Está en la página 1de 20

 Multipel Sklerosis (MS) merupakan keadaan inflamasi, demielinisasi dan

pembentukan jaringan parut pada selubung myelin yang tidak dapat diduga dalam

otak, medulla spinalis dan saraf cranial sehingga terjadi disfungsi neurologi yang

luas( Esther Chang, 2010 ). Sedangkan menurut Sylvia A. Prince Multipel

Sklerosis merupakan salah satu gangguan neurologic pada anak muda yang sering

ditemukan. Sklerosis ditandai dengan bercak kerusakan myelin yang tersebar,

diikuti dengan gliosis dari substansia alba system saraf.

 Multipel Sklerosis merupakan penyakit pada sistem persyarafan yang ditandai

dengan lemah, mati rasa, hilnganya fungsi pendengaran dan penglihatan yang

biasanya terjdi pada umur 18-40 tahun dan kapan saja. Sklerosis multipel timbul

karena pola makan yang tidak teratur, pola diet, penggunaan obat, konsumsi

alcohol, merokok dan kurang beraktifitas.


 Tidak ada satupun penyebab MS yang sudah diketahui, namun diyakini
adanya penyebab lingkungan, virus yang bekerja lambat, respon
autoimun, reaksi alergi, anoksia, toksin dan gizi, trauma dan factor
genetic. Beberapa bukti menunjukkan bahwa infeksi virus pada masa
kanak – kanak mungkin campak atau jenis infeksi herpes dapat
mencetuskan respon imun.

 Juga cukup banyak bukti tak langsung bahwa MS adalah suatu penyakit
autoimun akibat cedera selubung myelin dan atau sel oligodendroglia
yang diperantarai oleh sel T. Di dalam lesi ditemukan baik sel T, CD4+
maupun CD8+ dan banyak yang reaktif terhadap myelin basic protein. Sel
ini menyebabkan cedera dengan membebaskan sitokin serta sitotoksisitas
langsung yang diperantarai oleh sel T CD8+.
Pada MS terjadi bercak demielinasi yang bersifat sporadic pada
substansi alba system saraf pusat di otak, medulla spinalis dan saraf
cranial dengan preferensi pada nervus optikus, batang otak,
serebelum dan substansi alba medulla spinalis yang terjadi akibat
inflamasi.

Pembentukan jaringan parut karena proliferasi sel glia (gliosis)


pada selubung myelin terjadi di daerah yang terkena disertai plak
keras berwarna kuning yang mengganti selubung myelin. Jaringan
parut ini merusak serabut akson dan mengganggu hantaran impuls
saraf, yang biasa terjadi di dalam otak, medulla spinalis atau nervus
optikus.
1. Gangguan Sensorik.
2. Gangguan Penglihatan.
3. Kelemahan spastik anggota gerak.
4. Tanda-tanda Serebelum.
5. Disfungsi Kandung Kemih.
6. Gangguan Afek.
1. Relapsing-Remitting (RR) MS
Jenis MS yang klasik yang seringkali timbul pada akhir usia
belasan atau dua puluhan tahun diawali dengan suatu serangan
hebat yang kemudian diikuti dengan kesembuhan semu, yaitu
setelah serangan hebat penderita tampak pulih namun sebenarnya
tingkat kepulihan tersebut tidak lagi sama dengan tingkat
kepulihan sebelum terkena serangan.

2. Primary-Progressive (PP) MS
Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk. Ada saat-saat
penderita tidak mengalami penurunan kondisi, namun jenis MS ini
tidak mengenal istilah kesembuhan semu. Tingkat
progresivitasnya beragam pada tingkatan yang paling parah,
penderita MS ini bisa berakhir dengan kematian.
3. Secondary-Progressive (SP)
Penderita yang mulai dengan RR-MS dapat kemudian memasuki
suatu fase dimana kekambuhan-kekambuhan adalah jarang,
namun lebih banyak ketidakmampuan berakumulasi dan dikatakan
mempunyai tipe SP. Kira-kira 50% dari penderita RR-MS akan
berkembang ke SP-MS dalam waktu 10 tahun.

4. Benign MS
Pada sekitar 20% penderita MS jinak ini mampu menjalani
kehidupan seperti orang sehat tanpa bergantung pada siapapun.
Serangan-serangan yang dideritapun umumnya tidak pernah berat,
sehingga para penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya
menderita MS.
 Pemeriksaan elektroporesis susunan saraf pusat, antibody Ig dalam
SSP yang abnormal
 Gambaran MRI ditemukan sedikit scar plag sepanjang substansia
alba dari SSP
 EEG : Menunjukan gelombang yang abnormal pada
bebrapa kasus
 DCT Scan : gambaran atrofi serebral, Menggambarkan
adanya lesi otak, perbesaran/ pengecilan
ventrikel otak
 Urodinamik : jika terjadi gangguan urinarius.
 Neuropsikologik : jika mengalami kerusakan kognitifif.
 Tidak ada penanganan standar untuk mencegah atau
menyembuhkan Multiple Sklerosis. Tujuan penanganan MS adalah
memperpendek lama serangan, mengurangi demielinasi,
mempercepat pemulihan dari serangan akut dan mengurangi angka
kekambuhan, selain memperlambat ketunadayaan dan pemunculan
lesi baru. Tujuan ini dicapai melalui sarana farmakologi dan
pendekatan multidisiplin. Pendekatan farmakologi meliputi
penggunaan obat yang memodifikasi proses imun (imunodulator).

