Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
184840105
Sediaan Semi Solida
Secara umum, sediaan semi solida adalah
formulasi yang mempunyai elemen struktural
kompleks, terdiri dari dua fase (minyak dan air) ,
salah satunya merupakan fase kontinu (fase luar)
dan fase lain merupakan fase terdispersi (fase
dalam). Bahan berkhasiat (API) sering melarut
dalam antara kedua fase sehingga secara seluruh
membentuk 3 fase
A. Sistem Penghantaran Transdermal
Sediaan transdermal yang lazim di berikan
adalah Pluronic Lecithin Organogel (gel PLO dari
Amerika Serikat). PLO terdiri dari gel Pluronic
(Polaxamer) F 127 1, biasanya dengan konsentrasi
20% atau 30%, di campur dengan perbandingan 1 :
5 dengan suatu campuran sama banyak isopropil
palmitat dan lesitin.
B. Uji Kinerja Produk Topikal
Viskositas
Sifat reologi ,seperti viskositas sediaan
semisolida, dapat mempengaruhi sistem
penghantaran obat. Viskositas kemungkinan
berpengaruh secara langsung terhadap
kecepatan difusi obat pada tingkat
mikrostruktur. Tergantung pada viskositasnya,
perilaku reologi sediaan semisolida dapat
mempengaruhi aplikasinya pada tempat yang di
obati dan konsistensi pengobatan, berarti dosis
obat yang di edarkan.
Keseragaman Kandungan Tube
keseragaman kandungan dalam tube adalah
derajat uniformitas dari jumlah bahan aktif
antarkontener, yaitu tube dengan dosis ganda
sediaan semisolida topikal. Keseragaman
kandungan di tujukan melalui cara penetapan
kadar dari bagian atas, tengah dan bawah dari
sampel (sejumlah 0,25-1,00 gram) yang di peroleh
dari tube yang di potong untuk mengeluarkan
sampel dari tempat yang sesuai untuk di tentukan
kadarnya.
pH
Temperatur
Temperatur media reseptor selama pengujian
harus berada pada ±1°C dari temperatur sasaran
(biasanya 32°C).
Kecepatan
Toleransi kecepatan rotasi adalah ±10% dari
kecepatan sasaran (biasanya 600-800 rpm). Kecepatan
yang di pilih harus dapat menjamin pencampuran
media reseptor yang cukup selama pengujian,
Prosedur
Kecuali di nyatakan lain dalam monografi,
lakukan penghilangan secara individual gas medium
menurut cara yang sesuai. Dengan alat pengaduk di
tempat, isi VDC dengan media dalam jumlah tertentu,
dan diamkan sampai suhu mencapai 32°C. selama
proses aplikasi ini untuk menjamin tidak terdapat
gelembung udara pada membran.
F. Preformulasi Sediaan Topikal
-Salep Mata
Syarat harus steril. Dalam USP tidak di nyatakan secara
spesifik basis salep mata. Di nyatakan bahwa
komponen/bahan formulasi yang digunakan harus di
sterilkan pada kondisi aseptik yang ketat, juga dalam
kontener akhir.
B. Basis absorpsi (bersifat hidrofilik)
Di klasifikasikan :
1. Bahan yang memungkinkan inkomporasi suatu
larutan air sehingga menghasilkan pembentukan
emulsi A/M.
2. Komponen yang sudah merupakan emulsi A/M
memungkinkan untuk menginkomporasi sejumlah
kecil penambahan larutan air.
C. Basis tercuci air (dapat di cuci dari kulit)
A. Agen pengemulsi
Penambahan agen pengemulsi adalah tahap kritikal pada
formulasi emulsi. Kritetia sebelum di inkorporasikan :
1. Merupakan suatu surfaktan untuk menurunkan tegangan
permukaan
2. Mampu mencegah koalesensi dengan di absorpsi secara
tepat
3. Memfasilitasi tolak menolak di antara partikel
4. Mampu meningkatkan viskositas
5. Efektif pada konsentrasi rendah
B. Pengemulsi anionik
C. Pengemulsi kationik (permukaan sangat aktif)
D. Pengemulsi nonionik (menunjukkan konpatibilitas pH dan
elektrolit yang baik
E. Emulsi mikroemulsi (sistem yang encer/cair)
D. Basis larut air (mengandung komponen larut
air)
Pemilihan basis salep tergantung dari banyak
faktor ,seperti kerja yang di perlukan, sifat dari
obat, dan ketersediaan hayati produk
I. Pasta
Pasta yaitu sebagai salep yang mengandung
konsentrasi tinggi bahan berupa partikel padat
tidak larut.
