apendiks yang terinfeksi (Santacroce et al.,2006).
Penatalaksanaan apendisitis meliputi tiga tahap:
a. Persiapan sebelum operasi
Setelah timbulnnya keluhan, dilakukan observasi apendisitis dalam waktu 8
hingga 12 jam, apabila tanda dan gejala apendisitis yang dialami masih belum
jelas (Anonim, 2000). Jika diagnosis masih belum pasti, maka pasien harus
diamati dan diperiksa abdomen serta pelvis. Jika diperkirakan ada perforasi
atau plebilitis maka diberikan antibiotik intravena. Demam tinggi, terutama
yang terjadi pada anak-anak, harus diturunkan terlebih dahulu sebelum anak
tersebut diberi anestesi. Selang nasogastrik dimasukkan jika abdomen
kembung atau pasien mengalami keracunan (Theodore, 1993).
b. Apendektomi (Operasi Apendisitis)
Apendektomi merupakan satu-satunya pengobatan apendisitis sederhana
atau apendisitis perforasi yang disertai peritonis kalau tersedia fasilitas serta
personalitas yang adekuat. Kalau tidak sebagai gantinya diberikan antibiotik
intravena dosis tinggi. Abses pada apendiks diobati dengan antibiotik
intravena (Theodore, 1993).
Apendektomi terbagi kepada dua tipe (Santacroseet al., 2006):
1) Apendektomi terbuka (Open Appendectomy)
Satu sayatan akan dibuat (sekitar 5 cm) di bagian bawah kanan perut,
melewati kulit, dinding usus, dan peitonium. Setelah ditemukan, apendiks
dipisahkan dari organ-organ dengan hati-hati dan dikeluarkan. Sayatan
akan lebih besar, sebesar 7 sampai 8 cm (Sabiston, 2001) jika usus buntu
telah mengalami perforasi (Santacrose et al., 2006).
2) Apendektomi Laparoskopi
Apendektomi laparoskopi telah menjadi prosedur standar yang secara
selektif digunakan untuk mengalihkan apendiks. Rongga peritonium akan
dipompa dengan gas karbon dioksida untuk menggelembungkan dinding
perut supaya kelihatan. Laparoskop dilewatkan melalui sayatan kecil pada
dinding perut anterolateral (misalkan, yang berdekatan dengan umbilikus)
(John et al.,2011).
c. Pasca Operasi
Observasi tanda-tanda vital dilakukan untuk mengetahui perdarahan di
dalam abdomen, syok, hipertemia atau gangguan pernafasan. Sekiranya
setelah 12 jam tidak terjadi gangguan, maka pasien dikatakan baik dan
selama waktu itu, pasien dipuasakan. Selama 4 sampai dengan 5 jam, pasien
diberikan minum mulai 15ml/jam, lalu baru dinaikkan menjadi 30ml/jam
(Anonim, 2000).
Apabila tidak terdapat komplikasi pada apendisitis, maka pemberian diet
harus segera disarankan untuk pasien setelah operasi dan pasien dapat
keluar dari rumah sakit setelah dietnya dapat ditoleransi (Santacrose et al.,
2006).
7. Komplikasi
a. Abses
Abses ialah sebuah peradangan apendiks yang berisi pus. Pada saat di
palpasi teraba massa lunak di kuadran kanan bawah/pada daerah pelvis.
Massa ini awalnya berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang di
dalamnya mengandung pus. Hal ini akan terjadi apabila appendisitis
gangren/mikroperforasi ditutupi oleh omentum.
b. Perforasi
Perforasi ialah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri dapat
menyebar ke rongga perut, perforasi dapat menyebabkan peritonitis.
c. Peritonitis
Peritonitis ialah suatu peradangan peritonium, merupakan komplikasi
berbahaya yang bisa saja terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Apabila
infeksi tersebar luas pada permukaan peritonium maka akan menyebabkan
timbulnya peritonitis umum

