Está en la página 1de 19

Journal Reading

STUDY OF SURGICAL COMPLICATIONS OF EXPLORATIVE


LAPAROTOMY AND THEIR MANAGEMENT – A STUDY OF 100
CASES

Dibuat oleh :
Adrianus Kevin – 112016098

Pembimbing :
Dr. Sjaiful Bachri, Sp.B-KBD
Abstrak
■ Latar Belakang: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi indikasi laparotomi, frekuensi
berbagai jenis komplikasi bedah setelah laparotomi dan efek dari rezim manajemen yang
berbeda dan keampuhan mereka di RS Guru Nanak
■ Metode: 100 pasien yang menjalani laparotomi eksploratif dengan indikasi yang berbeda di atas
periode 3 tahun terakhir, dlakukan di Departemen Bedah Umum RS Guru Nanak
■ Hasil: Peritonitis perforasi merupakan (31%) dari kasus didapat, diikuti oleh perforasi / abses
appendikular (12%) dan abses hati (10%). Nyeri adalah komplikasi pasca operasi yang selalu
dikeluhkan dalam semua kasus diikuti. Cairan keluar dari luka (30%) adalah salah satu
komplikasi yang paling umum, (80%) purulen pada sebagian besar kasus. Dehiscence luka
parsial terjadi pada 16% kasus, semuanya luka yang terinfeksi. 4 kasus Burst Abdomen terjadi
dan insisional hernia terdeteksi pada 2% kasus selama periode tindak lanjut. 52,94% kasus
dehiscence luka diperlukan peninjauan kembali, sisa kasus dirawat dengan manajemen luka
local
■ Kesimpulan: Komplikasi pasca operasi dapat dicegah dengan evaluasi pra operasi secara
menyeluruh, teknik bedah yang sesuai dan perawatan tindak lanjut dengan hati-hati. Laparotomi
darurat juga lebih umum disbanding dengan laparotomi elektif. Tingkat komplikasi setelah
laparotomi darurat lebih tinggi dibandingkan dengan laparotomi elektif. Masalah yang paling
umum terjadi adalah nyeri, demam pasca operasi, infeksi luka dan mual dan muntah pasca
operasi.
Pendahuluan
■ Laparotomi eksploratif adalah prosedur pembedahan yang dilakukan dengan tujuan
memperoleh informasi yang tidak tersedia melalui metode klinis dan diagnostic
■ Biasanya dilakukan pada pasien dengan nyeri perut akut atau tidak dapat
dijelaskan, trauma abdomen, dan untuk penentuan stadium keganasan. Dapat
bersifat diagnostik atau terapeutik.
■ Komplikasi pasca-operasi seperti nyeri, mual muntah, demam, infeksi luka,
dehiscence luka, gangguan anastomosis, obstruksi usus merekat, hernia insisional
dapat terjadi pada laparotomy darurat ataupun elektif.
■ Profilaksis antibiotik pra operasi, antisepsis kulit yang efektif dan persisten,
menghindari kontaminasi dan keterampilan bedah yang lebih baik adalah metode
yang paling efektif untuk mengurangi komplikasi.
Pendahuluan
■ Sasaran dan Tujuan
■ 1. Untuk mengetahui penyakit / indikasi laparotomi eksploratif dilakukan.
■ 2. Untuk mengetahui frekuensi berbagai jenis komplikasi bedah setelah laparotomi.
■ 3. Untuk mempelajari pengaruh rezim manajemen yang berbeda dan kemanjuran
mereka terkait dengan rawat inap di rumah sakit di antara komplikasi yang
berbeda.
■ 4. Untuk mempelajari frekuensi tingkat re-eksplorasi di antara komplikasi yang
terdaftar.
■ 5. Untuk mempelajari frekuensi kematian pada pasien yang mengalami komplikasi
abdomen setelah laparotomy.
Komplikasi Post-Operatif
Bahan dan Metode
■ 100 pasien yang menjalani laparotomi eksplorasi di Instalasi Bedah RS Guru
Nanak
■ Pasien memiliki komplikasi post-operatif diperiksa secara klinis dan dikelola
sesuai kebutuhan
■ Kriteria Inklusi
1. Pasien kelompok usia > 5 tahun.
2. Semua pasien dengan diagnosis masalah pembedahan elektif atau darurat.
■ Kriteria Eksklusi
1. Pasien kelompok usia <5 tahun.
2. Kasus yang menjalani laparotomi untuk indikasi selain patologi abdomen.
3. Kasus dengan kondisi komorbid yang termasuk imunosupresi (HIV, obat
kemoterapi) atau diabetes.
Observasi dan Hasil
■ Dari 100 pasien yang menjalani laparotomi eksploratif karena berbagai
alasan, 69% pasien berumur antara 21-50 tahun (69 kasus) dengan usia
rata-rata 37,94 tahun.

