Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Tesis Terbuka
Tesis Terbuka
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Do
kter Spesialis Pulmonologi Dan Kedokteran Respirasi
Oleh
Vita Ovaria
S601502002
RINGKASAN
Perbedaan Pemberian Nebulisasi Lidokain Dengan Spray Lidokain Dalam
Menurunkan Nyeri, Batuk Dan Sesak Pada Tindakan Bronkoskopi Serat
Optik Lentur
Vita Ovaria, Yusup Subagio Sutanto, A. Farih Raharjo
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Unive
rsitas Sebelas Maret Surakarta/RSUD dr. Moewardi
Surakarta
3
PENDAHULUAN
1
menyebabkan infeksi sekunder. Tindakan ini umumnya dilakukan pada pasien
yang menggunakan sedasi sedang dengan premedikasi intravena tetapi dapat
juga dilakukan tanpa sedasi dan anestesi umum. Pasien dengan penyakit kritis
pun dapat dilakukan tindakan BSOL sebagai sarana menegakkan diagnosis dan
terapi. Tindakan BSOL dianggap tidak nyaman oleh pasien terkait efek samping
tindakan yang dilakukan. Ketidaknyamanan dan komplikasi tindakan ini
diantaranya adalah nyeri, batuk, dan sesak. Kenyamanan dan kerjasama pasien
pada saat dilakukan sangat mempengaruhi keberhasilan tindakan dan
mempengaruhi keseluruhan hasil yang akan dicapai.6,7,8
Lidokain merupakan anestesi topikal yang disarankan sebagai intervensi
premedikasi dalam BSOL. Nebulisasil idokain sebagai premedikasi diharapkan
dapat mengurangi rasa nyeri, batuk dan sesak, serta menghilangkan sensasi yang
tidak menyenangkan saat tindakan berlangsung. Dosis efektif minimum harus
digunakan dan harus digunakan hati-hati pada pasien dengan usia lanjut,
gangguan fungsi hati, atau gagal jantung kongestif. Hubungan dokter dan pasien
yang baik, serta informed consent juga diharapkan mampu mengurangi rasa
kurang nyaman pada pasien pada saat tindakan BSOL. Penelitian yang dilakukan
oleh Sudarto et al menunjukkan bahwa pemberian anestesi spray dan nebulisasi
akan memberikan kenyamanan pada pasien yang akan dilakukan tindakan
BSOL. Penelitian oleh Dreher e tal menunjukkan pemberian lidokain selama
tindakan melalui nebulisasi ditemukan toleransi dengan baik dan aman
dibanding dengan pemberian melalui jarum suntik. Tindakan bronkoskopi
dengan anestesi umum masih menjadi kendala karena memperpanjang durasi
tindakan bronkoskopi, meningkatkan biaya, dan meningkatkan komplikasi
umum diantaranya gangguan hemodinamik dan depresi pernapasan.7,8
Penelitian mengenai efek pemberian nebulisasi lidokain dan spray pada
premedikasi tindakan BSOL dalam menurunkan nyeri, batuk, dan sesak masih
belum diteliti lebih lanjut. Hasil penelitian ini diharapkan mampu
memperlihatkan perbedaan penggunaan nebulisasi lidokain dan spray dalam
menurukan keluhan pada pasien yang akan melaksanakan tindakan BSOL di
4
RSUD Dokter Moewardi Surakarta, serta dapat diterapkan untuk mencapai hasil
tindakan yang lebih baik.
