0 calificaciones0% encontró este documento útil (0 votos)
6 vistas3 páginas
Este documento contiene las respuestas de Rosaliana Embu Mete a dos preguntas sobre la moralidad y la ética de los farmacéuticos. En la primera pregunta, explica que las religiones suelen ser una fuente de moralidad para sus seguidores debido a que contienen reglas y pautas de comportamiento. Luego enumera algunas de las principales fuentes morales en religiones como el Islam, el cristianismo, el hinduismo y el budismo. En la segunda pregunta, describe las características de un farmacéutico bueno y profesional
Este documento contiene las respuestas de Rosaliana Embu Mete a dos preguntas sobre la moralidad y la ética de los farmacéuticos. En la primera pregunta, explica que las religiones suelen ser una fuente de moralidad para sus seguidores debido a que contienen reglas y pautas de comportamiento. Luego enumera algunas de las principales fuentes morales en religiones como el Islam, el cristianismo, el hinduismo y el budismo. En la segunda pregunta, describe las características de un farmacéutico bueno y profesional
Este documento contiene las respuestas de Rosaliana Embu Mete a dos preguntas sobre la moralidad y la ética de los farmacéuticos. En la primera pregunta, explica que las religiones suelen ser una fuente de moralidad para sus seguidores debido a que contienen reglas y pautas de comportamiento. Luego enumera algunas de las principales fuentes morales en religiones como el Islam, el cristianismo, el hinduismo y el budismo. En la segunda pregunta, describe las características de un farmacéutico bueno y profesional
1. Bagaimana agama dapat menjadi sumber moral bagi pemeluknya?
Jawab : Kata moral berasal dari bahasa Latin yaitu mos atau mores yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, tabiat, watak, akhlak dan cara hidup. Agama seringkali menjadi sumber moral bagi pemeluknya karena agama biasanya memiliki seperangkat aturan dan pedoman perilaku yang dianggap baik dan buruk. Misalnya, dalam agama Kristen, ada Sepuluh Perintah yang berfungsi sebagai pedoman moral bagi pemeluknya. Sumber moral dalam agama biasanya berasal dari teks-teks suci dan ajaran- ajaran yang disampaikan oleh tokoh-tokoh agama. Misalnya: 1) Dalam Islam, sumber moral utamanya adalah Al-Qur'an dan Hadis. Al-Quran adalah kitab suci umat Islam yang dianggap sebagai firman Allah, sedangkan Hadis adalah catatan tentang perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad. 2) Dalam Kristen, sumber moral utamanya adalah Alkitab, yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama berisi tentang hukum-hukum dan peraturan yang diberikan oleh Tuhan kepada umat Israel, sedangkan Perjanjian Baru berisi tentang ajaran- ajaran Yesus Kristus dan para rasulnya. 3) Dalam Hindu, sumber moral utamanya adalah kitab-kitab Veda dan Upanishad. Kitab-kitab ini berisi tentang ajaran-ajaran dan hukum- hukum yang harus diikuti oleh umat Hindu. 4) Dalam Buddha, sumber moral utamanya adalah Tripitaka atau "Tiga Keranjang", yang berisi tentang ajaran-ajaran Buddha Gautama. Jadi, sumber moral dalam agama biasanya berasal dari teks-teks suci dan ajaran-ajaran yang disampaikan oleh tokoh-tokoh agama. Namun, bagaimana teks-teks dan ajaran-ajaran ini diinterpretasikan bisa berbeda-beda tergantung pada tradisi dan pandangan individu.
2. Dengan memperhatikan kode etika apoteker Indonesia, coba anda gambarkan
apoteker yang baik dan profesional ? Jawab : Seorang apoteker yang baik dan profesional pasti akan mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia. Berikut ini adalah beberapa hal yang mencerminkan apoteker yang baik dan profesional berdasarkan kode etik tersebut: 1) Kompeten dan berpengetahuan: Apoteker yang baik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya. Mereka harus terus menerus belajar dan memperbarui pengetahuan mereka untuk tetap relevan dengan perkembangan terbaru dalam farmasi. 2) Berorientasi pada pasien: Apoteker yang profesional selalu menempatkan kepentingan pasien di atas segalanya. Mereka berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien dan selalu memastikan bahwa pasien mendapatkan informasi yang benar dan lengkap tentang obat yang mereka gunakan. 3) Menjaga kerahasiaan: Apoteker yang baik selalu menjaga kerahasiaan informasi pasien. Mereka tidak akan pernah membocorkan informasi tentang pasien kepada pihak ketiga tanpa izin dari pasien. 4) Berperilaku etis: Apoteker yang profesional selalu berperilaku etis dalam semua aspek pekerjaannya. Mereka tidak akan pernah terlibat dalam praktik yang tidak etis, seperti menerima suap atau menjual obat tanpa resep. 5) Menghormati hukum: Apoteker yang baik selalu menghormati hukum dan peraturan yang berlaku. Mereka tidak akan pernah melanggar hukum dalam menjalankan tugas mereka.
Secara keseluruhan, apoteker yang baik dan profesional adalah mereka
yang berdedikasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien, menjaga etika dan standar profesional, dan selalu siap untuk belajar dan berkembang.