Está en la página 1de 12

NEGARA DAN KONSTITUS

A. Negara

Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat pada
saat itu. Pada zaman Yunani kuno para ahli filsafat negara merumuskan pengertian negara secara
beragam. Berikut pengertian negara dari beberapa filsafat :

1. Aristoteles (384-322 S.M.)

Merumuskan negara dalam bukunya Politica, yang disebutnya sebagai negara polis. Dalam
pengertian itu negara disebut sebagai hukum yang di dalamnya terdapat sejumlah warga
negara yang ikut dalam permusyawaratan.

2. Nicollo Machiavelli (1649-1527)

Merumuskan negara sebagai negara kekuasaan, dalam bukunya ‘II Principle’ yang dahulu
merupakan buku referensi pada raja. Machiavelli memandang negara dari sudut kenyataan
bahwa dalam suatu negara harus ada suatu kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimipin
negara atau raja. Raja sebagai pemegang kekuasaan hanya mengandalkan kekuasaan pada satu
moralitas atau kesusilaan

3. Roger H. Soltau (1961)

Negara adalah sebagai alat agency atau wewenang / authority yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.

4. Harold J. Lasky

Negara adalah merupakan suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang
yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok, yang
merupakan bagian dari masyarakat itu.

5. Max Weber

Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik
secara sah dalam suatu wilayah.

6. Miriam Budiardjo

Negara adalah suatu daerah territorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah
pejabat dan berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-
undangannya melalui penguasaan (kontrol) monopolitis dari kekuasaan yang sah.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh beberapa filsuf dapat disimpulkan bahwa
semua negara mempunyai unsur-unsur yang mutlak harus ada. Unsur-unsur negara meliputi :

a. Wilayah atau daerah teritorial


b. Rakyat
c. Pemerintah yang berdaulat

Jadi negara merupakan suatu organisasi dari rakyat pada suatu wilayah atau daerah yang ada di
permukaan bumidimana terdapat pemerintahan yang mengatur atau mengendalikan persoalan
bersama yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama dalam sebuah konstitusi yang dijunjung tinggi
oleh warga negara tersebut.

Fungsi-fungsi Negara :
a. Mensejahterakan serta memakmurkan rakyat
Negara yang sukses dan maju adalah negara yang bisa membuat masyarakat bahagia secara
umum dari sisi ekonomi dan sosial kemasyarakatan.

b. Melaksanakan ketertiban
Untuk menciptakan suasana dan lingkungan yang kondusif dan damai diperlukan pemeliharaan
ketertiban umum yang didukung penuh oleh masyarakat.

c. Pertahanan dan keamanan


Negara harus bisa memberi rasa aman serta menjaga dari segala macam gangguan dan ancaman
yang datang dari dalam maupun dari luar.
d. Menegakkan keadilan
Negara membentuk lembaga-lembaga peradilan sebagai tempat warganya meminta keadilan di
segala bidang kehidupan.

B. Negara Indonesia

Meskipun ditinjau berdasarkan unsur-unsur yang membentuk negara, hampir semua negara
memiliki kesamaan, namun ditinjau dari segi tumbuh dan terbentuknya negara serta susunan negara,
setiap negara di dunia ini memiliki spesifikasi serta ciri khas masing-masing termasuk Indonesia. Bangsa
dan negara Indonesia tumbuh dan berkembang dengan dilatar belakangi oleh kekuasaan dan
penindasan bangsa asing seperti penjajahan Belanda serta Jepang. Oleh karena itu bangsa Indonesia
tumbuh dan berkembang dilatar belakangi oleh adanya kesatuan nasib, yaitu bersama-sama dalam
penderitaan di bawah penjajahan bangsa asing serta berjuang merebut kemerdekaan. Selain itu yang
sangat khas bagi Indonesia adalah unsur-unsur etnis yang membentuk bangsa itu sangat beraneka
ragam, baik latar belakang budaya seperti bahasa, adat kebiasaan serta nilai-nilai yang dimilikinya. Oleh
karena itu terbentuknya bangsa dan negara Indonesia melalui suatu proses yang cukup panjang. Sejak
masa sebelum bangsa asing menjajah Indonesia, masa penjajahan dan kemudian setelah kemerdekaan
yang kemudian dibentuklah suatu pemerintahan negara.
Prinsip-prinsip negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang tekandung dalam Pembukaan
UUD 1945. Alinea I,menjelaskan latar belakang terbentuknya negara dan bangsa Indonesia. Alinea II,
menjelaskan perjalanan perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan. Alinea III, menjelaskan
kedudukan kodrat manusia Indonesia. Alinea IV, menjelaskan terbentuknya bangsa dan negara
Indonesia.

