Está en la página 1de 42

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan masyarakat yang semakin meningkat, akan

berpengaruh terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu

pelayanan kesehatan, di samping itu menyelenggarakan pelayanan

kesehatan Rumah Sakit maupun puskesmas juga banyak disorot oleh

masyarakat mengenai kinerja tenagatenaga kesehatan selain

masyarakat juga mengkritisi berbagai aspek yang terdapat dalam

pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan. Di Rumah

Sakit, sumber daya manusia terbanyak yang berinteraksi secara

langsung dengan pasien adalah perawat, sehingga kualitas pelayanan

yang dilaksanakan oleh perawat dapat dinilai sebagai indicator baik apa

buruknya kualitas pelayanan kesehatan (Rahmi, 2009).

Dalam upayan mencapai darajat pelayanan kesehatan

masyarakat setinggi-tingginya, sebagaimana tujuan pembangunan

nasional maka pemerintah indonesia sejak tanggal 1 januari 2014 akan

menerapkan Jaminan Kesehatan Nasional bagi seluruh rakyat

indonesia secara bertahap hingga 1 januari 2019. Berhubung dengan

Jaminan Kesehatan yang di mulai pada tahun 2014 yang secara

bertahap menuju ke Universal Health Coverage. Hal itu menuntut

tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan keperawatan kepada

pasien peserta JKN baik di Rumah Sakit Negeri ataupun Rumah Sakit
2

Swasta yang telah ditunjuk. Tujuan Jaminan Kesehatan secara umum

yaitu mempermudah masyarakat untk mengakses pelayanan

kesehatan yang bermutu (Guswan, 2014).

Penerepan Jaminan Kesehatan Nasional dibawah BPJS

kesehatan yang dinilai merupakan tonggak awal dimulainya perubahan

layanan kesehatan justru merugikan warga secara nasional, system

kepersertaan BPJS kesehatan yang demikian menunjukan tidak

adanya sinkronosasi antara BPJS kesehatn dengna Pemprov dan

kemenkes secara baik. Seolah-olah BPJS dipaksakan beroperasi pada

tanggal 1 Januari 2014 tanpa disertai dengan kesiapan pelaksanaan

secara matang, warga miskin dan rentan miskin menjadi peserta JKN

dan Jamkesmas adalah yang banyak dirugikan, karena dipaksa

melakukan pembayaran layanan kesehatan selama terdaftar di BPJS.

Tidak baiknya system layanan kesehatan BPJS ini sudah

terlihat sejak dikeluarkanya SK Menteri Kesehatan RI pada tahun 2013

dengan menunjuk PT ASKES sebagai operator pelaksanaan KJS DKI

Jakarta bersama layanan kesehatan provinsi Jawa Barat dan Aceh

secara bersamaan sebagai bentuk uji cuba pelaksanaan program

BPJS. Terbukti layanan kesehatan KJS DKI menjadi tidak berjalan

semestinya di bawah kendali PT Askes, terjadi ketidaktepatan sasaran

dan layanan kesehatan yang tidak maksimmal yang sangat merugikan

warga DKI.
3

Pada system layanan kesehatan juga terlihat tidak begitu baik,

protes para dokter akhir-akhir ini sudah menjadi bukti. Buruknya

sosialisasi berdampak pada layanan kesehatan yang tidak maksimal,

padahal anggaran sudah direlokasikan oleh APBN yang bernilai

trilliunan. Warga juga belum memehami mekanisme layanan yang

diterapkan dalam program BPJS. Dampaknya tidak maksimalnya

layanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.

Pandangan masyarkat terhadap pelayanan BPJS masih kurang

baik, hal ini di tandai dengan sedikitnya para pengguna kartu BPJS

untuk mengunakan BPJS. Sebagian masyarakat miskin pemegang

kartu jamkesmas masih mengeluhkan pelayanan rumah sakit. Keluhan

tersebut antara lain terkait dengan pelayanan administrasi, perawat,

dokter, sarana dan prasarana, uang muka, obat, biaya dan layanan

rumah sakit lainya.