Laki-laki
(28%)

Perempuan (72%)
Indikasi Laparotomi Eksplorasi
No. Penyebab Jumlah Kasus Persentase
1 Peritonitis perforasi 31 31%
2 Perforasi/abses appendiks 12 12%
3 Abses hati 10 10%
4 Obstruksi usus 8 8%
5 Trauma abdomen 8 8%
6 Hernia insisional 7 7%
7 Striktur pylorus 6 6%
8 Volvulus 6 6%
9 Massa abdomen 6 6%
10 Kondisi keganasan 3 3%
11 Intussusepsi 2 2%
12 Fasciitis nekrosis 1 1%
Laparotomi darurat VS elektif

Elektif (26%)

Darurat (74%)
Komplikasi Post-Operatif (selama rawat inap)
No. Penyebab Jumlah Kasus Persentase
1 Nyeri 100 100%
2 Demam 71 71%
3 Ileus paralitik (>2hari) 46 46%
4 Infeksi luka 30 30%
5 Anemia/hipoproteinemia 22 22%
6 Infeksi rongga dada 19 19%
7 Dehiscence luka 16 16%
8 Abses (permukaan/dalam) 5 5%
9 Kebocoran anastomik 4 4%
10 Burst abdomen 4 4%
Manajemen komplikasi selama periode 3
bulan follow-up
Tindak operasi ulang yang dilakukan
Laparotomi
Komplikasi Penutupan Reseksi dan eksplorasi
Jahit ulang Mesh Repair
ileostomi anastomosis dengan
Adhesiolisis
Dehiscence
9 - - - -
luka
Burst abdomen
4 - - - -
Ileostomi - 20 - - -
Kebocoran
- - 3 - -
anastomosis
Obstruksi - - - 2 -
Hernia
- - - - 2
insisional
Total 13 20 3 2 2
Diskusi
■ Meski hebat kemajuan yang dibuat selama beberapa waktu terakhir dalam
perawatan perioperatif, operasi abdomen kadang-kadang ditandai dengan
komplikasi luka mulai dari 2.8 - 40% tergantung pada berbagai faktor.
■ Berbagai indikasi untuk laparotomi dalam penelitian ini bervariasi dari
perforasi hollow viscus, abses apendikular, obstruksi usus dan lainnya.
■ Indikasi utama untuk laparotomi eksplorasi adalah perforasi peritonitis
(31%), diikuti dengan perforasi apendikuler / abses (12%), abses hepar
(10%), obstruksi usus (8%), trauma abdomen tumpul dan penetrasi (8%),
dan massa per abdomen (6%). Hal ini mirip dengan studi Suresh S Patil et al
(62 kasus dari 205 kasus perforasi peritonitis), Jignesh A. Gandhi et al
study; perforasi gastroduodenal (30,95%) dan studi Chauhan et al;
peritonitis perforasi peptik (31,42%).
Diskusi
■ Sebagian besar pasien (69%) berusia antara 21 hingga 50 tahun. Dari semua
pasien tersebut umur tertua yang ditemukan pada dekade ke 4 yaitu 25 kasus
(25%). Penelitian ini cocok dengan studi tentang Jignesh A Gandhi et al (insiden
puncak adalah sekitar 31-45 tahun) tetapi berbeda dengan penelitian Sharma A C
et al dimana umur maksimum pasien berada di kelompok usia 41-50 tahun
(31,8%).
■ Dalam penelitian ini rasio laki-laki dan perempuan adalah 2,57: 1. Penelitian ini
sesuai dengan penelitian Dickson et al12 (2.4: 1), dan Noguiera et al13 (2.5: 1).
■ Di antara 100 pasien yang menjalani laparotomi; 74 bersifat darurat dan 26 bersifat
elektif.
■ Lokasi perforasi paling umum adalah lambung yang didapatkan dalam 16 kasus
(33,33%), kedua adalah appendiks dengan 12 kasus (25%), lokasi lain adalah
ileum dengan 11 kasus (22,91%), jejunum 5 kasus (10.41%), duodenum 3 kasus
dan sekum 1 kasus. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Chauhan et al, Gupta et
al, Sharma et al dimana dalam penelitian mereka perforasi peptikum adalah etiologi
yang paling umum.
Diskusi
■ Nyeri perut (93%) adalah gejala yang paling umum; gejala lainnya adalah muntah
(92%), demam (78%), distensi abdomen (74%), konstipasi (73%) dan benjolan /
tonjolan (14%). Studi ini sebanding dengan studi Gupta et al; gejala nyeri, muntah,
distensi, demam dan konstipasi masing-masing disajikan dalam 100%, 80%, 76%,
20% dan 14% kasus.
■ Untuk pasien-pasien cedera perut tumpul, limpa umumnya terlibat sesuai dengan
literatur. 2 dari 3 kasus perforasi traumatik dirawat dengan penutupan primer
perforasi. Dalam satu kasus reseksi anastomosis diperlukan karena berbagai
perforasi. Gupta et al dan Townsend et al juga merekomendasikan penutupan
primer perforasi traumatik.
Diskusi
■ Dari 30% (30 kasus) pasien dengan komplikasi cairan pada luka post-op, 24% (24
kasus) diantaranya ditemukan pathogen infektif
■ Hasil yang didapat jauh lebih tinggi dari dasar yang ditetapkan oleh Cruse dan Ford
(1-2% tingkat infeksi).

