Está en la página 1de 19

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Edisi terbaru dan arsip teks lengkap jurnal ini tersedia di Emerald Insight di:
https://www.emerald.com/insight/1759-0833.htm

Evaluasi media sosial Evaluasi dari


media sosial
iklan untuk muslim iklan

orang tua milenial


Dessy Kurnia Sari,Suziana SuzianadanPermainan Donard
Jurusan Manajemen, Universitas Andalas, Padang, Indonesia
Diterima 23 Februari 2020
Revisi 30 Mei 2020
Diterima 21 Juni 2020

Abstrak
Tujuan -Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh keinformatifan, hiburan, dan kredibilitas media sosial
terhadap nilai yang dirasakan dari iklan untuk orang tua milenial Muslim. Ini mengevaluasi dampak dari variabel-
variabel ini pada kesadaran merek dan niat beli.
Desain/metodologi/pendekatan –Penelitian ini menggunakan analisis metode campuran dengan dua tahap. Pada tahap
pertama, informasi dari media sosial dikumpulkan. Tahap kedua melibatkan survei online terhadap 210 orang tua milenial
Muslim. Pemodelan persamaan struktural-kuadrat parsial parsial digunakan untuk menguji prediksi studi.

Temuan –Hasil penelitian menunjukkan bahwa keinformatifan, hiburan, dan kredibilitas pesan
berpengaruh signifikan terhadap nilai persepsi orang tua milenial Muslim terhadap iklan media sosial.
Aspek-aspek ini juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesadaran merek dan niat beli. Orang
tua paling menghargai hiburan, diikuti oleh keinformatifan dan kredibilitas pesan.
Implikasi praktis –Studi ini menawarkan wawasan baru tentang orang tua milenial Muslim sebagai segmen baru
di pasar. Iklan media sosial adalah strategi yang paling tepat untuk mendekati segmen ini, dan oleh karena itu,
harus banyak diperhatikan oleh pemasar. Pesan yang dibuat harus informatif, menghibur dan kredibel. Ini harus
mempertimbangkan budaya, nilai-nilai Islam dan tradisi.
Orisinalitas/nilai –Studi ini berkontribusi pada evaluasi tren baru bagi generasi milenial Muslim sebagai orang tua muda.
Kecenderungan untuk menghabiskan lebih banyak waktu menggunakan media sosial sebagai sumber informasi utama
dievaluasi. Selain itu, penelitian ini memberi pemasar pemahaman yang lebih baik tentang orang tua milenial Muslim,
terutama dalam masyarakat kolektif.

Kata kunciOrang tua milenial, Iklan media sosial, milenial Muslim, Orang tua muda,
segmentasi pasar Islam
Jenis kertasmakalah penelitian

pengantar
Milenial sering dianggap sebagai individu berusia 20 tahun, berkeliling dunia dan mengambil “selfie” untuk
halaman media sosial mereka. Namun, dengan usia milenial tertua yang kini mencapai 40 tahun, mereka kini
sudah menjadi orang tua yang sibuk mengurus keluarga. Studi menunjukkan bahwa kaum milenial sering
menghabiskan sebagian besar waktu mereka di internet (mengabaikandkk.,2018). Sebuah artikel di New York
Times menyarankan bahwa orang tua milenial lebih memilih Google, ruang obrolan, dan aplikasi untuk saran
pengasuhan anak. Mereka mencari keuntungan lebih dalam hal biaya dan ketersediaan informasi tambahan dari
sumber online (Bergdkk.,2018). Untuk alasan ini, pemasar harus memahami kebutuhan mereka dan mendekati
mereka dengan hati-hati.

Penelitian ini didanai oleh dana hibah penelitian dari Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang Indonesia. Jurnal Pemasaran Islam ©
EmeraldPublishingLimited
Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis berikan kepada seluruh responden; semua anggota tim peneliti
1759-0833
telah memberikan energinya dalam membawa penelitian ini hingga saat ini. DOI10.1108/JIMA-02-2020-0055
JIMA Indonesia diakui dunia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Berdasarkan
Statistik Dunia Internet (2019), Indonesia menempati urutan kelima di dunia karena memiliki akses
internet terbanyak. Dengan kata lain, jumlah orang Indonesia yang mengakses internet bahkan lebih
banyak daripada di Jepang. Ini hanya dua peringkat di belakang AS, seperti yang ditunjukkan padaTabel 1
. Indonesia adalah satu-satunya negara mayoritas Muslim dalam daftar lima besar. Tingginya akses
internet ini disebabkan oleh ketersediaan yang terjangkautelepon pintar. Sekitar 68% pelanggan online
di Indonesia mengaku mengandalkansmartphonesaat mencari informasi tentang pembelian yang akan
datang (Eka, 2017). Pernyataan ini didukung oleh fakta bahwa pendapatan iklan seluler di Indonesia
meningkat dari US$6 juta pada tahun 2013 menjadi US$24 juta pada tahun 2018 (Eka, 2017;Kumairoh,
2019).
Besarnya jumlah pengguna ponsel telah mendorong peningkatan pertumbuhan perdagangan
Indonesia dari US$12 miliar pada tahun 2014 menjadi US$18 miliar pada tahun 2016 (Tay, 2016). Jumlah
ini diperkirakan akan meningkat menjadi US$130 miliar pada akhir tahun 2020. Selain itu, Indonesia
dapat berkontribusi pada 52% dari semua kegiatan e-commerce di Asia Tenggara pada tahun 2025 (Tay,
2016). Hal ini memberikan peluang bagi pemasar untuk menjangkau target pasar melalui platform online
seperti di seluruh dunia sebagai negara yang mayoritas warganya beragama Islam. Menurut internet
sebagai media sosial. Penelitian ini berfokus pada evaluasi tanggapan konsumen terhadap iklan media
sosial untuk produk anak-anak.
Milenial menghabiskan sebagian besar waktu mereka di situs media sosial. Studi menunjukkan
bahwa media sosial adalah sumber informasi utama mereka (Arora dan Bhawna, 2020;Rodriguez, 2018;
Rodney dan Wakeham, 2016). Exponentials (2018) menetapkan bahwa orang tua milenial dicirikan oleh
kemajuan dan tradisi. Mereka dibesarkan oleh orang tua boomer di dunia non-digital tradisional, namun
mereka sangat mudah beradaptasi dengan teknologi. Selain itu, mereka membesarkan anak-anak
mereka secara berbeda karena mereka sangat terikat dengan teknologi dan platform online. Mereka
sering mengandalkan nasihat parenting online dan menggunakan internet sebagai sumber informasi
utama mereka (setyastutidkk.,2019).gaberdkk. (2019)menunjukkan korelasi positif antara iklan media
sosial dan sikap milenial, yang juga mempengaruhi niat mereka untuk membeli. Mereka berbagi
pengalaman yang berbeda dibandingkan dengan orang tua generasi tua (Gregg, 2017). Memang,
mereka selanjutnya mungkin menjadi orang tua yang berbeda dibandingkan dengan orang tua lainnya.
Sangat penting bagi pemasar untuk menjangkau dan terlibat dengan mereka dan untuk menentukan
bagaimana, di mana dan kapan mereka dapat dijangkau.
Studi menunjukkan bahwa praktik periklanan dalam perspektif konsumen Muslim sangat
berbeda (Wilson dan Liu, 2011;Kamalul Ariffindkk.,2016;Shya Famdkk.,2004). BerdasarkanKamassi
(2019), beberapa elemen perlu dipertimbangkan dengan cermat dalam periklanan

Tidak. Negara atau wilayah Populasi, perkiraan 2019 Pengguna internet per 30 Juni 2019

1 Cina 1.420.062.022 829.000.000


2 India 1.368.737.513 560.000.000
3 Amerika Serikat 329.093.110 292.892.868
4 Brazil 212.392.717 149.057,635
5 Indonesia 269.536.482 143.260.000
Tabel 1. 6 Jepang 126.854.745 118.626.672

10 negara teratas
7 Nigeria 200.962.417 119.506.430
8 Rusia 143.895.551 109.552.842
dengan yang tertinggi
9 Bangladesh 168.065.920 94.445.000
nomor internet 10 Meksiko 132.328.035 88.000.000
pengguna per 30 Juni
2019 Sumber:Internetworldstats.com (2019)
kepada konsumen Muslim, termasuk penggambaran perempuan dalam iklan dan Evaluasi dari
menghindari daya tarik seks dan ketelanjangan, penipuan dan pembesar-besaran, media sosial
informasi palsu tentang produk dan layanan, serta jujur dan menghindari manipulasi.
Studi membahas tanggapan Muslim terhadap iklan, iklan, dan milenium. Namun, ada
iklan
kekurangan pengetahuan tentang rencana periklanan untuk orang tua milenial Muslim
sebagai segmentasi baru. Penelitian ini mengevaluasi iklan media sosial untuk orang tua
milenial muslim. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya. Selanjutnya, penelitian ini memberikan saran pemasaran yang relevan. Belum
ada penelitian yang menguji hubungan antara media sosial dengan niat beli orang tua
milenial Muslim. Kajian ini memberikan gambaran yang komprehensif,

Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis


Milenial dan iklan media sosial
Watsondkk. (2013)berpendapat bahwa milenium dapat dianggap sebagai "generasi Google",
memperoleh informasi instan dari internet. Namun, kaum milenial Muslim diyakini lebih religius (Sari,
2014). Mereka sering terlibat dalam kegiatan boikot jika ada sesuatu yang membuat mereka tidak
bahagia (Saridkk.,2017). Konsumen menggunakan informasi yang disajikan di media sosial untuk
pengambilan keputusan.Aroradkk. (2018)melaporkan responden lebih suka pendekatan ini karena
mereka akrab dengan platform online dan secara teratur berinteraksi dengan blog. Studi ini juga
menemukan bahwa generasi millennial menggunakan media sosial untuk membandingkan produk yang
berbeda dan untuk mencari pendapat ahli sebelum membeli suatu produk. Mereka juga mengevaluasi
jumlah suka dan tidak suka dari pelanggan lain sebagai bagian dari pertimbangan mereka sebelum
membeli sesuatu secara online.
Periklanan adalah salah satu aspek pemasaran yang paling penting (Richards dan Curran, 2002,
P. 74). BerdasarkanBartdkk. (2014), penyampaian pesan iklan yang dipersonalisasi sangat
penting untuk menarik minat konsumen. Juga, interaktivitas antara konsumen dan
perusahaan di platform online sangat penting (Tandkk.,2018). Melalui iklan online,
konsumen dengan mudah mendapatkan informasi yang mereka minati. Mobile advertising
seperti di media sosial sejalan dengan metode komunikasi yang disukai kaum milenial (unal
dkk.,2011).De Iulio (2010)menetapkan bahwa ketika mengiklankan produk anak-anak,
fokusnya harus pada elemen menyenangkan dan karakteristik intrinsik komoditas,
termasuk bahan, metode produksi dan persiapan makanan, nilai gizi, bentuk, tekstur, rasa,
dan bahkan rasa. Namun, belum ada penelitian penelitian sebelumnya tentang iklan produk
anak-anak di keluarga Muslim.
Konsumen Muslim mungkin memiliki pendapat berbeda terkait iklan. Oleh karena itu, pemasar
harus membuat informasi yang dipersonalisasi agar lebih menarik dan dapat diterima oleh
audiens target mereka (Yang,dkk.,2013). Muslim menganggap iklan dapat diterima berdasarkan
agama (Syafiqdkk.,2017). Pelanggan Muslim mengandalkan Al-Qur'an dan Hadits Nabi
Muhammad dalam kehidupan sehari-hari mereka (Wilsondkk.,2013). Tanpa mengikuti nilai-nilai
agama, mereka akan merasa tidak nyaman dan tersinggung (Al-Hyaridkk.,2010;Saridkk., 2017).
Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami nilai-nilai Islam yang penting ketika merancang
iklan.

Orang tua milenial muslim sebagai segmentasi pasar syariah baru di era online Milenial adalah “pribumi
digital”, saat mereka tumbuh besar terikat padasmartphones, tablet, dan laptop, dengan akses ke media
sosial dan internet (Bess dan Bartolini, 2011). Mereka menggunakan media sosial untuk berinteraksi
melalui berbagai platform (orang timurdkk.,2014;Pusat Penelitian Pew, 2010). Selain itu, cara mereka
menemukan, mengonsumsi, dan bertindak berdasarkan semua informasi, terutama iklan bertarget,
sangat berbeda dari generasi sebelumnya (Ashmandkk.,2015). Banyak
JIMA orang menganggap milenium sebagai pembeli canggih yang sangat dipengaruhi oleh iklan (
Jambulingamdkk.,2019;Arora dan Agarwal, 2019).
Suppat dan Faathin (2019)melaporkan bahwa waktu keluarga antara orang tua milenial dan anak-
anak mereka terbatas. Ada juga isu kesetaraan gender pada generasi ini (Suppat dan Fa'athin, 2019).
Wanita Muslim meningkatkan status mereka di masyarakat dan memilih untuk mengejar karir daripada
menjadi ibu rumah tangga. Untuk itu, mereka secara mandiri menggunakan uangnya, termasuk
membeli produk untuk anak-anak. Namun, menjadi milenial bisa sangat menantang dan rumit karena
menjadi orang tua muda. Dengan akses ke internet, mereka dapat mencari semua informasi yang
mereka butuhkan secara online. Ada beberapa situs web dan halaman media sosial yang tersedia untuk
orang tua Muslim sepertiwww.muslimparents.org.uk,islamweb.net, Halaman Facebook Parenting Islami
dan banyak sumber online lainnya yang menargetkan orang tua dengan akses ke media online.

BerdasarkanWilson (2012), pemasaran Islami masih relevan dalam konteks saat ini. Ini adalah
pendekatan pemasaran yang menggunakan nilai-nilai moral Islam sebagai dasarnya. Berdasarkan
Wilsondkk. (2013), pemuda Muslim menjadi “kebarat-baratan” dengan konsumsi produk-produk
Barat seperti mengenakan jeans. Namun, mereka masih memiliki hubungan yang kuat dengan
nilai-nilai Islam mereka. Dalam segmentasi pasar Islam, umat Islam memiliki hubungan yang kuat
dengan Al-Qur'an, yang mempengaruhi norma dan praktik budaya (Wilson, 2012). Oleh karena itu,
pemasar harus mempertimbangkan unsur budaya dan perilaku Islami saat menyiapkan iklan.

Efek dari keinformatifan yang dirasakan pada nilai iklan yang dirasakan
Pertumbuhan kekuatan internet telah mengubah dunia menjadi tempat virtual kecil. Sebagian besar
generasi milenial terhubung melalui teknologi. Mereka beralih dari saluran iklan tradisional dan
menggunakan platform media sosial untuk menilai informasi terbaru. Dampak signifikan dari iklan
media sosial pada gaya hidup kita memiliki hubungan yang kuat dengan preferensi milenial (Aroradkk.,
2018). Periklanan dapat didefinisikan sebagai "bentuk komunikasi berbayar yang dimediasi dari sumber
yang dapat diidentifikasi, yang dirancang untuk membujuk penerima untuk mengambil beberapa
tindakan sekarang atau di masa depan" (Richards dan Curran, 2002, P. 74). Namun, umat Islam memiliki
pandangan yang berbeda tentang iklan.
Konsumen mencari informasi secara online karena lebih nyaman dan dapat diakses kapan
saja. Informativeness dikaitkan dengan kemampuan iklan untuk menginformasikan konsumen
tentang informasi produk alternatif (Dehghanidkk.,2016;Arora dan Bhawna, 2020;Rodriguez, 2018
).Muntingadkk. (2011)menyatakan bahwa konsumen yang menggunakan media sosial terutama
mencari informasi terkait produk yang mereka minati untuk dibeli. Budaya juga dapat
mempengaruhi cara konsumen menyortir informasi (De Mooij dan Hofstede, 2010). Dalam
komunitas yang berorientasi kolektif, mereka bersedia mencari lebih banyak informasi produk (
Erdemdkk.,2006). Media sosial membantu untuk berinteraksi dan berbagi antar individu.
Berdasarkandaodkk. (2014), konsumen di Asia Tenggara menganggap bentuk iklan ini informatif.
Periklanan yang dirancang secara memadai dengan pesan yang tepat sangat penting dalam
masyarakat Muslim.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa praktik periklanan pada konsumen Muslim memiliki
hubungan dengan ajaran Islam.Wilson dan Liu, 2011; Syafiqdkk.,2017). Dalam iklan media sosial,
keinformatifan dapat menimbulkan persepsi positif terhadap iklan berdasarkan minat konsumen (
Zengdkk.,2009). Konsumen menggunakannya sebagai sumber informasi utama dengan efek
positif pada nilai yang dirasakan dari iklan (daodkk.,2014). Oleh karena itu, hipotesis berikut
diajukan:
H1. Informatif berpengaruh positif terhadap persepsi nilai iklan di media sosial oleh Evaluasi dari
orang tua milenial Muslim. media sosial
iklan
Pengaruh hiburan iklan yang dirasakan pada nilai-nilai iklan yang dirasakan Nilai iklan
menawarkan komunikasi yang lebih baik dan pengendalian diri dan respon (Yangdkk., 2013).
Interaktivitas adalah elemen penting dalam menghubungkan konsumen dan vendor melalui
pesan yang dipersonalisasi (Wangdkk.,2017). Misalnya, banyak penelitian menemukan bahwa
pengiklan dapat memperoleh umpan balik yang lebih langsung dan langsung dari pelanggan
karena interaktivitas mereka (Kim dan Han, 2014). Pentingnya interaktivitas diterima secara luas
untuk perilaku konsumen, terutama dalam menanggapi iklan seluler (Wangdkk.,2017).
Periklanan memuaskan kebutuhan hedonis konsumen dengan menawarkan kesenangan,
pelepasan emosional, pengalihan dan kesenangan (Dehghanidkk.,2016). BerdasarkanMuntinga
dkk. (2011), pelanggan menggunakan media sosial untuk kesenangan, relaksasi dan
menghabiskan waktu. Konten memberikan nilai hiburan yang sangat bergantung pada gaya
eksekusi iklan, termasuk interaktivitas, daya tarik pesan, dan pengalaman virtual langsung, yang
populer di situs media sosial (Zhang dan Mao, 2016). Selain itu, aspek menghibur meningkatkan
pesan pemasaran (Hoffman dan Novak, 2012). BerdasarkanRodriguez (2018), kaum milenial
mengharapkan iklan televisi sama informatifnya dengan media sosial. Hiburan mewakili kesukaan
iklan, serta kesenangan dan kenikmatan bagi konsumen (Zhou dan Bao, 2002). Kemampuan iklan
untuk menghibur tergantung pada keefektifan pesan yang diterima (Wang dan Sun, 2010).dao
dkk. (2014)menetapkan bahwa hiburan dalam iklan memiliki efek positif pada nilai yang dirasakan.
Untuk itu, hipotesis kedua yang diajukan adalah sebagai berikut:

