Está en la página 1de 21

Laporan Kasus

TUMOR THORAX ANTERIOR


DEXTRA

Oleh:
Heni Nurdita, S.Ked

712021027

Pembimbing:
dr. H. Gunawan Tohir, Sp.B., MM.

DEPARTEMEN ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Judul:
TUMOR THORAX ANTERIOR DEXTRA

Oleh:
Heni Nurdita, S.Ked
712021027

Telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2023 sebagai salah satu syarat
dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.

Palembang, Agustus
2023Pembimbing

dr. H. Gunawan Tohir, Sp.B., MM.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Tumor Thorax Anterior dextra” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. H. Gunawan Tohir, Sp.B., MM, selaku pembimbing Kepaniteraan
Klinik di SMF Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
yang telah memberikan masukan, arahan, serta bimbingan dalam
penyelesaian laporan kasus ini.
2. Rekan-rekan dokter muda atas kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi semua dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran.

Palembang, Agustus 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii


KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ................................................................................................iv
BAB I. LAPORAN KASUS .........................................................................1
1.1 Identitas Pasien ................................................................................1
1.2 Anamnesis .......................................................................................1
1.3 Pemeriksaan Fisik ............................................................................2
1.4 Status Lokalis ..................................................................................6
1.5 Pemeriksaan penunjang ...................................................................6
1.6 Diagnosa Banding............................................................................8
1.7 Diagnosa Kerja ................................................................................8
1.8 Penatalaksanaan ...............................................................................9
1.9 Prognosis .........................................................................................9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................10
2.1 Tumor Thorax ..................................................................................9
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi ..............................................................9
2.1.2 Definisi ...................................................................................10
2.1.3 Epidemiologi ..........................................................................10
2.1.4 Etiologi ...................................................................................11
2.1.5 Manifestasi Klinis ..................................................................11
2.1.6 Diagnosis Banding .................................................................12
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang..........................................................13
2.1.8 Tatalaksana .............................................................................13
2.1.9 Komplikasi .............................................................................14
2.1.10 Prognosis ................................................................................14
BAB III. KESIMPULAN ...........................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................16

iv
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. Sonia Binti Ahmad
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 2 februari 1969 / 54 tahun
Pekerjaan : PNS
Pendidikan terakhir : S1
Alamat : Jl. Jaya 4, Blok E No 1689, Palembang
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Status : Menikah
MRS Tanggal : 21 Agustus 2023
No.RM : 58.19.40
Pembiayaan : BPJS

1.2 Anamnesis
(Auto anamnesis, Selasa 22 Agustus 2023).

Keluhan Utama :
Benjolan di dinding dada kanan

Riwayat Perjalanan Penyakit (RPP) :


Pasien datang ke IGD RSUD Palembang Bari dengan keluhan
terdapat benjolan pada daerah dada sebelah kanan sejak kurang lebih 2 bulan
SMRS. Menurut pasien benjolan teraba menetap dan dirasakan nyeri, nyeri
hilang timbul. Pasien mengatakan benjolan awalnya kecil kemudian
membesar. Benjolan masih dapat digerakkan, permukaan licin, warna seperti
kulit sekitar, tidak terasa hangat. Perubahan tekstur kulit sekitar payudara
tidak ada, luka maupun borok disekitar benjolan tidak ada, tidak ada keluar
cairan dari mammae. Selain itu tidak ada keluhan penurunan berat badan
maupun nafsu makan.Tidak ada kemerahan pada dada . Keluhan tidak diserati
mual, muntah, pusing danlemas. Riwayat BAB normal, feses bewarna kuning,

1
tidak keras, tidak berdarah. BAK normal.
Riwayat tumor disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya, konsumsi obat
dalam jangka waktu yang lama. Riwayat operasi lain (-). Pasien tidak
memiliki riwayat alergi makanan, alergi obat, dan riwayat asma disangkal.
Pasien juga tidak memiliki riwayat trauma dan operasi sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :


- Riwayat pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya disangkal.
- Riwayat alergi disangkal.
- Riwayat asma disangkal.
- Riwayat trauma disangkal.
- Riwayat operasi sebelumnya disangkal.

