Comte melihat bahwa perilaku individu tidak meru-pakan cerminan dari perilaku kelompok atau masyarakat. Individu tidak merupakan unit/satuan masyarakat. Perbedaan individu dengan kelompok, itu lebih disebabkan oleh adanya kecenderungan pem- bawaan dari individu tersebut atau karena instink, yaitu; Egoistic instinc (instink terhadap dirinya sendiri), dan Altruistic instinc (instink terhadap orang lain KELUARGA Keluarga merupakan kelompok yang terbentuk melalui instink dan daya tarik alamiah. Keluarga merupakan dasar dari kepribadian manusia dan basis semangat sosial. Keluarga yang menjadi jembatan antara egoistic dan altruistic. Keluarga merupakan kebutuhan hidup masyarakat. Jika keadaan keluarga tidak stabil maka akan terjadi disorganisasi sosial MASYARAKAT
Masyarakat diumpamakannya seperti organisme.
Dalam masyarakat ada saling ketergantungan pada setiap manusia. Hubungan timbal balik antar keluarga adalah inti dari interaksi dari masyarakat NEGARA Masyarakat yang semakin komplek akan menciptakan pembagian kerja. Agar pembagian kerja dapat berjalan dengan baik, maka perlu institusi yang mengatur
Institusi tersebut adalah negara.
Fungsi negara adalah menjaga kesatuan sosial melalui suatu kelompok politik. Sistem yang mengatur adalah Pemerintahan. Negara hanya bertugas mengawasi dan mengatur. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN PIKIRAN MANUSIA TAHAP TEOLOGIS
Tingkat pemikiran manusia bahwa benda-
benda di dunia ini semuanya berjiwa dan disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada diatas manusia. Tahap Teologis dibagi menjadi 3 sub-ordinat, yaitu: Fetishism/Animisme; gejala yang terjadi karena kekuatan gaib/supernatural. Polytheisme; gejala yang terjadi karena adanya kekuatan para dewa. Monotheism; gejala yang terjadi karena adanya satu Tuhan TAHAP METAFISIS
Pada tahap ini, manusia masih percaya bahwa gejal-
gejala didunia ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada diatas manusia. Manusia belum berusaha untuk mencari sebab-sebab dan akibat-akibat gejala- gejala tersebut
TAHAP POSITIF
Tahap dimana manusia telah sanggup untuk
berfikir secara ilmiah, dan pada tahap ini ilmu pengetahuan berkembang. PANDANGAN COMTE TENTANG MASYARAKAT masyarakat harus diteliti dengan menyelidikinya atas dasar fakta-fakta yang obyektif dan dia juga menekankan pentingnya penelitian-penelitian perbandingan antara berbagai mayarakat yang berlainan Pengaruh norma-norma atas kehidupan keluarga, hubungan antara lembaga-lembaga politik dengan lembaga-lembaga keagamaan. Dimana, Unsur-unsur dari masyarakat tadi mempunyai hubungan yang tetap dan harmonis, serta merupakan suatu integrasi. Manusia sebagai unit sosial. Manusia sebagai individu bebas tetapi terikat. Manusia dipengaruhi oleh lembaga-lembaga yang berada disekitar manusia tersebut, seperti: lembaga keluarga, dll. Manusia pada dasarnya mempunyai rasa takut untuk mati, sehingga diperlukan agama. Hubungan sebab akibat antara individu dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik. Dimana individu dapat mempengaruhi masyarakat dan sebaliknya masyarakat dapat mempengaruhi individu. PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA Manusia sebagai HOMO SAPIENS :
Homo Sapiens adalah mahluk yang berpikir sehingga
merupakan mahluk yang cerdas dan bijaksana. Dengan daya pikirnya manusia dapat berpikir apakah yang sebaiknya dilakukan pada masa sekarang atau masa yang akan datang berdasar kan pertimbangan masa lalu yang merupakan pengalaman Manusia sebagai HOMO FABER: Homo Faber : artinya manusia dapat membuat alat-alat dan mempergunakannya atau disebut sebagai manusia kerja dengan salah satu tindakan atau wujud budayanya berupa barang buatan manusia (artifact).
