Está en la página 1de 22

PEMECAHAN MASALAH

(PROBLEM SOLVING)
APA ITU MASALAH?
APA SAJA YANG MENJADI MASALAH?

Perkap 3/2015 tentang Pemolisian Masyarakat (Pasal 1 Angka 2)


Pemolisian Masyarakat (Community Policing) yang selanjutnya disingkat Polmas adalah suatu
kegiatan untuk mengajak masyarakat melalui kemitraan anggota Polri dan masyarakat,
sehingga mampu mendeteksi dan mengidentifikasi permasalahan Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat (Kamtibmas) di lingkungan serta menemukan pemecahan masalahnya.

Perkap 3/2015 tentang Pemolisian Masyarakat (Pasal 1 Angka 6)


Forum Kemitraan Polri dan Masyarakat yang selanjutnya disingkat FKPM adalah wahana
komunikasi antara Polri dan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar kesepakatan bersama
dalam rangka membahas masalah Kamtibmas dan masalah-masalah sosial yang perlu
dipecahkan bersama guna menciptakan kondisi yang menunjang kelancaran penyelenggaraan
fungsi kepolisian dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Perkap 3/2015 tentang Pemolisian Masyarakat (Pasal 2 huruf b)


Tujuan pengaturan Polmas meliputi:
terwujudnya kemitraan Polri dan masyarakat yang didasarkan pada kesepakatan bersama
untuk menangani masalah sosial yang dapat mengganggu Kamtibmas guna menciptakan rasa
aman, tertib, dan tenteram.
TIDAK HANYA TERBATAS MASALAH
HUKUM SAJA !!!

Sosial yang
dapat mengganggu
KAMTIBMAS

Sosial

MASA
LAH

Keamanan

Ketertiban
Masyarakat
Elemen Pokok Community Policing

F Response
(Tanggapan
hasil

Assessment E Analisa)

(Evaluasi hasil
Tindakan)
D Scanning
(Identifikasi Masalah)

Analysis
(Analisa – 5W1H)
C
B  Kebutuhan & Kepentingan
Segi Tiga Kejahatan
Segi Tiga Analisa A (Needs & Interest)
 Harapan (Expectation)
Permasalahan
A  Kekuatiran (Anxiety/Concern)

Matthew Secheider,
“Community Policing Defined”,
COPS-USDoJ : 2008 dan
Poeloengan : “Paradigma Polisi
Indonesia”, unpublished yet,
2015
SARA
• Konsep yang disarankan oleh Herman Goldstein (1979) untuk Pemecahan Masalah
dalam optimalisasi pemolisian yang dilakukan dalam konsep Community Oriented
Policing (COP), dikenal kemudian melalui Problem Oriented Policing (POP). Dimulai
sejak 1987. Diimplementasikan pertama di Newport News, Virginia,
• Menurut Goldstein, dalam implementasi COP, bahwa polisi harus berkonsentrasi
pada pemecahan masalah kejahatan dan gangguan di lingkungan (yang dapat
mengganggu kualitas hidup masyarakat), -singkatnya melakukan Pencegahan
Kejahatan, bukan hanya menanggapi panggilan baik untuk mengatasi kejadian,
merespon aduan atau memberikan layanan

• (Herman Goldstein . 1979. “Improving Policing: A Problem-Oriented Approach.”


Crime and Delinquency, 25:236–58 )

• Tahapan proses sistematis : Scanning, Analysis, Response, and Assesment.


• Berangkat dari pemikiran bahwa permasalahan-permasalahan tertentu bisa
berkembang menjadi persoalan serius yang mengganggu kualitas hidup (quality of
live) masyarakat.  Gunakan SARA
Apa
Scanning Permasalahannya?
• Permasalahan dapat berupa: Sikap/perilaku,
(Check) tempat/lokasi, orang/beberapa orang (Pelaku),
waktu/keadaan tertentu, atau kombinasi dari
kesemuanya.
• Polisi melalui masukan dari masyarakat, mengidentifikasi
S permasalahan kemudian
penanganan / pembahasannya.
mengurutkan prioritas