1.3 Pemeriksaan fisik


Keadan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 V5 M6
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 76x/menit
Pernafasan : 21x/menit
Suhu : 36,8°C
Saturasi Oksigen : 99%
Berat Badan : 54 kg
Panjang Badan : 160 cm
Status Gizi : 21,09 (BB ideal)

Keadaan Spesifik
Kepala
 Normocephali.
 Perubahan bentuk kepala (-).

Mata

2
 Konjungtiva: pucat (-/-), perdarahan (-/-).
 Sklera : kuning (-/-).
 Palpebra : bengkak (-/-).
 Pupil : Refleks cahaya (+/+), isokor (3mm/3mm), bulat.

Hidung
 Bagian luar : normal, perubahan bentuk hidung (-).
 Septum : terletak ditengah dan simetris.
 Mukosa hidung : kemerahan (-).
 Rongga hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-), perdarahan (-),
nyeri (-), konsistensi kenyal, terfiksasi, batas tegas.

Telinga
 Daun telinga : Normal.
 Liang telinga : Lapang, sekret (-), darah (-).
 Pendengaran : Normal.

Mulut Dan Tenggorokan


 Bibir : pucat (-), kebiruan (-), kering (-).
 Lidah : perubahan bentuk lidah (-).
 Tonsil : T1/T1 tenang.
 Faring : kemerahan (-).

3
Leher
 Benjolan (-), trakea di tengah, pembesaran KGB (-).

Toraks
Paru-Paru
Pemeriksaan ANTERIOR POSTERIOR

Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan Simetris statis dan


dinamis, Retraksi iga: Supra dinamis
sternal (-/-), Intercostae (-/-
)

Kanan Simetris saat statis dan Simetris statis dan


dinamis
dinamis, Gerakan dinding
dada cepat dan dalam,
Retraksi iga: Supra sternal (-
/-
), Intercostae (-/-).
Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan

- Vocal fremitus simetris - Vocal fremitus simetris

Kanan - Terdapat benjolan - Tidak Terdapat benjolan


- Vocal fremitus simetris
- Vocal fremitus simetris

Perkusi Kiri Sonor pada seluruh lapang Sonor pada seluruh lapang
paru paru

Kanan Sonor pada seluruh lapang Sonor pada seluruh lapang


paru paru

Auskultasi Kiri Suara Nafas vesikular normal Suara Nafas vesikular


normal
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Kanan Suara Nafas vesikular normal Suara Nafas vesikular
normal
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

4
Jantung
 Inspeksi : ictus cordis (denyut jantung yang berasal dari apex
jantung atau bagian terluar jantung) tidak terlihat.
 Palpasi : ictus cordis (denyut jantung yang berasal dari apex
jantung atau bagian terluar jantung) tidak teraba.
 Perkusi :
- Batas atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra et sinistra.
- Batas kanan : ICS 4 linea parasternalis dextra.
- Batas kiri : ICS 5 linea midclavicularis sinistra.
 Auskultasi : BJ I & BJ II normal, teratur, murmur (-), gallop (-).

Abdomen

a. Inspeksi : datar, lemas,massa (-), hemtoma (-), venektasi (-), scar (-


),
b. Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), benjolan/massa (-)
c. Perkusi : timpani, nyeri ketok (-)
d. Auskultasi : bising usus 6x/menit normal, tidak ada bunyi tambahan

Genitalia Eksterna : Tidak diperiksa


Ekstremitas Superior : Pucat (+),Eritema (-), nyeri otot dan sendi (-),
gerakan ke segala arah, atrofi (-), hiperpigmentasi (-
).

Ekstremitas Inferior : Eritema (-), nyeri otot dan sendi (-), gerakan ke
segala arah, atrofi (-), hiperpigmentasi (-), pitting
edema pretibia (-).