H2. Hiburan berpengaruh positif terhadap persepsi nilai iklan di media sosial oleh
orang tua milenial Muslim.

Pengaruh kredibilitas yang dirasakan pada nilai-nilai iklan


Kredibilitas memainkan peran penting dalam menentukan efektivitas dan nilai iklan (Zhadkk.,2015
). Meningkatnya kepercayaan terhadap media online karena kemampuannya untuk memasukkan
informasi yang jujur dan terbuka dengan memberikan review dan penilaian dari konsumen lain (
O'Connor dkk.,2016). Oleh karena itu, kredibilitas iklan Web bisa sangat menantang bagi banyak
perusahaan (Aydogandkk.,2016).Yangdkk. (2013)menyatakan bahwa pelanggan mungkin
menghindari atau gagal menanggapi iklan jika mereka meragukan keasliannya. Secara umum,
kredibilitas mencakup kejujuran, kepercayaan, dan kebenaran dari konten iklan yang diberikan (
McKenzie dan Lutz, 1989). Konsumen enggan mengambil resiko dalam membeli produk, lebih
memilih sesuatu yang lebih aman dan terpercaya (Erdemdkk.,2006;De Mooij dan Hofstede, 2010).
Konsumen kolektif seperti milenial di negara-negara Asia Tenggara, cenderung mengikuti saran
dan percaya bahwa teman mereka adalah sumber informasi yang kredibel (Erdemdkk.,2006).
Konsumen saat ini merasakan manfaat dari iklan media sosial seperti kredibilitas informasi dan
penghematan waktu dan energi.Liudkk. (2012)menegaskan bahwa kredibilitas memiliki efek
positif pada nilai iklan. Oleh karena itu, hipotesis berikut diajukan:

H3. Kredibilitas iklan berpengaruh positif terhadap persepsi nilai iklan di media sosial
oleh orang tua milenial Muslim.
JIMA Pengaruh nilai iklan pada kesadaran merek
Arnold (2018)menyatakan bahwa 71% orang tua milenial menemukan saran yang bermanfaat dari media sosial.
Lebih dari 90% menemukan sumber online membantu dalam mengasuh anak, termasuk nasihat tentang apa
yang tepat untuk anak-anak dan keluarga mereka. Mereka sering digunakan untuk mencari solusi jika terjadi
kesulitan dalam menangani anak-anak (Myrick, 2016). BerdasarkanArnold (2018), media sosial menjadi sumber
informasi utama bagi para orang tua milenial, berbagi cerita, dan menentukan merek yang akan dibeli.

Nilai iklan adalah evaluasi subjektif dari nilai relatif atau utilitas dari sebuah iklan kepada konsumen (
Zhadkk.,2015;daodkk.,2014;Logan, 2014). Oleh karena itu, nilai tersebut dapat digunakan untuk
mempelajari dan menilai efektivitas periklanan media sosial. Merek merupakan elemen penting dalam
menghubungkan konsumen dan pemasar (Tsimonis dan Dimitriadis, 2014). Kesadaran merek mengacu
pada pengakuan atau ingatan suatu merek (Huang dan Sarigollu, 2012). Studi menunjukkan bahwa
media sosial secara signifikan mempengaruhi bagaimana kesadaran merek dibangun dan dibangkitkan (
Stephen dan Toubia, 2010). Pengetahuan membuat konsumen lebih percaya diri saat membuat
keputusan pembelian dengan mengurangi risiko yang dirasakan (Dawar dan Parker, 1994).Eckler dan
Bolls (2011)menemukan bahwa beriklan di iklan Facebook memperkuat kesadaran merek produk lokal.
Indonesia memiliki konsumen kolektif yang menghargai iklan dan melihat nilai dalam iklan (daodkk.,2014
).Cobb-Walgrendkk. (2013)menetapkan bahwa nilai iklan secara positif mempengaruhi kesadaran merek.
Oleh karena itu, hipotesis berikut diajukan:

H4.Nilai iklan berpengaruh positif terhadap brand orang tua milenial muslim
kesadaran.

Pengaruh kesadaran merek pada niat beli


Niat membeli adalah salah satu indikator efektivitas periklanan yang paling penting (Zhang
dan Mao, 2016;daodkk.,2014;Arora dan Bhawna, 2020).McKenzie dan Lutz (1989) dandao,
dkk. (2014)melaporkan bahwa sikap terhadap iklan mempengaruhi kesadaran merek dan
niat membeli. Lebih-lebih lagi,Zhadkk. (2015)menemukan hubungan antara nilai iklan dan
niat perilaku positif di lingkungan media sosial. Nilai iklan memiliki hubungan yang kuat
dengan niat beli (Kimdkk.,2013). Penelitian sebelumnya menetapkan bahwa niat beli adalah
indikator terbaik dari efektivitas iklan dan mungkin dipengaruhi oleh sikap terhadap iklan (
Dehghani dan Tumer, 2016). BerdasarkanZengdkk. (2009), nilai iklan berhubungan positif
dengan niat perilaku di lingkungan media sosial. Juga, penelitian mengakui bahwa nilai iklan
adalah alasan utama niat beli konsumen (Kimdkk.,2011).Arora dan Bhawna (2020)dandao
dkk. (2014)menemukan bahwa ulasan konsumen meningkatkan kesadaran merek dan
memengaruhi niat beli mereka. Demikian pula, Dehghanidkk. (2016)menetapkan bahwa
kesadaran merek milenial secara positif mempengaruhi niat beli. Untuk alasan ini, hipotesis
berikut diajukan:

H5.Kesadaran merek berpengaruh positif pada online orang tua milenial Muslim
niat beli.

Kerangka teoritis
Diagram berikut menunjukkan kerangka teoritis untuk penelitian ini (Gambar 1).

