Está en la página 1de 22

TANATOLOGI

DEFINISI

Tanatologi merupakan ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan


kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada tubuh
setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut
JENIS KEMATIAN
 Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu sebab terjadi
gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetap.
 Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan kematian somatis, akan
tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat sementara.
 Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul
beberapa saat setelah kematian somatis.
 Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible
kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu s
 Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi kerusakan seluruh isi
neuronal intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum. istem
pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat
TANDA KEMATIAN
■ TANDA KEMATIAN TIDAK PASTI
• Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit.
• Terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
• Kulit pucat.
• Tonus otot menghilang dan relaksasi.
• Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.
• Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih
dapat dihilangkan dengan meneteskan air mata.

■ TANDA KEMATIAN PASTI


• Livor Mortis
• Algor mortis
• Rigor Mortis
• Pembusukan
LIVOR MORTIS
Livor mortis yaitu warna ungu kemerahan (livide) atau merah kebiruan pada
bagian tubuh akibat akumulasi darah yang menetap di pembuluh darah kecil di bagian
tubuh paling rendah akibat gaya gravitasi kecuali pada bagian yang tertekan alas keras.
Livor mortis mulai tampak 20-30 menit paska kematian, semakin lama intensitasnya
bertambah kemudian menetap setelah 8-12 jam.
Perbedaan Lebam Mayat dan Memar
Distribusi lebam mayat berdasarkan warna yang terbentuk
Penyebab Warna lebam yang terbentuk

Karbon monoksida Merah muda

Sianida Merah terang

Fluoroasetat Merah muda/merah terang

Di Lemari pendingin Kemerahan

Hipotermi Kemerahan

Sodium klorat Cokelat

Hidrogen sulfida Hijau

Anilin Biru gelap

Karbon dioksida Kebirua-biruan


ALGOR MORTIS

Algor mortis dapat juga disebut penurunan suhu tubuh. (algor =dingin, mortis =
setelah kematian).
Temperatur oral normal pada individu yang hidup adalah 37° C (98,7°F) pada
rectal suhu lebih tinggi sekitar 0,5°C dibanding temperatur oral. Setelah meninggal
suhu tubuh akan menurun secara signifikan hingga mencapai suhu yang sesuai
dengan lingkungan sekitar.
Penurunan suhu tubuh setelah meninggal dipengaruhi oleh 2 hal:
• Setelah meninggal tidak lagi diproduksi panas baik secara fisik, kimia dan aktivitas
metabolik.
• Terjadi penurunan suhu tubuh yang terjadi secara konstan hingga suhu tubuh sama
dengan suhu lingkunga, hal ini diakibatkan oleh pusat yang mengatur regulasi
panas menjadi tidak aktif .
Faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya penurunan suhu
tubuh mayat

– Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungannya.


– Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi suhu tubuhnya, makin lama penurunan suhu
tubuhnya.
– Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
– Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
– Konstitusi tubuh pada anakdan orang tua makin mempercepat penurunan suhu tubuh
mayat.
– Aktivitas sebelum meninggal.
– Sebab kematian, misalnya asfiksia dan septikemia, mati dengan suhu tubuh tinggi.
– Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
– Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaan tubuh yang terpapar.
Penilaian algor mortis

• Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan penurunan suhu tubuh mayat.


• Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting.
• Dahi dingin setelah 4 jam post mortem.
• Badan dingin setelah 12 jam post mortem.
• Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem.
• Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari suhu, aliran, dan
keadaan lairnya.
• Apabila korban meninggal di dalam air, maka penurunan suhu jenazah tergantung pada:
• Suhu air
• Aliran air
• Keadaan air
RIGOR MORTIS