1.4 Status Lokalis


Thorax Anterior Dextra
Inspeksi
Terdapat benjolan Ukuran di regio thorax anterior dextra, seperti kulit jeruk (-) scar
5
(-), Hiperemis (-/-), perdarahan (-/-), , puncta (-/-), hiperpigmentasi (-/-), puting masuk
ke dalam (-/-), peau d’orange (-/-), edema (+/-), pus (-/-), nipple discharge (-/-), retraksi
areola mamme (-/-)
Palpasi
Teraba benjolan ukuran 6 cm x 5 cm x 4 cm di thorax dextra, Tidak teraba hangat,
nyeri tekan (+), konsistensi kenyal, berdinding tipis, benjolan bebas dari dasar tapi
melekat pada kulit atasnya, teraba kistik, berbatas tegas dengan tepi rata, permukaan
licin, pulsasi (-), fluktuasi (-) KGB tidak teraba.

1.5 Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaan Darah Rutin (22 Agustus 2023)
Hematologi
Hematologi Lengkap Hasil Nilai normal
Hemoglobin 13.2 g/dL 12.0-14.0
Leukosit 13.8 /mm3 5.000 – 10.000
Eritrosit 4.6 juta/uL 3.6-5.8
Trombosit 300 ribu/mm3 150-450
Hematokrit 36 % 35-47
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 % 0.1-1
Eosinofil 1 % 1-6
Batang 3 % 3-5
Segmen 78 % 40-70
Limfosit 36 % 30-45
Monosit 6 % 2-10
Tumor Marker
CA 15-3 25 U/ml <35

6
Pemeriksaan tambahan
USG thorax

1.6 Diagnosa Banding

1. Tumor thorax anterior dextra


2. Tumor mammae dextra
3. Kista aeroma
 Diagnosa Kerja
Tumor thorax anterior dextra

 Penatalaksanaan
Non Farmakologis
- Informed consent untuk dilakukannya rencana tindakan
- Edukasi kepada pasien tentang penyebab munculnya penyakit
- Edukasi tentang penatalaksanaan definitif yang perlu dilakukan

Farmakologis
Farmakologi (setelah pembedahan), jika diperlukan
- Pemberian analgetik dapat berupa : Inj. Ketorolac 0,5 mg/kgBB tiap
jam IV
- Pemberian antibiotic profilaksis : Inj. Cefotaxime 50 mg/kgBB tiap 6
jam IV
Operatif
Rujuk ke bagian dokter spesialis bedah umum untuk dilakukannya tindakan

7
operasi.

 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumor Thorax


2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Thorax
a. Rangka Dada (Thorax)
Rangka dada atau thorax tersusun dari tulang dan tulang rawan.
Thorax berupa sebuah rongga berbentuk kerucut, di bawah lebih besar dari
pada di atas dan di belakang lebih panjang dari pada bagian depan. Dibagian
belakang, thorax dibentuk oleh kedua belas vertebrae thoracalis, di depan
dibentuk oleh sternum, dibagian atas oleh clavicula, dibagian bawah oleh
diafragma , dan di samping kiri dan kanan dibentuk oleh kedua belas pasang
iga yang melingkari badan mulai dari belakang dari tulang belakang sampai
ke sternum di depan.1

Gambar 1.1. Anatomi Thorax

b. Kerangka Dada (Thorax)


Batas-batas yang membentuk rongga di dalam thorax adalah sternum dan
tulang rawan iga-iga di depan, kedua belas ruas tulang punggung beserta
cakram antar ruas (diskus intervertebralis) yang terbuat dari tulang rawan
belakang, iga-iga beserta otot interkostal di samping, diafragma di bawah,
dan dasar leher di atas. Sebelah kanan dan kiri rongga dada terisi penuh oleh
paru-paru beserta pembungkus pleuranya. Pleura ini membungkus setiap
belah, dan membentuk batas lateral pada mediastinum. Mediastinum ialah