C. Konstitusi

Istilah konstitusi berasal dari bahasa Prancis constititueryang berarti membentuk, menyusun /
menyatakan suatu negara, konstitusi diartikan peraturan dasar tentang pembentukan suatu negara atau
UUD.

 Dalam Kamus Bahasa Indonesia konstitusi berarti segala ketentuan dan aturan mengenai
ketatanegaraan.
 Dalam Bahasa Belanda, dikenal istilah Contitutie. Terjemahan dari istilah tersebut adalah
Undang-Undang Dasar. Dan hal ini memang sesuai dengan kebiasaan orang Belanda dan
Jerman, yang dalam percakapan sehari-hari memakai kata Grondwet (Grond=dasar,
wet=Undang-Undang) yang keduanya menunjukkan naskah tertulis.
 Dalam Bahasa Inggris dikenal istilah Constitutional yang diartikan sebagai UUD

Secara terminologis konstitusi adalah sekumpulan ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan dasar


yang dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintahan termasuk juga dasar
hubungan antara negara dan rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam ketatanegaraan RI diartikan sama dengan Undang – Undang Dasar. Konstitusi / UUD dapat
diartikan juga peraturan dasar dan yang memuat ketentuan–ketentuan pokok dan menjadi satu sumber
perundang- undangan.

Namun pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan umumnya dapat mempunyai arti :

1. Lebih luas daripada UUD


Konstitusi lebih luas daripada UUD karena pengertian UUD hanya meliputi konstitusi tertulis
saja, selain itu masih terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam UUD.

2. Sama dengan pengertian UUD


Hal ini terbukti dengan disebutnya istilah Konstitusi Republik Indonesia Serikat bagi UUD
Republik Indonesia Serikat.

Konstitusipun dibuat dengan mempunyai tujuan, tujuan konstitusi yaitu:

1. Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang – wenang, maksudnya tanpa
membatasi kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan berjalan dengan baik dan bisa saja
kekuasaan penguasa akan merajalela Dan bisa merugikan rakyat banyak
2. Melindungi HAM, maksudnya setiap penguasa berhak menghormati Hak orang lain dan hak
memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.
3. Pedoman penyelengaraan negara, maksudnya tanpa adanya pedoman konstitusi negara kita
tidak akan berdiri dengan kokoh.

D. Konstitusionalisme

Setiap negara modern dewasa ini senantiasa memerlukan suatu sistem pengaturan yang
dijabarkan dalam konstitusi. Dengan kata lain untuk menciptakan suatu tertib pemerintahan diperlukan
pengaturan sedemikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi
dan dikendalikan (Hamilton, 1931 : 255).

Dasar pokok konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus)


diantara mayoritas rakyatmengenai bangunan yang diidealkan berkaitan dengan negara. Jika
kesepakatan itu runtuh, maka runtuh pula legimitasi kekuasaan negara yang bersangkutan.

Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern saat ini pada umumnya
dipahami berdasar pada tiga elemen kesepakatan atau consensus, yaitu :

1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or general
acceptance of the same philosophy of government).
2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan
Negara (the basis of government).
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan (the form
of institutions and procedures). (Andrews 1968 : 12)

E. Konstitusi Indonesia

Dalam proses reformasi hukum dewasa ini berbagai kajian ilmiah tentang UUD 1945, banyak yang
melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945. Memang amandemen tidak
dimaksudkan untuk mengganti sama sekali UUD 1945, akan tetapi merupakan prosedur penyempurnaan
terhadap UUD 1945 tanpa harus langsung mengubah UUD-nya itu sendiri, amandemen lebih merupakan
perlengkapan dan rincian yang dijadikan lampiran otentik bagi UUD 1945.

