Está en la página 1de 16

TUGAS RESUME

PERILAKUBERESIKOPADAREMAJADANPRAKONSEPSI

DISUSUSNOLEH :
LIDIA PUSPITA SARI

2115302176

PROGRAMSTUDIS-1KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN FORT DE KOCK
BUKITTINGGITAHUNPELAJARAN2022
KATAPENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa,karena berkat rahmat dan karunia yang telah diberikan,penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan resume tentang “Perilaku Beresiko Pada Remaja”.
Penulisan isi makalah ini masih jauh dari sempurna, serta masih perlu di
kembangkan lebih lanjut lagi sebagaimana mestinya,mungkin ha lini dikarenakan
faktor kemampuan dan lain sebagainya yang menghambat prosespembuatannya
penulis berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yangterbaik.
Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dari
semua pihak,guna untuk perbaikan dan kesempurnaan isi dari makalah ini.Semoga
makalah ini mampu memberikan konstribusi positif dan bermakna dalam proses
pembelajaran. Akhir kata kami sebagai penulis mengucapkan terimakasih bagi
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Talu,Mai2023

Penulis
RESUME PERILAKU BERESIKO PADA REMAJA

PEMBAHASAN

1. Pengertian Perilaku Beresiko

Yang dimaksud dengan perilaku yang berisiko pada remaja dalam

tulisan ini yaitu segala perilaku remaja yang diasumsikan dapat

mengakibatkan dampak yang kurang baik dan berisiko terhadap

kesehatan, misal pengetahuan yang rendah tentang kesehatan

reproduksi termasuk yang berkaitan dengan penyakit menular seksual

(PMS), berpacaran terlalu dalam termasuk menonton video asusila

hingga memicu perilaku seks bebas, penggunaan alat kontrasepsi

sebelum menikah dan menikah di usia muda, serta pengguguran

kandungan secara tidak aman.

Masalah kesehatan pada remaja berkaitan dengan perilaku

yangberisiko, yaitu merokok, minum-minuman beralkohol,

penyalahgunaannarkoba, dan melakukan hubungan seksual pranikah.

Perilaku berisiko pada remaja mengacu pada segala sesuatu yang

berrkaitan dengan perkembangan kepribadian dan adaptasi dari remaja.

2. Pengertian Remaja

Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 - 19 tahun,

menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 remaja

adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN, 2019) tentang usia

remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Remaja adalah waktu

manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat

disebut sudah dewasa dan juga tidak juga disebut anak-anak.


Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak

menuju dewasa. Remaja juga dapat didefinisikan secara biologis

sebagai perubahan fisik yang ditandai dengan permulaan pubertas dan

penghentian pertumbuhan fisik; secara kognitif, sebagai perubahan

dalam berfikir secara abstrak atau secara sosial, sebagai periode

persiapan untuk menjadi orang dewasa (Forum Anak Nasional (FAN),

2021). Menurut beberapa ahli rentang usia remaja ialah 10 tahun hingga

21 tahun. Remaja adalah fase peralihan dari anak anak menuju dewasa.

Pertumbuhan pada remaja terjadi secara serentak seperti perkembangan

fisik, kreatif, kognitif, sosial dan bahasa. Respon yang terjadi pada

setiap tahap perkembangan anak berubah dari waktu ke waktu karena

kedewasaan, lingkungan, reaksi dari orang lain di sekitarnya atau

bimbingan orang tua (Diananda, 2019).

3. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Beresiko

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seksualitas Remaja Beberapa

faktor yang mempengaruhi seksual remaja menurut Santrock (2003), yaitu

sebagai berikut:

A. Kultur dan budaya Budaya mempengaruhi sifat seksual seperti aturan

tentang pernikahan, harapan peran perilaku, tanggung jawab sosial,

dan praktek seks tertentu, karena sikap masyarakat yang bervariasi,

seperti sikap tentang masa anak- anak dan remaja bermain seksual

dengan diri sendiri atau dari jenis kelamin yang sama atau lawan jenis

yang dibatasi. Hubungan alat kelamin sebelum dan dilakukan diluar

nikah serta menyukai sesama lawan jenis (homo seksual) mungkin

tidak dapat diterima atau ditoleransi dalam masyarakat karena

seksualitas diatur oleh budaya.


