Está en la página 1de 29

LOGO

ANALISA SPERMA
 Tujuan : u/ meneliti unsur2 sperma (cairan
dan semen)
 Sperma (ejakulat / air mani ) adl cairan yang
dikeluarkan seorang pria pd proses ejakulasi
 Sperma terdiri dari : spermatozoa dan cairan
sperma
 Cairan sperma : hasil sekresi kelenjar2 pada
traktus urogenitalia laki2 , t.d :
1. Vesicula seminalis
2. Prostat
3. Epididimis
4. Glandula bulbouretralis
dan litree
Persiapan dan syarat pengambilan
sample

1. Masa abstinentia seksualitas


Masa istirahat tidak melakukan kegiatan
seks selama 3 – 5 hari
2. Cara pengeluaran sperma
a) Masturbasi / onani
Metode paling dianjurkan , karena terhindar dari
kemungkinan tumpah dan tercemar dgn zat –
zat lain
b) Coitus interuptus / senggama terputus
Melakukan persetubuhan terputus sehingga
sperma tidak masuk ke dalam vagina
Kekurangan :
- Keterlambatan pengiriman
- Terkontaminasi dengan sekret vagina /
jumlahnnya berkurang

c) Coitus condomatous
Tidak dianjurkan , karena biasanya kondom
mengndung spermacide

d) Massage prostat
Memijat kelenjar prostat melalui rectum
Namun dpt menimbulkan kekeliruan krn
sebagian besar yg keluar adl cairan prostat
3. Penampungan dan membawanya ke
laboratorium
 Jika memungkinkan masturbasi di lakukan di lab
& lngsung dikeluarkan ke tempat penampungan

 Tidak boleh ada yg tercecer

 Harus segera diperiksa dgn jangka waktu 15 –


120 menit (<2 jam) setelah dikeluarkan

 Tempat penampungan sampel : dari botol kaca /


gelas ukur, mulut lebar, kering, diberi penutup,
dgn volume gelas 5 – 10 ml
Pemeriksaan spermatologi
1. Pemeriksaan makroskopis
a. Koagulasi & liquifaction
• Sperma normal : sewaktu baru di
ejakulasikan menunjukkan adanya
gumpalan2 / koagulum diantara cairan
nya
• Koagulum ini akan mengalami pencairan
(liquifaction) sempurna dlm wktu 15 – 20
menit
• Jka :
Tdk ada koagulum → kelainan pd
kelenjar vesica seminalis
Liquifaction memanjang → gangg fungsi
prostat dlm memproduksi seminin
b. Volume
Diukur setelah liquifaction sempurna
N = 2 - 6 ml
< 2ml = hipospermia
> 6 ml = hiperspermia
c. Warna
N = putih keruh spt air kanji / putih keabu2an / putih
kekuningan
Abnormal : putih susu, kemerahan, jernih
d. Bau
N = khas spt bunga akasia (o/ krn spermin dr kel prostat)
e. pH
N = 7,2 – 7,8 (diukur dgn kertas pH stlh liquifaction smprna)
f. Viskositas
 dgn batang pengaduk : trbentuk benang yg panjangnya 3 –
5 cm, makin panjang, makin tinggi viskositasnya
Pipet ELLIASON
waktu yg dibutuhkan u/ tjdnya tetesan semen dari ujung
pipet . N = 1 – 2 dtk
Pipet eliason
2. Pemeriksaan Mikroskopis
a. kepadatan sperma per lapang pandang
 Setetes sperma pd obyek glass (diameter 2
– 3 cm) kmdn ditutup dgn deck glas.
Periksa dgn perbesaran 40 x
 Diperiksa ¼ lapang pandang
 Hasil x 4 x 106
b. Motilitas / Pergerakan sperma
– Tidak boleh lewat dari 60 menit setelah ejakulasi
– Dilihat pergerakan sperma per lapang pandang
– Sperma yg bergerak baik → gerakan maju, lurus,
– Sperma yg bergerak kurang baik → gerakan zig
zag, hanya ada gerakan ekor, gerakan berputar di
tempat
– Sperma yang tidak bergerak
 Penilaian dlm %
 pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa setelah 20
menit karena dalam waktu 20 menit sperma tidak kental
sehingga spermatozoa mudah bergerak akan tetapi
jangan lebih dari 60 menit setelah ejakulasi sebab dengan
bertambahnya waktu maka :
 spermatozoa akan memburuk pergerakannya.
 pH dan bau mungkin akan berubah .
 spermatozoa yang bergerak baik adalah gerak kedepan dan
arahnya lurus, gerak yang kurang baik adalah gerak zig-zag,
berputar-putar dan lain-lain
 Jangan sekali-kali menyebut spermatozoa itu mati yang betul
adalah spermatozoa tidak bergerak
 Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (20⁰C -
25⁰C).
 Perhitungan :
 Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak
kemudian dihitung yang bergerak kurang baik, lalu yang
bargerak baik misal :
 yang tidak bergerak = 25%
 yang bergerak kurang baik = 50%
 yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25%
 Prosentase pergerakan cukup ditulis dengan angka bulat
(umumnya kelipatan 5 misalnya : 10%,15%, 20%)
 Kalau sperma yang tidak bergerak > 50% maka perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut guna mengetahui
viabilitas sperma (banyaknya sperma yang hidup) sebab
sprermatozoa yang tidak bergerakpun kemungkinan
masih hidup.
Sebab menurunnya motilitas
spermatozoa
 Dilakukan pemeriksaan yang terlalu lama
sejak sperma dikeluarkan.
 Cara penyimpanan sampel yang kurang baik.
Teteskan 1 tetes sperma