• Sebelum menangani Masalah, Polisi melalui masukan


dari masyarakat:
Mengidentifikasi permasalahan
Kemudian mengurutkan prioritas penanganan /
pembahasannya
Memberikan pemahaman kepada masyarakat
mengenai alasan pemilihan mengenai prioritas
penanganan / pembahasannya seperti tersebut
Apa yang berkontribusi / penyebab
Permasalahan?
Analyse • Tujuan :
(Act) Membangun pemahaman akan dinamika permasalahan,
Membangun pemahaman akan batasan/ruang lingkup
tanggapan / response yang telah dilakukan saat ini,
Membangun pemahaman akan hubungan satu sama lain
A dalam permasalahan,
Mengembangkan pemahaman tentang sebab dan akibat,
Mencoba mencari Hipotesa akar permasalahan
Menyusun Rancang - Tindak untuk menanggapi Hipotesa
• Jadi Analysis bertujuan untuk mengetahui apa-apa saja yang
diketahui/didapat dari permasalahan yang ada
• Analyisis merupakan “Jantung” dari proses dalam pemecahan
masalah
• Salah dalam menganalisa, akan menjadi salah dalam
mengambil tindakan / intervensi (Response), sehingga
berpotensi menimbulkan masalah baru
Apa yang dapat dilakukan untuk
menanggapi Permasalahannya?
Respond • Tujuan :
 Menanggapi Hipotesa yang didapat dalam Analysis
(Plan)  Menindaklanjuti penyelesaian dari Hipotesa permasalahan
 Mengembangkan solusi dalam mewujudkan pengurangan jumlah dan tingkat masalah
pada waktu yang lama dan berkelanjutan (permanen).
• Response/Tanggapan dari model SARA melibatkan pengembangan dan penerapan strategi
untuk mengatasi masalah yang teridentifikasi, dengan mencari cara menanggapi/response
R (cara mengatasi masalah) yang strategis pula, yaitu yang menyeluruh dan tanpa hambatan
(menyeluruh/komprehensif dan tidak menimbulkan permasalahan baru).
• Sifat dan bentuknya harus:
 Logis, mengikuti logika berpikir ilmu pengetahuan yang terkait pada permasalahan
tertentu (Deduktif / Induktif / Abduktif)
 Rasional
 Efisien dan Efektif
 Meminimalisasi Resiko atau Dampak Buruk yang mungkin terjadi
 Komperhensif
• Hasil yang diharapkan dari Response/Tanggapan dari suatu permasalahan adalah:
 Dapat berupa apakah benar-benar menghilangkan masalah (menyelesaikan akar
permasalahan),
 Atau, mengurangi masalah secara substansial/mendasar,
 Ataupun, mengurangi jumlah kerugian yang disebabkan oleh masalah,
 Bahkan jika dimungkinkan mengembalikan kondisi masyarakat pada keadaan yang
seharusnya,
 Hingga meningkatkan kualitas hubungan antar-masyarakat.
Apakah tanggapan atas permasalahan
berhasil?
• Assessment / Penilaian merupakan tahapan dalam mengevaluasi
Assessment
keberhasilan dari strategi Response / Tanggapan (tindakan) yang telah
(Do) diambil/dilakukan terhadap permasalahan.
• Tujuan :
 Menganalisa penerapan strategi dalam masalah tertentu,
 Mengevaluasi pengembangan dan penerapan strategi masalah tertentu,
A  Menentukan tingkat keberhasilan pengembangan dan penerapan strategi
untuk mengatasi masalah tertentu yang keseluruhannya telah
teridentifikasi dalam proses Response
• Apakah permasalahan telah berhasil hilang, jika Response ditujukan untuk
berkontribusi dalam benar-benar menghilangkan masalah (menyelesaikan
akar permasalahan) ?
• Apakah permasalahan telah berhasil menurun kualitasnya, jika Response
ditujukan untuk berkontribusi dalam mengurangi masalah secara
substansial/mendasar ?
• Apakah jumlah kerugian telah berkurang, jika Response ditujukan untuk
berkontribusi mengurangi jumlah kerugian yang disebabkan oleh masalah ?
• Apakah kualitas hubungan antar-masyarakat semakin membaik, jika
Response ditujukan untuk berkontribusi meningkatkan kualitas hubungan
antar-masyarakat ?
Assessment • Informasi yang berupa hasil Assessment ini tidak hanya membantu
(Do) upaya saat ini, tetapi juga dapat merupakan “proses alamiah/natural
dalam pengumpulan data” yang akan membangun pengetahuan
(tentang permasalahan) untuk masa yang akan datang.
• Penilaian atas strategi dan program dari Response adalah penilaian
dalam tahapan Prosesnya, atau Hasilnya, atau yang paling ideal
A adalah Keduanya (Proses dan Hasil), ketika menjalankan pemecahan
masalah.
• Jika ternyata didapat hasil bahwa Response/Tanggapan yang telah
dilaksanakan selama ini tidak efektif, maka informasi yang didapatkan
dalam tahapan proses Analysis harus ditinjau ulang akurasi /
validitasnya.
• Informasi baru tersebut harus dikumpulkan terlebih dahulu sebelum
solusi baru dapat dikembangkan dan diuji pada tahapan Response.
• Seluruh proses dalam SARA harus dipandang sebagai lingkaran
keterpaduan dan berkelanjutan, sehingga berarti bahwa kegiatan dan
informasi Scanning, Analysis, atau Response tambahan, mungkin saja
diperlukan jika ternyata Response/Tanggapan yang telah
dilaksanakan selama ini ternyata tidak efektif.
Segi Tiga Analisa Permasalahan