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk pengumpulan informasi/data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik,
mental, social dan lingkungan (Nasrul, E, 1995).
Pegumpulan data
Data yang perlu dikumpulkan dari klien meliputi :
a. Identitas Klien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa/ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan
dan alamat.
b. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan klien, sehingga menjadi alasan
klien dibawa atau datang ke Rumah Sakit.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai
dengan di bawah ke rumah sakit.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit yang lain yang pernah diderita
oleh klien.
3) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
anggota keluarga yang lain baik bersifat genetic atau tidak.
b. Pola fungsi kesehatan.
1) Pola aktivitas
Pada penderita appendisitis biasanya mengalami keterbatasan dalam
beraktivitas/bergerak karena nyeri yang dialami pada pre maupun post op
appendiktomy.
2) Pola tidur dan istirahat
Adanya rasa nyeri pre dan post op appendisitis dapat mengganggu
kenyamanan pola istirahat/tidur klien.
3) Pola hubungan dan peran
Dengan adanya keterbatasan dalam beraktivitas/bergerak kemungkinan
pederita tidak bisa melakukan perannya secara baik dalam keluarganya
serta dalam komunitas masyarakat.
4) Pola penanggulangan stres
Kebiasaan/koping klien yang biasa digunakan dalam menghadapi suatu
masalah.
5) Pola kepercayaan
Mengenai keyakinan klien pada agama yang dianutnya
c. Pemeriksaan fisik
1) keadaan umum : klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
2) Sirkulasi : Takikardia.
3) Respirasi : Takipnea, pernapasan dangkal.
4) Aktivitas/istirahat : Malaise.
5) Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
6) Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau
tidak ada bising usus.
7) Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus,
yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat
karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran
kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
8) Demam lebih dari 38oC.
9) Data psikologis klien nampak gelisah.
10) Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan
intestinal oleh inflamasi)
2. Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan
penurunan peritaltik
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
4. Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi
b. Post operasi
1) Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisipost operasi
appenditomi).
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post
pembedahan).
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Pre Opersi
No Dx. Keperawatan NOC NIC
1 Nyeri Akut b.d Agen NOC : -Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan
Pencedera Fisiologis
keperawatan selama ..x24 jam, karasteristik nyeri.
(Inflamasi) diharapkan masalah klien dapat 2. Jelaskan pada pasien tentang
teratasi dengan KH : penyebab nyeri
- Menggunakan tindakan 3. Ajarkan tehnik untuk pernafasan
pengurangan nyeri tanpa diafragmatik lambat / napas dalam
analgesic 4. Berikan aktivitas hiburan (ngobrol
- Menggunakan analgesic yang dengan anggota keluarga)
direkomendasikan 5. Observasi tanda-tanda vital
- Melaporkan perubahan terhadap 6. Kolaborasi dengan tim medis dalam
gejala nyeri pada professional pemberian analgetik
kesehatan
2 Perubahan pola eliminasi Setelah dilakukan asuhan 1. Pastikan kebiasaan defekasi klien
(konstipasi) berhubungan keperawatan, diharapkan konstipasi dan gaya hidup sebelumnya.
dengan penurunan peritaltik klien teratasi dengan kriteria hasil: 2. Auskultasi bising usus
- BAB 1-2 kali/hariFeses lunak
- Bising usus 5-30 kali/menit 3. Tinjau ulang pola diet dan jumlah /
tipe masukan cairan.