Manusia menciptakan alat-alat karena menyadari
kemampuan inderanya terbatas, sehingga diupayakan membuat peralatan sebagai sarana pembantu untuk mencapai tujuan Manusia sebagai HOMO LONGUENS:
Homo Longuens: adalah manusia dapat
berbicara sehingga apa yang menjadi pemikiran dalam otaknya dapat disampaikan melalui bahasa kepada manusia lain. Bahasa sebagai ekspresi dalam tingkat biasa adalah bahasa lisan Antara suku bangsa dengan suku bangsa lain terdapat perbedaan bahasa. Di tingkat bangsa, perbedaan bahasa tersebut akan semakin jauh. Perbedaan lebih tinggi diwujudkan dalam tulisan sehingga sebuah pemikiran dapat diterima oleh bangsa atau generasi bangsa lain (bila tahu mengartikannya). Manusia sebagiai HOMO SOCIUS: Manusia sebagai Homo Socius artinya manusia dapat hidup bermasyarakat, bukan bergerombol seperti binatang yang hanya mengenal hukum rimba, yaitu yang kuat yang berkuasa. Manusia bermasyarakat diatur dengan tata tertib demi kepentingan bersama. Manusia sebahai HOMO AECCONOMICUS Artinya manusia dapat mangadakan usaha atas dasar perhitungan ekonomi (Homo Aeconomicus). Salah satu prinsip dalam hukum ekonomi adalah, bahwa semua kegiatan harus atas dasar untung-rugi, untung apabila input lebih besar daripada output, rugi sebaliknya. Dalam tingkat sederhana manusia mencukupi kebutuhannya sendiri, kemudian atas dasar jasa maka dikembangkan sistem pasar sehingga hasil produksinya dijual di pasaran. Makin luas pemasaran barang makin banyak diperoleh keuntungan. Salah satu usaha meningkatkan produktivitas kerja dapat dijalankan dengan mempergunakan teknologi modern sehingga dapat ditingkatkan produktivitas kerja manusia. Manusia sebagai HOMO RELIGIUS: Artinya manusia menyadari adanya kekauatan ghaib yang memiliki kemampuan lebih hebat daripada kemampuan manusia, sehingga menjadikan manusia berkepercayaan atau beragama. Dalam tahap awal lahir animisme, dinamisme, dan totenisme yang sekarang dikategorikan sebagai kepercayaan, kadang-kadang dikatakan sebagai agama alami. Kemusian lahirlah kepercayaan yang disebut sebagai agama samawi yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya kepada nabiNya, dan kitab suciNya yang dipergunakan sebagai pedoman Tingkat hubungan manusia dengan alam:
Pertama adalah manusia yang masih sangat tergantung
dengan alam, sehingga ada kesan bahwa ia adalah bagian dari alam. Manusia dalam tingkat demikian disebut sebagai manusia alam (natural man). Yang hidupnya bergantung pada pemberian alam (food gathering).
Kedua, adalah manusia yang sudah menguasai alam,
sehingga ada kesan manusia sebagai raja dunia. Manusia pada tingkat demikian disebut sebagai manusia budaya (cultural man) yang hidupnya dilakukan dengan cara menghasilkan apa yang dibutuhkan (food producing). Rasa ingin tahu manusia berasal dari ingin mengenal dirinya sendiri, yang akhirnya disadari bahwa dirinya terdiri atas dua unsur yaitu rohani dan jasmani. Roh diketahui ada dalam tubuh manusia berdasarkan pengalaman dan pengertian tentang mimpi serta kenyataan bahwa orang akan meninggal dan tubuh akan membusuk. Manusia percaya bahwa Roh akan abadi.