METODE
6
HASIL
7
Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian
Kelompok
Karakteristik p-value
Nebulisasi Spray
Umura 50.06 +12.72 60.61 +12.45 0,017
Jenis kelaminb 1,000
L 14 (77.8%) 13 (72.2%)
P 4 (22.2%) 5 (27.8%)
Pekerjaanb 0,152
Buruh 2 (11.1%) 1 (5.6%)
IRT 2 (11.1%) 0 (0.0%)
Pensiun 0 (0.0%) 1 (0.0%)
Petani 3 (16.7%) 9 (50.0%)
PNS 2 (11.1%) 0 (0.0%)
Wiraswasta 8 (44.4%) 7 (38.9%)
Tidak Bekerja 1 (5.6%) 0 (0.0%)
Pendidikanc 0,487
SD 4 (22.2%) 8 (44.4%)
SMP 8 (44.4%) 3 (16.7%)
SMA 4 (22.2%) 6 (33.3%)
PT 2 (11.1%) 1 (5.6%)
c
IB 0,852
Tidak Merokok 7 (38.9%) 7 (38.9%)
Ringan 4 (22.2%) 0 (0.0%)
Sedang 4 (22.2%) 11 (61.1%)
Berat 3 (16.7%) 0 (0.0%)
Penyakit penyertab 0,050
Efusi 3 (16.7%) 0 (0.0%)
Haemoptisis 1 (5.6%) 0 (0.0%)
Hidropneumotora 1 (5.6%) 0 (0.0%)
HT 2 (11.1%) 0 (0.0%)
Pneumoni 5 (27.8%) 3 (16.7%)
PPOK 1 (5.6%) 1 (5.6%)
SVKS 1 (5.6%) 0 (0.0%)
Tidak Ada 4 (22.2%) 14 (77.8%)
Keterangan : a Data numerik berdistribusi normal, uji Independent sampel t test;b
data kategorik nominal; frekuensi (%), ujichi square/fisher exact test;
dinyatakan signifikan apabila uji menghasilkan p < 0,05.c Kategorik ordinal : f (%)
uji mann whitney
8
2. Hasil Uji Beda Skor Nyeri Pre, Post, Dan Selisih Post-Pre Kelompok
Nebulisasi Dan Spray Lidokain
Selisih dan penurunan skor nyeri pre-post pemberian lidokain nebulisasi
dan spray dapat dilihat pada tabel 2 dibawah
Tabel 2. Uji Beda Skor Nyeri Antara Kelompok Nebulisasi Dan
Kelompok Spray Lidokain
Nyeri
Kelompok
Pre Post ρb Post – Pre
3. Hasil Uji Beda Skor Batuk Pre, Post, Dan Selisih Post-Pre Kelompok
Nebulisasi Dan Spray Lidokain
Selisih dan penurunan skor batuk pre-post pemberian lidokain nebulisasi
dan spray dapat dilihat pada tabel 3. dibawah
Tabel 3. Uji Beda Skor Batuk Antara Kelompok Nebulisasi Dan
Kelompok Spray Lidokain
Batuk
Kelompok
Pre Post ρb Post – Pre
Keterangan: Hasil pengamatan dideskripsikan dengan mean SD,uji beda kelompok tidak
berpasangan tidak lulus syarat normalitas (mann whitney); uji beda kelompok berpasangan tidak
lulus syarat normalitas (wilcoxon rank test). Perubahan dinyatakan signifikan apabila uji
menghasilkan p < 0,05.
4. Hasil Uji Beda Skor Sesak Pre, Post, Dan Selisih Post-Pre Kelompok
Nebulisasi Dan Spray Lidokain
Selisih dan penurunan skor sesak pre-post pemberian lidokain nebulisasi
dan spray dapat dilihat pada tabel 4. dibawah
Tabel 4. Uji Beda Skor Sesak Antara Kelompok Nebulisasi Dan
Kelompok Spray Lidokain
Sesak
Kelompok
Pre Post ρb Post – Pre
Keterangan: Hasil pengamatan dideskripsikan dengan mean SD,a uji beda kelompok tidak
berpasangan tidak lulus syarat normalitas (mann whitney); b uji beda kelompok berpasangan tidak
lulus syarat normalitas (wilcoxon rank test). Perubahan dinyatakan signifikan apabila uji
menghasilkan p < 0,05.
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifitasan lidokain
menggunakan teknik nebulisasi maupun spray sebagai premedikasi BSOL
melalui penilaian skor sesak, batuk, dan nyeri. Lidokain terbukti efektif
mengontrol keluhan batuk dan nyeri melalui penurunan yang signifikan pada
skor VAS, sedangkan lidokain sebagai kontrol sesak napas terbukti kurang
efektif karena penurunan nilai skala Borg yang tidak signifikan secara statistik.
Variabel karakteristik dasar dan variabel penelitian dibandingkan antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas distribusi data sebagai dasar pemilihan uji statistik yang akan
digunakan.
Penelitian ini telah dilakukan pada 36 pasien yang dilakukan tindakan
bronkoskopi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini dibagi menjadi
dua kelompok perlakuan yaitu 18 pasien kelompok pertama diberikan nebulisasi
lidokain 2% 5cc untuk premedikasi bronkoskopi sebelum tindakan bronkoskopi
dan 18 pasien kelompok kedua diberikan spray lidokain.
