Está en la página 1de 15

LAPORAN PENDAHULUAN MOBILISASI DAN

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT CVA


1.1. Definisi
Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannnya. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang
untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit
degeneratif dan untuk aktualisasi (Santosa & Budi, 2017).
1.2 Gangguan Mobilitas
Gangguan Mobilitas atau Imobilitas merupakan keadaan di mana
seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu
pergerakan (aktivitas), misalnya trauma tulang belakang, cedera otak berat
disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya (Widuri, 2010)
1.3 Jenis Mobilitas
a. Mobilitas penuh
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran
sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter
dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilitas sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas
dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya
1.4 Etiologi
Gangguan Mobilitas Fisik
a. Kerusakan integritas struktur tulang
b. Perubahan metabolisme
c. Ketidakbugaran fisik
d. Penurunan kendali otot
e. Penurunan massa otot
f. Penurunan kekuatan otot
g. Kekakuan sendi
h. Gangguan muskulokeletal
1.5 Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik
1) Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
2) Kekuatan otot
3) Rentang gerak (ROM) menurun
4) Nyeri saat bergerak
5) Enggan melakukan pergerakan
6) Sendi kaku
7) Gerakan tidak terkoordinasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi
Faktor yang mempengaruhi mobilisasi:
1. Sistem neuromuscular
2. Gaya hidup
3. Ketidakmampuan
4. Tingkat energi
5. Tingkat perkembangan
1.6 Pathway/W.O.C
1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Tes cairan sendi. Cairan diambil dari sendi yang sakit dengan jarum, lalu
dipelajari di bawah mikroskop yang bertujuan untuk memeriksa apakah
kristal ada di sana.
b. Tes darah. Tes darah dapat memeriksa kadar asam urat. Tingkat asam urat
yang tinggi tidak selalu berarti gout, tetapi berarti terdapat risiko untuk
mendapat gout

c. X-ray. Gambar dari sendi akan membantu mengesampingkan masalah


lain.

d. USG. Tes tanpa rasa sakit ini menggunakan gelombang suara untuk
melihat area asam urat.