9
ruang di dalam rongga dada antar kedua paru-paru. Isinya jantung dan
pembuluh-pembuluh darah besar, esofagus, duktus torasika, aorta
desendens, dan vena kava superior, saraf vagus dan frenikus dan sejumlah
besar kelenjar limfe.2

2.1.2 Definisi
Dinding dada mengacu pada struktur yang mengelilingi dan melindungi
paru-paru, dikelilingi oleh tulang belakang, dan dipisahkan dari perut oleh
diafragma. Struktur ini mencakup segudang jaringan, termasuk tulang rawan,
tulang, otot, fasia, pembuluh darah, pembuluh limfatik, lemak, dan kulit. Tumor
dinding dada terbagi menjadi dua kategori, primer dan sekunder. Tumor dinding
dada primer timbul dari otot, lemak, pembuluh darah, selubung saraf, tulang
rawan, atau tulang dinding dada. Tumor dinding dada sekunder dapat berasal
dari invasi langsung karsinoma payudara atau karsinoma paru atau metastasis
dari tempat asal yang jauh.3

2.1.3 Epidemiologi
Penelitian belum menentukan frekuensi tumor dinding dada pada pria
dibandingkan wanita. Usia presentasi bervariasi; namun, pasien yang lebih
muda memiliki tumor yang lebih kecil dan jinak, sedangkan pasien yang lebih
tua cenderung memiliki tumor yang lebih besar dan agresif.4
Tumor dinding dada primer mempunyai insiden kurang dari dua persen
populasi. Neoplasma dinding dada bersifat primer atau metastasis, dengan
tingkat keganasan sekitar lima puluh persen dan bergejala atau tanpa gejala,
dengan sekitar dua puluh persen ditemukan secara kebetulan pada rontgen
dada. Tumor dinding dada primer mewakili lima persen dari seluruh neoplasma
toraks.5,3
Sarkoma dinding dada terbentuk di tulang rawan, jaringan lunak, dan tulang
rongga dada, termasuk kondrosarkoma, osteosarkoma, rhabdomyosarcoma,
plasmasitoma, histiocytomas fibrosa ganas, dan sarkoma Ewing. Tumor ganas
primer dinding dada yang paling umum adalah kondrosarkoma.
Sekitar lima puluh hingga delapan puluh persen tumor dinding dada bersifat
ganas, dan lima puluh lima persen di antaranya berasal dari tulang atau tulang
rawan dan empat puluh lima persen berasal dari jaringan lunak. Kelangsungan
hidup lima tahun secara keseluruhan setelah reseksi neoplasma dinding dada
10
primer adalah sekitar enam puluh persen. Kekambuhan dapat terjadi pada lima
puluh persen pasien, dengan angka kelangsungan hidup lima tahun sebesar
tujuh belas persen.
2.1.4 Etiologi
Etiologi tumor dinding dada meliputi pertumbuhan dan proliferasi sel
jinak atau ganas yang berlebihan, proses infeksi atau inflamasi. Tumor dinding
dada primer meliputi tumor tulang, otot, lemak, pembuluh darah, selubung
saraf, myositis ossificans, elastofibroma dorsi, dan tumor desmoid ekstra-
abdomen. Tumor dinding dada sekunder timbul akibat metastasis dari organ
tubuh lain. Saat ini literatur belum mengetahui secara pasti penyebab pasti dari
tumor dinding dada; Namun, ada anggapan bahwa genetika, pola makan, dan
pilihan gaya hidup mungkin berpengaruh pada perkembangan tumor ini.Tumor
desmoid ekstra-abdominal adalah fibromatosis agresif, terkadang berkembang
di lokasi torakotomi sebelumnya.3
2.1.5 Manifestasi Klinis
Tumor dinding dada dapat bervariasi dari gejala sampai tanpa gejala,
dengan lebih dari 20% ditemukan secara kebetulan pada radiografi dada. Lesi
extrathoracic lebih cenderung muncul sebagai massa yang tumbuh. Nyeri
adalah gejala yang paling umum untuk tumor jinak dan ganas. Dengan tumor
ganas, ini biasanya dari keterlibatan tulang dan sering merupakan tanda invasi.
Terdapat variasi yang luas dalam usia saat pasien datang, dimana pasien yang
lebih tua cenderung memiliki tumor yang lebih besar dan lebih agresif
dibandingkan dengan pasien yang lebih muda, yang cenderung memiliki tumor
yang lebih kecil dan jinak.6

