Está en la página 1de 3

ASAL-USUL NAMA RENGAT

Rengat adalah sebuah kota kabupaten di Indragiri Hulu, Riau. Rengat juga dijuluki
sebagai ‘Kota Raja’, karena banyaknya keturunan ‘Raja’ di kota ini.

Asal usul penamaan Rengat sendiri ada dua versi yang berkembang di masyarakat.
Pertama, kata Rengat berasal dari kata Renggas, sebuah pohon yang bisa
menimbulkan gatal-gatal pada kulit jika tersentuh.

Akibat banyaknya pohon Renggas, nama daerah tersebut diberi nama Renggas.
Namun, karena dialek pengucapan orang Melayu, Renggas lama-lama berubah
menjadi Rengat.

Versi kedua, nama Rengat berasal dari kata Rengit (nyamuk). Dahulu kala, banyak
sekali rengit di daerah ini, karena memang dikelilingi air ataupun rawa. Karena itu,
nama daerah ini diberi nama Rengit.

Akibat dialek Melayu, kata Rengit lama-lama berubah menjadi Rengat, hingga saat
ini.

Kota Rengat sendiri pernah menjadi saksi bisu pembantaian penduduk oleh tentara
Belanda. Peristiwa tersebut dikenal dengan nama Rengat Berdarah.

Penduduk kecamatan Rengat terdiri dari berbagai suku bangsa yaitu


suku Melayu, Minang, Jawa, Batak, Banjar, Bugis, Tionghoa, dan beberapa suku
lainnya. Ada suku pedalaman Indragiri disebut dengan Suku Talang Mamak yang
dahulunya masih bermukim di pedalaman, sampai saat ini masih ada walaupun
sudah mulai ada pembauran dengan masyarakat sekitar. Mata pencaharian utama
penduduk kecamatan Rengat adalah di sektor pertanian.
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2021, mencatat bahwa
masyarakat kecamatan Rengat memiliki beragam agama yang dianut. Adapun
persentasi penduduk menurut agama yang dianut adalah Islam sebanyak 96,75%,
kemudian agama Kristen sebanyak 1,70%, dimana Protestan 1,19%
dan Katolik 0,51%. Selebihnya menganut agama buddha sebanyak 1,55%.
Salah satu tempat wisata di Rengat, adalah sebuah danau tempat pemandian
keluarga Istana Indragiri yang dikenal penduduk setempat dengan nama Danau
Raja. Konon dahulu kala tidak jauh dari danau pemandian keluarga kerajaan
Indragiri tersebut terdapat sebuah bangunan Istana kerajaan, yang saat ini telah
berada ditengah sungai Indragiri dan kalau dimusim kemarau pada waktu debit air
sungai surut kita dapat melihat bekas bangunan bagian belakang Istana Indragiri
tersebut.

Di era tahun 1980-an, pemerintah daerah Indragiri Hulu bermaksud menjadikan


Danau Raja ini sebagai sebuah daerah wisata bagi penduduk sekitar dengan
membangun taman bermain untuk anak-anak, dan beberapa fasilitas pendukung
lainnya. Sayang penggalakan pembangunan tersebut tidak berjalan lama,
mengingat jumlah pengunjungnya tidak sesuai target yang diharapkan. Hal ini
menyebabkan para pedagang setempat tidak bertahan lama.

Rengat juga dikenal dengan kota "RAJA" ini mungkin disebabkan karena
banyaknya keturunan - keturunan dari raja - raja Indragiri terdahulu. Sehingga
orang Rengat gampang dikenali walaupun di mana berada asalkan namanya
diawali dengan Raja bisa dipastikan berasal dari Rengat, tetapi silsilah keturunan
kerajaan Indragiri saat ini tidak jelas lagi.
Salah satu kendaraan khas Rengat yang masih beroperasi sampai sekarang
adalah becak. Yang membuat Becak di Rengat berbeda dengan becak yang
terdapat di beberapa daerah lain yaitu pada posisi pengayun becak berada di
samping penumpang bukan di belakang. Di Rengat juga terdapat dua buah
jembatan.
Sungai Indragiri yang digunakan untuk penyeberangan ke daerah seberang sungai.
Banyak penduduk yang memanfaatkan fasilitas ini untuk berolah raga seperti
jogging ke daerah seberang yang dikenal bebas polusi. Daerah ini memiliki
satu bandar udara yaitu Bandar Udara Japura.
Karena di daerah ini masih terdapat banyak pohon dan kebanyakan penduduknya
bermata pencaharian berkebun. Sehingga jika pada musimnya, banyak buah-
buahan membanjiri pasar seperti manggis, rambutan, durian, duku, dan lengkeng.
Buah khas Rengat adalah Kedondong. Di pusat pasar terdapat sebuah tugu jam dan
pahatan buah kedondong di atasnya.
Tahun 1949, pada saat Revolusi, pasukan payung Belanda membunuh ribuan orang
di Rengat.[3] Tepatnya 15 Januari 1949, menjadi hari berkabung di Rengat dan
diperingati setiap tahunnya, dimana ada sekitar 2.000 orang meninggal dunia,
termasuk bupati yang menjabat saat itu, Tulus. Pada peringatan tanggal 5 Januari
2022, upacara diadakan di halaman rumah dinas bupati Indragiri Hulu, Rezita
Meylani Yopi, bersama perangkat pemerintahan dan kecamatan rengat.

También podría gustarte