■ Berbagai penelitian telah melaporkan tingkat infeksi mulai dari 5% hingga 25%.
Chauhan et al melaporkan tingkat infeksi keseluruhan 12,28%; Sohail hameed et al
melaporkan 22,2%, sedangkan Deepak R chavan et al 25%.
■ Nyeri adalah komplikasi yang paling umum dalam masa tindak lanjut diikuti oleh
anemia / hipoprotenemia, dehiscence luka dan demam.
Diskusi
■ 16% pasien mengalami dehiscenci parsial luka bersama dengan infeksi dan 2% kasus
menyebabkan hernia insisional nantinya. Observasi ini selaras dengan pengamatan
Murtaza et al (2010) yang menyimpulkan bahwa infeksi luka adalah faktor tunggal yang
paling penting dalam perkembangan hernia insisonal.
■ Dari 20 kasus ileostomy, penutupan ileostomy dilakukan pada semua kasus setelah
patologi primer sembuh dan usus sehat
■ Tiga dari empat kasus kebocoran anastomosis membutuhkan reseksi dan anastomosis,
sisanya diobati secara konservatif dengan istirahat usus, antibiotik IV, cairan IV.
■ Dari 3 kasus obstruksi yang ditemukan selama periode tindak lanjut, 2 kasus (66,67%)
membutuhkan laparotomi eksplorasi dengan adhesiolisis, satu kasus berhasil
konservatif dengan aspirasi RT, istirahat usus, antibiotik IV, cairan IV. Dua kasus hernia
insisional muncul di situs bekas luka, diperlukan perbaikan mesh pada kecacatan.
■ Kematian secara keseluruhan dalam penelitian ini adalah 9%, dengan penyebab utama
kondisi umum pasien yang sangat buruk pada saat masuk, anemia, toksemia, dehidrasi
dan pasien baru dilaporkan setelah terjadi perforasi.
Perbandingan rata-rata kematian dengan
studi lain

Penulis Tahun Rata-rata kematian (%)

Gupta et al14 2005 8.64

Agrawal et al20 2008 10.0

Sohail Hameed et al17 2016 7.5

Chauhan et al10 2017 7.5


Ringkasan dan Kesimpulan
■ Studi ini menunjukkan bahwa laparotomi eksploratif secara umum harus dilakukan sebagai
prosedur keadaan darurat dalam kasus perforasi
■ Perforasi ulkus peptikum adalah penyebab paling umum perforasi peritonitis.
■ Massa per abdomen dan hernia insisional adalah salah satu penyebab paling umum
laparotomi eksploratif elektif.
■ Komplikasi pasca operasi meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien dan merupakan
target kualitas program perbaikan
■ Dalam penelitian ini, tingkat komplikasi setelah laparotomi darurat lebih tinggi dibandingkan
dengan laparotomi elektif
■ Masalah yang paling umum adalah nyeri, demam pasca operasi, infeksi luka dan mual muntah
pasca operasi.
■ Teknik jahitan adalah penentu utama dari hernia abdomen dan insisional setelah laparotomi.
Penyesuaian sederhana pada teknik dapat sangat meningkatkan hasil akhir operasi.
TERIMA KASIH

También podría gustarte