Menggunakan Segi Tiga Analisa Permasalahan


• Dalam pemecahan masalah, Polisi harus menahan
diri untuk melewati tahapan Alnalysis, atau akibatnya
berpotensi:
 Akan beresiko menimbulkan permasalahan yang
lebih berbahaya
 Akan beresiko melakukan solusi yang tidak efektif
 Akan beresiko menimbulkan masalah baru
• Untuk me-Response permasalahan tertentu yang
membutuhkan tanggapan segera, terkadang
terbantu dengan melakukan Visualisasi tentang
hubungan antara :
 Korban – Pelaku – Lokasi (Segi Tiga Kejahatan) dan
Faktor-faktor yang mempengaruhinya.
• Segi Tiga Kejahatan kemudian dikembangkan menjadi
Segi Tiga Analisa Permasalahan
John E. Eck, “Police Problems : The Complexity of
Problem Theory, Research and Evaluation,” in Problem-
Oriented Policing: From Innovation to Mainstream, ed.
Johannes Knutsson, vol. 15 of Crime Prevention Studies
(Monsey, NY: Criminal Justice Press, 2003) 79–114 dalam
Matthew Secheider, “Community Policing Defined”,
COPS-USDoJ : 2008 dan Poeloengan : “Paradigma Polisi
Indonesia”, unpublished yet, 2015
• Segi Tiga Analisa Permasalahan digunakan sebagai salah satu cara dalam Tahapan Analysis
pada SARA
• Salah satu cara untuk memulai adalah dengan bertanya Siapa? Apa? Kapan? Dimana?
Bagaimana? Mengapa? dan Kenapa tidak? Atas masing-masing Variabel
 Variabel “Penjaga/Pengawas/Penanggungjawab/Wali” untuk faktor yang mempengaruhi
Korban/Sasaran;
 Variabel “Petugas/Penanggungjawab” untuk faktor yang mempengaruhi Pelaku;
 Variabel “Pengelola” untuk faktor yang mempengaruhi Lokasi
• Terhadap Insiden/Kejadian/Peristiwa yang terjadi berulangkali, Segi Tiga Analisa Permasalahan
mendasarkan kepada Pendekatan Kegiatan Rutin yang berpendapat bahwa ketika terjadi
tindak kejahatan/pelanggaran, tiga hal terjadi pada saat yang sama dan di tempat yang sama,
yaitu:
 Target/Sasaran yang cocok tersedia.
 Kekurangan kemampuan atau jumlah Penjaga /Pengawas/Penanggungjawab/Wali untuk
mencegah kejahatan / pelanggaran terjadi.
 Pelaku termotivasi hadir (bisa jadi penanganan terdahulu belum efektif dan efisien).
KEBUTUHAN – HARAPAN – KEKUATIRAN
• Tujuan :
 Analisa Kebutuhan (& Kepentingan) – Harapan –
Agar Para Pihak (Pemangku
Kepentingan) yang terlibat Kekuatiran atau disebut dengan KHK:
dalam permasalahan • Kebutuhan adalah harapan dan/atau kekuatiran
menjadi lebih dapat yang akan menjadi isu Bersama
memahami atau
memprediksi atau • Harapan adalah sesuatu yang dikehendaki agar
mengestimasi atas kondisi dapat terealisasi
yang diharapkan terjadi dan
kondisi yang mungkin • Kekuatiran adalah sesuatu yang dicemaskan
dikuatirkan terjadi karena mungkin dapat terjadi atau mungkin lebih buruk
perannya masing-masing
maupun peran pihak lain dapat terjadi, dan yang bukan merupakan harapan
dalam permasalahan,  Analisa KHK merujuk kepada Metode penyelesaian
sehingga Para Pihak
dimaksud juga diharapkan
permasalahan melalui Musyawarah Mufakat, dengan
akan menjadi lebih saling cara Gotong Royong, dalam suasana Kekeluargaan
berempati dan diharapkan (PANCASILA).
menjadi lebih terbuka untuk
bersama-sama diantara  Dibutuhkan : Partisipasi, Peran Aktif, Kesadaran,
mereka untuk berpartisipasi Toleransi dan Empati dari dan diantara para
aktif dalam menyelesaikan
Permasalahan yang Pemangku Kepentingan (Para Pihak / Siapapun yang
merupakan kebutuhan terlibat dalam permasalahan).
mereka.
KHK merupakan proses pengidentifikasian, penganalisaan, dan tanggapan (Search,
Analysis, Response) yang awalnya dilakukan oleh masing-masing Pemangku
Kepentingan yang kemudian dibahas secara bersama-sama oleh para Pemangku
Kepentingan, lalu secara berkala mereka sendiri dan/atau secara bersama-sama
melakukan evaluasinya (Assessment).