Rigor mortis adalah perubahan fisikokimia bergantung suhu yang terjadi di


dalam sel-sel otot sebagai akibat dari kekurangan oksigen.
Kurangnya oksigen berarti bahwa energi tidak dapat diperoleh dari glikogen
melalui glukosa menggunakan fosforilasi oksidatif sehingga produksi adenosin trifosfat
(ATP) dari proses ini berhenti dan proses anoksik sekunder mengambil alih untuk waktu
yang singkat tapi, karena asam laktat yang merupakan produk sampingan respirasi
anoksik, sitoplasma sel menjadi semakin asam. Dalam menghadapi jumlah ATP rendah
dan keasaman tinggi, aktin dan miosin berikatan bersama dan membentuk gel. Hasil
dari perubahan metabolik selular kompleks ini adalah otot-otot yang menjadi kaku.
Rigor berkembang merata di seluruh tubuh tetapi
umumnya pertama didapatkan pada kelompok otot yang lebih
kecil seperti otot di sekitar mata dan mulut, rahang dan jari-jari.
Kekakuan berjalan dari kepala ke kaki karena kelompok otot yang
lebih besar dan lebih besar menjadi kaku. Kekakuan biasanya
terlihat pertama di rahang, maka siku dan akhirnya lutut. Tubuh
dikatakan dalam kekakuan lengkap atau penuh ketika rahang,
siku dan lutut sendi yang tidak bergerak.
Dalam kondisi beriklim sedang rigor umumnya dapat
terdeteksi di wajah antara sekitar 1 jam dan 4 jam dan pada
tungkai antara sekitar 3 jam dan 6 jam setelah kematian, dengan
kekuatan rigor meningkat menjadi maksimal sekitar 18 jam
setelah kematian. Rigor lengkap membutuhkan waktu sekitar 10-
12 jam untuk sepenuhnya mengembangkan dalam ukuran
dewasa rata-rata ketika suhu lingkungan adalah 70-75 F. Tubuh
akan tetap kaku untuk 24-36 jam pada suhu yang sama
Faktor yang mempengaruhi kaku mayat

 Keadaan lingkungan
Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat terjadi dan berlangsung lebih
lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan lembab
 Usia
Pada anak-anak dan orang tua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan tidak berlangsung lama. Pada
bayi premature biasanya tidak terjadi kaku mayat
 Cara kematian
Pada pasien dengan penyakit kronis dan sangat kurus, kaku mayat cepat terjadi dan tidak
berlangsung lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat terjadi dan berlangsung
lebih lama.
 Kondisi otot
Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus dimana otot dalam
keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum meninggal keadaan otot sudah
lemah
DIAGNOSA BANDING RIGOR MORTIS

 Heat Stiffening ( kekakuan karena panas)


Keadaan ini terjadi jika mayat terpapar pada suhu yang lebih tinggi dari 75’C
atau jika mayat terkena arus listrik tegangan tinggi. Kedua keadaaan diatas
akan menyebabkan koagulasi protein otot sehingga otot menjadi kaku. Pada
kasus terbakar, keadaan mayat menunjukkan postur tertentu yang disebut
pugilistic attitude, yaitu suatu posisi dimana semua sendi berada dalam
keadaan fleksi dan tangan terkepal.
 Cold Stiffening (kekakuan arena dingin)
Jika mayat terpapar suhu yang sangat dingin, maka akan terjadi pembekuan
jaringan lemak dan otot. Jika mayat dipindahkan ke tempat yang suhunya lebih
tinggi maka kekakuan tersebut akan hilang. Kaku karena dingin cepat terjadi
dan cepat juga hilang.
 Cadaveric Spasm
Otot yang berontraksi sewaktu masih hidup akan lebih cepat mengalami
kekakuan setelah meninggal. Bentuk kekakuan akan menunjukkan saat
terakhir kehidupan korban.
PEMBUSUKAN
Mikroorganisme yang bertanggung jawab adalah Clostridium welchi, B.coli, Staphylococci,
Streptococcus, Proteus.
Tiga Perubahan utama perhatikan selama pembusukan sebagai:
– Perubahan warna
Perubahan warna adalah karena hemolisis sel darah merah. Hemoglobin dibebaskan
diubah ke sulpmethemoglobin oleh gas hidrogen Sulfida dan menanamkan perubahan
warna kehijauan.
– Pembebasan gas
Selama proses dekomposisi, protein dan karbohidrat dibagi menjadi senyawa sederhana.
Akibatnya, jumlah gas yang dibebaskan (Vide supra). Serangan bau memancar dari
kematian tubuh karena pembentukan gas hidrogen Sulfida. Gas-gas dikumpulkan dalam
usus dalam 12 sampai 18 jam di musim panas dan 18 sampai 24 jam di musim dingin.
– Pencairan jaringan
Dengan kemajuan dalam dekomposisi, organ diubah menjadi tebal.
Tanda eksternal
 Perubahan warna
Tanda eksternal pertama dari pembusukan (dekomposisi) adalah
perubahan warna kehijauan dari sisi kanan perut atas wilayah
caecum. Perubahan warna kehijauan karena pembentukan
sulphmethemoglobin. Perubahan warna ini juga tampak pada
seluruh abdomen, bagian depan genitalia eksterna, dada, wajah
dan leher. Dengan semakin berlalunya waktu maka warnanya
menjadi semakin ungu. Jangka waktu mulai terjadinya
perubahan warna ini adalah 6-12 jam pada musim panas dan 1-
3 hari pada musim dingin.
Perubahan warna tersebut juga diikuti pembengkakan mayat.
Otot sphingter mengalami relaksasi sehingga urine dan feses
keluar. Lidah terulur, bibir menebal, mulut membuka dan busa
kemerahan bisa terlihat keluar dari rongga mulut. Mayat berbau
tidak enak disebabkan adanya gas pembusukan. Gas ini
selanjutnya membentuk lepuhan kulit.
 Lepuhan kulit (blister)
Mulai tampak 36 jam setelah meninggal. Kulit cukup mudah
dikelupas, dimana akan tampak cairan berwarna kemerahan
yang sedikit mengandung albumin.
 Belatung
Jika pembusukan terus berlangsung, maKa bau busuk yang
timbul akan menarik lalat untuk hinggap pada mayat. Lalat
menempatkan telurnya pada mayat, dimana dalam waktu 8-24
jam telur akan menetas dan menghasilkan larva yang sering
disebut belatung. Dalam waktu 4-5 hari, belatung ini lalu menjadi
pupa, dimana setelah 4-5 hari akan menjadi lalat dewasa. Pada
tahap ini bagian dalam tulang tengkorak mulai tampak. Rambut
dan kuku dapat dengan mudah dicabut. Bagian perut dan dada
bisa pecah Karena teanan gas yang dikandungnya. Jika
pembusukan terus berlangsung, maka jaringan-jaringan menjadi
lunak, rapuh dan berwarna kecoklatan.
Siklus hidup larva lalat
Tanda internal