11
2.1.6 Diagnosis Banding
Diagnosis banding tumor dinding dada bersifat eksponensial.
Perbedaannya mencakup lesi jinak dan ganas, yang dapat merupakan perluasan
lokal dari penyakit yang berdekatan. Ini juga dapat mencakup manifestasi lokal
dari etiologi inflamasi atau infeksi. Kriteria berikut dapat membatasi perbedaan
tumor dinding dada: prevalensi keseluruhan dan gambaran klinis yang khas,
pola mineralisasi, lokasi di dinding dada, dan karakteristik pencitraan resonansi
magnetik intrinsik yang sesuai dengan temuan histopatologis.7

Tumor Jinak Paling Umum8


Osteokondroma
kondroma
Displasia fibrosa
Tumor desmoid
Tumor Ganas Paling Umum9
Sarkoma jaringan lunak
Kondrosarkoma
Sarkoma Ewing

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat sangat penting ketika
mengevaluasi pasien dengan massa dinding dada. Pasien mungkin mengeluh
nyeri, pegal, bengkak, gangguan gerak, benjolan, atau atrofi otot. Pemeriksaan
fisik mungkin menunjukkan pembengkakan yang nyata, dan palpasi yang
cermat dapat menunjukkan asimetri dinding dada dan menggambarkan tekstur
tumor. Suara nafas juga mungkin berkurang. Semua ini diakibatkan oleh efek
massa dari tumor itu sendiri dan bukan merupakan diagnostik untuk patologi
yang mendasari tumor tersebut.10
Setelah riwayat menyeluruh dan pemeriksaan fisik, langkah selanjutnya
meliputi rontgen dada yang dapat menjadi pemeriksaan awal yang memadai
untuk mengevaluasi ukuran dan perluasan tumor. Rontgen dada dapat
memberikan evaluasi cepat terhadap paru-paru untuk mengetahui adanya
invasi langsung, dapat mendeteksi kerusakan tulang kortikal, atau memastikan
12
bahwa tumor berasal dari tulang; namun, tomografi komputer lebih sensitif
dibandingkan rontgen dada untuk memverifikasi semua hal di atas. Pencitraan
resonansi magnetik lebih unggul dibandingkan tomografi komputer, terutama
dalam evaluasi jaringan lunak.11 MRI dapat memfasilitasi diferensiasi
neoplasma dari struktur dinding dada normal dan proses penyakit lainnya
akibat infeksi dan peradangan, dan dapat sepenuhnya mengkarakterisasi
kelainan dengan menunjukkan berbagai komponen internal lesi kompleks.
Tomografi emisi positron digunakan dalam evaluasi tumor dinding dada untuk
menentukan stadium penyakit, mengevaluasi respons terhadap pengobatan,
atau mendeteksi penyakit berulang.12 Evaluasi radiologi, meskipun mampu
membedakan kepadatan dan bentuk, tidak memadai untuk diagnosis pasti;
biopsi diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Lesi berukuran kurang dari
lima sentimeter menjalani biopsi eksisi, dan lesi yang lebih besar dari lima
sentimeter menjalani aspirasi jarum atau biopsi insisional.
2.1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan tumor dinding dada dapat menjadi tantangan klinis dan bedah.
Reseksi bedah adalah standar perawatan untuk tumor jinak. Pengelolaan tumor
ganas lebih melibatkan pendekatan interprofessional untuk mengoptimalkan
hasil fungsional.13 Eksisi tumor yang luas dengan margin negatif merupakan
prediktor penting dari tingkat kekambuhan lokal. Juga penting bahwa setelah
reseksi, ada stabilisasi dinding dada untuk menghindari dampak negatif pada
fungsi pernapasan. Berbagai macam flap otot tergantung pada lokasi dan
ukuran defek tersedia untuk menutupi sebagian besar defek dinding dada,
14
termasuk flap pectoralis, flap latissimus dorsi, dan flap rectus abdominis.
Prosedur-prosedur ini memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas perioperatif
yang tinggi karena reseksi yang tidak lengkap, rekonstruksi yang tidak berhasil,
atau dalam beberapa kasus, diagnosis yang salah. Pembedahan dengan reseksi
telah terbukti menjadi pilihan terbaik untuk tumor primer dan sejumlah tumor
sekunder pada dinding dada, dan bahkan mungkin bersifat kuratif.
Menggabungkan pembedahan dengan terapi radiasi dan/atau kemoterapi dapat
diindikasikan tetapi bergantung pada histopatologi tumor.