Biasanya digunakan untuk menyelesaikan Permasalahan yang berbentuk
Perselisihan / Pertikaian / Konflik, dengan melibatkan para Pemangku Kepentingan
(eg. Pelaku, Masy Terdampak, Pemerintah, TNI, Polri, dan pihak terkait lainnya)
Dapat juga dilakukan dalam menangani Kejahatan / Pelanggaran / Ketidaktertiban
Sosial
Melalui KHK digali dan dibangun empati akan Kebutuhan Harapan Kekuatiran tidak
hanya Korban, melainkan juga Pelaku, Keluarga Pelaku, Keluarga Korban,
Masyarakat lingkungan Pelaku, Masyarakat lingkungan Korban, Aparat/Petugas,
Pemerintah, dan pihak terdampak lainnya, agar bersama-sama dapat menemukan
solusi bukan saja dari insiden/kejadian maupun permasalahan, tetapi juga solusi
atas akar permasalahan, yang berkelanjutan dan menyeluruh
Untuk itulah dalam KHK dibutuhkan juga pemetaan pihak-pihak yang terkait
beserta peranannya, baik langsung maupun tidak langsung.
Setelah menemukan KHK dari masing-masing Pemangku
Kepentingan, maka diklasifikasikan mana KHK yang termasuk
kategori :
• Sama,
• Berbeda (tidak sama tapi bukan yang dipertentangkan),
• Konflik (berbeda dan dipertentangkan),
Setelah menemukan KHK dari masing-masing Pemangku
Kepentingan, maka kemudian di urutkan prioritasnya mulai
dari yang Tidak Terlalu Penting, Biasa, hingga Segera. (Pada
dasarnya masing-masing pihak selalu merasa KHK-nya
Penting)
Setelah menemukan KHK dan mengurutkan
prioritasnya, maka masing-masing Pemangku
Kepentingan mencari beberapa pilihan (Opsi)
Solusi, yang dapat memenuhi Harapan dan
meminimalisasi Kekuatiran dari dirinya maupun
para Pemangku Kepentingan lainnya.
 Opsi yang telah ditemukan, tidak langsung
ditawarkan oleh masing-masing Pemangku
Kepentingan, melainkan dikategorikan dan
dipisahkan terlebih dahulu menjadi:
 Setelah pemilahan dan pengkategorikan Opsi
Solusi tersebut, maka masing-masing Pemangku
Kepentingan melakukan Prediksi atas:
• Alternatif penyelesaian terbaik yang dapat
dilakukan untuk memenuhi KHKnya dan
memenuhi KHK pihak lainnya. (BATNA)
• Alternatif penyelesaian terburuk yang terjadi
melalui forum penyelesaian permasalahan
lainnya, jika tidak dapat terakomodir KHK
dirinya dan tidak dapat mengakomodir KHK
pihak lain (WATNA)
• Alternatif penyelesaian sebagian, jika hanya ada
sebagian KHK yang terpenuhi dari masing-
masing Pemangku Kepentingan (MLATNA)
• Kemungkinan dan Alternatif cara dan bentuk,
penyelesaian lainnya jika gagal, yang sama
sekali tidak perlu memperhatikan KHK pihak
lainnya (NAA/ABG)
 Setelah melakukan Prediksi dan klasifikasi kategori dari KHK serta mengurutkan
prioritasnya, lalu melakukan pemilahan Opsi Solusi, dan Prediksi bila gagal, maka para
Pemangku Kepentingan dengan itikad baik dan kesadaran penuh membahas
penyelesaian permasalahan melalui Musyawarah Mufakat, dengan semangat Gotong
Royong, dalam suasana Kekeluargaan.  Nilai Pancasila
 Pembahasan dimaksud sebaiknya (jika memungkinkan / diperlukan) dapat
menggunakan Pihak Ke Tiga yang bukan para Pemangku Kepentingan, sebagai pemandu
jalannya komunikasi antar para Pemangku Kepentingan, dan dilakukan dengan Cara,
Tahapan, dan Keterampilan yang sistematis.
 Kapan Analisa KHK yang merujuk kepada Metode penyelesaian permasalahan melalui
Musyawarah Mufakat, dengan semangat Gotong Royong, dalam suasana Kekeluargaan
(PANCASILA), dapat dilakukan ?
• Pada saat membangun Kesepakatan (dalam konteks Pencegahan / Penangkalan /
Pemulihan)
• Pada saat merumuskan Kebijakan (dalam konteks Pencegahan dan Penangkalan)
• Pada saat Penyelesaian Permasalahan baik berbentuk Perselisihan / Pertikaian /
Kejahatan / Pelanggaran (sebagai bagian dari Penindakan dan Ultimum Remedium)
POLA DETEKS-AKSI: PENANGKALAN, PENCEGAHAN,
PENANGANAN KEJAHATAN & PEMULIHAN, DALAM
HARKAMTIBMAS