Suatu hal yang sangat mendasar bagi pentingnya amandemen UUD 1945 adalah tidak adanya
sistem kekuasaan dengan “checks and balance” terutama terhadap kekuasaan eksekutif.Oleh karena itu
bagi bangsa Indonesia proses reformasi terhadap UUD 1945 merupakan suatu keharusan, karena hal itu
akan mengantarkan bangsa Indonesia ke arah tahapan baru melakukan penataan terhadap
ketatanegaraan.
Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak tahun 1999, dimana
amandemen pertama dilakukan dengan memberikan tambahan dan perubahan terhadap pasal 9 UUD
1945. Kemudian amandemen kedua dilakukan pada tahun 2000, amandemen ketiga dilakukan pada
tahun 2001, dan amandemen terakhir dilakukan pada tahun 2002 dan disahkan pada tanggal 10 Agustus
2002.

Demikianlah bangsa Indonesia memasuki suatu babakan baru dalam kehidupan ketatanegaraan
yang diharapkan membawa ke arah perbaikan tingkat kehidupan rakyat.

1. Hukum Dasar Tertulis (Undang-Undang Dasar)

Karena sifatnya yang tertulis, maka UUD itu rumusannya tertulis dan tidak mudah berubah.
Menurut E.C.S. Wade dalam bukunyaConstitutional Law, UUD menurut sifat dan fungsinya adalah suatu
naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu
negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut. Jadi pada prinsipnya
mekanisme dan dasar dari setiap sistem pemerintahan diatur dalam UUD.

Dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan bahwa UUD 1945 bersifat singkat dan supel. UUD 1945
hanya memiliki 37 pasal, adapun pasal-pasal lain hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan.

Menurut Padmowahyono, seluruh kegiatan negara dapat dikelompokkan menjadi dua macam,
yaitu :

1) Penyelenggaraan kehidupan negara

2) Penyelenggaraan kesejahteraan sosial

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka sifat-sifat UUD 1945 adalah sebagai berikut :

a. Karena sifatnya tertulis maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum positif yang mengikat
pemerintah sebagai penyelenggara negara, maupun mengikat bagi setiap warga negara.
b. Sebagaimana tersebut dalam penjelasan UUD 1945 bahwa UUD 1945 bersifat singkat dan supel,
memuat aturan-aturan pokok yang setiap kali harus dikembangkan sesuai dengan
perkembangan zaman, serta memuat hak-hak asasi manusia.
c. Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus
dilaksanakan secara konstitusional.
d. UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan hukum positif yang tertinggi, di
samping itu sebagai alat control terhadap norma-norma hukum positif yang lebih rendah dalam
hierarkhi tertib hukum Indonesia.
2. Hukum Dasar Tidak Tertulis (Convensi)

Convensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun sifatnya tidak tertulis. Convensi ini
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Merupakan kebiasaan yang berukang kali dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan
negara.
b. Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan berjalan sejajar.
c. Diterima oleh seluruh rakyat.
d. Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan dasar yang tidak
terdapat dalam Undang-Undang Dasar.

Contoh-contoh Convensi antara lain sebagai berikut :

1. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat. Menurut pasal 37 ayat (1) dan (4)
UUD 1945, segala keputusan MPR diambil berdasarkan suara terbanyak. Akan tetapi sistem ini
dirasa kurang jiwa kekeluargaan sebagai kepribadian bangsa, karena itu dalam praktek-praktek
penyelenggaraan negara selalu diusahakan untuk mengambil keputusan berdasarkan
musyawarah mufakat. Pungutan suara ditempuh jika musyawarah mufakat tidak dapat
dilaksanakan.
2. Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia setiap tanggal 16 Agustus di dalam sidang DPR.
3. Pidato presiden yang diucapkan sebagai keterangan pemerintah tentang Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara pada minggu pertama pada minggu bulan Januari setiap
tahunnya.