Metodologi
Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor kritis bagi orang tua milenial Muslim dalam menanggapi
iklan. Penelitian ini menggunakan metode campuran, menggabungkan kualitatif dan kuantitatif
pendekatan (Creswelldkk.,2011;Briman, 2006, P. 106). Hal ini karena akun yang lebih Evaluasi dari
komprehensif dari bidang penyelidikan dapat diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan media sosial
kualitatif dan kuantitatif.
Pada tahap pertama, informasi dikumpulkan dari media sosial menggunakan metode
iklan
netnografi. Sebagai bagian dari orang tua milenial Muslim, peneliti juga berpartisipasi dalam
diskusi. Analisis isi dari ulasan, kritik dan kesaksian media sosial kemudian dilakukan. Istilah/kata
atau faktor yang berulang pada ulasan dan diskusi online dianalisis menggunakan perangkat
lunak kualitatif Atlantis.ti Versi 8. Halaman Facebook rendang untuk anak-anak yang menjual
makanan tradisional Indonesia untuk anak-anak, dipilih. Tujuan fase kualitatif ini adalah untuk
menentukan faktor-faktor yang perlu diketahui orang tua sebelum membuat keputusan
pembelian.
Pada tahap kedua, tahap kuantitatif, penyebaran kuesioner online. Joubert dan Kriek (2009)
menyoroti popularitas dalam mengumpulkan data menggunakan survei berbasis web untuk
penilaian psikologis. Dalam penelitian ini digunakan teknik purposive sampling. Responden dipilih
berdasarkan kriteria tertentu yang relevan dengan konteks penelitian. Kuesioner online diedarkan
kepada kaum milenial muslim di Sumatera Barat. Milenial adalah individu yang lahir antara tahun
1980 dan 2000 (Guraõu, 2012). Responden dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki
anak berusia antara 5 sampai 10 tahun. Para surveyor menggunakan pertanyaan penyaringan
awal pada tahun kelahiran responden, anak-anak dan keaktifan, serta keakraban dengan merek
yang dipromosikan.
Setelah calon responden menjawab “ya” untuk semua pertanyaan pembuka, mereka melanjutkan ke
pertanyaan berikutnya; jika tidak, mereka meninggalkan survei. BerdasarkanFilma (2018), Indonesia
memiliki rentang usia pernikahan tercepat, dengan rata-rata usia 21 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, terutama tekanan dari keluarga, lingkungan dan alasan agama. Misalnya, umat Islam
Indonesia percaya bahwa pernikahan berarti memenuhi setengah dari sumpah agama mereka. Karena
itulah, banyak yang memutuskan untuk menikah lebih awal, terutama wanita. Juga sangat umum untuk
melihat pasangan muda pada usia 20-40 tahun, dengan anak-anak antara 5 sampai 10 tahun.

Pengumpulan data memakan waktu tiga bulan, tepatnya antara September hingga November
2019. Tautan kuesioner online diedarkan ke beberapa halaman media sosial yang menjual produk
makanan untuk anak-anak di Sumatera Barat. Kuesioner disebarkan secara online. Pesan pribadi
online juga digunakan untuk mendekati pengguna media sosial berdasarkan kriteria inklusi.
Survei ini bersifat sukarela dan responden dapat memutuskan untuk meninggalkan survei kapan
saja jika mereka merasa tidak nyaman. Selain itu, total 210 data berhasil dikumpulkan untuk
penelitian ini, meskipun 204 dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut. Teknik pemodelan
persamaan struktural digunakan untuk analisis data. Pemodelan persamaan struktural kuadrat
terkecil parsial (PLS-SEM) dipilih karena kemampuan prediksinya yang kuat (Henseler dan Chin,
2010). Para peneliti menggunakan paket perangkat lunak WarpPLS untuk analisis data. Juga,
WarpPLS berguna untuk analisis sampel kecil (Rambutdkk.,2013).

Keterbukaan informasi

H1

H2 Dirasakan H4 H5
Merek Pembelian
Hiburan Nyanyian Iklan
Kesadaran serius
Nilai
Gambar 1.
H3 Teoretis
Kredibilitas
kerangka
JIMA Hasil
Fase kualitatif
Pada fase kualitatif, alat penghitung kata digunakan untuk menentukan daftar kata dan pernyataan yang
paling banyak disebutkan di media sosial menggunakan software Atlantis.ti versi 8. Temuan
menunjukkan bahwa kata-kata penting termasuk non-monosodium glutamat (MSG), Halal, bahan alami,
enak, sehat, tidak pedas.Meja 2menunjukkan beberapa kata suara Islami seperti “halal” (tidak
mengandung unsur haram), “mashaAllah” (digunakan untuk menyatakan penghargaan, kegembiraan,
pujian) dan “Alhamdulillah.” Artinya, mereka menggunakan konsep Islam sebagai dasar untuk
mendiskusikan pilihan produk makanan untuk anak-anak mereka. Hal ini sejalan denganWilson (2012),
yang menyatakan bahwa hubungan kuat umat Islam dengan Al-Qur'an mempengaruhi norma dan
praktik budaya. Dalam penelitian ini, orang tua menggunakan frasa Islami mereka dalam ulasan dan
diskusi media sosial online. Selain itu, masyarakat Sumatera Barat memiliki religiusitas yang kuat yang
mempengaruhi penilaian mereka terhadap produk (Saridkk.,2017).
DariMeja 2, ada lima topik diskusi yang dominan di media sosial. Recurring tertinggi meliputi
bahan, non-MSG, halal, sehat, enak dan tidak pedas. Artinya orang tua mengharapkan produk
makanan untuk anaknya halal, enak dan sehat, sebuah konsep yang dikenal dengan halalalan
toyyibba. Halal berarti makanan hanya mengandung bahan yang halal berdasarkan agama dan
toyyibb berarti baik untuk kesehatan. Hasil ini menunjukkan peran orang tua dalam keputusan
pembelian (Naumosvka dan Milenkovska, 2017). Temuan fase pertama adalah dasar yang
dikonfirmasi dalam fase kuantitatif kedua.

Fase kuantitatif
Sebanyak 204 responden mengikuti tahap kuantitatif penelitian ini. Kebanyakan dari
mereka adalah perempuan dan melihat setidaknya satu–lima kali iklan produk yang
menargetkan anak-anak per hari dalam seminggu terakhir. Pada tahap kedua ini, kuesioner
dianalisis dan model penelitian diuji. Secara total, 42,6% responden mengaku telah
menggunakan smartphone selama lebih dari 10 tahun. Mayoritas responden adalah
pengguna berat media sosial. Mereka terlibat aktif dalam berbagi dan mengomentari
postingan media sosial.Gambar 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden khususnya
108 orang memilih Facebook untuk informasi produk makanan, disusul Instagram dan
YouTube masing-masing 69 dan 21 orang.

Model pengukuran
Untuk mengevaluasi model pengukuran yang baik, digunakan tiga indeks, termasuk reliabilitas, validitas
konvergen dan diskriminan. Indeks ini biasanya digunakan untuk menentukan apakah sebuah penelitian
memiliki variabel yang sesuai dan untuk memastikan konstruk dapat diandalkan dan valid.

Kode Jumlah kata Contoh pernyataan

Alhamdulillah 51 Alhamdulillah kesukaan anak saya


Lezat 58 bagus, enak, anak saya suka Senang
halal 57 lihat logo halalnya
Sehat 54 Sumber protein yang baik untuk anak saya, sangat sehat untuk mereka
Bahan-bahan 62 Senang mengetahui bahannya dari daging sapi dan belut, gambar belut dan
daging sapi pada kemasan terlihat menarik
Meja 2. Non MSG 54 Saya selalu membelikan makanan non-MSG untuk anak saya. Penting untuk
Daftar kata yang dominan diketahui bahwa produk makanan ini juga tidak mengandung MSG
dan pernyataan Tidak pedas 54 Sangat cocok untuk anak saya karena tidak pedas
Keandalan komposit menunjukkan bahwa penelitian ini memiliki model ukuran yang dapat diandalkan dengan Evaluasi dari
nilai lebih besar dari 0,8, seperti yang dijelaskan dalamRambutdkk. (2014). Selanjutnya, pemuatan untuk item
media sosial
individual menunjukkan kisaran yang dapat diterima untuk pengukuran keandalan, yang semuanya di atas 0,7.
iklan
Validitas konvergen ditentukan untuk memastikan indikator yang digunakan berasal dari konstruk
yang sama. Rata-rata varians diekstraksi (AVE) digunakan untuk menjelaskan validitas konvergen
berdasarkanRambutdkk. (2014). Aturan praktisnya adalah bahwa AVE harus setidaknya 0,5, yang berarti
variabel laten menjelaskan setidaknya 50% varians.Tabel 3menunjukkan bahwa nilai AVE dalam
penelitian ini semuanya di atas 0,70. Selain itu, konstruk yang digunakan memiliki skor AVE yang lebih
tinggi dibandingkan dengan korelasinya dengan variabel laten lainnya. Artinya validitas diskriminan
terpenuhi karena masing-masing variabel memiliki lebih banyak varians dengan indikatornya daripada
yang lain (Rambut dkk.,2014).