Pada penelitian ini, jenis kelamin pada pasien kelompok nebulisasi yaitu laki-
laki berjumlah 14 pasien (77,8%), dan pada pasien kelompok spray juga
sebagian besar dengan jenis kelamin laki-laki yaitu ada 13 pasien (72,2%). Hal
ini sesuai dengan data riset yang menunjukan bahwa laki-laki memiliki risiko
kanker paru lebih besar dari pada perempuan, sehingga jumlah pasien yang akan
melakukan tindakan bronkoskopi lebih banyak pada laki-laki dibanding
perempuan. Umur merupakan salah satu faktor risiko terjadi penyakit paru.
Semakin tua umur akan mempengaruhi kondisi fisiologis sehingga menyebabkan
penurunan pada sistem imun. Selain itu, fungsi sel juga akan mengalami
penurunan sehingga paparan stres yang berlebihan akan menyebabkan sel lebuh
mudah cidera dan berakhir pada mutasi gen. Penyakit yang bisa terjadi adalah
12
sesak, batuk darah hingga kearah keganasan. Subjek penelitian ini menunjukan
bahwa usia pasien yang melakukan tidakan bronkoskopi dengan Nebulisasi rata-
rata diatas 50 tahun dan usia pasien dengan spray rata-rata diatas 60 tahun.
Mayoritas pekerjaan pada pasien kelompok nebulisasi adalah wiraswasta
yaitu ada 8 pasien (44,4%), dan pada pasien kelompok spray sebagian besar
dengan pekerjaan sebagai petani yaitu ada 9 pasien (50,0%), sesuai dengan data
penelitian GCO yang menyatakan petani memiliki risiko lebih terkena penyakit
paru akibat zat kimia yang kemungkinan terhirup. Pekerjaan menggambarkan
riwayat sosio ekonomi seseorang. Pendidikan dapat pula mempengaruhi kejadian
penyakit paru sepertikanker paru, hal ini berkaitan dengan tingkat pengetahuan
mengenai risiko kanker paru seperti asap rokok, pajanan zat-zat berbahaya tanpa
menggunakan alat pelindung diri, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Pada penelitian ini pasien kelompok nebulisasi besar mayoritas pendidikan
terakhir adalah SMP yaitu ada 8 pasien (44,4%), dan pada pasien kelompok
spray sebagian besar dengan pendidikan terakhir adalah SD yaitu ada 8 pasien
(44,4%). Jumlah dan lamanya merokok menjadi faktor risiko paling besar pada
kejadian kanker paru. Hal ini dapat dilihat melalui Indek Brinkman (IB). IB pada
pasien kelompok nebulisasi besar tidak merokok yaitu ada 7 pasien (38,9%), dan
pada pasien kelompok spray sebagian besar dengan IB perokok sedang yaitu ada
11 pasien (61,1%).
17
KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini baru dapat membuktikan hipotesis pengaruh premedikasi
lidokain yang diberikan secara nebulisasi dan spray dapat menurunkan
keluhan nyeri dan batuk pada pasien bronkoskopi, sedangkan pengaruh
premedikasi lainya masih belum diteliti. Penelitian lebih lanjut masih
diperlukan untuk membuktikan hipotesis pengaruh premedikasi selain
lidokain yang digunakan untuk mengurangi keluhan nyeri, batuk dan sesak
pada bronkoskopi.
SIMPULAN
1. Nebulisasi Lidokain dan spray lidokain dapa tmenurunkan nyeri pada pasien
BSOL dimana skor penurunan nebulisasi lidokain lebih tinggi di banding dengan
skor spray lidokain
2. Nebulisasi Lidokain dan spray lidokain dapat menurunkan batuk pada pasien
BSOL dimana skor penurunan nebulisasi lidokain lebih tinggi disbanding dengan
skor spray lidokain
3. Nebulisasi Lidokai dan spray lidokain tidak dapat menurunkan sesak pada pasien
BSOL (tidak terdapat perbedaan
IMPLIKASI
Berdasarkan penelitian ini maka dapat diimplikasikan bahwa secara teoritis pemb
erian lidokain pada pasien BSOL dapat menurunkan keluhan nyeri dan batuk serta pe
mberianya mudah, tersedia secara luas, dan risiko efek samping rendah.
SARAN
1. Tidak adanya efek samping pemberian lidokain nebulisasi dapat dipertimbangkan
untuk premedikasi BSOL.
2. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengetahui premedikasi lain yang
dapat menurunkan keluhan nyeri, batuk, dan sesak.