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembusukan :


 Temperature
Temperature yang paling cocok untuk proses pembusukan adalah antara 70’F sampai 100’F. pembusukan
akan melambat diatas temperature 100’F dan dibawah 70’F, dan berhenti dibawah 32’F atau diatas 212’F.
 Udara
Udara mempercepat pembusukan. Kecepatan pembusukan lebih lambat didalam air dan dalam tanah
dibandingkan udara terbuka.
 Kelembaban
Keadaan lembab mempercepat proses pembusukan
 Penyebab kematian
Bagian tubuh yang terluka biasanya lebih cepat membusuk. Mayat penderita yang meningga karena penyakit
kronis lebih cepat membusu dibandingka mayat orang sehat.
ADIPOCERE

Adipocere adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah berarti
"lemak" (adipo) "Lilin" (cera). Hal ini mengacu pada zat lilin abu-abu putih keras yang
terbentuk selama penguraian. Adipocere mengandung asam lemak bebas, yang
dibentuk melalui proses hidrolisa dan hidrogenasi setelah kematian. Adanya enzim
bakteri dan air sangat penting untuk berlangsungnya proses tersebut. Dengan
demikian, maka adipocere biasanya terbentuk pada mayat yang terbenam dalam air
atau rawa-rawa. Lama pembentukanya bervariasi, mulai dari 1 minggu sampai 10
minggu,
MUMMIFIKASI

Mayat mengalami pengawetan akibat proses pengeringan dan penyusutan bagian-


bagian tubuh. Kulit menjadi kering, keras dan menempel pada tulang kerangka. Mayat
menjadi lebih tahan dari pembusukan. Kejadian ini terjadi pada daerah yang panas
dan lembab, dimana mayat dikuburkan tidak begitu dalam dan angin yang panas
selalu beertiup sehingga mempercepat proses penguapan cairan tubuh. Lama
terjadinya mummifikasi adalah 4 bulan sampai beberapa tahun.
THANKYOU 

También podría gustarte

  • Referat Dandy Walker
    Referat Dandy Walker
    Documento20 páginas
    Referat Dandy Walker
    EeLsaa Fanariszkiiydebiita
    Aún no hay calificaciones
  • Isi Tularemia
    Isi Tularemia
    Documento6 páginas
    Isi Tularemia
    EeLsaa Fanariszkiiydebiita
    Aún no hay calificaciones
  • Isi Monilethrix
    Isi Monilethrix
    Documento6 páginas
    Isi Monilethrix
    EeLsaa Fanariszkiiydebiita
    Aún no hay calificaciones
  • 12.PH Daftar Pustaka
    12.PH Daftar Pustaka
    Documento4 páginas
    12.PH Daftar Pustaka
    EeLsaa Fanariszkiiydebiita
    Aún no hay calificaciones
  • Galactocele
    Galactocele
    Documento9 páginas
    Galactocele
    EeLsaa Fanariszkiiydebiita
    Aún no hay calificaciones
  • GALACTOCELE
    GALACTOCELE
    Documento13 páginas
    GALACTOCELE
    EeLsaa Fanariszkiiydebiita
    Aún no hay calificaciones