Model struktural
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model tersebut memiliki kerangka yang relevan untuk menjelaskan faktor-faktor
penting dalam periklanan media sosial. Nilai yang dirasakan dari iklan memperkuat kesadaran merek. Pada akhirnya,
kesadaran merek yang lebih kuat akan mengarah pada niat beli yang lebih kuat untuk orang tua Muslimmilenial yang
digunakan, seperti yang ditunjukkan padaTabel 4.
Tabel 4menegaskan bahwa model indeks kecocokan dan kualitas memiliki hasil
yang baik. Sekitar 61% dari perubahan nilai iklan dapat dijelaskan oleh keinformatifan,
kredibilitas dan hiburan. Sekitar 29,5% dari perubahan kesadaran merek dapat
ditentukan oleh nilai iklan yang dirasakan. Juga, sekitar 55% dari perubahan niat
pembelian online dapat dijelaskan oleh kesadaran merek. Berdasarkan nilai Stone–
GeiserQ2, model memiliki relevansi prediktif karena ketiga nilai lebih besar dari 0.

Gambar 3menunjukkan model penelitian yang dianalisis oleh program WarpPLS.


Informatif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai yang dirasakan dari iklan (
B=0,35; p <0,01), yang artinyaH1didukung. Hiburan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap persepsi nilai iklan (B=0,48;p <0,001), dan oleh karena itu,H2didukung.
Kredibilitas juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi nilai iklan (B=
0,16;p <0,01), yang artinyaH3didukung. Selanjutnya hasil tersebut menunjukkan
bahwa persepsi nilai iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran
merek (B=0,54;p <0,001), mendukungH4.Karena kesadaran merek berpengaruh positif
dan signifikan terhadap niat beli (B=0,74;p <0,001),H5juga didukung.

Gambar 2.
Media sosial favorit
untuk kaum milenial muslim

orang tua
JIMA Variabel Barang AVE Keandalan komposit

Informatif – 0.83 0,87


Iklan IN.1 adalah sumber informasi berharga tentang produk makanan 0,98 – –
untuk anak-anak saya
Iklan IN.2 di media sosial menampilkan produk untuk anak-anak 0,95 – –
yang saya cari
Iklan IN.3 di media sosial membantu saya tetap up to date 0,95 – –
tentang produk untuk anak-anak yang tersedia di marketplace
Hiburan – 0.77 0.88
EN1. iklan tentang produk untuk anak-anak di media sosial 0,94 – –
menghibur
ID.2. iklan di media sosial tentang produk makanan untuk anak-anak lebih 0.94 – –
menyenangkan daripada konten media lainnya
EN.3 Saya merasa senang memikirkan apa yang saya lihat, dengar, atau baca 0.89 – –
di iklan produk makanan untuk anak-anak
EN.4 Iklan di media sosial tentang makanan untuk anak-anak 0.75 – –
menarik
Kredibilitas – 0.87 0.91
Iklan CR.1 di media sosial tentang makanan untuk anak-anak 0.96 – –
kredibel
Iklan CR.2 di media sosial tentang makanan untuk anak-anak dapat 0.99 – –
dipercaya
Iklan CR.3 di media sosial tentang makanan untuk anak-anak bisa 0.99 – –
dipercaya
Nilai iklan yang dirasakan – 0.87 0.91
AV.1 iklan tentang makanan untuk anak bermanfaat 0.92 – –
AV.2 iklan tentang makanan untuk anak bermanfaat 0.97 – –
AV.3 iklan tentang makanan untuk anak penting 0.96 – –
Kesadaran merek – 0.83 0.90
BA.1 Saya dapat mengingat merek produk makanan untuk anak-anak di media 0.95 – –
sosial
BA.2 Saya dapat mengenali merek produk makanan untuk anak-anak di media 0.99 – –
sosial
BA.3 ada merek produk makanan untuk anak-anak di pikiran 0.96 – –
saya
BA.4 berhubungan dengan kategori produk produk makanan untuk 0.79 – –
anak-anak niat beli – 0.88 0.93
PI.1 membeli produk makanan dari media sosial dari pengiklan 0.99 – –
anak saya dalam waktu dekat
PI.2 Saya berniat untuk membeli produk makanan untuk anak saya melalui 0.94 – –
media sosial ini dalam waktu dekat
Table 3. PI.3 Saya akan membeli produk makanan ini untuk anak saya melalui media sosial 0.97 – –
Items and its loading, dalam waktu dekat
AVE and composite PI.4 Saya berharap untuk membeli produk makanan untuk anak-anak saya 0.99 – –
reliability karena media sosial ini dalam waktu dekat

Endogen/dependent variable R2 Q2
Table 4.
Results of R2 and Advertising value 0.610 0.610
Stone–Geiser Q2 Brand awareness 0.295 0.295
estimates Purchase intention 0.550 0.549
Evaluation of
social media
advertising

Figure 3.
Estimated
parameters in the
structural equation
model

Discussion
The effect of informativeness on the perceived value of advertising
The figure shows that informativeness has a significant effect on the perceived value of
advertising (b = 0.35; p < 0.01), supporting H1. This result is in line with Dao et al. (2014),
which suggested that informativeness has a positive and significant effect on the perceived
value of advertising. Some previous studies on social media advertising also support the
finding of this study. For example, Dehghani et al. (2016) examined the importance of
informativeness on the perceived value of advertising, focusing on an evaluation of young
consumers about YouTube advertising on YouTube. Homburg et al. (2010) found that brand
awareness significantly drives market performance. This link is moderated by market
characteristics and organizational buyers. In line with this, Yang et al. (2013) claimed that
the implementation of both technologies–use and emotion-based issues are the success
factors for mobile marketing and advertising. Grewal et al. (2016) stated that online
marketing could be beneficial for its users because it may provide information on products
and services. Feng et al. (2016) studied mobile advertising and established extrinsic and
intrinsic motivation in seeking information. Online advertising is a brilliant strategy for
today’s marketers to compete and share information with their potential consumers (Lu et
al., 2019). Some studies confirmed consumer-specific behavior in relation to online
marketing (Grewal et al., 2016; Okazaki and Barwise, 2011; Feng et al., 2016; Haq and
Ghouri, 2017; Lu et al., 2019). Therefore, social media and online advertising were perceived
as the best way to reach a potential audience.
Marketers need to design informative advertising in social media, which is a good source of
information for Muslim millennial parents. The information needs to be up to date and helpful for
the audience to make an online purchasing decision. Muslim and non-Muslim consumers may
expect different information related to their religious teaching. For Muslims, important
information may relate to something critical based on their religion. The concept of halal and the
mentioned ingredients are important for Muslim consumers’ (Wilson and
JIMA Liu, 2011). As they follow the ruling of the Quran and Hadith, this information also needs to be
mentioned clearly in the advertising.

The effect of entertainment on the perceived value of advertising


The results show that entertainment has a positive and significant effect on the perceived
value of advertising (b = 0.48; p < 0.001). This is in line with the study of Dao et al. (2014),
which stated that entertainment has a positive and significant effect on the perceived value
of advertising. Furthermore, the research is supported by Dehghani et al. (2016), which
established that entertainment as an independent variable has a positive and significant
influence on the perceived value of advertising. In this study, entertainment has the
strongest effect (b = 0.48), compared to informativeness (b = 0.35) and credibility (b = 0.16),
in predicting perceived advertising value. In Logan (2014), 259 millennials believed Facebook
advertising provided sufficient information, though it was most effective if it was found to
be entertaining.
Hassan et al. (2013) concluded that millennials prefer to watch advertising on Facebook
because it was informative and entertaining. According to Uparimart (2018), entertainment
is a significant predictor of attitude toward social media advertising. It impacts their
behavioral responses such as clicking ads. Yang et al. (2013) prove the application of the
theory of reason action (TRA) on online advertising. Furthermore, the study found that
entertainment has a significant effect on attitudes, intentions and behaviors. Jambulingam
et al. (2019) stated that pleasure contributes to buying a product on Facebook
advertisements by adding “like clicks” on what is entertaining.
The entertainment aspect is critical in the marketplace, though it needs to be
supplemented with other variables. Rodriguez (2018) stated that millennials expect
television advertisements to be as informative as social media. Similarly, social media
advertisements were supposed to be as entertaining as television advertisements. A
previous study also showed that the expectation of customers to receive and the
entertaining message is critical (Zhou and Bao, 2002). The more entertaining a message, the
higher the effectiveness (Wang and Sun, 2010). According to Dao et al. (2014), the
entertainment element has a positive effect on the perceived value of advertising.
Therefore, advertising has to be entertaining, interesting and enjoyable to attract parents.

