Está en la página 1de 160

KEBIJAKAN PUBLIK

Dr (Cdt) AFEN SENA, SE, MSi


LEKTOR (Aeronautika/ Astronitika)
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia
Curug - Tangerang

REFERENSI
Agustino, L. 2006. Dasar - Dasar Kebijakan Publik,
Bandung, Anfabeta.
Anderson, James E. 1979. Public Policy Making, Second
Edition. United State pf America: Holt, Rinehart, and
Winston.
Danim, S. 2000. Pengantar Penelitian Kebijakan. Jakarta
: Bumi aksara
Dunn, William,N, 1984, Analisa Kebijaksanaan Publik,
Yogyakarta, Hanindita
Dye, Thomas R. 1981. Understanding Public Policy,
Fourth Edition. Prentice Hall. Inc. Englewood Cliffs.
Edwards, George C. 1980. Implementing Public Policy.
Washington D.C : Congressional Quarterly Press.
Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, 1994,
Kebijakan Publik dan Pembangunan, Malang, IKIP.
Ilham, Eko, 2006, Evaluasi Kebijakan Pendidikan Tinggi
di Indonesia, Malang, Agritek - Yayasan Pembangunan
Nasional

Islamy, Irfan M. 1997. Prinsip Prinsip


Perumusan Kebijaksanaan Negara, Jakarta, Bumi
Aksara.
Jone, Charles O. 1991. Pengantar Kebijakan
Publik. Jakarta, Rajawali.
Grindle, Merilee. 1980. Politics and Policy
Implementation In The Third World, Princeton,
New Jersey : Princeton University Press.
Lubis, Ibrahim. 1985. Pengendalian dan
Pengawasan. Jakarta: Ghalia Indonesia
Mahsun, Mohamad,2006, Pengukuran Kinerja
Sektor Publik, Yogyakarta, FE-UGM, BPFE.
Muljadi, Arief,2006, Manajemen Strategik:
Perencanaan dan Manajemen Kinerja, Jakarta,
Prestasi Pustaka Publishing.
Nasir, M.Safar,dkk, 2003, Pengukuran Kinerja
Pemerintah Daerah, Yogyakarta, UAD Press
Fakultas UAD.

Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik:


Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, Jakarta,
Gramedia.
Nugroho, Riant. 2006. Kebijakan Publik Untuk
Negara Negara Berkembang: Model Model
Perumusan, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta,
Elex Media Komputindo.
Parsons, Wayne. 2008. Public Policy, Pengantar
Teori dan Praktek Analis Kebijakan, (Penerjemah
Tri Wibowo Budi Santoso). Jakarta : Kencana.
---------------,1997. Public Policy: An Introduction
to the Theory and Practice of Policy Analysis.
Edward Elgar Publishing Limited UK. Edward Elgar
Publishing Inc. USA.
Ripley, Randall B and Franklin, Grace A.
1982,Bureaucracy and Policy Implementation.
Georgetown-Ontario : The Dorsey Press.
Saffell, David C and Basehart, Harry. 2001. State
and Local Government Politics and Public
Policies. New York : McGraw hill companies, Inc.

Soenarko. 2005. Public Policy, Surabaya : Unair


Press
Soeprapto, Riyadi, 2000, Perencanaan Evaluasi
Kebijakan Publik, Malang, UM Press
----------------------, 2000, Evaluasi Kebijakan
Publik Suatu Pendekatan, Malang, UM Press
Wahab, Solichin Abdul. 2008. Pengantar
Analisis Kebijakan Publik. Malang : UMM Press.
---------------, 2005. Analisis Kebijaksanaan: Dari
formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan
Negara, Jakarta: Bumi aksara
--------------, 1999. Analisis Kebijakan Publik:
Teori Dan Aplikasinya. Malang, Danar Wijaya
Brawijaya University Press.
-------------, 1997, Evaluasi Kebijakan Publik,
Malang, FIA Unibraw - IKIP
Wibawa, Samodra, 1994, Evaluasi Kebijakan
Publik. Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2001


tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun
2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah.