4. Berikan makanan tinggi serat.

5. Berikan obat sesuai indikasi,


contoh : pelunak feses
3 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda-tanda vital
berhubungan dengan mual keperawatan diharapkan 2. Kaji membrane mukosa, kaji tugor
muntah. keseimbangan cairan dapat kulit dan pengisian kapiler.
dipertahankan dengan kriteria hasil: 3. Awasi masukan dan haluaran, catat
- kelembaban membrane mukosa warna urine/konsentrasi, berat
- turgor kulit baik jenis.
- Tanda-tanda vital dalam 4. Auskultasi bising usus, catat
kelancaran flatus, gerakan usus.
5. Berikan perawatan mulut sering
dengan perhatian khusus pada
perlindungan bibir.
6. Pertahankan penghisapan
gaster/usus.
7. Kolaborasi pemberian cairan IV dan
elektrolit
4 Ansietas b.d Rencana NOC : NIC :
Operasi - Control Kecemasan Penurunan Kecemasan
- Koping 1. Gunakan pendekatan yang
Setelah dilakukan asuhan menenangkan
keperawatan selama ..x24 jam, 2. Berikan informasi factual mengenai
diharapkan masalah klien dapat diagnose dan tindakan prognosis
teratasi dengan KH : 3. Temani klien untuk memberikan
- Klien mampu mengidentifikasi dan keamanan dan mengurangi rasa
mengungkapkan gejaka cemas takut
- Mengidentifikasi, mengungkapkan 4. Instruksikan klien untuk
dan menunjukan teknik untuk menggunakan teknik relaksasi
mengontrol cemas untuk mengatasi cemas
- TTV dalam batas normal
Post Opersi

No Dx. Keperawatan NOC NIC


1 Nyeri berhubungan NOC : -Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan
dengan agen injuri keperawatan selama ..x24 jam, karasteristik nyeri.
fisik (luka insisi post diharapkan masalah klien dapat 2. Jelaskan pada pasien tentang
operasi appenditomi) teratasi dengan KH : penyebab nyeri
- Menggunakan tindakan 3. Ajarkan tehnik untuk pernafasan
pengurangan nyeri tanpa diafragmatik lambat / napas dalam
analgesic 4. Berikan aktivitas hiburan (ngobrol
- Menggunakan analgesic yang dengan anggota keluarga)
direkomendasikan 5. Observasi tanda-tanda vital
- melaporkan perubahan terhadap 6. Kolaborasi dengan tim medis dalam
gejala nyeri pada professional pemberian analgetik
kesehatan

2 Resiko infeksi NOC : NIC : Kontrol Infeksi


berhubungan dengan 1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi pada
tindakan invasif (insisi
- Pengetahuan (Kontrol Infeksi) area insisi
post pembedahan) - Kontrol Infeksi 2. Monitor tanda-tanda vital. Perhatikan
Setelah dilakukan asuhan demam, menggigil, berkeringat,
keperawatan selama 2x24 jam perubahan mental
3. Lakukan teknik isolasi untuk infeksi
diharapkan masalah klien dapat enterik, termasuk cuci tangan efektif.
teratasi dengan KH : 4. Pertahankan teknik aseptik ketat pada
- Klien bebas dari tanda dan perawatan luka insisi / terbuka,
. bersihkan dengan betadine.
gejala infeksi 5. Awasi / batasi pengunjung dan siap
- Menunjukkan kemampuan kebutuhan.
untuk mencegah timbulnya Kolaborasi tim medis dalam pemberian
antibiotic
infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas
normal
- Menunjukkan perilaku hidup
sehat

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasikan atau laksanakan setiap intervensi keperawatan yang telah
direncanakan.
5. EVALUASI KEPERAWATAN
a. Pre Operasi
1) Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis (Inflamasi)
- Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada professional kesehatan
2) Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan peristaltik
- BAB 1-2 kali/hariFeses lunak
- Bising usus 5-30 kali/menit
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah
- kelembaban membrane mukosa
- turgor kulit baik
- Tanda-tanda vital dalam
4) Ansietas b.d Rencana Operasi
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejaka cema
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan teknik untuk mengontrol
cemas
- TTV dalam batas normal
b. Post Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi appenditomi)
- Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada professional kesehatan
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan)
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
- Menunjukkan perilaku hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA

Amin, H.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC.Jakarta : Mediaction Publishing
Smeltzer,S,C., & Bare B, G.2009.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8 Volume
1.Jakarta : EGC
Corwin Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta : EGC
Carpenito, Juall Lynda.2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10.Jakarta :EGC

Brunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Perry & Potter.2005.Fundamental Keperawatan. Edisi 4,Volume 2. Jakarta : EGC

También podría gustarte