Tutup dg gelas penutup

40x

Lapangan pandang diperiksa secara sistematik


dan motililas sperma yang dijumpai dicatat
4 – 6 LP yang diperiksa (100 sperma secara
berurutan)
c. Perhitungan jumlah sperma

 Menggunakan hemocitometer
 Hisap sperma s.d angka 0,5 kemudian
hisap pengencer sperma / aquades s.d
angka 11 . Kocok
 Buang 3 – 4 tetes pertama. Kemdn
teteskan di bilik hitung.
 Lihat pd mikroskop dgn perbesaran 40 x
. Hitung pd 1 bilik besar (L = 1 mm3)
 Jmlh x 200.000 / cc
 N = 20 – 60 juta / ml
d. Morfologi sperma

 Dibuat preparat apusan spt apusan


darah
 Dikeringkan , kmdn di fixaxi dgn
metanol slma 5 menit. Bilas. Di cat dgn
Giemsa slma 20 – 30 menit. Bilas.
Keringkan.
 Lihat di mikroskop dgn perbesaran 100
x
 Hitung prosentase yang normal dan
tidak normal
Abnormal Sperms
Abnormal Sperms

1. Triple head
sperm
2. Acrosome
reacted
sperm
3. Sperm with
no acrosome
4. Sperm with a
tapering head
and swollen
mid-piece
 In response to a growing need for the standardization of
human semen, the WHO first published a Laboratory
Manual For Examination of Human Semen in 1980.

 The second, third & fourth editions, of the manual followed


in 1987,1992 & 1999 respectively.

 Over the past 30 years, the manual has been translated into a
number of languages & recognized as providing global
standards and used extensively by research and clinical
laboratories throughout the world.
Despite this success, it has become apparent that
some recommendations from previous editions of
the manual needed to be revised in light of new
evidence.

Prompted by these considerations, WHO


established the fifth edition in 2010.
Semen Characteristics WHO-1987 WHO-1992 WHO-2010
Volume (ml) >or = 2 >or = 2 > or =1.5
PH 7.2-8.0 7.2-8.0 7.2-7.8
Sperm concentration >or = 20 >or = 20 > or = 15
(million/ml)
Total sperm count > or = 40 > or = 40 > or = 39
(million/ejaculate)

Morphology (% of normal) > or = 50 > or = 30 > or = 4

Vitality (% of living) > or = 75 > or = 75 > or = 58

WBC (M/ml) < 1.0 < 1.0 <1.0

Immunobead test (%sperm < or = 10 < or = 20 < or = 20


with beads)
MAR test (%sperm with RBCs) < 10 < 10 < 10
Gradation of sperm motility (WHO)-2010
 Grade 4 (A): Sperm with progressive motility. These are the
strongest and swim fast in a straight line.

 Grade 3 (B): Sperm with non-linear forward motility. These


also move forward but tend to travel in a curved or crooked
motion.

 Grade 2 (C): These have non-progressive motility because


they do not move forward despite they move their tails .

 Grade 1 (D): These are immotile and fail to move at all .


WHO- WHO-1992 WHO-2010
Semen Characteristics 1987
Motility Within 1h of ejaculation > or = 25 > or = 25 > or = 32
Grade (A)
Motility Within 1h of ejaculation > or = 50 > or = 50 > or = 40
Grade (A &B)
Neutral a-glucosidase (u/ejaculate) > or = 20 > or = 20 > or = 20

Total Zinc (µmol/ejaculate) > or = 2.4 > or = 2.4 > or = 2.4

Total Citric acid (µmol/ejaculate) > or = 52 > or = 52 > or = 52

Total acid phosphatase (u/ejaculate) > or = 200 > or = 200 > or = 200

Total Fructose (µmol/ejaculate) > or = 13 > or = 13 > or = 13


Nomenclature for semen variable (WHO)

 Normal semen quality Normospermic

 No ejaculate Aspermia

 Low volume Hypospermia

 High volume Hyperspermia

 No spermatozoa Azoospermia
Nomenclature for semen variable (WHO)

 Low spermatozoa conc. Oligozoospermia

 Low spermatozoal motility Asthenozoospermia

 Low normal morphology Teratozoospermia

 Excessively high sperm conc., Polyzoospermia

 WBCs in semen Pyospermia

 RBCs in semen Heamatospermia

 Non viable sperms (dead). Necrozospermia


Kesimpulan
 Aspermia : tidak ada ejakulat
 Azoospermia : didalam ejakulat tidak ditemukan
adanya spermatozoa
 Normospermia : jml ejakulat 2 – 6 ml
 Hipospermia : jml ejakulat < 2 ml
 Hiperspermia : jml ejakulat > 6 ml
 Normozoospermia : jml sperma N
 Oligozoospermia : Jml sperma < 20 jta / ml
 Polizoospermia : jml sperma >
Asthenozoospermia : motilitas sperma < 50
%
Teratozoospermia : morfologi abnormal
sperma > 40 %
Nekrozoospermia : bila tidak ada sperma
yang hidup

También podría gustarte