Ketiga hal tersebut dalam batinnya secara tidak langsung merupakan realisasi dari UUD
(merupakan pelengkap). Convensi jika dikehendaki untuk menjadi suatu aturan dasar yang tertulis, tidak
secara otomatis setingkat dengan UUD, melainkan sebagai suatu ketetapan MPR.

F. Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen 2002

Sistem pemerintahan negara Indonesia sebelum dilakukan amandemen dijelaskan secara terinci
dan sistematis dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945. Sistem pemerintahan negara Indonesia ini
dibagi atas tujuh yang secara sistematis merupakan pengejawantahan kedaulatan rakyat. Oleh karena
itu sistem pemerintahan ini dikenal dengan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara yang dirinci
sebagai berikut:

1. Indonesia adalah Negara Yang Berdasarkan Atas Hukum (Rechtsstaat)


Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat) tidak berdasarkan kekuasaan belaka
(Machtsstaat). Hal ini mengandung arti bahwa negara, termasuk di dalamnya Pemerintahan dan
lembaga-lembaga negara dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh peraturan
hukumatau harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
2. Sistem Konstitusional
Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolut (kekuasaan
yang tidak terbatas). Sistem ini memberikan penegasan bahwa cara pengendalian pemerintahan
dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi. Dengan demikian sistem ini memperkuat dan
menegaskan lagi sistem negara hukum.
3. Kekuasaan Negara Yang Tertinggi di Tangan Rakyat
Sistem kekuasaan tertinggi sebelum dilakukan amandemen dipegang oleh MPR. Majelis ini
menetapkan UUD dan menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara. Majelis ini mengangkat
Kepala Negara (Presiden) dan Wakil Kepala Negara (Wakil Presiden). Majelis inilah yang
memegang kekuasaan yang tertinggi, sedangkan Presiden harus menjalankan haluan negara
menurut garis besar yang telah ditetapkan MPR. Namun menurut UUD 1945 hasil amandemen
2002 kekuasaan tertinggi di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2).
4. Presiden ialah Penyelenggara Pemerintahan Negara yang Tertinngi di Samping MPR dan DPR
Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, presiden merupakan penyelenggara
pemerintahan tertinggi di samping MPR dan DPR, karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat
(UUD 1945 pasal 6A ayat 1). Jadi menurut UUD 1945 ini tidak lagi merupakan mandataris MPR,
melainkan dipilih langsung oleh rakyat.
5. Presiden Tidak Bertanggungjawab Kepada DPR
Sistem ini menurut UUD 1945 sebelum amandemen dijelaskan dalam penjelasan UUD 1945,
namun dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 juga memiliki isi yang sama, sebagai berikut :
“Di samping presiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden harus mendapat
persetujuan DPR untuk membentuk Undang-Undang (Cezetzgebung) pasal 5 ayat (1) dan untuk
menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara (Staatsbergrooting) sesuai dengan pasal
23”. Jadi presiden harus bekerja sama dengan dewan tetapi presiden tidak bertanggung jawab
kepada dewan.
6. Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara tidak Bertanggung Jawab Kepada DPR
Sistem ini dijelaskan dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 maupun dalam penjelasan UUD
1945, sebagai berikut :
“Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dibantu oleh Menteri-Menteri negara
(pasal 17 ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen), Presiden mengangkat dan memberhentikan
Menteri-Menteri negara (pasal 17 ayat (2) UUD hasil amandemen 2002). Menteri-Menteri
negara itu tidak bertanggung jawab kepada DPR.
7. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas
Meskipun kepala negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, ia bukan Diktator, artinya
kekuasaan tidak tak terbatas. Presiden bukan mandataris MPR, namun Presiden tidak dapat
membunarkan DPR atau MPR.
Walaupun tujuh kunci pokok sistem pemerintahan Negara tersebut menurut penjelasan tidak
lagi merupakan dasar yuridis, namun tujuh kunci pokok tersebut mengalami perubahan.