B. Nilai agama

Agama mempengaruhi remaja dalam mengekpresikan seksual,

memberikan pedoman bagi remaja agar mampu mengontrol perilaku

seksual serta perilaku-perilaku seksual yang dilarang dapat menerima

akibat dari melanggar aturan tersebut.

C. Etika

Etika merupakan bagian yang tak terpisahkan dari agama, banyak

individu dan kelompok telah mengembangkan kode etik baik tertulis

maupun tidak tertulis berdasarkan prinsip etika. Masyarakat

berpandangan bahwa masturbasi, hubungan oral atau anal, sebagai

suatu hal yang aneh, menyimpang atau salah. Masyarakat menerima

ungkapan seksual dalam bentuk hubungan yang dilakukan oleh orang

dewasa dan tidak berbahaya bagi pasangan tersebut agar tidak terjadi

adanya pemaksaan dari pasangan dalam mengekspresikan seksual.

d. Tekanan teman pergaulan

Teman pergaulan atau yang biasanya disebut teman bermain, teman

bermain juga memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah

keluarga, dilingkungan pergaulan remaja akan mengikuti apa saja

yang dilakukan dilingkungan pergaulan tersebut. Pergaulan teman

bermain yang bermacam- macam, seperti mulai menyukai dengan hal

yang berbau pornografi dan seksualitas, mengajak melihat video

porno, membicarakan hal tentang pornografi. Jika remaja tidak bisa

mengendalikan diri maka remaja sangat mudah mengikuti lingkungan

di sekitarnya, apalagi di dorong dengan rasaingin tahu tentang seks

yang besar dari diri remaja.

Perilaku beresiko remaja yang disebab kan oleh gangguan

penyesuaian diri muncul karena dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri
remaja(internal) maupun faktor dari luardiri (eksternal).

Faktor internal meliputi:

1. Problem psikologis dan sosial yang sedang dihadapi. Menghadapi masa

remaja yang penuh tantangan membuat remaja rentan menghadapi

tekanan, akibatnya dapat muncul persoalan psikologis seperti stress

dandepresi. Belum lagi jika ditambah remaja dengan kebutuhan khusus

dan gangguan psikopatologis.

2. Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak terbiasa mengendalikan diri

dan mempertahankan usaha untuk mencapai tujuan yang lebih

tinggi,cenderung mudah terlena untuk mendapatkan kenikmatan instant

dengan melakukan perilaku beresiko, yang justru pada akhirnya malah

menambah persoalan baru.

Beberapa faktor eksternal diantaranya adalah:

1. Persoalan keluarga.

2. Pengaruh negatif teman sebaya.

3. Pengaruh negatif komunitas. Kemiskinan, kurangnya akses

pendidikan,komunitas yang acuh dan permisif pada pelanggaran dapat

membuat remaja lebih rentan terjerumus dalam perilaku beresiko dan

menghambat perkembangan diri remaja.

4. Bentuk perilaku kesehatan berisiko

Permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja dapat dikelompokkan

sebagai berikut (Depkes etal, 2005) :

1. Perilaku beresiko

2. Kurangnya akses pelayanan kesehatan

3. Kurangnya informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan

4. Banyak akses pada informasi yang salah tanpa tapisan

5. Masalah IMS termasuk infeksi HIV dan AIDS


6. Tindak kekerasan seksual; pemerkosaan, pelecehan seksual dan

transaksi seks komersial

7. Kehamilan dan persalinan usia muda yang beresiko kematian ibu dan

bayi

8. Kehamilan yang tidak dikehendaki, yang seringkali menjurus kepada

aborsi yang tidak aman dan komplikasinya.