PRESPEKTIF

WHAT IS PUBLIC
POLICY???
WHY IS PUBLIC
POLICY URGENT??

THE WORLD
TODAY

INDONESIA
TODAY

Pertumbuha
Tahun n Ekonomi
2008
6
2009
4,6
2010
6,2
2011
6,5
2012
6,2
2013
5,62
2014
5,3

WHAT
SOLUTION???

WHAT
SOLUTION???

WHAT
SOLUTION???

WE NEED
SOLUTION!!!!!

Kebijakan Publik

KEBIJAKAN-KEBIJAKSANAAN

NEGATIF

Ciri-ciri Kebijakan Publik: Solichin Abdul


Wahab

Jenis Kebijakan Publik:


Anderson

James

Jenis Kebijakan Publik:


Wahab

Solichin Abdul

KEBIJAKAN PUBLIK: Politik,


Pemerintahan, Adm. Publik
Politik/Power/
Kebijaksanaan

POLITIK

ADMINISTRASI
PUBLIK
PEMERINTAHAN

RUANG LINGKUP KEBIJAKAN


PEMERINTAH PUBLIK
BISNIS
LSM

AKADEMISI

MEDIA

MASYARAKA
T

PARPOL

INTERNASIO
NAL

APA PRODUK
KEBIJAKAN???
UNTUK APA
DAN SIAPA?

ARAH dan PRODUK


KEBIJAKAN PUBLIK
KE
PE
IN GA NTI
TE N N
ON RN
AL AS
I

IN
NT
PE N
KE GA R
TO
AK NIS
S
BI

KEP
ENT
T
IN
GAN
H
JA N
ELIT
E
S A AK
E
K RA AR
E Y
AS AT
M

KEBIJAKAN PUBLIK DAN RENSTRA


PEMBANGUNAN
FILOSOFIS/IDE DASAR
VISI
Rasionalitas
Doktrin

MISI
TUJUAN

Konsisten

TARGET/SASARAN
KEBIJAKAN

Rasionalitas
Perilaku/
Pelaksanaan

PROGRAM
PROYEK
STANDART OPERATING PROCEDURE

Protap
Juklak
Juknis

TAHAPAN PENYUSUNAN RENSTRA


NOW?
HOW?
Analisis
Visi, Misi
SWOT, BSC

FUTURE?
Visi,Misi

Isu-Isu
Strategik

Kebijakan
Dasar

Tujuan (Objektive)

Program

Sasaran (Target)

Proyek dan Capaian Output


Kegiatan
(Goals, Achievement)

EXISTING
CONDITION
FUTURE
CONDITION
ISU STRATEGIK
IDENTIFIKASI
MASALAH

AKAR MASALAH
ALTERNATIF
SOLUSI
RENSTRA/RENOP

BY RESEARCH

BY FILING/ INTUITION

PLANNING + PROGRAMMING+PROCEDURE
(SYSTEM)

FORMULASI
KEBIJAKAN

IMPLEMENTASI EVALUASI
KEBIJAKAN
KEBIJAKAN

KETERANGAN
(TREND)

Ideal, Logis

Why?

Why?

Why?

Aneh

Aneh

Aneh

Wajar, Logis

TERMINOLOGI

Policy = kebijakan, bukan kebijaksanaan


Public Policy = kebijakan publik, bukan
kebijaksanaan publik atau kebijaksanaan
negara
Public = bukan negara, tapi domain state,
society, dan private (governance)
Public = aliran anglo saxon Amerika
State, Government = aliran kontinental
(eropa, Belanda, Inggris), tata negara, tata
pemerintah, tata negara, tertib administrasi

ALIRAN
KONTINENTAL
(EROPA, BELANDA,
BRITISH)
MAINSTREAM
PUBLIC POLICY

?
ALIRAN
ANGLO SAXON
(AMERIKA)

KEBIJAKAN PUBLIK
Kebijakan publik: apa yang diputuskan untuk
dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah
Maknanya: hal-hal yang dikerjakan untuk
mencapai tujuan nasional
Dilihat sebagai aksi pemerintah dalam
menghadapi masalah, dengan mengarahkan
perhatian terhadap siapa, mendapatkan apa, kapan
dan bagaimana (who, get what, when, how).