Pada Penduduk Indonesia berdasarkan data Badan Pusat

Statistik (2014) sebanyak 237.556.363 jiwa, data kementrian kesehatan

tahun 2010 menunjukan bahwa penduduk Indonesia yang telah

memiliki jaminan kesehatan adalah 60,24℅ atau sejumlah 14.179.507

jiwa, dan 39,76℅ atau 95.376.856 penduduk belum mempunyai

jaminan kesehatan. Untuk daerah Barru mempunyai jumlah pengguna

jaminan kesehatan BPJS sebanyak 83038 jiwa(BPJS Kab.Barru, 2014).

Persepsi masyarakat terhadap tempat pelayanan kesehatan

dalam hal ini Rumah Sakit dan Puskesmas dikatakan baik tidak hanya
4

dinilai pada kelengkapan fasilitas-fasilitas yang memadai akan tetapi

juga keramahan dan ketanggapan petugas terhadap pelayanan

kesehatan khusunya bagi peserta BPJS di tempat pelayanan

kesehatan.

SDM yang tanggap, cepat serta profesionalisme dalam setiap

tindakan akan sangat membantu mewujudkan keberhasilan sistem

kesehatan nasional dengan begitu masyarakat akan sangat terbantu

dan tidak lagi mengalami kebingungan saat hendak menggunakan

layanan di rumah sakit. Sudah saatnya tempat pelayanan kesehatan

menerapkan sitem rekrutmen SDM yang berkualitas dan benar-benar

sesuai dengan standar operasional yang telah ditetapkan, hindari

segala bentuk kecurangan-kecurangan yang memungkinkan dapat

terjadi (Anwar, 2011).

Data penduduk di kelurahan Sumpang Minangae berjumlah

2251 KK atau sekitar 8803 jiwa yang terdiri dari 4347 jiwa laki-laki dan

perempuan sebanyak 4456 jiwa (BPS Kab.Baru,2014).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah

dikemukakan yang menjadi rumusan masalah adalah untuk

menganalisis Perilaku Masyarakat Terhadap BPJS Kesehatan di

Kelurahan Sumpang Minangae Kecamatan Baru Kabupaten Baru

Tahun 2015.
5

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat terhadap

BPJS Kesehatan di Kelurahan Sumpang Binangae Kecamatan Baru

Kabupaten Baru Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis pengetahuan masyarakat terhadap BPJS

Kesehatan di Kelurahan Sumpang Binangae Kecamatan Baru

Kabupaten Baru Tahun 2015.

b. Untuk menganalisis sikap masyarakat terhadap BPJS Kesehatan

di Kelurahan Sumpang Binangae Kecamatan Baru Kabupaten

Baru Tahun 2015.

c. Untuk menganalisis tindakan masyarakat terhadap BPJS

Kesehatan di Kelurahan Sumpang Binangae Kecamatan Baru

Kabupaten Baru Tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat lebih memperkaya ilmu

pengetahuan dan kepustakaan dalam melihat prilaku masyarakat

dengan adanya BPJS Kesehatan.


6

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang

kesehatan.

3. Manfaaat bagi peneliti

Merupakan pengalaman berharga bagi penulis selain akan

menambah pengetahuan tentang prilaku masyarakat terhadap

adanya BPJS Kesehatan di Kelurahan Sumpang Minangae dan

merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana kesehatan

masyarakat
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tiinjauan Umum Tentang Perilaku

1. Pengertian

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme

(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut

pandang biologis semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan,

binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka

mempunyai aktifitasmasing-masing (Notoatmodjo, 2009). Sedangkan

Menurut Sunaryo (2006), perilaku adalah aktivitas yang timbul

karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara

langsung maupun tidak langsung.

Menurut Skiner (2010) seorang ahli psikologi, merumuskan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar). Oleh karena itu perilaku ini menjadi terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme

tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau

stimulus organisme respons. Skinner membedakan adanya dua

respon.