Perilaku berisiko pada remaja menurut Eaton,Dkk(2011)

meliputikekerasan seperti memukul,menampar,atau pertempuran serta perilaku

pelecehan seksual dan bullying. Merokok juga bentuk perilaku kesehatan

cenderung berisiko pada remaja, banyak remaja merokok akibat

terpengaruholeh teman-temannya ataupun sebaliknya, penggunaan alkohol dan

obat-obatanlainnya dikalangan remaja juga sering terjadi baik dinegara yang

berkembangataupun yang sudah maju.Bahkan di beberapa negara pengguna

alkohol sering dikaitkan dengan kebudayaan setempat.Sebagai konsekuensinya

adalah timbulnya penyalah gunaan bahan atau obat-obatan tersebut yang

berakibat buruk terhadap diri pengguna ataupun orang lain.

a. Kekerasan

Kekerasan remaja masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang


serius.Remaja adalah yang paling sering menjadi korban kekerasan oleh teman
sebaya mereka.Anggota ras dan etnis minoritas beresiko lebih besar menjadi
korban atau pelaku kekeraan remaja.Perbedaan antara jenis kelamin juga
mencolok, karena kekerasan remaja secara tidak seimbang mempengaruhi laki-
laki.Kekerasan remaja memiliki implikasi ekonomi yang signifikan juga, dan
biaya jauh lebih besar daripada pengeluaran medis sederhana (Diclemente,
Santelli, & Crosby, 2009).

b. Bullying

Bentuk perilaku bullying yang dilakukan siswa disekolah bisa bullying verbal,
bullying fisik, bullying mental psikologis.Bullying verbal seperti menertawakan,
menggosipkan, mengejek dan menjauhi teman.Bullying fisik diantaranya seperti
memukul, mencupit, menendang dan mendorong.Sedangkan
bullyingmental/psikologis seperti mempermalukan. Alasan dari bullying
biasanya karena kesal, iseng, hanya lelucon, meskipun itu dianggap remeh
ataupun hal yang asik atau lelucon bagi si pelaku bullying tetapi itu adalah hal
yang menyakitkan bagi korban bullying. Bukan hanya mengganggu fisik tetapi
psikis dan mentalnya juga akan tergangu, yang mana itu akan menggangu
keseharian dan aktivitasnya. Dan biasanya pelaku bullying bukan hanya
dilakukanhanya 1 orang saja tetapi itu bisa 1-5 orang bahkan bisa lebih.

c. Pelecehan seksual

Pelecehan seksual sering terjadi di kalangan remaja baik itu di SD, SMP maupun
SMA, yang mana biasanya tertuju kepada perempuan. Pelecehan seksual juga bisa
seperti mengomentari bagian tubuh seseorang, dan pada remaja bisa juga terjadi
seperti memegang area sensitif.Hal itu bisa menyebabkan korban menjadi
terganggu dan trauma

d. Merokok

Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi


si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si
perokok itu sendiri maupun orang-orang di sekitarnya

e. Penggunaanalkoholdan Pengetahuan tentangalkohol

Penggunaan alkohol di kalangan remaja sering terjadi, baik dinegara sedang


berkembang maupun di Negara yang sudah maju.Bahkan di beberapa negara
pengguna alkohol sering dikaitkan dengan kebudayaan setempat.Semua remaja
memiliki resiko untuk menggunakan alkohol.Namun ada beberapa faktor risiko
yang mengkonsumsi alkohol dikalangan para remaja meningkat seperti risiko
genetik.Pola asuh dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap
penggunaan alkohol pada remaja, dan pengaruh teman dekat untuk
menggunakan alkohol lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak dikenal
(Sidhiarta & Westa, 2009).