18
DAFTAR PUSTAKA
21
36. Neal MJ. At a glance farmakologi medis. Alih bahasa: Juwalita S. Edisi 5. Pener
bit Erlangga. 2006:70-73.
37. Frey WC, Emmons EE, Morris MJ. Safety of High Dose Lidocaine in Flexible B
ronchoscopy. J Bronchol. 2014;15:33–37.
38. Keane D, McNicholas WT. Comparison of nebulized and sprayed topical anaes
thesia for fibreoptic bronchoscopy. Eur Respir J. 2015;5:1123–1125.
39. Mac Dougall M, Mohan A, Mill J, Munavvar M. Randomized Comparison of 2
Different Methods of Intrabronchial Lidocaine Delivery During Flexible Bronch
oscopy; A Pilot Study. J BroncholInterventPulmonol. 2011;18:144-8.
40. Graham DR , Hay JG , Clague J , Nisar M , Earis JE. Comparison of three differ
ent methods used to achieve local anesthesia for fiberoptic bronchoscopy. Chest.
2009;102: 704 – 707
41. Nurwidya F, Damayanti T, Yunus F. The role of innate and adaptive immune cel
ls in the immunopathogenesis of chronic obstructive pulmonary disease. Tuberc
Respir Dis. 2016;79:5-13.
42. Ottenheijm CAC, Heunks LMA, Dekhuijzen R. Diaphragm adaptations in patien
ts with COPD. Respir Res. 2008;14:1-14.
43. Barnes PJ. New anti-inflammatory targets for chronic obstructive pulmonary dis
ease. Nat Rev drug Discov. 2013;(June):1-17.
44. Chung KF. Inflammatory Mediators in Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
2005:619-625.
45. Ottenheijm CAC, Heunks LMA, Dekhuijzen P. Diaphragm muscle fiber dysfunc
tion in COPD toward a pathophysiological concept. Am J RespirCrit Care Med.
2007;175:1233-40.
46. Holloway RA, Donnelly LE. Immunopathogenesis of chronic obstructive pulmo
nary disease. CurrOpinPulm Med. 2013;19(2):95-102.
47. Celli BR, Cote CG, Marin JM, Casanova C, de Oca MM, Mendez RA, et al. The
body-mass index, airflow obstruction, dyspnea, and exercise capacity index in ch
ronic obstructive pulmonary disease. N Engl J Med. 2004;350(10):1005-12.
22
48. Macario CC, Celli B. Should we be paying attention to inspiratory capacity? Arc
h Bronconeumol. 2007;43(5):245-7.
49. Parmar D. Benefits of inspiratory muscle training in COPD patients. Int J Sci Re
s.2015;4(9):680-4.
50. Crisafulli E, Clini E. Measures of dyspnea in pulmonary rehabilitation. Multidisc
ip Respir Med. 2010;5(3):202-10.
51. Lt Col N Sethi, Surg Capt VK Tarnej, Brig TP Madhusudanan. Local Anaesthesi
a for Fiberoptic Intubation : A Comparison of Three Techniques. MJAFI. 2005;
61- 22:25
52. Karloh M, Palu M, Mayer A. Methods for assessing functional capacity in patien
ts with COPD. Con Sci Saude. 2014;13(4):633-49
53. Bailey P. The dyspnea-anxiety-dyspnea cycle COPD patients ’stories of breathle
ssness: “it’s scary/when you can’t breathe.” Qual. Health Res. 2014;14(6):760-7
54. Okutan O, Tas D, Demirer E, Kartaloglu Z. Evaluation of quality of life with the
chronic obstructive pulmonary disease assessment test in chronic obstructive pul
monary disease and the effect of dyspnea on disease-specific quality of life in th
ese patients. Yonsei Med J. 2013;54(5):1214-19
55. Lan CC, Chu W, Yang MC, Lee CH, Wu Y. Benefits of pulmonary rehabilitatio
n in patients with COPD with normal exercise capacity. Respir. Care.2013;4(2):
1-23.
56. Ottenheijm CAC, Heunks LMA, Sieck GC, Zhan WZ, Jansen SM, Degens H. Di
aphragm dysfunction in chronic obstructive pulmonary disease. Am J Res Crit C
are Med.2005;172:200-6.
57. Enright P. The Six-Minute Walk Test. Respir Care. 2003;48:783-5.
58. Rasekaba T, Lee AL, Naughton MT, Williams TJ, Holland AE. The six-minute
walk test: a useful metric for the cardiopulmonary patient. Intern Med J. 2009;39
(8):495-501.