Thomas R. Dye (1972)


Anything a government chooses to do or
not to do.
Kebijakan publik melihat berbagai aspek dari
perilaku atau tindakan yang dilakukan
Pemerintah. Lembaga/institusi pembuat
kebijakan publik adalah Pemerintah, artinya
stakeholders lainnya bukan merupakan
pembuat kebijakan publik.
Kebijakan publik mengacu pada apa langkah
yang dilakukan oleh Pemerintah. How if
government to do nothing or status quo?

William I. Jenkins (1978)


Public policy as a set of interrelateddecisions taken by a political actor or
group of actors concerning the selection
of goals.
Jenkins melihat kebijakan publik sebagai
suatu proses, artinya terdapat
rangkaian kebijakan sebelumnya yang
dijadikan landasannya (interrelated
decisions).
Public policy-making as a goal-oriented
behaviour (to evaluate public policy).

- EKSEKUTIF
- Swasta
- Masyarakat

IMPLEMENTASI

EKSEKUTIF
LEGISLATIF
Swasta
Masyarakat

FORMULASI

EVALUASI

LEGISLATIF
EKSEKUTIF (Atasan Langsung)
Swasta
Masyarakat
Yudikatif

BENTUK KEBIJAKAN PUBLIK


Regulatory: mengatur perilaku orang dan
masyarakat
Ekstraktif : bagaimana menarik sumber-sumber
material dan non-material untuk kepentingan
negara (menyedot dan mengelola yang
menguntungkan negara)
Distributive: melakukan distribusi atau
memberikan akses terhadap sumberdaya
tertentu
Redistributive: mendistribusikan kembali
kekayaan yang ada
Constituent: ditujukan untuk melindungi negara

PERUMUSAN MASALAH
SEBAGAI INTI KEBIJAKAN PUBLIK
Inti kebijakan publik terletak pada
pengenalan atau kemampuan dalam
mengidentifikasi permasalahan dan
masalah kebijakan
Apa yang dipertimbangkan sebagai
masalah dan bagaimana suatu masalah
didefinisikan tergantung pada bagaimana
para pembuat kebijakan berusaha
menunjukkan suatu isue atau peristiwa

CONTOH :
MENGENAL PERISTIWA/FENOMENA TTT (tentang
kehidupan/kemiskinan di jalanan)
ISU : adanya dampak dari peristiwa/fenomena
(banyak orang yang tidur dijalanan sebagai
akibat bencana alam, gepeng, anak jalanan)
MASALAH : Mereka tidak memiliki rumah/ tempat
tinggal/ rumah singgah
AGENDA KEBIJAKAN: Bangun rumah susun/
tempat tinggal/ rumah singgah sebanyak
mungkin
Sayangnya, banyak orang setuju dengan isu-nya,
tetapi sejauhmana ketepatan azas efektif,
efesien, dan kemanfaatan kedepan (sustainable
development) --- Ini juga masalah kebijakan
publik

Peristiwa/Fenomena
Problem khusus

Problem umum
Isu sebagai Opini Publik

Agenda Pemerintah (Umum, Khusus)


Perumusan Usulan/Rancangan Kebijaksanaan Publik
Pengesahan Kebijaksanaan Publik
Pelaksanaan Kebijaksanaan Publik
Monitoring dan Evaluasi Kebijaksanaan Publik
Efek/Dampak Kebijaksanaan Publik --------Umpan Balik

KONSEP KEBIJAKAN (POLICY)


MENGANDUNG PENGERTIAN SBB:
1.

SUATU PEDOMAN UNTUK BERTINDAK


Suatu deklarasi mengenai suatu pedoman untuk bertindak, suatu arah
tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu
atau suatu rencana (UN,1975))

2.

SERANGKAIAN TINDAKAN SEJUMLAH AKTOR (A COURSE OF


ACTION)
Perilaku dari sejumlah aktor atau serangkaian aktor dalam suatu bidang
kegiatan tertentu (Anderson, 1978)

3.