2.1.9 Prognosis
Prognosis sepenuhnya tergantung pada etiologi patologis yang mendasari
13
tumor. Patologi jinak membutuhkan intervensi bedah jika efek massa dari
tumor menyebabkan nyeri, jebakan neurovaskular, atau keluhan kosmetik.
Pasien dengan reseksi bedah ini memiliki prognosis yang baik. Namun, pasien
dengan patologi ganas memiliki prognosis yang dijaga. Pendekatan
multidisiplin diperlukan; namun, penyakit metastatik memiliki prognosis yang
relatif buruk.3

2.1.10 Komplikasi
Komplikasi yang signifikan mungkin terjadi jika pasien memilih untuk
tidak menjalani operasi atau bukan kandidat pembedahan. Pasien-pasien ini
mungkin menderita peningkatan rasa sakit, pembengkakan, gangguan
neurovaskular yang menyebabkan iskemia dan parestesia, dan distorsi
kosmetik pada kebiasaan tubuh. Jika pasien memilih untuk menjalani operasi,
mereka berisiko mengalami komplikasi bedah, termasuk namun tidak terbatas
pada kerusakan saraf, ligasi pembuluh darah, dan gangguan pernapasan. Pasien
pasca operasi memerlukan manajemen nyeri dan perawatan suportif paru.
Morbiditas dan mortalitas bergantung pada kedalaman dan luas invasi, serta
etiologi alami tumor. Jenis sel penting dan mempengaruhi hasil onkologis dan
kelangsungan hidup secara keseluruhan; tingkat kekambuhan tetap tinggi
dengan histologi yang lebih agresif.3

14
BAB III
KESIMPULAN

Tumor dinding dada primer timbul dari otot, lemak, pembuluh darah, selubung
saraf, tulang rawan, atau tulang dinding dada. Tumor dinding dada sekunder dapat
berasal dari invasi langsung karsinoma payudara atau karsinoma paru atau
metastasis dari tempat asal yang jauh.
Etiologi tumor dinding dada meliputi pertumbuhan dan proliferasi sel jinak atau
ganas yang berlebihan, proses infeksi atau inflamasi. Tumor dinding dada primer
meliputi tumor tulang, otot, lemak, pembuluh darah, selubung saraf, myositis
ossificans, elastofibroma dorsi, dan tumor desmoid ekstra-abdomen. Tumor
dinding dada sekunder timbul akibat metastasis dari organ tubuh lain.
Tumor dinding dada dapat bervariasi dari gejala sampai tanpa gejala, dengan
lebih dari 20% ditemukan secara kebetulan pada radiografi dada. Lesi extrathoracic
lebih cenderung muncul sebagai massa yang tumbuh. Nyeri adalah gejala yang
paling umum untuk tumor jinak dan ganas. Evaluasi radiologi, meskipun mampu
membedakan kepadatan dan bentuk, tidak memadai untuk diagnosis pasti; biopsi
diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis.
Pengobatan tumor dinding dada dapat menjadi tantangan klinis dan bedah.
Reseksi bedah adalah standar perawatan untuk tumor jinak. Pembedahan dengan
reseksi telah terbukti menjadi pilihan terbaik untuk tumor primer dan sejumlah
tumor sekunder pada dinding dada, dan bahkan mungkin bersifat kuratif.
Menggabungkan pembedahan dengan terapi radiasi dan/atau kemoterapi dapat
diindikasikan tetapi bergantung pada histopatologi tumor.
. Pasien pasca operasi memerlukan manajemen nyeri dan perawatan suportif
paru. Morbiditas dan mortalitas bergantung pada kedalaman dan luas invasi, serta
etiologi alami tumor. Jenis sel penting dan mempengaruhi hasil onkologis dan
kelangsungan hidup secara keseluruhan; tingkat kekambuhan tetap tinggi dengan
histologi yang lebih agresif.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Bontrager, K. L. (2018) Textbook of Radiographic Positioning and Related


