Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Pendahuluan
Pemantauan kesejahteraan janin merupakan hal penting dalam penatalaksanaan kehamilan dan persalinan. Angka Kematian Bayi di Indonesia masih tinggi: 35/1000 kelahiran hidup (Dep.Kes) Teknologi berkembang cepat, perlu kearifan dan kecerdasan untuk memilih metode yang tepat untuk pemantauan kesejahteraan janin
Goal
To determine how USG: crown-rump length 6-10 weeks gestation advanced the pregnancy USG: biparietal diameter,13-40 weeks gestation is femur length, abdomen circum ference
To identify normal grow USG: biparietal diameter Most useful from 20 to 30 weeks gestation USG: head, abdomen ratio 13 to 40 weeks gestation USG :estimated fetal About 24 to 40 week weight gestation
Goal
To detect congenital
To localize the plasenta USG to asses fetal status. NST Contration Stress test To diagnosis cardiac problems Fetal echocardiografi
Third trimester
Cara Cardiff
Posisi tidur miring ke kiri Pemantauan 12 jam ( jam 9.00-21.00) Waktu yang diperlukan untuk mencapai 10 gerakan. Jika dalam 12 jam tidak mencapai 10 gerakan bawa ke RS.
Cara Sadovsky
Tidur miring ke kiri, hitung gerakan janin. Empat gerakan janin harus dapat dicapai dalam 1 jam. Jika belum tercapai dapat ditambah 1 jam lagi, jika belum tercapai bawa ke dokter.
Teknisnya, tempelkan tangan di atas perut hingga ibu bisa merasakan gerakan janin sekaligus menghitungnya. Ibu harus dalam kondisi relaks, posisi berbaring ke kiri agar rahim tak menekan aorta dan pembuluh darah yang berada di atas rahim. Gerakan janin sendiri biasanya berirama/bergelombang mengingat janin berada di kantong yang penuh air.
setiap kali janin "menendang", "meninju" atau sekadar berkelit lalu tuliskan dalam tabel. Umpamanya, Kamis jam 08.00, janin bergerak 6 kali. Sementara di hari yang sama, jam 12.00, jumlah gerakannya 4 kali, sedangkan malam hari gerakannya mencapai 10 kali. Maka bila ditotal, gerakan hari itu mencapai 20 kali dan ini masuk kategori normal.
jika total gerakan janin sehari kurang dari 10 kali, segera hubungi dokter atau langsung periksakan diri ke rumah sakit. Di rumah sakit biasanya akan dilakukan rekaman gerakan janin dengan menggunakan kardiotokografi
Purpose
The heart rate of a fetus undergoes constant adjustment as it responds to its environment and other stimuli. The fetal monitor records an unborn baby's heart rate and graphs it on a piece of paper. Electronic fetal monitoring is usually advised for high-risk pregnancies, when the baby is in danger of distress. Specific reasons for EFM include: babies in a breech position, premature labor, and induced labor, among others.
Oligohidramnion Hipertensi FHR abnormal Malpresentasi dalam persalinan DM, Kehamilan ganda Persalinan bekas SC Trauma abdomen Ketuban pecah lama Air ketuban kehijauan
EFM- Interpretasi
Pertimbangan interpretasi dipengaruhi
Intrapartum/antepartum Fase persalinan (stage of labour) Usia kehamilan Presentasi janin ?Malpresentasi
EFM- Interpretasi
Janin normal : pada saat kontraksi : jika frekuensi denyut jantung tetap normal atau meningkat dalam batas normal, berarti cadangan oksigen janin baik (tidak ada hipoksia). Pada janin hipoksia : tidak ada akselerasi, pada saat kontraksi justru terjadi deselerasi / perlambatan, setelah kontraksi kemudian mulai menghilang (tanda insufisiensi plasenta).
EFM Struktur
Normal results
An unborn baby's heart rate normally ranges from 120-160 beats per minute (bpm). A baby who is receiving enough oxygen through the placenta will move around. The monitor strip will show the baby's heart rate rising briefly as he/she moves (just as an adult's heart rate rises when he/she moves). The baby's monitor strip is considered to be reactive when the baby's heart rate rises at least 20 bpm above the baseline heart rate for at least 20 seconds. This must occur at least twice in a 20-minute period. A reactive heart rate tracing (also known as a reactive non-stress test) is considered a sign of the baby's well being.
