Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Trauma Thorak
Trauma Thorak
Pleura parietalis melapisi satu sisi dari rongga torak (kiri dan kanan)
dengan melekat erat pada dinding dada dan diafragma.
Pleura viseral melapisi seluruh paru (kiri dan kanan).
Antara pleura parietalis dengan viseralis ada tekanan negatif (menghisap), shg
pleura parietalis dan viseralis saling bersinggungan. Ruangan antara ke dua
pleura disebut rongga pleura.
Bila ada hubungan antara udara luar (tekanan 1 atm) dengan rongga pleura,
misalnya karena luka tusuk, maka tekanan positif akan memasuki rongga
pleura shg terjadi open pneumo-thorax. Tentu saja paru (bersama pleura
viseralis) akan kuncup/kolaps.
Dinding Dada (Thorak)
Pleura
Bila karena suatu sebab, permukaan pleura parietalis robek, dan ada hubungan
antara bronkus dengan rongga pleura, sedangkan pleura viseralis tetap utuh,
maka udara akan masuk rongga pleura shg dapat terjadi pneumothorax.
Bila ada perdarahan dalam rongga pleura, maka keadaan ini dikenal sbg
“hematothorax”.
MEDIASTINUM
Antara kedua paru dan pleura viseralis terdapat jantung dan pembuluh darah
besar.
Fisiologi
a. Pernapasan
Pernapasan terdiri dari inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi
(mengeluarkan napas).
Saat inspirasi udara masuk secara pasif karena perbedaan tekanan,
sedangkan saat ekspirasi udara keluar secara aktif karena didorong.
Apabila pernapasan buatan dibuat lebih dari 24 x/menit, maka dikenal sbg
hiperventilasi.
Tachypnoe dapat sbg akibat keadaan fisiologis (ketakutan, kecapean dsb),
tetapi juga dapat merupakan indikator bahwa ada yang tidak beres dengan
masalah breathing.
b. Hipoksia dan hiperkapnia
Pada dasarnya proses pernapasan bertujuan untuk memasukkan oksigen ke
dalam tubuh, yang kemudian akan berdifusi dalam darah.
Gangguan pernapasan akan mengakibatkan gangguan oksigenasi (kadar O2
rendah) yang dikenal sbg hipoksia.
Apabila gangguan pernapasan disertai dengan penimbunan CO2 dalam darah,
maka akan timbul hiperkapnia.
Pada umumnya hipoksia akan bermanifestasi sbg dyspnoe sedangkan
hiperkapnia yang berat akan bermanifestasi sbg sianosis.
Hipoksia ringan umumnya sudah akan memberikan gejala tachypnoe dan
dyspnoe. Keadaan ini juga dapat dikenali dengan menggunakan alat yang
dinamakan pulse oxymeter (alat yang mengukur saturasi O2 dalam darah).
Saturasi O2 yang normal diatas 95%.
Hiperkapnia ringan tidak mungkin dikenal secara klinis, hanya dapat
memakai alat yang disebut sebagai capnograph.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi
Lihat adanya jejas pada kedua sisi dada, dan ekspansi kedua paru simetris
atau tidak.
b. Palpasi
Dengan kedua tangan memegang kedua sisi dada. Nilai peranjakan kedua
sisi dada penderita, apakah teraba simetris atau tidak oleh kedua tangan
pemeriksa.
c. Perkusi
Lakukan perkusi diatas dada. Pada daerah paru berbunyi sonor, pada
daerah jantung berbunyi redup (dull), sedangkan diatas lambung dan usus
berbunyi timpani.
Pada pneumotorak akan berbunyi hipersonor, berbeda dengan bagian paru
yang lain.
Pada keadaan hematotorak akan berbunyi redup (dull).
d. Auskultasi
Auskultasi dilakukan pada 4 tempat yakni : dibawah kedua klavikula pada
garis mid klavikula, dan pada kedua mid aksila (kosta 4-5).
Bunyi napas harus sama antara kiri dan kanan
TRAUMA THORAK
A. PENDAHULUAN
Trauma thorak sering ditemukan, sekitar 25% penderita multi-trauma ada
komponen trauma thorak.
90% penderita dengan trauma thorak ini dapat diatasi dengan tindakan
yang sederhana oleh dokter atau paramedik di lapangan, shg hanya 10%
yang memerlukan operasi. Sebagian besar pasien trauma thorak
meninggal saat datang di rumah sakit, di samping itu banyak kematian
yang dapat dicegah dengan upaya diagnosis dan tata laksana yang akurat.