Anatomy, Nineth Edition, Mosby - Elsevier.
2. Pearce, Evelyn. C. (2015). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
3. Bajaj T, Aboeed A. Chest Wall Tumors. [Updated 2022 Sep 5]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available
4. Shah AA, D'Amico TA. Primary chest wall tumors. J Am Coll Surg. 2010
Mar;210(3):360-6. [PubMed] [Reference list]
5. David EA, Marshall MB. Review of chest wall tumors: a diagnostic, therapeutic, and
reconstructive challenge. Semin Plast Surg. 2011 Feb;25(1):16-24. [PMC free article]
[PubMed] [Reference list]
6. Carter BW, Benveniste MF, Betancourt SL, de Groot PM, Lichtenberger JP, Amini B,
Abbott GF. Imaging Evaluation of Malignant Chest Wall Neoplasms. Radiographics.
2016 Sep-Oct;36(5):1285-306. [PubMed] [Reference list]
7. Nam SJ, Kim S, Lim BJ, Yoon CS, Kim TH, Suh JS, Ha DH, Kwon JW, Yoon YC,
Chung HW, Sung MS, Choi YS, Cha JG. Imaging of primary chest wall tumors with
radiologic-pathologic correlation. Radiographics. 2011 May-Jun;31(3):749-70.
[PubMed] [Reference list]
8. Incarbone M, Pastorino U. Surgical treatment of chest wall tumors. World J Surg. 2001
Feb;25(2):218-30. [PubMed] [Reference list]
9. King RM, Pairolero PC, Trastek VF, Piehler JM, Payne WS, Bernatz PE. Primary chest
wall tumors: factors affecting survival. Ann Thorac Surg. 1986 Jun;41(6):597-601.
[PubMed] [Reference list]
10. Tateishi U, Gladish GW, Kusumoto M, Hasegawa T, Yokoyama R, Tsuchiya R,
Moriyama N. Chest wall tumors: radiologic findings and pathologic correlation: part 2.
Malignant tumors. Radiographics. 2003 Nov-Dec;23(6):1491-508. [PubMed]
[Reference list]
11. Bueno J, Lichtenberger JP, Rauch G, Carter BW. MR Imaging of Primary Chest Wall
Neoplasms. Top Magn Reson Imaging. 2018 Apr;27(2):83-93. [PubMed] [Reference
list]
12. Carter BW, Benveniste MF, Betancourt SL, de Groot PM, Lichtenberger JP, Amini B,
Abbott GF. Imaging Evaluation of Malignant Chest Wall Neoplasms. Radiographics.
2016 Sep-Oct;36(5):1285-306. [PubMed] [Reference list]

16
13. Bakri K, Mardini S, Evans KK, Carlsen BT, Arnold PG. Workhorse flaps in chest wall
reconstruction: the pectoralis major, latissimus dorsi, and rectus abdominis flaps. Semin
Plast Surg. 2011 Feb;25(1):43-54. [PMC free article] [PubMed] [Reference list]
14. Tukiainen E. Chest wall reconstruction after oncological resections. Scand J Surg.
2013;102(1):9-13. [PubMed] [Reference list]

17

También podría gustarte