Dalam teori Skiner dibedakan adanya dua respon:

a. Respondent respons atau flexi, yakni respon yang ditimbulkan

oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus


8

semacam ini disebut eleciting stimulalation karena menimbulkan

respon-respon yang relatif tetap.

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang

timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau

perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce

karena mencakup respon.

Menurut Notoatmodjo (2009) dilihat dari bentuk respon

stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior) Respon atau reaksi terhadap

stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas

oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon terhadap stimulus

tersebut sudah jelas dalam atau praktik (practice) yang dengan

mudah diamati atau dilihat orang lain.

2. Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi

terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang),

namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada

karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.

Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang


9

berbeda yang disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini

dapat dibedakan menjadi dua, yakni: (Notoatmodjo, 2009)

a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.

b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.

Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang

mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2009). Benyamin

Bloom (2010) yang dikutip Notoatmodjo (2009), membagi perilaku

manusia kedalam 3 domain ranah atau kawasan yakni: kognitif

(cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor).

Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk

pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni: pengetahuan, sikap,

dan praktik atau tindakan.

3. Pengukuran Perilaku

Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan

melalui dua cara, secara langsung, yakni dengan pengamatan

(obsevasi), yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam rangka

memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung

menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini

dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subyek tentang


10

apa yang telah dilakukan berhubungan dengan obyek tertentu

(Notoatmodjo, 2009).

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green (2009) dalam Notoatmodjo (2009),

perilaku diperilaku oleh 3 faktor utama, yaitu:

a. Faktor predisposisi ( predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi Dan kepercayaan masyarakat

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,sistem nilai

yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial

ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya.

b. Faktor pendukung (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana

atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih,

tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,

ketersediaan makanan bergizi, dsb. Termasuk juga fasilitas

pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,

posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek

swasta, dsb. Termasuk juga dukungan sosial, baik dukungan

suami maupun keluarga.

c. Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat (toma), tokoh agama (toma), sikap dan perilaku pada


11

petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang

peraturan- peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan.

5. Komponen Perilaku

a. Komponen Kognitif

Merupakan representasi apa yang dipercaya oleh individu pemilik

sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang

dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan

(opini) terutama apabila, menyangkut masalah suatu problem

yang controversial.

b. Komponen Afektif

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek

emosional ini yang biasanya berakar paling dalam sebagai

komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan

terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah

sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan

yang dimilikin seseorang terhadap sesuatu.

c. Komponen Konatif

Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai

dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang Dan berisi tendensi

atau kecendrungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap

sesuatu dengan cara-cara tertentu.


12

6. Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2009), perilaku kesehatan adalah

sesuatu respon (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku

pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3 aspek:

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila

sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah senbuh dari sakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam

keadaansehat.

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman.

B. Tinjauan Umum Tentang BPJS Kesehatan

1. Pengertian BPJS Kesehatan

Menurut UU no. 24 tahun 2011 tentang BPJS pasal 7 ayat

(1) dan Ayat (2), pasal 9 ayat (1) dan UU. No. 40 Tahun 2011

Tentang SJSN, Pasal 1 Angka 8, Pasal 4 Dan Pasal 5 ayat (1)).

Badan Penyeleggara jaminan social kesehatan (BPJS Kesehatan)

adalah badan hukum public yang bertanggung jawab kepada

presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan

kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing

yang bekerja paling singkat 6 (enam) Bulan di Indonesia.

Menurut Wikipedia BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial Kesehatan) adalah Badan Usaha Milik Negara yang


13

ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan

jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia,

terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan

TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan

Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.

BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama

Jamsostek) merupakan program pemerintah dalam kesatuan

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal

31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak

tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai

beroperasi sejak 1 Juli 2014.

2. Visi BPJS Kesehatan

“Cakupan Semesta 2019”

Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki

jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

kebutuhan dasar kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS

Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.