G. Negara Indonesia Adalah Negara Hukum

Menurut penjelasan UUD 1945, negara Indonesia adalah negara hukum, Negara Hukum yang
berdasarkan Pancasila dan bukan berdasarkan atas kekuasaan.

Ciri-ciri Negara hukum adalah :

1. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan dalam bidang politik,
hukum, sosial, ekonomi dan kebudayaan.
2. Pengadilan yang bebas dari dari suatu pengaruh kekuasan atau kekuatan lain dan tidak
memihak.
3. Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami, dapat
dilaksanakan dan aman dalam melaksanakannya.

Pancasila sebagai dasar negara yang mencerminkan jiwa bangsa Indonesia harus menjiwai semua
peraturan hukum dan pelaksananya, ketentuan ini menunjukkan bahwa di negara Indonesia dijamin
adanya perlindungan hak-hak asasi manusia berdasarkan ketentuan hukum.

Adapun pembangunan hukum di Indonesia sesuai dengan tujuan negara hukum, diarahkan pada
terwujudnya sistemhukum yang mengabdi pada kepentingan nasional terutama rakyat.
SEJARAH UUD 1945 SEBAGAI KONSTITUSI DI INDONESIA

UUD “45 dirancang sejak 29 mei 1945 oleh Badan Penyelidikan Usaha Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI ) yang diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat.

Tugas utamanya adalah menyusun rancangan Undang-Undang sebagai salah satu persiapan Untuk
membentuk negara yang merdeka, namun anggota lembaga ini sibuk mengusung ideologinya masing-
masing ketika membicarakan masalah Ideologi negara Akibatnya, pembahasan tentang rancangan UUD
menjadi terbengkalai. Maka BPUPKI dalam sidang pertamanya membentuki panitia kecil untuk
merumuskan UUD yang diberinama Panitia Sembilan. Dan pada tanggal 22 juni 1945 Panitia Sembilan ini
berhasil mencapai kompromi untuk menyetujui sebuah naskah mukhodimah UUD yang kemudian
diterima dalam siding II BPUPKI tanggal 11 Julu 1945. Setelah itu Ir. Soekarno membentuk panitia kecil
pada tanggal 16 juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas menyusun rancangan UUD dan
membentuk panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan 21 orang. Sehingga
UUD atau konstitusi Negara Indonesia ditetapkan oleh PPKI pada hari sabtu tanggal 18 Agustus 1945,
Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada
tanggal 29 Agustus 1945. Dengan demikian sejak itu Indonesia telah menjadi suatu Negara modern
karena telah memiliki suatu sistem ketatanegaraan yaitu dalam UUD 1945.

1. Periode berlakunya UUD 1945 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949


Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena
Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Maklumat
Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan bahwa KNIP diserahi
kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14 November 1945
dibentuk Kabinet Semi-Presidensiel “Semi-Parlementer” yang pertama, sehingga peristiwa ini
merupakan perubahan sistem pemerintahan agar dianggap lebih demokratis.

2. Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950


Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer. Bentuk pemerintahan dan
bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang
masing masing negara bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam
negerinya. Namun karena tidak sesuai dengan jati diri bangsa serta mencuat issu disintegrasi,
maka kemudian Indonesia berganti bentuk lagi menjadi Negara kesatuan Republik.

3. Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959


Perubahan bentuk Negara secara otomatis juga membuat perubahan dalam konstitusinya.
Mulai Pada tanggal 17 Agustus 1950 Konstitusi Indonesia berubah menjadi Undang-Undang
Sementara Republik Indonesia. Pada periode UUDS 50 ini diberlakukan sistem Demokrasi
Parlementer yang sering disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini pula kabinet selalu silih
berganti, akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing partai lebih
memperhatikan kepentingan partai atau golongannya. Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan
sistem Demokrasi Liberal yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat
Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak
sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945.

4. Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959-1966


Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur
kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli
1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya memberlakukan
kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar
Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu.

Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, diantaranya:

 Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua DPA menjadi
Menteri Negara.
 MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.
 Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai Komunis
Indonesia.