The effect of credibility on the perceived value of advertising


Credibility has a positive and significant effect on the perceived value of advertising (b =
0.16; p < 0.01). It has a positive and significant effect on the perceived value of advertising.
This is in line with Arnold (2018), which stated that social media is becoming the main source
of information for millennial parents. The results of this study are in line with Dehghani et al.
(2016), which established that credibility as an independent variable has a positive and
significant influence on the perceived value of advertising. Several factors influence the way
credibility affects the perceived value of advertising. This is because the advertisements for
food products for kids have values that make consumers interested. The ads display
testimonials, products offered and interesting advertisements, providing a sense of trust.
This is in line with Gaber et al. (2019) and Arora and Agarwal (2019), which established that
credibility positively and significantly influences customers attitude toward the
advertisement. Furthermore, Saadeghvaziri and Hossein (2011) stated that credibility has a
positive and significant influence on attitude toward the advertisement. Hence, it is
imperative to pay attention to the authenticity of the messages in social media advertising.
Muslim millennial parents want the message in social media to be credible, trustworthy and
believable, especially because they made these decisions for their children. The Halal
symbol and clear ingredients can also be an option for a credible message for Muslim Evaluation of
customers. social media
advertising
The effect of the perceived value of advertising on brand awareness
The results show that the perceived value of advertising has a positive and significant effect
on brand awareness (b = 0.54; p < 0.001). This is in line with Dao et al. (2014), which stated
that the perceived value of advertising has a positive and significant effect on online
purchase intention. Furthermore, Ashman et al. (2015) reported that the perceived value of
advertising has a positive and significant impact on online purchase intention. In cases
where the advertisement provides value, the prospective consumer is most likely to buy the
product advertised after watching the ad. Gaber et al. (2019) stated that informativeness
and lack of irritation had a significant influence on the brand’s attitude. Value is a useful tool
for measuring the effectiveness of advertising (Arora and Bhawna, 2020; Arora et al., 2018;
Rodriguez, 2018). Therefore, the perceived value of advertising influences customer
awareness of the brands. Once Muslim millennial parents saw a useful, valuable and
essential advert, they remember the brands. Based on the result of the qualitative phase
and studies on Muslim customers’ responses toward the ads, advertisements targeting
Muslims should consider social factors such as family, tradition and culture (Kamassi, 2019).
In line with findings in this study, increasing value in social media ads enhances brand
awareness for Muslimmillennial parents.

The effect of brand awareness on online purchase intention


Brand awareness has a positive and significant effect on purchase intention (b = 0.74; p <
0.001). This assertion is in line with Dehghani et al. (2016), which evaluated the influence of
YouTube advertising for the attraction of young customers. The study established that
brand awareness has a positive and significant effect on purchase intention. Arora and
Bhawna (2020) also reported a significant role of informativeness, entertainment, credibility,
incentives, pre-purchase search motivation and social escapism motivation in predicting
attitudes toward social media advertising on 472 users. These results are in line with Shahid
et al. (2017) and Rodney and Wakeham (2016), which concluded that social media marketing
communications have a significant influence on the hierarchy response model attitude
stages. According to Leung et al. (2017), motivation, congruity and attitudes toward ads on
marketing are critical. The study established that ad clicks affected purchase intention in the
research model. This study concludes that the more parents remember the brands, the
stronger their intention to purchase. Social media advertising is effective in attracting
Muslimmillennial parents to buy products for their kids.

Conclusions
The findings of this study show that Muslim millennial parents are active on social media. There is
an equal chance for parents to access mobile marketing. Parents appreciate this form of
advertisement as reliable sources of information regarding products for their kids. They
acknowledge the importance of religious and Islamic elements in finding correct food for their
kids such as halal labels. However, they also expect something more such as the items being
healthy and of good taste.
Informativeness, entertainment and credibility have positive impacts on the perceived
value of advertising related to food products for kids. This shows that respondents might
feel the value of information in a food product for ads. Compared to the other to
informativeness and credibility, which also predict the perceived value in advertising,
JIMA

Figure 4.
Example of
packaging

entertainment has the strongest effect. In this case, an advertisement entertains by


displaying funny animations and unique and creative packaging.
Millennial parents use social media as a source of information. The increase in the
perceived value of this platform raises brand awareness. Respondents are familiar with the
names of some products advertised. The higher the brand awareness, the greater the
purchase intention. This means social media advertisement is quite effective in building
brand awareness for millennial parents.