3. Misi BPJS Kesehatan:

a. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan

mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).


14

b. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan

kesehatan yang efektif, efisien dan bermutu kepada peserta

melalui kemitraan yang optimal dengan fasilitas kesehatan.

c. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan

dana BPJS Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan

akuntabel untuk mendukung kesinambungan program.

d. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-

prinsip tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan

kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja unggul.

e. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan

dan evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas

seluruh operasionalisasi BPJS Kesehatan.

f. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan

komunikasi untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.

4. Landasan Hukum BPJS Kesehatan

a. Undang-Undang Dasar 1945

b. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial.

c. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional, Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52.


15

5. Peserta BPJS Kesehatan

Peserta BPJS Kesehatan terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

a. Peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan adalah

peserta Jaminan Kesehatan untuk fakir miskin dan orang tidak

mampu yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah sebagai

peserta program Jaminan Kesehatan. yang ditetapkan oleh

pemerintah dan diatur melalui peraturan pemerintah. Yang berhak

menjadi peserta PBI Jaminan Kesehatan lainnya adalah yang

mengalami cacat total tetap dan tidak mampu

b. Bukan PBI (Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan terdiri

dari, Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, Pekerja

bukan penerima upah dan anggota keluarganya, Bukan pekerja

dan anggota keluarganya.

BPJS Kesehatan hanya dapat menanggung paling banyak 5

(lima) anggota keluarga dan apabila Peserta yang memiliki anggota

keluarga lebih dari 5 (lima) orang termasuk peserta, dapat

mengikutsertakan anggota keluarga yang lain dengan membayar

iuran tambahan.

Dampak yang terjadi jika anda tidak menjadi peserta BPJS

adalah Ketika sakit dan harus berobat atau dirawat maka semua

biaya yang timbul harus dibayar sendiri dan kemungkinan bisa

sangat mahal diluar kemampuan anda


16

C. Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Diteliti

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada

waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruh oleh intensitas perhatian dan presepsi terhadap

objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui

indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau

tingkat yang berbeda-beda.secara garis besarnya dibagi dalam 6

tingkat pengetahuan, yaitu (Notoadmodjo, 2010):

a. Tahu

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang onjek yang

diketahui tersebut.
17

c. Aplikasi

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

objek yang diketahui, indikasi bahwa pengetahuan seseorang

tersebut sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang

tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,

mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap

pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis

dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan

kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.


18

Penilaian ini dengan sendirinya didasarka pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin

Anderson Krathwohl dan para ahli psikologi aliran kognitivisme

memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan

zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada tahun

2001 dengan nama revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan

pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi :

a. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk

setiap level taksonomi.

b. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun

urutan level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga

tertinggi. Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6.

Perubahan-perubahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering

(mengingat).

2) Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi

understanding (memahami).

3) Pada level 3, application diubah menjadi applying

(menerapkan).

4) Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis).


19

5) Pada level 5, synthesis di naikkan levelnya menjadi level 6

tetapi dengan perubahan mendasar, yaitu creating

(mencipta).

6) Pada level 6, evaluation turun posisinya menjadi level 5,

dengan sebutan evaluating (menilai).

Jadi, taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah

kognitif terdiri dari 6 level yaitu remembering (mengingat),

understanding (memahami), applying (menerapkan), analyzing

(menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan creating

(mencipta). Revisi Krathwohl ini sering digunakan dalam

merumuskan tujuan belajar yang sering kita kenal dengan istilah C1

dan C6.

Islam memandang pengetahuan sebagai hal yang sangat

dasar untuk memahami ajaran Allah SWT. Oleh karena itu menuntut

ilmu merupakan kewajiban bagi seorang muslim. \

Hal ini dapat dilihat pada firman Allah SWT dalam QS. Az-

Zumar ayat 9:
20

Terjemahannya :

(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung)


ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud
dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran.