• Penilaian dan tatalaksana awal pasien dengan
trauma thorak terdiri dari primari survey,
secondary survey yang teliti dan penanganan
definitif.
• Intervensi awal pada primary survey ditujukan
untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia.
• Trauma thorak yang dapat mengancam jiwa harus
segera ditangani secepat mungkin dengan
tatalaksana , yaitu mempertahankan kontrol
saluran pernapasan atau memasang chest tube.
• Secondary survey dilakukan berdasarkan
anamnesis trauma dan kecurigaan tinggi akan
adanya trauma yang spesifik.
Trauma Thorak yang mengancam
Nyawa Pada Primary Survey
1. Obstruksi airway A
2. Open pneumotoraks
3. Tension pneumotoraks
4. Flail Chest + kontusio paru
B
5. Masif hematotoraks
6. Tamponade jantung C
JENIS TRAUMA THORAK
Ada enam jenis trauma thorak yang harus dikenali pada survei primer, karena
apabila tidak dikenali akan menyebabkan kematian dengan cepat.
A. Manifestasi : Gangguan air way (obstruksi)
Penekanan pada trakea di daerah torak dapat terjadi karena misalnya
fraktur sternum.
Pada pemeriksaan klinis penderita akan ada gejala penekanan airway
seperti stridor saat inspirasi dan perubahan bermakna kualitas suara (suara
serak), sesak napas.
Penatalaksanaan :
Reduksi tertutup bahu dengan
meluruskan bahu atau fiksasi klavikula
dengan “pointed clamp” dan reduksi
fraktur secara manual. Setelah direduksi,
berikan posisi supinasi.
Biasanya penderita perlu jalan napas
definitif.
B. Manifestasi : Gangguan Breathing (sesak)
1. Pneumotoraks terbuka/open pneumo-thorax (sucking chest wound)
Defek atau luka yang besar pada dinding dada akan menyebabkan
pneumotoraks terbuka. Tekanan di dalam rongga pleura akan segera
menjadi sama dengan tekanan atmosfer.
Dapat timbul karena trauma tajam, sedemikian rupa shg ada hubungan udara
luar dengan rongga pleura yang menyebabkan paru menjadi kuncup.
Seringkali hal ini terlihat sbg luka pada dinding dada yang menghisap pada
setiap inspirasi (sucking chest wound).
Apabila lubang ini lebih besar daripada 2/3 diameter trakea, maka pada
inspirasi udara lebih mudah melewati lubang pada dinding dada dibandingkan
melewati mulut, shg terjadi sesak yang hebat.
Akibatnya ventilasi terganggu shg menyebabkan hipoksia dan hiperkapnia.
Dengan demikian maka langkah awal pada open pneumotoraks adalah
menutup luka dengan kassa oklusif steril yang diplester hanya pada 3 sisinya
saja.
Penutupan ini diharapkan akan terjadi efek katup, dimana saat inspirasi kassa
penutup akan menutup luka, mencegah kebocoran udara dari dalam. Saat
ekspirasi kassa penutup terbuka untuk menyingkirkan udara keluar. Setelah itu
maka sesegera mungkin konsulkan untuk pemasangan selang dada (chest
tube).
Kassa penutup sementara yang dapat digunakan adalah palstic wrap atau
petroleum gauze.
Bila dilakukan penutupan luka dengan kassa kedap udara, maka harus sering
dilakukan evaluasi paru. Pada luka yang sangat besar, maka dapat dipakai
plastik infus yang digunting sesuai ukuran.
Tanda dan gejala open pneumothorak :
Pasien sangat sesak, frekuensi napas cepat dan dangkal
Ekspansi dinding dada tidak simetris
Luka terbuka/tembus pada dada
Hasil perkusi hipersonor
Terdengar suara sucking chest wound (paru menghisap udara lewat lubang
luka) pada luka tembus/terbuka
OPEN PNEUMOTHORAX
Anatomi
Bila cavum
pleura tekanan
menjadi
positif :
kolaps
TINDAKAN MENUTUP LUKA DENGAN KASSA
OKLUSIF STERIL YANG DIPLESTER 3 SISI DAN
TINDAKAN CHEST TUBE PADA OPEN
PNEUMOTHORAK.
2. Tension pneumothorax
Apabila ada mekanisme ventil, kebocoran udara yang berasal dari paru-paru
atau dari luar melalui dinding dada, masuk ke dalam rongga pleura, paru-paru
atau dari luar melalui dinding dada, masuk ke dalam rongga pleura dan tidak
dapat keluar lagi (one-way-valve), maka udara akan semakin banyak pada satu
sisi rongga pleura.