Managerial implications
Informativeness, entertainment, and credibility have a positive and significant impact on the
perceptive value of advertising in a food product for kid’s ads. Therefore, marketers need to
be up to date with information related to products and their choices. The sources need to be
credible with trustworthy and entertaining information. This study shows that parents
appreciate the contents of the ads. The result of estimated parameters in the SEM model
confirms that entertainment has a more substantial effect than informativeness and
credibility for Muslim millennial parents. For this reason, marketers need to pay attention to
this issue.
Fun can be achieved by the verbal-visual language of advertising. There is an example of
products for kids in Indonesian social media advertising targeting millennial parents. It
shows the fun element of packaging with information about products, including the
halalness. The choice of bright, bold, lively colors can be attractive for parents. All, elements
in the product should also be interesting enough for children. The use of animals, cartoons
such as the dancing cow wearing black sunglasses along with funny words means this can
be a good ad. This study shows that ads need to be informative, entertaining and credible.
The critical elements related to Islamic teaching also need to be mentioned, including the
Halal logo. Based on the qualitative phase of this study, parents concern about detailed
information about products. On the bottom right of Figure 4, the Halal logo, together with
the other symbol providing information such as non-MSG, delicious, healthy and not spicy,
is shown. Marketers should include all these elements to attract Muslimmillennial parents.
References Evaluation of
Al-Hyari, K., Alnsour, M., Al-Weshah, G. and Haffar, M. (2010), “Religious beliefs and consumer social media
behaviour: from loyalty to boycotts”, Journal of Islamic Marketing, Vol. 3 No. 2, pp. 155-174.
advertising
Arora, T. and Bhawna, A. (2020), “An empirical study on determining the effectiveness of social media
advertising: a case on Indian millennials”, International Journal of E-Business Research, Vol. 16 No.
2, pp. 47-68.
Arora, T. and Agarwal, B. (2019), “Empirical study on perceived value and attitude of millennials
towards social media advertising: a structural equation modelling approach”, Vision: The Journal
of Business Perspective, Vol. 23 No. 1, pp. 56-69.
Arora, T., Agarwal, B. and Kumar, A. (2018), “A study of millennials’s preferences for social media
advertising in Delhi NCR”, Indian Journal of Marketing, Vol. 49 No. 10, pp. 34-51.
Arnold, K. (2018), “Digital constructions of millennial womanhood”, available at: https://
digitalcommons.hope.edu/curcp_17/2/
Ashman, R., Solomon, M.R. and Wolny, J. (2015), “An old model for a new age: consumer decision making
in participatory digital culture”, Journal of Customer Behaviour, Vol. 14 No. 2, pp. 127-146.
Aydogan, S., Aktan, M. and Aysuna, C. (2016), “Web advertising value and students’ attitude
towards web advertising”, European Journal of Business and Management, Vol. 8 No. 9, pp.
86-97.
Bart, Y., Stephen, A.T. and Sarvary, M. (2014), “Which products are best suited to mobile advertising?
A field study of mobile display advertising effects on consumer attitudes and intentions”, Journal
of Marketing Research, Vol. 51 No. 3, pp. 270-285.
Berg, B., Stylianou, A.C. and Mezei, R.A. (2018), “Information foraging – a model for exploration
breadth and depth”, Information Systems Management, Vol. 35 No. 2, pp. 161-180.
Bess, C. and Bartolini, C. (2011), “Cultivating millennials and harvesting the value they produce”, Cutter
IT Journal, Vol. 24 No. 9, pp. 11-17.
Bryman, Z. (2006), “Integrating quantitative and qualitative research: how is it done?”, Qualitative
Research, Vol. 6 No. 1, pp. 97-114.
Cobb-Walgren, C., Ruble, C.A. and Donthu, N. (2013), “Brand equity, brand preference and purchase
intention”, Journal of Advertising, Vol. 24 No. 3, pp. 25-40.
Creswell, J.W., Klassen, A.C., Plano Clark, V.L. and Smith, K.C. (2011), Best Practices for Mixed
Methods Research in the Health Sciences, National Institutes of Health, Bethesda, MD, pp.
541-545.
Dao, W.V., Nhat, A., Le, H., Ming-Sung, J. and Chen, D.C. (2014), “The review of marketing communications
social media advertising value”, International Journal of Advertising, Vol. 33 No. 15, pp. 37-41.
Dawar, N. and Parker, P. (1994), “Marketing universals: consumers’ use of brand name, price, physical
appearance, and retailer reputation as signals of product quality”, Journal of Marketing, Vol. 58
No. 2, pp. 81-95, doi: 10.2307/1252271.
Dehghani, M. and Tumer, M. (2015), “A research on effectiveness of facebook advertising on enhancing
purchase intention of consumers”, Computers in Human Behavior, Vol. 49 No. 1, pp. 597-600, doi:
10.1016/j.chb.2015.03.051.
Dehghani, M., Niaki, M.K., Ramezani, I. and Sali, R. (2016), “Evaluating the influence of YouTube
advertising for attraction of young customers”, Computers in Human Behavior, Vol. 59, pp.
165-172.
De Iulio, S. (2010), “The construction of fun in food advertisements targeting children”, Young
Consumers, Vol. 11 No. 2, pp. 96-107.
De Mooij, M. and Hofstede, G. (2010), “The Hofstede model: applications to global branding and
advertising strategy and research”, International Journal of Advertising, Vol. 29 No. 1, pp.
85-110. doi: 10.2501/S026504870920104X.
JIMA Eastman, J.K., Iyer, R., Liao-Troth, S. and Williams, D.F. (2014), “The role of involvement on millennials
mobile technology behavior: the moderating impact of status consumption, innovation and
opinion leadership”, Journal of Marketing Theory and Practice, Vol. 22 No. 4, pp. 455-456.
Eka, R. (2017), “Memahami potensi dan tantangan ‘mobile advertising’ di Indonesia”, Dailysocial.id,
available at: https://dailysocial.id/post/memahami-potensi-dan-tantangan-mobile-advertising-
diindonesia (accessed 23 July 2019).
Eckler, P. and Bolls, P. (2011), “Spreading the virus: emotional tone of viral advertising and its
effect on forwarding intentions and attitudes”, Journal of Interactive Advertising, Vol. 11 No.
2, pp. 1-11.
Erdem, T., Swait, J. and Valenzuela, A. (2006), “Brands as signals: a cross-country validation study”,
Journal of Marketing, Vol. 70 No. 1, pp. 34-49.
Feng, X., Fu, S. and Qin, J. (2016), “Determinants of consumers’ attitudes toward mobile advertising: the
mediating roles of intrinsic and extrinsic motivations”, Computers in Human Behavior, Vol. 63, pp.
334-341.
Fimela (2018), “Lifestyle relationship”, available at: https://www.fimela.com/lifestyle-relationship/read/
3813980/indonesia-jadi-negara-paling-cepat-menikah-di-dunia-benarkah
Gaber, H.R., Wright, L.T. and Kooli, K. (2019), “Consumer attitudes towards Instagram advertisements
in Egypt: the role of the perceived advertising value and personalization”, Cogent Business and
Management, Vol. 6 No. 1, pp. 1-13.
Grewal, D., Bart, Y., Spann, M. and Pal, P. (2016), “Mobile advertising: a framework and research
agenda”, Journal of Interactive Marketing, Vol. 34 No. 4, pp. 3-14.
Gregg, G.S. (2017), Social Values andMoral Intuitions: TheWorld-Views of “Millenial YoungAdults”, Routledge,
NewYork, NY.
Guraõu, C. (2012), “A life-stage analysis of consumer loyalty profile: comparing generation X and
millennial consumers”, Journal of Consumer Marketing, Vol. 29 No. 2, pp. 103-113, doi: 10.1108/
07363761211206357.
Hair, J.F., Black, W., Babin, B.J. and Anderson, R.E. (2014), Multivariate Data Analysis: Pearson New
International Edition, 7th ed., Pearson, London.
Hair, J.F., Jr, Hult, G.T.M., Ringle, C. and Sarstedt, M. (2013), A Primer on Partial Least Squares
Structural Equation Modeling (PLS-SEM), Sage Publications, Los Angeles.
Hassan, M.U., Fatima, S., Akram, A., Abbas, J. and Hasnain, A. (2013), “Determinants of consumer
attitude towards social-networking sites advertisement: testing the mediating role of advertising value”,
Middle-East Journal of Scientific Research, Vol. 16 No. 3, pp. 319-330.
Henseler, J. and Chin, W.W. (2010), “A comparison of approaches for the analysis of interaction effects
between latent variables using partial least squares path modeling”, Structural Equation Modeling
AMultidisciplinary Journal, Vol. 17 No. 19, pp. 82-109, doi: 10.1080/10705510903439003.
Hoffman, D.L. and Novak, T.P. (2012), “Toward a deeper understanding of social media”, Journal of
Interactive Marketing, Vol. 26 No. 2, pp. 69-70.
Homburg, C.H., Klarmann, M. and Schmitt, J. (2010), “Brand awareness in business markets: when is it
related to firm performance?”, International Journal of Research in Marketing, Vol. 27 No. 3, pp.
201-212. doi: 10.1016/j.ijresmar.2010.03.004.
Haq, M.A. and Ghouri, A.M. (2017), “Distinctive characteristics of mobile advertising in measuring
consumers’ attitude: an empirical study”, Journal of Management Sciences, Vol. 4 No. 2, pp.
199-216.
Huang, R. and Sarigollu, E. (2012), “How brand awareness relates to market outcome, brand equity, and
the marketing mix”, Journal of Business Research, Vol. 65 No. 1, pp. 92-99.
Internet World Stats (2019), “The 20 countries in internet users vs. rest of the world- June 30, 2019”,
available at: https://www.internetworldstats.com/top20.htm
Jambulingam, M., Dorasamy, M., Balasundrasun, N.L. and Matiah, J. (2019), “The structural Evaluation of
relationship between like clicks and purchase intention on Facebook advertisements among
millennials”, Academy of Entrepreneurship Journal, Vol. 25 No. 4, pp. 1-10.
social media
Joubert, T. and Kriek, H.J. (2009), “Psychometric comparison of paper and pencil and online personality
advertising
assessments in a selection setting”, SA Journal of Industrial Psychology, Vol. 35 No. 1, pp. 78-88,
doi: 10.4102/sajip.v35i1.727.
Kamalul Ariffin, S., Ismail, I. and Mohammad Shah, K.A. (2016), “Religiosity moderates the relationship
between ego-defensive function and attitude towards advertising”, Journal of Islamic Marketing, Vol. 7 No.
1, pp. 15-36.
Kamassi, A. (2019), “Muslim consumer perception toward advertising practices: an exploratory study”,
Journal of Islamic Marketing, ahead-of-print.