Seseorang yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang

bahaya-bahaya dari perilaku seks yang menyimpang tentu akan

muncul kesadaran dalam dirirnya agar selalu menjaga perilaku

seksnya dan ini akan mendorong terbentuknya suatu sikap yang

positif terhadap perilaku seks yang sehat, sehingga akan

berpengaruh terhadap terciptanya sebuah perilaku. Oleh karena itu

pengetahuan sangat mempengaruhi terbentuknya suatu sikap dan

tindakan.

Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas

otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu

terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah

sampai jenjang yang tertinggi.yang meliputi 6 tingkatan:

a. Pengetahuan

Menekan pada proses mental dalam mengingat dan

mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah siswa

peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka

peroleh sebelumnya. Informasi yang dimaksud berkaitan dengan


21

simbol-simbol matematika, terminologi dan peristilahan, fakta-

fakta, keterampilan dan prinsip-prinsip.

b. Pemahaman

Pemahaman tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi

yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang

sesuatu. Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami

ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa

kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkannya dengan ide-

ide lain dengan segala implikasinya.

c. Penerapan

Kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu

mendemonstrasikan pemahaman mereka berkenaan dengan

sebuah abstraksi matematika melalui penggunaannya secara

tepat ketika mereka diminta untuk itu.

d. Analisis

Kemampuan untuk memilah sebuah informasi ke dalam

komponen-komponen sedemikan hingga hirarki dan keterkaitan

anta ride dalam informasi tersebut menjadi tampak dan jelas.

e. Sintesis

Kemampuan untuk mengkombinasikan elemen-elemen untuk

membentuk sebuah struktur yang unik dan system. Dalam

matematika, sintesis melibatkan pengkombinasian dan

pengorganisasian konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika


22

untuk mengkreasikannya menjadi struktur matematika yang lain

dan berbeda dari yang sebelumnya. Contoh : memformulakan

teorema-teorema matematika dan mengembangkan struktur-

struktur matematika.

f. Evaluasi

Kegiatan membuat penilaian berkenaan dengan nilai sebuah ide,

kreasi, cara, atau metode. Evaluasi dapat memandu seseorang

untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih

baik, penerapan baru dan cara baru yang unik dalam analisis atau

sisntesis (Zain2013).

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam tingkat

pencerahan tentang BPJS kesehatan sehingga masyarakat dapat

mengetahui program-program apa saja yang dilakuakn pemerintah

khususnya bidang kesehatan dalam memberikan pelayanan

kesehatan untuk masyarakat (Muninjaya, 2011).

2. Sikap

Menurut Oxford Advanced Learner Dictionary

mencantumkan bahwa sikap (attitude)berasal dari bahasa Italia

attitudine yaitu “Manner ofplacing or holding the body, Dan way of

feeling, thinking or behaving”.Campbel (2011) dalam buku

Notoadmodjo (2009) mengemukakan bahwa sikap adalah “A

syndrome of response consistency with regard to social objects”.

Artinya sikap adalah sekumpulan respon yang konsisten terhadap


23

obyek sosial. Dalam buku Notoadmodjo (2009) mengemukakan

bahwa sikap (attitude)adalah merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek (Kholid,

2014).

Menurut Eagle dan Chaiken mengemukakan bahwa sikap

dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang

diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif (emosi) dan

perilaku. Dari definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa secara

garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang umumnya

berkaitan dengan pembicaraan Dan dipelajari), perilaku (cenderung

mempengaruhi respon sesuai dan tidak sesuai) dan emosi

(menyebabkan respon-respon yang konsisten).

a. Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (2010) dalam buku

Notoadmodjo (2009) adalah:

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungannya

dengan obyeknya.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-

keadaan Dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap

pada orang itu.


24

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain

sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa

berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat

dirumuskan dengan jelas.

4) Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan,

sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-

kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

b. Tingkatan Sikap

Menurut Notoadmodjo (2009) dalam buku Wawan dan Dewi

(2010), sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau Dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas

dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang

tersebut menerima ide itu.