Dampak Gangguan  Rehabilitatif


(Pemulihan)
DETEKSI AKSI

Gangguan Nyata  Represif


(Penindakan)

Ambang Gangguan  Preventif


ANALISA (Pencegahan) INTERVENSI /
DIAGNOSA TINDAKAN

Potensi Gangguan  Preemptif


(Penangkalan)

Bagaimana cara ber-Musyawarah untuk Mufakat, dengan semangat Gotong Royong, dalam
suasana Kekeluargaan, yang lebih berdaya guna dan berhasil guna (efisien & efektif),
sehingga peluang tercapainya “Kesepakatan atas Penyelesaian Permasalahan bagi para
Pemangku Kepentingan”, agar menjadi lebih besar ?
Tujuan Penerapan
(Implementasi) Polmas
a)Penerapan Polmas bertujuan untuk mewujudkan kerjasama antara polisi dan masyarakat lokal
(komunitas) guna menanggulangi kejahatan dan ketidaktertiban sosial dalam rangka menciptakan ketenteraman
umum dalam kehidupan masyarakat setempat.
b)Menanggulangi kejahatan dan ketidaktertiban sosial, mengandung makna bukan hanya mencegah timbulnya tetapi
juga mencari jalan ke luar pemecahan permasalahan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap keamanan dan
ketertiban yang bersumber dari komunitas itu sendiri serta dalam batas-batas menyelesaikan pertikaian antar
warga sehingga tidak memerlukan penangananmelalui proses formal dalam sistem peradilan pidana.
c)Mewujudkan ketenteraman umum, mengandung makna bahwa yang dituju oleh Polmas bukan hanya sekedar
ketiadaan gangguan faktual terhadap keamanan dan ketertiban tetapi perasaan takut warga dalam kehidupan bersama
dalam komunitas mereka.
d)Kerjasama polisi dan masyarakat, mengandung makna bukan sekedar bekerja bersama dalam operasionalisasi
penanggulangan kejahatan dan ketidak tertiban sosial tetapi juga meliputi mekanisme kemitraan yang mencakup
keseluruhan proses manajemen, mulai dari perencanaan sampai pengawasan pengendalian dan analisis/evaluasi atas
pelaksanaannya. Karena itu sebagai suatu tujuan kerjasama tesebut merupakan proses yang terus menerus tanpa
akhir.
e)Mencegah kejahatan berbasis warga, guna meniadakan Niat (N) dan Kesempatan (K) jahat agar tidak menjadi
Kejahatan /Kriminalitas /Crime (N+K=C) adalah tujuan utama dari Polmas, dan karena warga tinggal dalam suatu
lingkungan maka sistem keamanan lingkungan merupakan andalan utama pencegahan kejahatan. Dalam
pengertian Kepolisian London Keamanan Lingkungan, meliputi :
1)Public Surveilance, warga dalam suatu lingkungan dianjurkan untuk menjadi mata dan telinga polisi yaitu mengawasi
orang-orang dan kendaraan yang mencurigakan untuk dilaporkan kepada polisi.
2)Property Marking, polisi meminjamkan alat mereka kepada warga agar dapat memberi tanda pada barang-barang
berharga miliknya. Pemberian tanda dilingkungan dengan menuliskan nama atau tanda lain agar mudah dikenali ulang.
3)Home security, polisi mengunjungi rumah warga bertanya tentang berbagai hal dan memberikan saran-