MENGARAH PADA TUJUAN TERTENTU (TO ACCOMPLISH SOME


ENDS)
Suatu tindakan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu dan bukan
sekedar keputusan untuk melakukan sesuatu (Irfan Islamy, 1997)

4.

MERUPAKAN ASPIRASI MASYARAKAT


Perpaduan dan kristalisasi pendapat dan keinginan dari banyak orang
atau beberapa kelompok / golongan dalam masyarakat (Dimock, 1960)

5.

MERUPAKAN SERANGKAIAN / SEJUMLAH KEPUTUSAN


istilah policy biasanya cenderung digunakan untuk hal yang lebih
besar dari pada keputusan-keputusan tertentu dan lebih kecil dari
gerakan sosial umum (Heclo, 1972)

6.

SEBAGAI PENGETAHUAN YANG SISTEMATIS


Suatu usaha untuk mensistematisasikan pengetahuan berkenaan dengan
administrasi dan kesejahteraan sosial (Heidenheimer, 1986)

7.

MENJADI DASAR RASIONAL UNTUK BERTINDAK ATAU TIDAK


Sebagai suatu ikhtiar untuk mendefinisikan dan menyusun suatu dasar
rasional untuk bertindak atau tidak bertindak (Parsons, 1995)

HOGWOOD DAN GUNN (1984) MEMERINCI 10


PENGUNAAN ISTILAH POLICY DALAM
KONTEKS PEMAKNAAN MODERN, YAITU
SEBAGAI :
1.

SUATU LABEL UNTUK SUATU BIDANG KEGIATAN

2.

PERNYATAAN TUJUAN UMUM ATAU KEADAAN YANG DIINGINKAN


BERKENAAN DENGAN URUSAN-URUSAN

3.

USULAN-USULAN SPESIFIK

4.

KEPUTUSAN-KEPUTUSAN PEMERINTAH

5.

PEMBERIAN KEWENANGAN FORMAL (A FORMAL


OUTHORIZATION)

6.

SUATU PROGRAM

7.

OUTPUT (HASIL)

8.

OUTCOME (GUNA / MANFAAT)

9.

SUATU TEORI ATAU MODEL

10.

SUATU PROSES

KONSEP PUBLIK (PUBLIC)


MENGANDUNG PENGERTIAN SBB:

PUBLIC sering digunakan dalam konteks kata berikut:


Public interest
Public opinion
Public goods
Public law
Public sector
Public transport

Public education
Public service broadcasting
Public accountability
Public toilets
Public order
Public debt

Pengertian public dalam public policy dapat dipahami dalam konteks


pengertian serangkaian kata publik dalam peristilahan di atas. Sejalan
dengan penalaran ini, kata public dapat dipahami dalam kontek lawan
katanya, yaitu private seperti lawan kata sbb:
polis
freedom
male
equility

household
necessity
famale
inequility etc.

W.F. FABER (1993) mengemukakan 10 kunci


perbedaan sektor publik dengan sektor swasta, yaitu
bahwa
sektor publik
: yang kurang jelas dan lebih kompleks
Menghadapi
tugas-tugas

Memiliki permasalahan lebih banyak dalam mengimplementasikan


keputusan- keputusannya
Mempekerjakan lebih banyak orang dengan lebih banyak ragam motivasinya
Lebih banyak menaruh perhatian pada pengamanan peluang atau kapasitas
Lebih banyak menaruh perhatian pada kompensasi kegagalan pasar
Aktivitas-aktivitasnya berhubungan dengan kepentingan-kepentingan
simbolik yang lebih besar
Memerlukan standar komitmen dan legalitas yang lebih ketat
Memiliki peluang yang lebih besar untuk merespon isue-isue kejujuran
Harus bekerja atau tampil bekerja untuk memenuhi kepentingan publik
Harus memperoleh tingkat minimal dukungan publik diatas yang diperlukan
bagi industri swasta