25

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu

indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling

tinggi.

c. Fungsi Sikap

Menurut Katz (2009) dalam kholid (2014) sikap

mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1) Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian atau fungsi

manfaat

Fungsi ini berkaitan dengan sarana dan tujuan. Orang

Memandang sejauh mana obyek sikap dapat digunakan

sebagai sarana atau alat dalam rangka mencapai tujuan. Bila

obyek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai

tujuannya, maka orang akan bersifat positif terhadap obyek

tersebut. Demikian sebaliknya bila obyek sikap menghambat

pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap

obyek sikap yang bersangkutan.

2) Fungsi pertahanan ego


26

Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk

mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh

seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam

keadaan dirinya atau egonya.

3) Fungsi ekspresi nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi

individu untuk mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya.

Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan

kepuasan dapat menunjukkan kepada dirinya. Dengan individu

mengambil sikap tertentu akan menggambarkan keadaan

sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan.

4) Fungsi pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan

pengalaman pengalamannya. Ini berarti bila seseorang

mempunyai sikap tertentu terhadap suatu obyek, menunjukkan

tentang pengetahuan orang terhadap obyek sikap yang

bersangkutan.

d. Komponen Sikap

Menurut Azwar S (2011) sikap terdiri dari 3 komponen yang saling

menunjang yaitu:

1) Komponen kognitif

Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu

pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe


27

yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan

penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu

atau yang kontroversial.

2) Komponen afektif

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.

Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam

sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling

bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah

mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan

dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

3) Komponen konatif

Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai

sikap yang dimiliki oleh seseorang. Aspek ini berisi tendensi

atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap

sesuatu dengan cara-cara tertentu.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar S (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi

sikap yaitu:

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap

apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat.

Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.


28

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap

penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh

keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik

dengan orang yang dianggap penting tersebut.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-

individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa

disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap

kita terhadap berbagai masalah.

d. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual

disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap sikap

konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan

lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan.

Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya konsep

tersebut mempengaruhi sikap.


29

f. Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

3. Tindakan

Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang telah di

ketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekan. Suatu sikap belum

otomatis tewujud dalam suatu tindakan. Agar terwujud sikap menjadi

suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas

dan dukungan dari pihak lain.Tindakan terdiri dari beberapa tingkat

yaitu: (Muninjaya, 2011).

a. Persepsi

Mekanisme mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respon Terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh.

c. Mekanisme

Dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu

perintah atau ajakan orang lain.


30

d. Adopsi

Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya

tindakan itu telah dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran

dari tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2009).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi pelaksanaan:Menurut

Notoadmodjo (2009), Faktor-Faktor yang mempengaruhi

pengetahuan diantaranya sebagai berikut:

a. Umur

Umur adalah umur responden dalam tahun terakhir responden.

Umur sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang,

karena semakin bertambah usia maka semakin banyak pula

pengetahuannya.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan

seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka

diharapkan stok modal semakin meningkat. Pendidikan memeliki

peranan yang penting dalam kuwalitas. Lewat pendidikan manusia

dianggap akan memperoleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2009).

c. Lama Berkerja

Lama berkerja adalah masa responden memberikan pelayanan

kebidanan, baik instansi pemerintah maupun swasta. Seperti yang

diungkapkan oleh mapire, pertumbuhan dalam perkerjaan dapat

dilalui oleh seseorang apabila telah menjalani proses belajar dan


31

pengalaman. Maka diharapkan yang bersangkutan memiliki

kecakapan kerja yang bertambah baik serta memiliki keterampilan

kerja yang tambah dalam kualitas dan kuantitas.


32

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan

khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan

pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk

Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran,

Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya

ataupun rakyat biasa.

BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu

bernama Jamsostek) merupakan program pemerintah dalam kesatuan

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31

Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak

tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai

beroperasi sejak 1 Juli 2014.

BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi

Kesehatan), yang dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun

sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Askes Indonesia

berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS

Kesehatan) adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab


33

kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan

kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing

yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia. Perlu

diketahui bersama bahwa ada beberapa perilaku masyarakat dalam hal

ini bisa dikatakan peserta BPJS yaitu:

1. Pengetahuan masyarakat terhadap BPJS Kesehatan

2. Sikap masyarakat terhadap BPJS Kesehatan

3. Tindakan masyarakat terhadap BPJS Kesehatan.

B. Variabel Pola Pikir

Berdasarkan dasar pemikiran variabel yang diteliti, maka

peneliti merumuskan konsep penelitian sebagai berikut

Pengetahuan Masyarakat
Terhadap BPJS
PERILAKU
Sikap Masyarakat Terhadap
Masyarakat
BPJS

Tindakan Masyarakat
Terhadap BPJS
34

C. Definisi Oprasional Variabel Dan Kriteria Objektif

Defenisi operasional dan Kriteria Objektif dari pelayanan BPJS

Askes serta faktor Pelayanan yang di gunakan dalam penelitian ini di

uraikan sebagai berikut :

1. Pengetahuan Masyarakat Tentang BPJS

pengetahuan masyarakat adalah Segala sesuatu yang

diketahui oleh masyarakat tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial Kesehatan

Skala dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Dimana

setiap jawaban mempunyai skor, skor tertinggi 5, skor terendah 1.

Skor tertinggi = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

= 5 x 20

= 100 (100%)

Skor terendah = jumlah pertanyaan x skor terendah

=5x5

= 25/100 x 100%

= 25%

Kisaran (range) = skor tertinggi –skor terendah

=100% - 25%

=75%

Kemudian diukur dengan menggunakan rumus:


35

I = R/K

Dimana :

I = Interval

R = Range/ kisaran (skor tertinggi – skor

terendah)

K = Jumlah Kategori (5 kategori)

Sehingga diperoleh:

I = 73% / 2

= 37,5%

Kriteria Objektif terbagi atas 2 kategori yaitu baik Dan kurang

Skor yang diinginkan = Skor tertinggi – Interval

= 100% -37,5% =62,5%

Kriteria Objektif

Cukup = apabila skor yang diperoleh >62,5 %

Kurang = apabila skor yang diperoleh <62,5 %

2. Sikap Masyarakat Terhadap BPJS Kesehatan

Sikap pasien adalah reaksi atau tanggapan pasien terhadap

pelayanan BPJS.

Skala dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Dimana

setiap jawaban mempunyai skor, skor tertinggi 5, skor terendah 1.

Skor tertinggi = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

= 5 x 20
36

= 100 (100%)

Skor terendah = jumlah pertanyaan x skor terendah

=5x5

= 25/100 x 100%

= 25%

Kisaran (range) = skor tertinggi –skor terendah

=100% - 25%

=75%

Kemudian diukur dengan menggunakan rumus:

I = R/K

Dimana :

I = Interval

R = Range/ kisaran (skor tertinggi – skor terendah)

K = Jumlah Kategori (5 kategori)

Sehingga diperoleh:

I = 73% / 2

= 37,5%

Kriteria Objektif terbagi atas 2 kategori yaitu baik Dan kurang

Skor yang diinginkan = Skor tertinggi – Interval

= 100% -37,5% =62,5%


37

Kriteria Objektif

Cukup = apabila skor yang diperoleh >62,5 %

Kurang = apabilsa skor yang diperoleh <62,5 %

3. Tindakan Masyarakat Tentang BPJS

Tindakan masyarakat adalah perilaku yang diekspresikan

dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari

pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap BPJS.

Skala dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Dimana

setiap jawaban mempunyai skor, skor tertinggi 5, skor terendah 1.