Abnormal results
If the baby's heart rate drops very low or rises very high, this signals a serious problem. In either of these cases it is obvious that the baby is in distress and must be delivered soon. However, many babies who are having problems do not give such clear signs. During a contraction, the flow of oxygen (from the mother) through the placenta (to the baby) is temporarily stopped. It is as if the baby has to hold its breath during each contraction. Both the placenta and the baby are designed to withstand this condition. Between contractions, the baby should be receiving more than enough oxygen to do well during the contraction. The first sign that a baby is not getting enough oxygen between contractions is often a drop in the baby's heart rate after the contraction (late deceleration). The baby's heart rate recovers to a normal level between contractions, only to drop again after the next contraction. This is also a more subtle sign of distress. These babies will do fine if they are delivered in a short period of time. Sometimes, these signs develop long before delivery is expected. In that case, a C-section may be necessary.
EFM Akselerasi
Akselerasi peningkatan sesaat FHR 15 dpm selama sekurangnya 15 detik Arti klinis tidak ditemukannya akselerasi pada KTG nomal masih belum jelas Ditemukannya akselerasi pada KTG memiliki korelas\i dengan outcome janin (bayi) yang baik
EFM Deselerasi
Deselerasi
adalah perlambatan sementara dibawah tingkat basal 15dpm selama 15 detik
Deselerasi Dini
Deselerasi Dini
Jika ada deselerasi dini : dalam batas normal, observasi. Kemungkinan akibat turunnya kepala, atau refleks vasovagal
Deselerasi Lambat
Penurunan FHR tetap berlangsung meskipun kontraksi uterus telah kembali ke basal Adanya deselerasi lambat yang berulang meningkatnya resiko asidosis arteri umbilikalis dengan nilai Apgar <7 pada menit ke 5 dan meningkatkan resiko serebral palsy. Jika ada deselerasi lambat : indikasi untuk terminasi segera
Deselerasi Lambat
Deselerasi variabel
Konfigurasi FHR tidak ritmik dan konsisten Rule of 60 (decrease of 60 bpm,or rate of 60 bpm and longer than 60 sec) Disebabkan oleh kompresi tali pusat atau plasenta Sering ditemukan pada keadaan oligohidramnion atau ketuban pecah dini Sering menimbulkan RDS/Sindroma distres pernafasan meskipun ringan Potensial menimbulkan asidosis bila muncul berulang kali
Deselerasi variabel
Jika ada deselerasi variabel (seperti deselerasi dini tetapi ekstrim), hal ini merupakan tanda keadaan patologis misalnya akibat kompresi pada tali pusat (oligohidramnion, lilitan tali pusat, dan sebagainya). Juga indikasi untuk terminasi segera.
Batasan waktu untuk menilai deselerasi : tidak ada. Seharusnya penilaian ideal sampai waktu 20 menit, tapi dalam praktek, kalau menunggu lebih lama pada keadaan hipoksia atau gawat janin akan makin memperburuk prognosis. Kalau grafik denyut datar terus : keadaan janin nonreaktif. Uji dengan bel ("klakson"ngooook), normal frekuensi denyut jantung akan meningkat.
Risks
External EFM poses no direct risks to the baby. The mother cannot walk around. This inactivity may prolong labor and reduce oxygen levels in the mother's blood, both of which can be detrimental to the unborn baby. Another problem is that electronic fetal monitoring seems to be associated with an increase in caesarian deliveries. There is a concern that EFM can give false alarms of distress in the baby, and that this can lead to unneeded caesarians. With internal monitoring, there is a higher risk for infection. For these and other reasons, the United States Preventive Services Task Force states that there is some evidence that using electronic fetal monitoring on low-risk women in labor might not be indicated. Many physicians, however, continue to use EFM routinely, and believe it to be of value in both low-risk and high-risk labors.