Public Policy sesungguhnya berkenaan dengan definisi tentang


Apa yang dipertimbangkan sebagai publik,
Siapa yang menyediakan,
Siapa yang membayar,
Bagaimana mereka membayar, dan
Kepada siapa mereka membayar.
Dalam Public policy, semua komponen di atas ditentukan dan dihasilkan
oleh kebijakan publik (KP). KP bisa saja menyatakan pure publik goods
disediakan oleh swasta, harga ditentukan oleh pemerintah, dibayarkan
kepada swasta. Atau barang swasta dapat saja diatur distribusinya,
disubsidi harganya untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan kelompok
tertentu, misalnya garam beryodium.
Kenyataan menunjukkan bahwa baik barang publik maupun privat akan
mengikuti siklus permintaan sbb:

SIKLUS PERMINTAAN
THD BARANG PUBLIK
DAN PRIVAT
TIMBULNYA KETIDAKSEIMBANGAN
KETIDAKPUASAN DENGAN PENGADAAN
BARANG PUBLIK/PRIVAT

ARTIKULASI TUNTUTAN

PENYEDIAAN BARANG
KOMPOSISI BARU PENGADAAN BRG

REAKSI THD TUNTUTAN


PEMERINTAH MENANGGAPI
TUNTUTAN TSB

TUNTUTAN ATAS DISTRIBUSI


BARU

POLICY STATEMENT, yaitu pernyataan resmi atau


penjelasan (artikulasi) mengenai kebijaksanaan negara
tertentu.
POLICY OUTPUTS, yaitu merupakan wujud dari
kebijaksanaan negara yang paling dapat dilihat dan dirasakan
karena menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukan guna
merealisasikan apa yang telah digariskan dalam keputusankeputusan dan pernyataan pernyataan kebijaksanaan.
POLICY OUTCOME, yakni akibat-akibat atau dampak yang
benar-benar dirasakan oleh masyarakat, baik yang diharapkan
maupun yang tidak diharapkan sebagai konsekuensi dari
adanya tindakan atau tidak adanya tindakan pemerintah dalam
bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang ada dalam
masyarakat.

Bintoro (1987) menegaskan bahwa apabila pemilihan alternatif itu sekali


dilakukan dan selesai, maka maka kegiatan tersebut disebut pengambilan
keputusan; sebaliknya bila pemilihan alternatif itu terus-menerus
dilakukan dan tidak pernah selesai, maka kegiatan tersebut dinamakan
perumusan kebijakan.
Dengan demikian, pengertian perumusan kebijakan menyangkut suatu
proses yang terdiri dari sejumlah langkah-langkah. Ripley (1985)
menjelaskan tujuh langkah dalam kebijakan publik, yaitu :

Agenda setting
Formulation dan legitimination
Program Implementations
Evaluation of implementation, performance, and impacts
Decisions about the future of the policy and program

Rincian dari setiap langkah tersebut dapat dilihat dalam Gambar berikut :

GAMBAR 01
LANGKAH2 PENGAMBILAN KEBIJAKAN
(Rendal R. Ripley, 1985)

Agenda setting
Perception of problem
Definition of problem
Mobilization of support for including problem on
agenda

Agenda of government

Formulation dan legitimination


Infromation collection, analysis, and dissemination
Alternatove development
Advocacy and coalition building
Compromise, negotiation decision

Policy statements, including goals


for achievement and design of
program(s) for achieving them, often in
the form of a statuta

Program Implementation

Resources Acquation
Interpretation
Planning
Organizing
Providing benefits, services, and coercion

Evaluation of implementation,
performance, and impacts
Decision about the future of the policy and
program

Policy actions

Policy and program performance and


impacts

Dengan demikian, berdasarkan pendapat Ripley tersebut, ruanglingkup kuliah Formulasi Kebijakan Publik lebih menekankan pada
tahapan :
Agenda Setting,
Agenda Pemerintah,
Formulasi dan legitimasi, dan
Deklarasi kebijakan.
Sedangkan tahapan-tahapan yang lain hanya disinggung sekilas,
karena telah menjadi kavling materi mata kuliah Implementasi
Kebijakan dan Evaluasi Kebijakan.