 Penatalaksanaan lain difokuskan pada penatalaksanaan gejala


dengan mendukung fungsi tubuh yang telah berubah,
mempertahankan tonus dan kekuatan otot, memperbaiki fungsi dan
mencegah komplikasi, seperti jatuh, konstipasi, infeksi saluran
kemih, kontraktur sendi, dekubitus dan pneumonia melalui
pendekatan multidisiplin.
1. Identitas Pasien

Pada umunya terjadi pada orang-orang yang hidup di daerah utara dengan
temperatus tinggi, terutama pada dewasa muda (20-40th).

2. Keluhan Utama

Muncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas /


kekejangan dan kaku otot, kerusakan penglihatan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Biasanya klien pernah mengalami pengakit autoimun.

4. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier yang
mengakibatkan erbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga kognitif
5. Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara keluarga yang


pernah menderita penyakit tersebut, yaitu kira-kira 6-8 kali lebih sering
pada keluarga dekat.

6. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai


respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat.

7. Pemeriksaan Fisik
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan,
paresis, dan spastisitas.
2. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan
sensori dan penglihatan.
3. Defisit perawatan diri (makan,minum,berpakaian,higiene)
berhubungan dengan perubahan kemampuan merawat diri
sendiri, kelemahan fisik spastis.
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Hambatan Dalam waktu … x 24 -Kaji mobilitas -Mengetahui
mobilitas fisik jam klien mampu yang ada dan tingkat
yang b.d melaksanakan aktifitas observasi terhadap kemampuan klien
kelemahan, fisik sesuai dengan peningkatan dalam melakukan
paresis, dan kemampuan-nya dengan kerusakan, kaji aktifitas.
spastisitas. kriteria : secara teratur
- Klien dapat ikut serta fungsi motoric.
dalam program latihan
- Tidak terjadi -Modifikasi -Relaksasi dan
kontraktor sendi peningkatan koordinasi
- Bertambahnya mobilitas fisik latihan otot
kekuatan otot meningkatkan
- Klien menunjukkan efisiensi otot
tindakkan untuk pada klien
meningkatkan mobilitas multipel
sklerosis.
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
- Ajarkan klien -Gerakan aktif member-
untuk melakukan ikan massa, tonus dan
latihan gerak aktif kekuatan otot serta mem-
pada ekstermitas perbaiki funsi jantung dan
yang tidak sakit pernapasan.

-Kolaborasi -Peningkatan kemampuan


dengan ahli dalam mobilisasi
fisioterapi untuk ektremitas dapat di-
latihan fisik klien tingkatkan dengan latihan
fisik dari tim fisioterapi
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

2. Resiko cedera Dalam waktu …x -Pertahankan tirah -Meminimalkan


yang b.d 24 jam resiko baring dan rangsangan nyeri
kerusakan trauma tidak terjadi imobilisasi sesuai akibat gesekkan antara
sensori dan dengan kriteria : indikasi. fragmen tulang
pengliha-an, - Klien mau dengan jaringan lunak
dampak tirah berpartisipasi disekitarnya
baring lama terhadap
dan kelemahan pencegahan trauma -Modifikasi -Pencegahan cedera
spastis - Decubitus tidak pencegahan dilakukan pada klien
terjadi cedera multipel sklerosis jika
- Kontraktur sendi disfungsi motorik
tidak terjadi menyebabkan masalah
- Klien tidak jatuh dalam tidak ada
dari tempat tidur koordinasi dan adanya
kekakuan atau jika
ataksia ada, klien
resiko jatuh.
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
- Ajarkan teknik -Latihan setiap hari untuk
latihan menguat-kan otot
diberikan untuk
meminimalkan kontraktur
sendi. Perhatian khusus
diberikan pada otot-otot
paha, otot gatroknemeus,
adductor, biseps dan
pergelangan tangan, serta
fleksor jari-jari.

-Evaluasi tanda / -Menilai perkembangan


gejala perluasan masalah klien
cedera jaringan
(peradangan lokal
/ sistemik, sperti
peningkatan nyeri,
edema dan
demam)
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3. Perubahan Dalam waktu … x - Kaji pola -Mengetahui fungsi
pola eliminasi 24 jam eliminasi urin berkemih dan catat ginjal.
urin yang b.d terpenuhi dengan urin setiap 6 jam.
kelumpuhan kriteria hasil :
saraf - Pemenuhan - Palpasi -Menilai perubahan
perkemihan eliminasi urin dapat kemungkinan akibat dari
dilaksanakan dengan adanya distensi inkontinensial urin.
atau tidak kandung kemih.
mengguanakan
keteter -Anjurkan klien -Minum yang cukup
- Produksi 50 cc/jam untuk minum 2000 mempertahankan
- Keluhan eliminasi cc/hari. funsi ginjal
urin tidak ada
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
- Tingkatkan kontrol - Jadwal berkemih
berkemih dengan cara diatur awalnya setiap
berikan dukungan pada 1 sampai 2 jam
klien tentang dengan perpanjangan
pemenuhan eliminasi interfal waktu
urin, lakukan jadwal bertahap. Klien
berkemih, ukur jumlah diinstruksikan untuk
urin tiap 2 jam mengukur jumlah air
yang di minum
setiap 2 jam dan
mencoba untuk
berkemih 30 menit
setelah minum.
 Sklerosis multipel merupakan penyakit pada sistem
Persyarafan yang ditandai dengan lemah, mati rasa,
hilnganya fungsi pendengaran dan penglihatan yang biasanya
terjdi pada umur 18-40 tahun dan kapan saja. Sklerosis
multipel timbul karena pola makan yang tidak teratur, pola
diet, penggunaan obat, konsumsi alcohol, merokok dan
kurang beraktifitas. Klien perluh diberikan pendidikan
kesehatan tentang pencegahan,dan pengobatan agar dapat
menjaga kesehatannya.

También podría gustarte