Kelas lain dari pasta yang di buat dari fase tunggal
berair gel :
1. Plaster
2. Gliserogelatin
J. Peningkat absorpsi topikal
Pengemas
Sediaan dermatologi topikal di kemas dalam botol (jar)
atau tube, sedangkan sediaan oftalmik masal, vaginal dan
rektal di kemas dalam tube
K. Uji kualitas produk topikal
Pengukuran konsistensi secara penetrometri
Bertujuan untuk mengukur, pada kondisi tertentu dan
tervalidasi, penetrasi suatu objek ke dalam produk untuk di uji
dalam suatu wadah dengan bentuk dan ukuran tertentu.
Aparatus
A. Batang vertikal untuk mempertahankan dan mengendalikan
objek pemenetrasi
B. Basis horizontal
C. Alat untuk menjamin bahwa objek pemenetrasi tersusun
secara vertikal
D. Alat mengecek bahwa basis terletak secara horizontal
E. Alat untuk menjaga dan melepas objek pemenetrasi
F. Alat untuk menunjukkan kedalaman penetrasi(dengan
intrval 0,1 mm)
Metode pengujian
Preparasi sampel akan di uji menurut salah
satu prosedur berikut:
A. Isi penuh secara hati-hati 3 kontener tanpa
ada gelembung udara.
B. Simpan 3 sampel pada suhu 24,5°-25,5°C
selama 24 jam.
C. Lebur ketiga sampel dan secara hati-hati dan
lengkap isikan 3 kontener tanpa
pembentukan gelembung udara
Penentuan penetrasi
Larutan polimer
Pelarutan suatu polimer tidak sama dengan
pelarutan senyawa yang mempunyai bobot
molekul rendah karena terdapat dimensi yang
sangat berbeda antara pelarut dan molekul
polimer.
Polimer biodegradasi
dapat di klasifikasikan menjadi foto dan
fotooksidatif, termo dan termooksidatif, mekano
kemikal, induksi ozon, iodolitik, ionik dan
biodegredasi.
Biodegredasi di definisikan sebagai konversi material
menjadi produk antara/produk akhir yang kurang
komppleks melalui cara solubilisasi, hidrolisis
sederhana.
Bioresorpsi
menjelaskan degredasi material menjadi senyawa
berbobot molekul rendah yang dapat di eliminasi dari
tubuh melalui alur alamiah.
Bioabsorpsi
berarti hilangnya material dari lokasi aplikasi
awal, dengan atau tanpa dispersi molekul polimer.
Bioerosi
mengindikasikan konversi polimer tidak
larut air menjadi polimer larut air, atau molekul
lebih kecil
Biodeteriorasi
terminologi biodeteriorasi digunakan untuk
setiap perubahan, baik secara mekanik, fisika,
kimiawi,maupun estetika, yang tidak di perlukan
dari sifat material.
Pengotor
apabila syarat pengotor tidak terpenuhi ,
bahan tidak memenuhi persyaratan monografi
farmakope sehingga tidak memenuhi syarat untuk
preparasi sediaan farmasi.
A. Gel dan Jeli
Mikrostruktur gel
Gel farmasi di kategorikan secara agak longgar
berdasarkan jaringan mikrostruktur menurut saran
dari Flory :
1. Jaringan polimer yang terkait secara kovalen
dengan struktur sempurna tidak teratur.
2. Jaringan polimer yang terkait secara fisika
tidak teratur, akan tetapi pada beberapa lokasi
struktur.
3. Struktur lamela teratur baik, termasuk gel
mesofasa yang dibentuk oleh lempung organik
Struktur terikat
secara kovalen
Mikrostruktur
gel
Alumunium hidroksida
(terdiri atas suatu
jaringan partikel padat
diskrit dalam air)
Lempung smektit
(terdiri atas alumunium
dan magnesium silikat
terhidrasi)
F. penutup
Menurut USP gel adalah sistem semisolida yang
merupakan suspensi yang di bangun oleh
partikel anorganik halus atau molekul besar
organik yang di interpenetrasi oleh suatu cairan.
15. Pasta Gigi
1.Konsistensi
2.Pengikisan
3.Penampilan
6.Stabilitas
5.Rasa
4.Pembentukan busa
D. Agen Formulasi Umum
Agen pengikis
kapur/kalsium karbonat
Hasil pengendapan merupakan bahan berharga murah dan mudah di
dapatkan dalam berbagai derajat bobot jenis, mulai dari yang ringan sampai
ekstramampat (rapat).
Kalsium fosfat
a.Dikalsium fosfat dihidrat
b.Dikalsium fosfat anhidrat
c.Natrium metafosfat tidak larut
d.Tetrakalsium pirofosfat
Senyawa silika
a.Silika abrasif
b.Silika pengental
Alumina terhidra
Diminati karena harganya murah dan stabil dengan senyawa
flouride, serta sering digunakan pada konsentrasi rendah.
E. Model Formulasi Pasta Gigi