5. CaraMencegah PerilakuBeresiko
Program kesehatan remaja yang telah banyak dilakukan adalah usaha
pencegahan perilaku beresiko remaja, terutama tentang perilaku seks beresiko dan
penyalahgunaan zat adiktif.. Ketersediaan akses dan informasi yang lengkap dapat
mempengaruhi keterampilan remaja dalam mengambil keputusan untuk berperilaku
sehat. Remaja perlu memahami bahwa setiap keputusan yang diambilnya akan
menghasilkan konsekuensi yang harus ditanggung seumur hidupnya baik secara fisik,
psikis dan sosial.
Di era globalisasi ini, akses informasi cukup luas, termasuk informasi tentang
berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku beresiko remaja. Oleh karena itu, yang
lebih diperlukan oleh remaja bukan sekedar informasi namun lebih penting
bagaimana mengembangkan cara-cara pengelolaan diri remaja. Secara personal,
program kesehatan remaja dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan
pengendalian diri dan perilaku produktif untuk dapat menghadapi perubahan identitas
perannya sebagai remaja. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol
diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan.
Remaja sebaiknya mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa
yang telah melampaui masa remajanya dengan baik, atau juga mereka yang berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini. Selain itu, penting juga
mengkondisikan faktor-faktor di luar diri remaja agar dapat mendukung kemampuan
pengelolaan diri remaja, seperti, seperti: hubungan dengan orang tua dan teman
sebaya. Sebaiknya orangtua juga mau berupaya untuk membenahi kondisi keluarga
sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
Pola asuh dan komunikasi orang-tua dan anak diupayakan menjadi lebih berorientasi
pada kebutuhan perkembangan remaja, orang-tua akan berperan sebagai support
system bagi remaja sehingga remaja yang merasa aman dan diterima orang-tuanya
akan lebih mampu menghadapi tantangan perubahan masa remaja. Dalam hubungan
dengan teman sebaya, remaja perlu mengembangkan ketahanan diri agar tidak mudah
terpengaruh jika sikap dan perilaku teman sebaya atau komunitas tidak produktif atau
bahkan dapat merugikan diri dan masa depan remaja. Pada umumya, waktu remaja
lebih banyak dihabiskan di sekolah, sehingga lingkungan sekolah juga dapat
dipandang sebagai tantangan dunia remaja. Maka sistim pendidikan di sekolah perlu
menyeimbangkan perkembangan aspek kognitif dan juga aspek kepribadian agar si
remaja lebih mampu mengembangkan keterampilan hidup di sekolah. Lebih lanjut,
aspek demografis juga perlu diperhatikan karena kebutuhan kesehatan reproduksi
remaja di berbagai wilayah di Indonesia juga dapat berbeda karena dipengaruhi oleh
aspek sosial, budaya, serta historis-geografis (perkotaan-pedesaan). Maka perlu juga
dipertimbangkan pembuatan kebijakan-kebijakan sosial masyarakat yang fokus pada
perbaikan keadaan sosial ekonomi secara mikro dan makro. Secara umum, seluruh
uraian ini menekankan bahwa pengembangan program kesehatan remaja harus selalu
berpijak pada berbagai faktor kontekstual dan aktual remaja yang menjadi target
program kesehatan

6. Informasi dasar HIV&AIDS


a. Pengertian

AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome: Acquired

berarti didapat dan bukan penyakit keturunan. Immune Deficiency artinya menurunnya

sistem kekebalan tubuh yang berfungsi melawan penyakit. Syndrome artinya

sekumpulan gejala (Kemenkes RI, 2017).

HIV (Human Immunodeficiency Virus), virus penyebab AIDS, dapat menular dari

ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya. Tanpa upaya pencegahan, kurang-lebih 30 persen

bayi dari ibu yang terinfeksi HIV menjadi tertular juga (Kemenkes RI, 2017).

Infeksi dapat terjadi kapan saja selama kehamilan, namun biasanya terjadi beberapa

saat sebelum atau selama persalinan. Bayi lebih mungkin terinfeksi bila proses

persalinan berlangsung lama. Selama persalinan, bayi yang baru lahir terpajan darah

ibunya. Meminum air susu dari ibu yang terinfeksi dapat juga mengakibatkan infeksi

pada si bayi. Ibu yang HIV-positif sebaiknya tidak memberi ASI kepada bayinya

(Kemenkes RI, 2017).

b. Penyebab

AIDS disebabkan oleh virus yang bernama HIV, Human Immunodeficiency Virus.