Skor tertinggi = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

= 5 x 20

= 100 (100%)

Skor terendah = jumlah pertanyaan x skor terendah

= 5x5

= 25/100 x 100%

= 25%

Kisaran (range) = skor tertinggi –skor terendah

= 100% - 25%

= 75%
38

Kemudian diukur dengan menggunakan rumus:

I = R/K

Dimana :

I = Interval

R = Range/ kisaran (skor tertinggi – skor terendah)

K = Jumlah Kategori (5 kategori)

Sehingga diperoleh:

I = 73% / 2

= 37,5%

Kriteria Objektif terbagi atas 2 kategori yaitu baik Dan kurang

Skor yang diinginkan = Skor tertinggi – Interval

= 100% -37,5% =62,5%

Kriteria Objektif

Cukup = apabila skor yang diperoleh >62,5 %

Kurang = apabila skor yang diperoleh <62,5 %


39

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan

pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh tentang

gambaran perilaku masyarakat terhadap pelayanan kesehatan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Kelurahan Sumpang

Mianangae Kecamatan Baru Kabupaten Baru Tahun 2015.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan

maret 2015 yang bertempat di Kelurahan Sumpang Minangae

Kecamatan Baru Kabupaten Baru Tahun 2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh masyarakat kelurahan Sumpang

Minangae yang berjumlah orang 8803 jiwa.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang

diambil secara Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel

secara acak sederhana. Setiap anggota atau unit mempunyai

kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel

(Notoadmodjo, 2005).
40

populasi Besar sampel minimal ditentukan menurut rumus

Lemeshow sebagai berikut :

𝑁.𝑍 2 .𝑝.𝑞
𝑛= (𝑑)2 .(𝑁−1)+𝑍 2 𝑝.𝑞

Dimana :

N = besar populasi

n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan (0,05)

p= Proporsi subjek yang sakit dari penelitian sebelumnya


24,35 %=0,24

Z= tingkat kepercayaan yang sebesar 95% =1,96

Maka besar sampel adalah:

8803.1,962 .0,24.0,76
𝑛=
0.052 .(8803−1)+ 1,962 .0,24.0,76

6168,33
𝑛=
22,705

𝑛 = 271,6

𝑛 = 272 = 272 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

jadi besar sampel sebesar 272 responden

D. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data ini diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan

menggunakan instrument kuesioner.


41

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui instansi terkait seperti data-

data peserta BPJS, dan melaksanakan penelusuran terhadap

berbagai literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.

E. Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian dilaksanakan dengan

menggunakan bantuan computer dalam program SPSS dan kemudian

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang

analisis hubungan variabel penelitian disertai penjelasan. Langkah-

langkah pengolahan data adalah sebagai berikut.

1. Tahap editing dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh

merupakan informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan dengan

memperhatikan kelengkapan jawaban dan jelas tidaknya jawaban

2. Pengkodean dimaksudkan untuk menyingkat data yang diperoleh

agar memudahkan dalam pengolahan dan menganalisis data

dengan memberikan kode dalam bentuk angka

3. Pembuatan/pemindahan hasil koding kuesioner ke daftar koding

(master tabel).

F. Analisis Data

Data yang dianalisis dengan menggunakan Komputer Program

Statistical Program for Social Science (SPSS). Analisa atau uji stistik

yang digunakan untuk mengetahui gambaran prilaku masyarakat

terhadap BPJS Kesehatan.


42

G. Penyajian Data

Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel

baik berupa tabel dari masing-masing variabel penelitian maupun tabel

silang yang dianggap kompeten dengan hasil penelitian.

H. Jadwal Penelitian

Tahun 2014-2015
No Kegiatan
Des Jan Feb Mar Apr
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Perbaikan Proposal
4 Penelitian
5 Pengolahan Data
6 Seminar Hasil
7 Ujian Skripsi

I. Organisasi Penelitian

Nama Peneliti : Ariyadi

Stambuk : 141 2010 287

Pembimbing I : Prof. Dr.Indar. SH. MPH

Pembimbing II : Dr. Andi Nurlinda.,SKM.M.Kes

También podría gustarte