Akibatnya adalah paru sebelahnya akan tertekan, dengan akibat sesak yang
berat shg mediastinum akan terdorong dengan akibat timbul syok.
Tension Pneumo-thorax
Pneumothorax Tension ?
TENSION PNEUMOTHORAX
TENSION PNEUMOTHORAX BILATERAL
Penyebab tersering adalah komplikasi penggunaan ventilasi mekanik
(ventilator) dengan ventilasi tekanan positif pada penderita yang ada
kerusakan pada pleura viseral.
Dapat juga timbul akibat cidera thorak, misalnya cidera tulang belakang
thorak yang mengalami pergeseran.
Tanda dan gejala : nyeri dada, sesak yang berat, distress pernapasan,
takikardia, hipotensi, deviasi trakea, hilangnya suara napas pada satu sisi, dan
distensi vena leher.
Diagnosa tension pneumothorax ditegakkan secara klinis, pada perkusi yang
hipersonor dan hilangnya suara napas pada hemithorak yang terkena pada
tension akan membedakan dengan hasil klinis tamponade jantung.
Pada tension pneumothorak yang berat, maka petugas harus mengambil
tindakan dengan melakukan dekompresi memakai jarum besar (needle
thoracocentesis), yaitu menusukkan jarum besar ini pada ruang interkostal 2
(ICS 2) pada garis midklavikula.
Kolaborasi dengan ahli bedah untuk dilakukan tindakan chest tube.
T IN D A K A N N E E D L E T H O RA C O - C E N T ES I S D A N C H E S T T U B E PA D A T E N S I O N
P N E U MO T H O R A K
3. Hematothorax Masif
Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga . Kondisi ini akan
terjadi sesak napas karena ada darah dalam rongga dada dan rongga pleura,
serta terjadi syok karena kehilangan darah. Pada perkusi dada akan terdengar
redup (dullness) karena ada darah dalam rongga pleura.
Tidak banyak yang dapat dilakukan pra-RS pada keadaan ini. Satu-satunya
cara adalah dengan mengganti darah yang hilang dengan pemasangan infus
dan membawa penderita secepatnya mungkin ke RS dengan harapan masih
dapat terselamatkan dengan tindakan cepat di UGD yaitu tindakan chest tube
dan bila perdarahan masif maka dilakukan thorakotomy.
Massive Hematothorax
Manifestasi :
• Breathing
• Circulation
Bila : 1500 cc
(initial)
Bila > 200 cc/ Jam
RADIOLOGIS HEMOTHORAX MASIF
CHEST TUBE
SUBSEQUENT
THORACOTOMY
THORACOTOMY
4. Flail Chest
Terjadi flail chest dikarenakan fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang
dengan dua atau lebih garis fraktur.
Adanya segmen flail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan
pada pergerakan dinding dada.
Pada ekspirasi segmen akan menonjol keluar, dan pada inspirasi justru akan
masuk ke dalam. Ini dikenal sbg pernapasan paradoksal.
Kelainan ini mengganggu ventilasi, namun lebih diwaspadai adalah adanya
kontusio paru yang terjadi. Sesak berat yang mungkin terjadi harus dibantu
dengan oksigenasi dan mungkin diperlukan ventilasi tambahan.
4. Flail Chest + Kontusio Paru
Manifestasi : Breathing !
Inspirasi
Pernafasan
Ekspirasi Paradoksal
Di RS penderita akan dipasang respirator, jika analisa gas darah menunjukkan
PO2 yang rendah atau PCO2 yang tinggi.
Flail chest mungkin tak tampak kurang jelas pada awalnya, karena spilnting
pada dinding thorak.
Gerakan pernapasan menjadi buruk dan torak bergerak secara asimetris dan
tidak terkoordinasi.
Palpasi gerakan pernapasan yang abnormal dan krepitasi iga atau fraktur
tulang rawan membantu diagnosis.
Tindakan yang dapat dilakukan : berikan analgesik, oksigen, plester area
fraktur, rib fixation (ORIF).
A CT SCAN SHOWING A PULMONARY
CONTUSION (RED ARROW) ACCOMPANIED
BY A RIB FRACTURE (BLUE ARROW)
FIKSASI FRAKTUR TULANG IGA
FAIL CHEST
RADIOLOGI FAIL CHEST
FAIL CHEST
C. MANIFESTASI : CIRCULATION (SYOK)
6. Kontusio paru
Pada kontusio paru yang sering ditemukan adalah kegagalan bernapas yang
dapat timbul perlahan atau berkembang sesuai waktu, tidak langsung terjadi
setelah kejadian.