Mitos dan mitologi, mitos adalah cerita rakyat yang
dibuat-buat atau dongeng yang ada kaitanya dengan kejadian, gejala yang terdapat di alam, seperti tokoh, pelangi, petir, gempa bumi, dan manusia perkasa. Cerita tersebut dimaksudkan untuk menjawab keterbatasan pengetahuan manusia tentang alam Tujuan manusia menciptakan MITOS : karena pada saat itu penduduk masih dalam tingkat mistis peradabannya. Mereka percaya akan adanya kekuatan-kekuatan gaib yang melebihi kekuatan manusia biasa. Dalam zaman demikianlah, mitos dipercayai kebenarannya karena beberapa faktor.
Pertama, karena keterbatsan pengetahuan manusia
Kedua, karena keterbatsan penalaran manusia Ketiga, karena keingintahuan manusia untuk sementara telah terpenuhi Rasional adalah menerima sesuatu atas dasar kebenaran pikiran atau rasio. Pham tersebut bersumber pada akal manusia yang diolah dalam otak. Dengan berpikir rasional, manusia dapat meletakkan hubungan dari apa yang telah diketahui dan yang sedang dihadapi.
Dalam perkembangan sejarah manusia, terdapat kesan
bahwa pada mulanya perasaan manusialah yang lebih berperan dalam kehidupannya, sehingga timbul kepercaayaan atau agama dan rasa sosial Cara manusia memperolah pengetahuan pada zaman dulu,
Sangkaan masih banyak mempergunakan
perasaan daripada pikiran dan belum ada bukti-bukti kebenarannya. Sebagai contoh, dugaan orang Babilonia tenatang terjadinya hujan yang menyangka bahwa hujan turun dari langit karena atap dunia (langit) yang bocor Memperoleh pengetahuan dengan intuisi,
Intuisi adalah pandangan bathiniah tanpa urutan pikiran,
dengan serta merta pandangan tersebut tembus mengenai suatu peristiwa atau kebenaran atau dapat disebut ilham. Intuisi tanpa diiringi proses berpikir sebelumnya, sering dalam keadaan setengah sadar, samar-samar, namun tiba-tiba dan pasti memunculkan suatu keyakinan yang tepat. Memperoleh pengetahuan dengan trial dan error,
Trial dan error adalah cara memperoleh
pengetahuan dengan coba-coba dan berharap- harap, mudah-mudahan dapat memperoleh hasil yang mendatangkan keuntungan. Cara ini jauh lebih maju dibandingkan kedua cara diatas walaupun sering salah, namun orang sudah melakukan percobaan seperti dalam metode ilmiah Memperoleh pengetahuan melalui wahyu
Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui wahyu
merupakan pengetahuan kebenaran yang berasal dari Tuhan yang kebenarannya bersifat mutlak. Pengetahuan tersebut diberikan Tuhan melalui para utusannya (Nabi, Rasul, Utusan Tuhan) dengan wahyu.
Memperoleh pengetahuan dengan metode,
Untuk mendapatkan pengetahuan yang kebenarannya dapat diandalkan harus melalui cara-cara yang langkah- langkahnya teratur, terkontrol dan teruji. Langkah tersebut harus didasarkan pada sikap dan metode ilmiah ALAM, LOGIKA DAN MANUSIA
Cara yang umum dipergunakan dalam logika adalah
silogisme
Silogisme adalah pengambilan keputusan atau
kebenaran yang disimpulkan dari dua premis. Dikenal dua premis, yaitu mayor dan minor. Berdasarkan premis mayor orang memperoleh kebenaran yang sifatnya umum, sedangkan dari premis minor seseorang memperoleh kebenaran yang sidatnya khusus Contohnya : Pemis mayor : Semua orang pasti akan mati; Premis minor: Ahmad adalah orang; Kesimpulan : Ahmad pasti akan mati