59. Bolton CE, Bevan-Smith EF, Blakey JD, Crowe P, Elkin SL et al. British Thorac
ic Society guideline on pulmonary rehabilitation in adults. Thorax. 2013;68(Sup
23
pl 2):ii1-30.
60. Nanda R. Lidocaine-an old drug for indication. Intern J Pharmaceut Sci Drug Re
s. 2013;5(3):84–7.
61. Gecaj-Gashi A, Nikolova-Todorova Z, Ismail- Jaha V, Gashi M. Intravenous lid
ocaine suppresses fentanyl-induced cough in children. Cough J. 2013;9(20):1–4.
62. Soltani H, Aqhadavoudi O. The effect of different lidocaine application methods
on postoperative cough and sore throat. J Clin Anesth. 2009;14(1):15–8.
63. Vivancos G, Klamt J, Garcia L. Effects of 2 mg.kg-1 of intravenous lidocaine on
the latency of two different doses of rocuronium and on the hemodynamic respo
nse to orotracheal intubation. Rev Bras Anestesiol. 2011;61(1):1–12.
64. Kim J, Lee S, Kim D, Park S, Min S. Effect-sit concentration of propofol for red
uction of remifentanil-induced cough. Anaesthesia. 2010;65:697–703.
65. Harsoliya M, Patel V, Pathan J, Singh S, Rahman A. A review-cough and treatm
ents. Intern J Natural Product Res. 2011;1(1):9–18.
66. Al-Hasani R, Bruchas M. Molecular mechanisms of opioid receptor-dependent s
ignaling and behavior. Anesthesiology. 2011;115(6):1365 81.
67. Ottenheijm CAC, Heunks LMA, Sieck GC, Zhan WZ, Jansen SM, Degens H. Di
aphragm dysfunction in chronic obstructive pulmonary disease. Am J Res Crit C
are Med.2005;172:200-6.
68. Enright P. The Six-Minute Walk Test. Respir Care. 2003;48:783-5.
69. WHO. Indonesia Source: Globocan 2018.International Agency for Research Can
cer. 2018 [cited 2020 Mar 19]. p. 2. Available from:https://gco.iarc.fr/today/data/
factsheets/populations/360-indonesia-factsheets.pdf
70. Omran AR. The epidemiologic transition. A theory of the epidemiology of popul
ation change. Milbank Mem Fund Q. 1971; 49: 509‐ 538.
71. Bray F. Transitions in human development and the global cancer burden. In: BW
Stewart, CP Wild, eds. World Cancer Report 2014. Lyon: IARC Press; 2014: 42
‐ 55.
24
72. Van vyve T, Chanez P, Bousquet J, Lacoste J, Michel F, Godard P. Safety of bro
nchoalveolar lavage and bronchial biopsies in patients with ashtma of variable se
verity. Am Rev Respir Dis. 1992;146:116-21.
73. Korttila K, Tarkkanen J, Tarkkanen L. Comparison of laryngotrachealand ultras
onic nebulizer administration of lidocaine in local anaesthesia forbronchoscopy.
Acta Anaesthesiol Scand 1981;25:161-5.
74. Ajay Handa, Sahajal Dhooria, Inderpaul Singh Sehgal, Ritesh Agarwal. Primary
cavitary sarcoidosis: A case report, systematic review, and proposal of new diag
nostic criteria. Lung India. 2018;35(1):41–6.
75. Asano F, Aoe M, Ohsaki Y, Okada Y, Sasada S, Sato S, et al. Bronchoscopic pra
ctice in Japan: A survey by the Japan Society forRespiratory Endoscopy in 2010.
Respirology 2013;18:284-90.
76. Mittal S, Mohan A, Madan K. Ventricular tachycardia and cardiovascularcollaps
e following flexible bronchoscopy: Lidocaine cardiotoxicity.J Bronchology Inter
v Pulmonol 2018;25:e24-e26
77. Keane D, McNicholas WT. Comparison of nebulized and sprayed topical anae
sthesia for fibreoptic bronchoscopy. Eur Respir J. 1992;5:1123-5
78. Adam RH, Medan M. Perbandingan Kenyamanan Pasien yang Menjalani Prosed
ur Anestesi Lokal secara Spray dengan Nebulisasi pada Pemeriksaan Bronkosko
pi Serat Optik Lentur Subject Undergone Flexible Fiberoptic Bronchoscopy. 201
5;35(2):72–7. Available from: http://jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/20
15/08/JRI-Apr-2015-35-2-72-7.pdf
25