Apabila terinfeksi HIV, maka tubuh akan mencoba untuk melawan infeksi tersebut.

Tubuh akan membentuk "antibodi", yaitu molekul-molekul khusus untuk melawan

HIV. Tes darah untuk HIV berfungsi untuk mencari keberadaan antibodi tersebut.

Apabila anda memiliki antibodi ini dalam tubuh anda, maka artinya anda telah

terinfeksi HIV. Orang yang memiliki antibodi HIV disebut Orang dengan HIV dan

AIDS (Odha). (Kemenkes RI, 2017).


c. Bagaimana kita terkena AIDS?

Seseorang dapat terinfeksi HIV, yang kemudian berkembang menjadi AIDS. HIV

didapatkan dari orang-orang yang telah terinfeksi, bahkan bila mereka tidak terlihat

sakit dan bahkan bila hasil tes HIV mereka belum menunjukkan HIV-positif. Darah,

cairan vagina, air mani, serta air susu orang yang terinfeksi memiliki virus HIV

dalam jumlah yang cukup untuk dapat menginfeksi orang lain (Kemenkes RI, 2017).

Kebanyakan orang terinfeksi dengan:

1) Berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi

2) Menggunakan jarum suntik secara bergantian dengan orang yang terinfeksi

3) Terlahir dari ibu yang terinfeksi, atau minum air susu ibu yang terinfeksi

Hiv tidak terbukti dapat ditularkan melalui:

1) Air mata atau air liur

2) Batuk, sersin

3) Menggynakan toilet umum

4) Makan/minum bersama

5) Berciuman, bersalaman, berpelukan dan berjabat tangan

6) Kolam pemandian umum

7) Gigitan serangga, (Kemenkes RI, 2017).

d. Gejala HIV

Kita mungkin tidak tahu kalau kita telah terinveksi HIV. Gejala seperti demam, sakit

kepala, pegal otot dan persendian, sakit perut, pembengkakan kelenjer getah bening atau

gangguan kulit selama satu minggu atau dua minggu sering dikira flu, namun banyak juga

orang yang tidak mengalami gejala sama sekali. Setelah gejala seperti flu awal banyak

orang dengan HIV yang tetap sehat selama 10 tahun atau lebih namun dalam waktu ini

HIV telah merusak kekebalan tubuh. Hal laian yang berhubungan dengan AIDS adalah

kehilangan berat badan, tumor otak, dan masalah kesehatan lainnya (Kemenkes, 2017).
Data HIV Tahun 2022 diIndonesia

Jumlah ODHIV yang ditemukan periode Januari–Maret2022 sebanyak 10.525 orang dari
941.973 orangyang dites HIV, dan sebanyak 8.784 orang mendapat pengobatan ARV (83,4%).
DAFTARPUSTAKA

Azwar, A. Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia (AdolescentReproductiveHealth

in Indonesia), unpublishedpaperpresentedatthe : National

CongressofEpidemiologyIX in Jakarta, 8 Nopember 2000.

KemenkesRI. (2017).PedomanPelaksanaan KelasIbu Hamil.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2015. Materi Pelayanan

KesehatanPeduliRemaja(PKPR).Jakarta6.Heny,JurnalKesehatanReproduksiVol.1

No 3, Agustus 2011 : 136-144 7.

Fatoni,Z.,Situmorang,A.,Prasetyoputra,P.,&Seftiani,S.(2016).Perankeluarga dan

perilaku berisiko remaja di era globalisasi: Kasus Kota Medan.PusatPenelitian

KependudukanLIPI.

LaporanEksekutifPerkembanganHivAidsDanPenyakitInfeksiMenularSeksual(Pims)

Triwulan ITahun 2022

Sabon, Simon Sili. Deterrninan perilaku berisiko HIV/AIDS dikalangan remajatidak

kawinusia 15-24 tahun: sebuah analisis data sekunder hasil

SurveyKesehatanReproduksiRemajaIndonesia (SKRRI) 2002-2003.

También podría gustarte