5. Periode UUD 1945 masa orde baru 11 Maret 1966- 21 Mei 1998
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan
Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari
Pancasila dan UUD 1945 yang murni,terutama pelanggaran pasal 23 (hutang
Konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945 yang
memberi kekuasaan pada pihak swasta untuk menghancur hutan dan sumber alam kita.

Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat “sakral”, diantaranya melalui
sejumlah peraturan:

 Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya.
 Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa
bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat
melalui referendum.
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP
MPR Nomor IV/MPR/19839.

6. Periode 21 Mei 1998- 19 Oktober 1999


Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan oleh
B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.
7. Periode Pasca Remormasi (Amandemen)
Setelah Reformasi banyak kalangan yang menginginkan dilakukannya perubahan (amandemen)
terhadap UUD 1945. Tujuan dilakukannya perubahan adalah untuk menambah sesuatu yang
belum ada aturannya dalam konstitusi serta untuk merespon tuntutan zaman. Para pengamat
politik berpandangan bahwa keberadaan UUD 1945 didesain oleh para pembuatnya bersifat
sementara karena belum menentunya kondisi Negara pada saat itu. Selain itu Undang-Undang
dasar 1945 juga telah diselengkan oleh pemerintah orde baru untuk melanggengkan
Kekuasaanya.

Salah satu hal yang berubah dengan adanya amandemen adalah keberadaan lembaga Negara.
Keberadaan lembaga ini cukup vital karena pada masa sebelumnya berbagai macam lembaga Negara
dikendalikan oleh satu orang saja, yaitu Presiden. Meskipun secara formal terdapat aturan untuk
memisahkan antara lembaga eksekutif, legislative dan yudikatif namun karena ketiadaan aturan yang
jelas, maka aturan tersebut dapat dimanipulasi. Oleh sebab itu setelah reformasi mencoba diperbarui
agar lebih jelas pola pemisahannya serta memunggkinkan adanya control secara baik diantara berbagi
macam lembaga Negara. Dengan adanya check and balances maka bisa mengurangi penumpukan
kekuasaan dan penyalahgunaan wewenang 10.

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang ditetapkan
dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

 Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 oktober 1999 : Perubahan Pertama UUD “45
 Sidang Umum MPR 2000, tanggal 7-18 Oktober 2000: Perubahan Kedua UUD “45
 Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001: Perubahan Ketiga UUD “45
 Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002: Perubahan Keempat UUD “45.

UUD 1945 sebagai konstitusi negara Para penyusun UUD 1945 memandang, konstitusi lebih luas bila
dibandingkan dengan undang-undang dasar (UUD). UUD hanya sebagian daripada hukum dasarnya
negara. UUD adalah hukum dasar negara yang tertulis. Selain itu berlaku juga hukum dasar yang tidak
tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam penyelenggaraan negara meskipun
tidak tertulis. Undang-undang Dasar merupakan: Kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan-
pembatasan kekuasaan kepada para penguasa. Dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus
petugasnya dari suatu sistem politik. Suatu deskripsi dari lembaga-lembaga negara. Suatu deskripsi yang
menyangkut masalah hak-hak asasi manusia. Sebagai hukum dasar tertulis atau konstitusi tertulis, UUD
1945 mengandung pengertian: Bersifat mengikat, baik bagi penyelenggara negara, lembaga negara,
lembaga kemasyarakatan, maupun seluruh warga negara. UUD 1945 berisi norma-norma, kaidah-
kaidah, aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati oleh semua
komponen negara. UUD 1945 berfungsi sebagai hukum yang tertinggi sehingga menjadi sumber dan
pedoman hukum bagi setiap peraturan perundangan yang ada di bawahnya. Setiap tindakan dan
kebijakan pemerintah sebagai penyelenggara negara harus sesuai dan berpedoman pada UUD 1945.
http://hildafatmawati.blogspot.com/2016/01/undang-undang-dasar-1945-sebagai_1.html

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/20/150000269/uud-1945-sebagai-konstitusi-negara?
page=all

https://azmi648.blogspot.com/2013/02/negara-dan-konstitusi.html

También podría gustarte