Está en la página 1de 21

Kuliah geoteknik 5

DISCONTINUITIES Water Level WATER MATERIAL

Ground Soil
Bedding water
Plane
Rain
Fall
Joint Properties

Surface
Water Rock

Rock
Type
Fault Drainage

SLOPE
FAILURE
Static load
Excavation
External Method
force Height, dip,
direction
Seismic
Blasting
Geometry
Dynamic FORCE
Load
MINING
Internal
Insitu force
METHOD
Stress
Shovel &
truck

FACTORS AFFECTING SLOPE FAILURE


Pendahuluan
 Lereng merupakan suatu permukaan tanah atau batuan
yang miring dan memiliki suatu sudut tertentu terhadap
bidang horisontal.
 Lereng pada umumnya dapat terbentuk secara alamiah
maupun secara buatan.
 Kemantapan suatu lereng tergantung terhadap
besarnya gaya penahan dan gaya penggerak yang
terdapak pada bidang gelincir tersebut.
 Gaya penahan merupakan gaya yang menahan
terjadinya suatu longsoran sedangkan gaya penggerak
merupakan gaya yang menyebabkan terjadinya suatu
longsoran.
 Kemantapan suatu lereng dapat dinyatakan dengan
suatu nilai faktor keamanan (FK) yang merupakan
perbandingan antara gaya penahan dengan gaya
penggerak.
Mekanika dasar longsor

 Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah), suatu


massa tanah atau batuan umumnya mempunyai
keseimbangan terhadap gaya-gaya yang timbul
dari dalam dan apabila karena suatu sebab yang
diakibatkan adanya pengangkatan, penurunan,
penggalian, penimbunan erosi atau aktifitas
lainnya, sehingga mengalami perubahan
 keseimbangan maka massa tanah atau batuan
tersebut secara alamiah akan berusaha
mencapai suatu keadaan keseimbangan yang
baru.
Metode analisis
 Menurut material pembentuknya, lereng dapat
dibedakan atas lereng batuan dan lereng tanah,
sehingga pendekatan penyelesaiannya dalam analisa
kestabilan lereng batuan akan berbeda dengan analisa
kestabilan lereng pada material tanah.
 Pada batuan , longsoran yang terjadi lebih banyak
dipengaruhi oleh struktur geologi yang berhubungan
dengan cacat geologi dan kondisi air tanah yang
berhubungan dengan kekuatan batuan.
 Pada tanah, longsoran yang terjadi lebih banyak
dipengaruhi oleh kondisi air tanah, dimana struktur
geologi pada tanah tidak lagi tampak.
 Metode kinematika -- proyeksi
stereografis
 Metode kesetimbangan batas - Bishop dll
 Metode numerik -- finite elemnet
 Metode empiris - klasifikasi massa
batuan
Metode kinematika
 "Kinematic" refers to the motion of bodies without
reference to the forces that cause them to move
(Goodman, 1989).
 Untuk mengetahui potensi jenis longsoran yang
mungkin terjadi pada suatu lereng
 Data yang digunakan kombinasi oreientasi bidang
diskontinyu, muka lereng bersama sudut geser
dalam
 Analisis dilakukan menggunakan proyeksi
stereografis
 Asumsi dasarnya kohesi = 0
Longsoran bidang
 Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan
yang terjadi sepanjang bidang luncur yang dianggap
rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa bidang sesar,
rekahan (joint) maupun bidang perlapisan batuan.
 Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang :
1. Terdapat bidang luncur bebas (daylight), berarti
kemiringan bidang luncur harus lebih kecil daripada
kemiringan lereng
2. Arah bidang luncur sejajar atau mendekati dengan arah
lereng (maksimum berbeda 20º).
3. Kemiringan bidang luncur lebih besar daripada sudut
geser dalam batuannya.
4. Terdapat bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan)
pada kedua sisi longsoran.
Longsoran baji
 Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari satu
bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan.
 Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut lebih besar
daripada sudut geser dalam batuannya Bidang lemah ini dapat
berupa bidang sesar, rekahan maupun bidang perlapisan.
 Cara longsoran baji dapat melalui satu atau beberapa bidang
lemahnya ataupun melalui garis perpotongan kedua bidang
lemahnya. Longsoran baji dapat terjadi dengan syarat geometri
sebagai berikut :
1. Permukaan antara dua bidang lemah rata, tetapi kemiringan salah
satu bidang lemah lebih besar dari kemiringan bidang lemah
lainnya.
2. Kemiringan penunjaman garis potong harus lebih kecil daripada
sudut kemiringan lereng dan leboh besar dari sudut geser dalam
3. Bentuk longsoran baji dibatasi oleh muka lereng, bagian atas
lereng dan kedua bidang lemah.
Longsoran baji
Longsoran guling
 Longsoran guling terjadi pada batuan yang keras dan memiliki
lereng terjal dengan bidang lemah yang tegak atau hampir tegak
dan arahnya berlawanan dengan arah kemiringan lereng.
 Longsoran ini bisa berbentuk blok atau bertingkat.
 Kondisi untuk menggelincir atau meluncur ditentukan oleh sudut
geser dalam ( φ ) dan kemiringan bidang luncurnya ( ψ ), tinggi
balok ( h ) dan lebar balok ( b )
 terletak pada bidang miring bertingkat. Kondisi geometri yang
dapat menyebabkan terjadinya longsoran guling antara lain :
1. Balok akan tetap mantap bila ψ < φ dan b/h > tan φ.
2. Balok akan meluncur bila ψ > φ dan b/h > tan φ.
3. Balok akan tergelincir, kemudian mengguling bila ψ > φ dan b/h <
tan φ.
4. Balok akan langsung mengguling bila ψ < φ dan b/h < tan φ.
Longsoran guling

Longsoran busur
Longsoran busur dapat terjadi pada batuan yang lunak atau pada
timbunan batuan. Biasanya batuan yang longsor itu bergerak pada
suatu bidang.
 Bidang ini disebut bidang gelincir atau bidang geser. Bentuk bidang ini
sering mendekati busur lingkaran.
 Pada batuan yang keras longsoran busur dapat terjadi jika batuan
tersebut sudah mengalami pelapukan dan mempunyai bidang lemah
yang rapat dan sulit dikenali kedudukannya.
 Syarat-syarat terjadinya longsoran busur :
1. Memiliki bidang lemah yang banyak dan arah longsorannya bergerak
sepanjang bidang lemah yang berbentuk busur.
2. Kemiringan lereng lebih besar dari kemiringan bidang lemah dan
kemiringan bidang lemah lebih besar dari sudut geser dalam batuan.
3. Kelongsoran diasumsikan terjadi pada bidang busur yang melewati
lantai lereng.
4. Rekahan tarik vertikal diasumsikan terjadi di atas lereng atau muka
lereng.
5. Kondisi air tanah bervariasi dari kering sampai jenuh total.
6. Posisi dari rekahan tarik dan permukaan busur adalah sama.
summary
Dalam satu
kawasan dapat
terbentuk
bermacam
potensi jenis
longsor

También podría gustarte