Kim, Y. and Han, J. (2014), “Why smartphone advertising attracts customers: a model of web
advertising, flow, and personalization”, Computers in Human Behavior, Vol. 33, pp. 256-269.
Kim, M.J., Chung, N. and Lee, C.K. (2011), “The effect of perceived trust on electronic commerce :
shopping online for tourism products and services in South Korea”, Tourism Management, Vol. 32
No. 2, pp. 256-265.
Kim, S.B., Sun, K.A. and Kim, D.Y. (2013), “The influence of consumer value-based factors on attitude
behavioral intention in social commerce: the differences between high- and low-technology
experience groups”, Journal of Travel and TourismMarketing, Vol. 30 Nos 1/2, pp. 108-125.
Kumairoh (2019), “Didorong pemilu belanja iklan tumbuh 4 persen di kuartal I 2019”, Wartaekonomi.co.
id, available at: www.wartaekonomi.co.id/read225858/didorong-pemilu-belanja-iklan-tumbuh-4- persen-
di-kuartal-i-2019 (accessed 25 June 2020).
Leung, X.Y., Bai, B. and Erdem, M. (2017), “Hotel social media marketing: a study on message strategy
and its effectiveness”, Journal of Hospitality and Tourism Technology, Vol. 8 No. 2, pp. 239-255, doi:
10.1108/JHTT-02-2017-0012.
Liu, C.L.E., Sinkovics, R.R., Pezderka, N. and Haghirian, P. (2012), “Determinants of consumer
perceptions toward mobile advertising - a comparison between Japan and Austria”, Journal of
Interactive Marketing, Vol. 26 No. 1, pp. 21-32.
Logan, K. (2014), “Why isn’t everyone doing it? A comparison of antecedents to following brands on
Twitter and Facebook”, Journal of Interactive Advertising, Vol. 14 No. 2, pp. 60-72.
Lu, C., Wu, I. and Hsiao, W. (2019), “Developing customer product loyalty through mobile advertising:
affective and cognitive perspectives”, International Journal of Information Management, Vol. 47
No. 1, pp. 101-111.
McKenzie, S.B. and Lutz, R.J. (1989), “An empirical examination of the structural antecedents of attitude
toward the ad in an advertising pretesting context”, Journal of Marketing, Vol. 53 No. 2, pp.
48-65.
Muntinga, D.G., Moorman, M. and Smit, E.G. (2011), “Introducing COBRAs”, International Journal of
Advertising, Vol. 30 No. 1, pp. 13-46.
Myrick, J.G. (2016), “#Stupidcancer: exploring a typology of social support and the role of emotional
expression in a social media community”, Health Communication, Vol. 31 No. 5, pp. 596-605.
Naumosvka, L. and Milenkovska, A. (2017), “Marketing to children: the impact of digital media”,
International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, Vol. 7 No. 5, pp.
222-699.
Neging, P., Musa, R., Kasuma, J. and Neging, M. (2018), “Millenial and internet: a positive behavior
effect of pathological internet use (PIU)”, International Journal of Business and Society, Vol. 18 No.
3, pp. 619-631.
O’Connor, H., Koslow, S., Kilgour, M. and Sasser, S. (2016), “Do marketing clients really get the
advertising they deserve? The trade-off between strategy and originality in Australian and New
Zealand agencies”, Journal of Advertising, Vol. 45 No. 1, pp. 147-155.
JIMA Okazaki, S. and Barwise (2011), “Has the time finally come for the medium of the future?”, Journal of
Advertising Research, Vol. 51 No. 1, pp. 59-71.
Pew Research Center (2010), “Millennials: confident. connected. open to change”, available at: http://
www.pewsocialtrends.org/2010/02/24/millennials-confident-connected-opento-change/
Richards, J.I. and Curran, C.M. (2002), “Oracles on ‘advertising’: searching for a definition”, Journal of
Advertising, Vol. 31 No. 2, pp. 63-77.
Rodney, G. and Wakeham, M. Dr (2016), “Social media marketing communications effect on attitudes
among millennials in South Africa”, The African Journal of Information Systems, Vol. 8 No. 3, article
2.
Rodriguez, B.A. (2018), “The perceptions of millennials regarding television and social media
advertising platforms: a phenomenological study”, Doctoral dissertation, North central
University.
Saadeghvaziri, F.J. and Hossein, H.K. (2011), “Mobile advertising: an investigation of factors creating
positive attitude in Iranian customers”, African Journal of Business Management, Vol. 5 No. 2, pp.
394-404.
Sari, D.K. (2014), “Reinventing religiosity in Minangkabau society”, Simposium Antarbangsa Muafakat
Minang, pp. 170-175.
Sari, D.K., Mizerski, D. and Liu, F. (2017), “Boycotting foreign products: a study of Indonesian Muslim
consumers”, Journal of Islamic Marketing, Vol. 8 No. 1, pp. 16-34.
Setyastuti, Y. Suminar, J.R. Hadiswi, P. and Zubair, F. (2019), “Millenial moms: social media as the
preferred source of information about parenting in Indonesia”, Library Philosophy and Practice, p.
2558.
Shafiq, A., Haque, A., Abdullah, K. and Jan, M.T. (2017), “Beliefs about Islamic advertising: an
exploratory study in Malaysia”, Journal of Islamic Marketing, Vol. 8 No. 3, pp. 409-429.
Stephen, A.T. and Toubia, O. (2010), “Deriving value from social commerce networks”, Journal of
Marketing Research , Vol. 47 No. 2, pp. 215-228. doi: 10.1509/jmkr.47.2.215.
Shahid, Z., Hussain, T. and Zafar, F. (2017), “The impact of brand awareness on the consumers’
purchase intention”, Journal of Accounting and Marketing, Vol. 6 No. 1, p. 223, doi: 10.4172/2168-
9601.1000223.
Suppat, S. and Fa’athin, S. (2019), “The Muslim millennial family typology: the role of Muslim family
circumflex model to avoid parents’ violent behavior against children in Indonesia”, Indonesian
Journal of Islam and Muslim Societies, Vol. 9 No. 1, pp. 57-81.
Shyan Fam, K., Waller, D.S. and Zafer Erdogan, B. (2004), “The influence of religion on attitudes
towards the advertising of controversial products”, European Journal of Marketing, Vol. 38 Nos
5/6, pp. 537-555.
Tan, G.W., Lee, V., Hew, J., Ooi, K. and Wong, L. (2018), “The interactive mobile social media
advertising: an imminent approach to advertise tourism products and services?”, Telematics and
Informatics, Vol. 35 No. 8, pp. 2270-2288.
Tay, D. (2016), “Why Indonesia’s mobile market is attracting international companies and talent”,
available at: https://www.techinasia.com/mobile-market-indonesia (accessed 12 August
2019).
Tsimonis, G. and Dimitriadis, S. (2014), “Brand strategies in social media”, Marketing Intelligence and
Planning, Vol. 32 No. 3, pp. 328-344.
Unal, S., Ercis, A. and Keser, E. (2011), “Attitudes towards mobile advertising – a research to determine
the differences between the attitudes of youth and adults”, Social and Behavioral Sciences
Journals, Vol. 24, pp. 361-377.
Uparimart, C. (2018), “Measuring the influence of YouTube advertising in creating attractiveness to
consumer in Bangkok, Thailand”, International Research E- Journal on Business and Economics,
Vol. 4 No. 1, pp. 19-38.
Wang, S.W., Kao, G.H.Y. and Ngamsiriudom, W. (2017), “Consumers’ attitude of endorser credibility, Evaluation of
brand and intention with respect to celebrity endorsement of the airline sector”, Journal of Air
Transport Management, Vol. 60, pp. 10-17.
social media
Wang, Y. and Sun, S. (2010), “Examining the role of beliefs and attitudes in online advertising: a
advertising
comparison between the USA and Romania”, International Marketing Review, Vol. 27 No. 1, pp.
87-107.
Watson, C., Mccarthy, J. and Rowley, J. (2013), “International journal of information management
consumer attitudes towards mobile marketing in the smart phone era”, International Journal of
Information Management, Vol. 33 No. 5, pp. 840-849.
Wilson, J.A.J. (2012), “The new wave of transformational Islamic marketing”, Journal of Islamic
Marketing, Vol. 3 No. 1, pp. 5-11.
Wilson, J.A.J. and Liu, J. (2011), “The challenges of Islamic branding: navigating emotions and halal”,
Journal of Islamic Marketing, Vol. 2 No. 1, pp. 28-42.
Wilson, J.A.J., Belk, R.W., Bamossy, G.J., Sandicki, O., Kartajaya, H., Sobh, R. and Scott, L. (2013),
“Cresent marketing, Muslim geographies and brand Islam, reflections from JIMA senior advisory
board”, Journal of Islamic Marketing, Vol. 4 No. 1, pp. 22-50.
Yang, B., Kim, Y. and Yoo, C. (2013), “The integrated mobile advertising model: the effects of
technology- and emotion-based evaluations”, Journal of Business Research, Vol. 66 No. 9, pp.
1345-1352.
Zeng, F., Huang, L. and Dou, W. (2009), “Social factors in users perceptions and responses to
advertising in online social networking commamúes”, Journal of Interactive Advertising, Vol. 10
No. 1, pp. 1-13.
Zha, X., Li, J. and Yan, Y. (2015), “Advertising value and credibility transfer: attitude towards web
advertising and online information acquisition”, Behaviour and Information Technology, Vol. 34
No. 5, pp. 520-532.
Zhang, J. and Mao, E. (2016), “From online motivations to ad clicks and to behavioral intentions: an
empirical study of consumer response to social media advertising”, Psychology and Marketing,
Vol. 33 No. 3, pp. 155-164.
Zhou, Z. and Bao, Y. (2002), “Users’ attitudes toward web advertising: effects of internet motivation and
internet ability”, Advances in Consumer Research, Vol. 29, pp. 71-78.

About the authors


Dessy Kurnia Sari got her PhD from the UWA Business School, the University of Western Australia. She
received a Master of Business (Advanced) from the University of Queensland, Australia. Her research
interests focus on Islamic marketing, cross-cultural consumer studies, Muslim consumers, boycott
behavior, as well as Muslim’s choices of foreign products and brands. She is an Assistant Professor at the
Department of Management, Universitas Andalas, Indonesia. Dessy Kurnia Sari is the corresponding
author and can be contacted at: dessyks@eb.unand.ac.id
Suziana Suziana is a Lecturer at the Department of Management, Universitas Andalas, Indonesia. Her
research interest focuses on marketing management. She is now doing her PhD in Universiti Selangor
Malaysia.
Donard Games is an Assistant Professor at the Department of Management, Universitas Andalas,
Indonesia. He gets his PhD from the University of Western Australia Business School. His research
interests include SME innovation, ethnic entrepreneurship and Islamic entrepreneurship.

For instructions on how to order reprints of this article, please visit our website:
www.emeraldgrouppublishing.com/licensing/reprints.htm Or contact us for
further details: permissions@emeraldinsight.com

También podría gustarte