1.8 Penatalaksanaan Mobilitas Fisik Dengan Latihan Range Of Motion


(ROM)
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan
bantuan perawat pada setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah
pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak
mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas
total. Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri
sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan
dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara
aktif . Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh
dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendiri secara aktif (Suratun,
2008).
1.9 Konsep Keperawatan
1.9.1 Pengkajian
a. Riwayat penyakit saat ini dan teradulu untuk mendapatkan data dari klien
b. Observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien. Tujuan
pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap
pengalaman subjek.
c. Pengumpulan data
1) Identitas klien
2) Keluhan utama.
3) Riwayat penyakit sekarang : Serangan stroke hemoragik seringkali
berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan
aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain.
4) Riwayat penyakit dahulu : Adanya riwayat hipertensi, diabetes
militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi
oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5) Riwayat penyakit keluarga
6) Riwayat psikososial
7) Pola-pola fungsi kesehatan
8) Pola nutrisi dan metabolisme.
9) Pola eliminasi.
10) Pola aktivitas dan latihan
11) Pola tidur dan istirahat.
12) Pola hubungan dan peran.
13) Pola persepsi dan konsep.
14) Pola sensori dan kognitif.
15) Pola reproduksi seksual.
16) Pola penanggulangan stress
17) Pola tata nilai dan kepercayaan
1.9.2 Diagnosa Keperawatan (PPNI, 2018)
Diagnosa : Gangguan mobilitas fisik (D.0077)
Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisikdari salah satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri.
1.9.3 Perencanaan
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Gangguan mobilitas fisik Tujuan: Dukungan Mobilisasi (I. 05173)
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Aktivitas:
penurunan kekuatan otot keperawatan 3x24 jam, O:
dibuktikan dengan pasien diharapkan nyeri dapat di  Monitor frekuensi jantung dan
mengatakan kaki kiri sulit atasi degan kriteria hasil: tekanan darah sebelum
digerakkan, Ny. R tampak Mobiltas fisik (L. 05042) mobilisasi.
kesulitan menggerakkan Indikator SA ST  Monitor kondisi umum selama
kaki kirinya, TD : 160/80 Pergerakan 2 4 melakukan mobilisasi.
mmHg, nadi : 95 ekstremitas T:
kali/menit. Kekuatan 3 4  Fasilitasi aktivitas mobilisasi
Kode Diagnosa otot dengan alat bantu (misal:
Keperawatan Indonesi: Rentang 2 4 tongkat).
D.0054 gerak (ROM)  Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
Keterangan: meningkatkan pergerakan
1 : Menurun E:
2 : Cukup Menurun  Anjurkan mobilisasi dini
3 : Sedang  Jelaskan tujuan dan prosedur
4 : Cukup Meningkat mobilisasi.
5 : Meningkat
2.1 Konsep CVA
2.1.1 Definisi
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan
bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).
CVA Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya
mendadak, progresif cepat, yang menyebabkan penyumbatan yang bisa
terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak.
Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri
vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta
jantung (arcus aorta). (Suzanne, 2002).
Stroke iskemik (non hemoragic) yaitu tersumbatnya pembuluh
darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau
keseluruhan terhenti. 80% strokea dalah stroke iskemik. Stroke
iskemik penyebab infark yang paling sering terjadi,merupakan keadaan
aliran darah tersumbat atau berkurang di dalam arteri yang
memperdarahi daerah otak tersebut (Kowalak, 2011).
2.1.2 Etiologi
Beberapa penyebab CVA infark (Muttaqin, 2014).
a. Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan
elastisitas dinding pembuluh darah
b. Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan
menyebabkan viskositas hematokrit meningkat sehingga dapat
melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis: radang pada arteri
d. Penyakit jantung, reumatik.
e. Infark miokardium.
f. Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endokardium
2.1.3 Klasifikasi
a. Stroke Haemorhagik
Stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang terjadi
saat pembuluh darah di otak mengalami kebocoran atau justru
pecah. Kondisi ini dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel
otak, sehingga fungsi otak akan terganggu. Hal ini juga berisiko
menyebabkan kerusakan otak permanen.
b. Stroke Non Haemorhagic (CVA Infark)
Stroke non-hemoragik adalah jenis stroke yang terjadi
akibat penyumbatan pada pembuluh darah otak. Stroke yang juga
disebut stroke infark atau stroke iskemik ini merupakan jenis stroke
yang paling sering terjadi.
2.1.4 Patofisiologi
2.1.5 Pathway/WOC
2.1.6 Manifestasi Klinis
Menurut (Hudak dan Gallo, 2011) dalam bukunya Keperawatan Kritis:
Pendekatan Holistik , terdapat manifestasi akibat stroke, yaitu:
1. Defisit Motorik
a. Hemiparese : jika satu tangan atau satu kaki atau satu sisi
wajah menjadi lemah, namun tak sepenuhnya lumpuh
b. Hemiplegia : jika satu tangan atau satu kaki atau bahkan
satu sisi wajah menjadi lumpuh dan tak dapat bergerak.
c. Distria (kerusakan otot-otot bicara).
d. Disfagia (kerusakan otot-otot menelan).
e. Kerusakan motorik halus dan kasar.
2. Defisit Sensori
a. Defisit visual (umum karena jaras visual terpotong sebagian
besar pada hemisfer serebri).
b. Hemianopsia homonimosa (kehilangan pandangan pada
setengah bidang pandang pada sisi yang sama).
c. Diplopia (penglihatan ganda).
d. Penurunan ketajaman penglihatan.
3. Defisit Bahasa/Komunikasi
Disartria (kesulitan berbicara)
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pada pemeriksaan paket stroke: Viskositas darah pada pasien
CVA
2. Pemeriksaan sinar X toraks
3. Ultrasonografi (USG) karotis
4. Angiografi serebrum
5. Ekokardiogram transesofagus (TEE)
6. CT scan
7. MRI
2.1.8 Diagnosa Medis
CVA (Cerebrovascular Accident)
2.1.9 Penatalaksanaan
a. Untuk mengobati keadaan akut, berusaha menstabilkan TTV dengan:
1) Mempertahankan saluran nafas yang paten.
2) Kontrol tekanan darah.
3) Merawat kandung kemih, tidak memakai keteter.
4) Posisi yang tepat, posisi diubah tiap 2 jam, latihan gerak pasif
b. Terapi Konservatif
Bila terjadi peningkatan TIK, hal yang dilakukan:
1) Hiperventilasi dengan ventilator sehingga PaCO2 30-35
mmHg.
2) Osmoterapi antara lain: Infus manitol 20% 100 ml atau
0,25-0,5 g/kg BB/ kali dalam waktu 15-30 menit, 4-6
kali/hari. Infus gliserol 10% 250 ml dalam waktu 1 jam, 4
kali/hari.
3) Posisi kepala head up (15-30⁰).
4) Menghindari mengejan pada BAB.
5) Hindari batuk.
c. Terapi antikoagulan
Terapi ini diberikan bila penderita terdapat resiko tinggi
kekambuhan emboli, infark miokard yang baru terjadi, atau fibrilasi
atrial.
d. Terapi antitrombosit
Seperti aspirin, dipiridamol, atau klopidogrel dapat diberikan untuk
mengurangi pembentukan trombus dan memperpanjang waktu
pembekuan

