2. NOVIANUR RAMADHAN 3. OKTAVIA AMANDA 4. PARAMITHA SASKIA Putri 5. REFFY ANGELINA P. S. PSYCOSIS Psikotik atau psikosis adalah gangguan yang dicirikan dengan hilangnya reality testing dari penyandangnya yaitu fikiran yang terputus dengan dunia nyata. Penderita tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata. Ciri utama dari penyandang gangguan psikosis yaitu mereka mengalami delusi dan halusinasi. Gejala psikotik ke dalam spektrum skizoprenia dan gangguan psikotik lain. Mereka disebut abnormal ketika terlihat satu atau beberapa gejala yaitu adanya delusi, halusinasi, disorganisasi fikiran, perilaku motorik yang abnormal, dan simptom negatif yaitu keadaan abnormal yang berasosiasi dengan skizoprenia namun kurang terlihat pada gangguan psikotik yang lain.
54% 85% 35%
Type A Type B Type C Skizoprenia
Skizoprenia, yaitu faktor biokimia dan
patologi otak. Selain itu faktor lingkungan dapat menjadi pemicu gangguan atau memperburuk keadaan gangguan ini. Bleuler (dalam Nevid, 2012) meyakini bahwa skizofrenia dapat dikenali berdasarkan 4 ciri simtom primer
1. Asosiasi, yaitu hubungan antara pikiran-pikiran
menjadi terganggu atau biasa disebut dengan gangguan pikiran dan asosiasi longgar. 2. Afek, yiatu respon emosional menjadi datar atau tidak sesuai. 3. Ambivalensi, yaitu individu memiliki perasaan ambivalen terhadap orang lain seperti benci sekaligus cinta terhadap pasangan. 4. Autisme, yaitu penarikan diri ke dunia fantasi pribadi yang tidak terikat oleh prinsip logika. Penanganan Gangguan Psikotik terdapat tiga domain terapi yaitu : 1. Medikasi mereka tidak mengkonsmsi obat sesuai aturan setalah keluar dari rumah sakit. 2. Pelayanan Rawat Inap, proses yang diikuti dengan perawatan di rumah sakit karena penyandang masih sering mengalami gangguan 3. Rehabilitasi Psikososial, berdasarkan pada perspektif ekosistem dalam rehabilitasi ini menggunakan bentuk perkumpulan yang anggotanya terdiri dari para penyandang gangguan psikotik. 4. Psikoterapi, merupakan layanan penting bagi penyandang gangguan psikotik seperti skiozprenia. Layanan psikoterapi tanpa medikasi dan intervensi psikososial tidak akan efektif menangani orang dengan gangguan psikotik berat. 89% 53% 74% Type C Type A Type B KASUS PENGIDAP PSIKOSIS Seorang pasien laki-laki umur 12 tahun diantar oleh kedua orang tuanya, menggunakan baju kaos putih berlengan pendek dan celana jeans pendek, rambut pasien pendek bergelombang, Pasien dikeluhkan berbicara sendiri dan cenderung mengatakan hal-hal yang berhubungan dengan Dewa. Selain itu, pasien juga menunjukkan sikap atau perilaku yang aneh seperti kedua tangan menyihir atau seperti orang memegang genta pada saat menjawab pertanyaan dokter yang memeriksa. GEJALA AWAL PASIEN TERKENA PSIKOSIS.
Menurut ayah pasien, anaknya mulai
bicara sendiri sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan diawali dengan sakit kepala, Kemudian sesaat sebelum tidur pasien sempat melihat barong sai di kamarnya, yang membuat dirinya takut. Menurut ibu pasien, pasien berhalusinasi melihat hantu selama di rumah, dan sering mengamuk, 2.888 K 1.074 K Male User Female User serta berbicara dengan nada teriak-teriak terutama ketika tidak dituruti permintaannya. Pasien bahkan akan menghancurkan barang dan bicara dengan mengancam jika sedang mengamuk. Perilaku pasien dirasa berubah oleh keluarga semenjak sakit, karena sebelum sakit pasien lebih penurut, hormat, dan terbuka pada keluarga. Dikatakan pula sekitar 3 tahun yang lalu saat pasien di kelas 4 SD, pasien tampak menunjukkan gejala seperti bicara sendiri, yang awalnya kepalanya terbentur dan telah dibawa ke Rumah Sakit Prima Medika untuk pemeriksaan EEG dan CT Scan, didapatkan tidak ada kelainan. Dikarenakan hasil pengobatan di rumah sakit tidak menunjukkan perbaikan maka pasien dibawa ke paranormal dan setelah 4 bulan pasien sembuh. Setelah itu keluhan pasien tidak Muncul lagi. Pasien juga dikatakan memiliki riwayat pengobatan saat berumur 7 tahun dikarenakan memiliki gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Pasien dikatakan saat itu sangat sulit diatur baik di rumah maupun di sekolah sehingga banyak mengalami kesulitan dalam proses belajar. HASIL DARI PEMERIKSAAN PASIEN Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dan pemeriksaan umum dalam batas normal, kesadaran kompos mentis, dan tidak ditemukan adanya defisit neurologis. Pada status psikiatri didapatkan kesan umum pasien tampak penampilan tidak wajar, roman muka sesuai umur dengan kontak visual maupun verbal kurang. Pasien juga memiliki kesadaran yang jernih dan mood / afek irritable. 20% 50% 80% 60% Type A Type B Type C Type D Proses pikir pasien tampak kesan bentuk pikir nonlogis nonrealis, arus pikir inkoheren, isi pikir dengan waham bizarre. Disamping itu, pasien memiliki halusinasi audiotorik dan visual disertai raptus. Psikomotor pasien meningkat pada saat pemeriksaan (hiperaktivitas). Tingkat itelengensi pasien sesuai dengan tingkat pendidikan. Selama perawatan pasien dikeluhkan suka berteriak-teriak, mengamuk, bicara tidak nyambung, dan mengulang perkataan dokter yang merawat pasien. Pasien juga mengatakan sempat melihat hantu beberapa kali selama perawatan di rumah sakit. CARA PENGOBATAN YANG DILAKUKAN PADA PASIEN.
Pasien mendapat terapi
berupa Diazepam 2x1 mg. Haloperidol 2x5 mg.
Keluarga pasien diberikan
Trihexyphenidil edukasi mengenai penyakit 2x200 mg. dan pengobatan yang diberikan pada pasien. KESIMPULAN Psikosi merupakan suatu gangguan psikiatrik berat yang mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. Gangguan ini menghambat proses neurodevelop mental, akibatnya dapat memberi dampak yang merusak fungsi kognitif, afektif dan sosial. Mendeteksi gejala sejak dini diperlukan agar dapat dilakukan pengenalan gejala-gejala, sehingga diagnosis dini dapat ditegakkan dan dilakukan intervensi sedini mungkin.