saran pengamanan rumah dan lingkungan warga.
Sistem keamanan lingkungan yang selama ini diterapkan selalu dibentuk dan diorganisir warga dengan mendapat
bantuan polisi. Keamanan lingkungan ini berbentuk Satpam, Ronda Kampung, Hansip dan berbagai nama. Berbagai
perusahaan besar juga telah membentuk satuan pengamanan sendiri. Akhir-akhir ini juga telah berkembang badan
usaha jasa pengamanan yang menawarkan berbagai bentuk pengamanan berdasarkan kontrak.
Kemitraan Masyarakat
(Community Partnership)
• Prinsip ini mendukung pengembangan kemitraan yang sejajar antara polisi dengan berbagai kelompok warga yang
ada untuk bekerja sama dan berkonsensus dalam memecahkan masalah. CP menuntut dibangunnya kemitraan baru
antara polisi dengan warga didasarkan pada saling menghargai, persamaan, tulus dan setara. Sebelum kemitraan dapat
dicapai terlebih dahulu perlu dibangun saling percaya (trust) antara warga dengan polisi.
• Kepercayaan / trust adalah keyakinan akan satunya kata dengan perbuatan. Organisasi polisi harus membuktikan
integritasnya, bahwa apa yang dijanjikan kepada warga benar-benar dilaksanakan. Saling percaya yang terbentuk akan
mengurangi saling curiga antara polisi dengan warga, dan merupakan fondasi yang kuat untuk membangun kerjasama
polisi dengan warga, didasarkan pada saling pengertian dan saling menghormati. Membangun kepercayaan adalah suatu
proses yang lama terlebih bila kecurigaan antara kedua pihak sudah berlangsung lama dan mendalam.
• Tujuan utama kemitraan adalah untuk menciptakan dan memelihara saling percaya (mutual trust) antara polisi,
pejabat pemerintah lokal, dan warga masyarakat. Membangun saling percaya adalah langkah yang sangat sulit dan
memerlukan upaya yang terus menerus.
•Kemitraan masyarakat
•Ditandai oleh :
1.Hubungan positif dengan warga.
2.Pelibatan warga dalam pencegahan dan pemberantasan kejahatan.
3.Penanganan atas masalah mendesak yang dihadapi warga.
4.Tanggung jawab bersama dalam menetapkan solusi atas masalah warga.
5.Kontak dengan warga dalam hal-hal yang bermanfaat.
6.Komunikasi yang tulus dalam rangka pemecahan masalah.
7.Kepercayaan, karena yakin pada upaya polisi.
8.Pertukaran informasi antara polisi dengan warga dan sebaliknya.
• Sebagai contoh :
• Beberapa Polsek tertentu di Indonesia mengalami penurunan angka kejahatan.
• Beberapa masalah-masalah sosial yang diselesaikan bersama warga, antara
lain : Kenakalan remaja; pencegahan Narkoba di RT/ RW, Kelurahan; perselisihan
antar warga, dll.

• Penerapan model Community Policing melalui berbagai proyek disamping positif,


namun masih memerlukan penataan lebih lanjut guna
Sinkronisasi dalam Implementasinya.
”Bila memiliki banyak harta,
berbagilah untuk sahabatmu, bila
memiliki banyak ilmu, maka
amalkanlah untuk memintarkan
lingkunganmu ”

También podría gustarte