2.1.10 Komplikasi
1. Dalam hal imobilisasi: Infeksi pernafasan (Pneumoni), nyeri tekan
pada decubitus, Konstipasi.
2. Dalam hal paralisis: Nyeri pada punggung, Dislokasi sendi,
deformitas.
3. Dalam hal kerusakan otak: Epilepsy, Sakit kepala.
4. Hipoksia serebral.
5. Herniasi otak.
6. Kontraktur.
2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Data Pasien
a. Identitas Nama dan Usia
b. Jenis Kelamin
Penelitian yang dilakukan oleh Indah Manutsih Utami (2002)
pada pria memeiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena
stroke dibandingkan dengan wanita, dengan perbandingan 2:1
c. Pendidikan
d. Ras/suku bangsa
e. pekerjaan
2. Keluhan utama
Didapatkan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi (Jusuf Misbach,
2008).
3. Riwayat penyakit sekarang
Stroke infark tidak terlalu mendadak, saat istirahat atau bangun
pagi, kadang nyeri copula, tidak kejang dan tidak muntah,
kesadaran masih baik (Siti Rochani, 2000).
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-
obat adiktif, kegemukan (Donna D. Ignativicius, 2007).
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi
ataupun diabetes militus (Hendro Susilo, 2000).
6. Pola pola fungsi kesehatan
7. Pola nutrisi dan metabolisme
8.Pola eliminasi
9.Pola aktivitas dan latihan
10. Pola tidur dan istirahat
11. Pola hubungan dan peran
12. Pola persepsi dan konsep diri
13. Pola sensori dan kognitif
14. Pola reproduksi seksual
15. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
b) Pemeriksaan tekanan darah
c) Pengkajian syaraf kranial

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan mobilitas fisik
b. Gangguan komunikasi verbal
c. Defisit Nutrisi
d. Gangguan persepsi sensori
e. Resiko Cedera
f. Intoleransi Aktivitas
2.2.3 Perencanaan
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Gangguan mobilitas fisik Tujuan: Dukungan Mobilisasi (I. 05173)
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Aktivitas:
penurunan kekuatan otot keperawatan 3x24 jam, O:
dibuktikan dengan pasien diharapkan nyeri dapat di  Monitor frekuensi jantung dan
mengatakan kaki kiri sulit atasi degan kriteria hasil: tekanan darah sebelum
digerakkan, Ny. R tampak Mobiltas fisik (L. 05042) mobilisasi.
kesulitan menggerakkan Indikator SA ST  Monitor kondisi umum selama
kaki kirinya, TD : 160/80 Pergerakan 2 4 melakukan mobilisasi.
mmHg, nadi : 95 ekstremitas T:
kali/menit. Kekuatan 3 4  Fasilitasi aktivitas mobilisasi
Kode Diagnosa otot dengan alat bantu (misal:
Keperawatan Indonesi: Rentang 2 4 tongkat).
D.0054 gerak (ROM)  Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
Keterangan: meningkatkan pergerakan
1 : Menurun E:
2 : Cukup Menurun  Anjurkan mobilisasi dini
3 : Sedang  Jelaskan tujuan dan prosedur
4 : Cukup Meningkat mobilisasi.
5 : Meningkat

DAFTAR PUSTAKA
Haswita & Reni Sulistyowati. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta Timur:
CV. Trans Info Media.

Ignatavicius, Workman, & Rebar. 2017. Medical Surgical Nursing: Concepts For
Interprofessional Collaborative Care (9 th ed.). St. Louis : Elsevier, Inc.

Potter, A & Perry, A 2012, Buku ajar fundamental keperawatan; konsep, proses,
dan praktik, vol.2, edisi keempat. Jakarta: EGC
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

También podría gustarte