ANALISA
KEBIJAKAN PUBLIK

PENGERTIAN, JENIS-JENIS, DAN


TINGKAT-TINGKAT KEBIJAKAN PUBLIK
1. Pengertian Kebijakan Publik
a. Thomas R. Dye
Kebijakan publik adalah apapun pilihan
pemerintah untuk melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu
b. James E. Anderson
Kebijakan publik adalah kebijakan yang
dikembangkan
oleh badan-badan dan
pejabat pejabat
pemerintah.

c. David Easton
Kebijakan publik adalah pengalokasian
nilai-nilai secara sah kepada seluruh anggota
masyarakat.

Kesimpulan
a. Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah
yang berupa tindakan-tindakan
pemerintah.
b. Kebijakan publik baik untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu itu
mempunyai tujuan tertentu.
c. Kebijakan publik ditunjukan untuk
kepentingan masyarakat.

2. Jenis-jenis Kebijakan Publik


James E. Anderson (1970) mengelompokkan
jenis-jenis kebijakan publik sebagai berikut :
a. Subtantive and Procedural Policies.
Subtantive Policy
Suatu kebijakan dilihat dari subtansi
masalah yang dihadapi oleh pemerintah.
Procedural Policy
Suatu kebijakan dilihat dari pihak-pihak yang
terlibat dalam perumusannya (Policy
Stakeholders).

b. Distributive, Redistributive, and


Regulatory Policies
Distributive Policy :
Suatu kebijakan yang mengatur tentang pemberian
pelayanan/keuntungan kepada individu-individu,
kelompok-kelompok, atau perusahaan-perusahaan.
Redistributive Policy :
Suatu kebijakan yang mengatur tentang
pemindahan alokasi kekayaan, pemilikan, atau hakhak.
Regulatory Policy :
Suatu kebijakan yang mengatur tentang
pembatasan/ pelarangan terhadap perbuatan/
tindakan.

c. Material Policy
Suatu kebijakan yang mengatur tentang
pengalokasian/penyediaan sumber-sumber material
yang nyata bagi penerimanya.

d. Public Goods and Private Goods


Policies
Public Goods Policy
Suatu kebijakan yang mengatur tentang penyediaan
barang-barang/pelayanan-pelayanan oleh
pemerintah, untuk kepentingan orang banyak.

Private Goods Policy


Suatu kebijakan yang mengatur tentang
penyediaan barang-barang/pelayananpelayanan oleh pihak swasta, untuk kepentingan
individu-individu (perorangan) di pasar bebas,
dengan imbalan biaya tertentu.

3. Tingkat-Tingkat Kebijakan
Publik
Mengenai tingkat-tingkat kebijakan publik
ini, Lembaga Admistrasi Negara (1997),
mengemukakan sebagai berikut :
a. Lingkup Nasional
1) Kebijakan Nasional
Kebijakan Nasional adalah kebijakan negara
yang bersifat fundamental dan
strategis
dalam pencapaian tujuan nasional/negara
sebagaimana tertera dalam pembukaan
UUD 1945

2) Kebijakan Umum
Kebijakan umum adalah kebijakan Presiden
sebagai
pelaksana UUD, TAP
MPR, UU,
untuk mencapai tujuan
nasional.
3) Kebijakan Pelaksanaan
Kebijakan pelaksanaan adalah merupakan
penjabaran dari kebijakan
umum
sebagai
strategi pelaksanaan tugas di
bidang tertentu.

b. Lingkup Wilayah Daerah


1)

2)
a)
b)
c)

Kebijakan umum pada lingkup Daerah


kebijakan pemerintah daerah sebagai
pelaksana azas desentralisasi dalam rangka
mengatur urusan Rumah Tangga Daerah
Kebijakan Pelaksanaan.
Kebijakan pelaksanaan dalam rangka
desentralisasi merupakan realisasi
pelaksanaan PERDA
Kebijakan pelaksanaan dalam rangka
dekonsentrasi merupakan pelaksanaan
kebijakan nasional di Daerah
Kebijakan pelaksanaan dalam rangka tugas
pembantuan (medebewind) merupakan
pelaksanaan tugas Pemerintah Pusat di
Daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah
Daerah

SISTEM, PROSES, DAN


SIKLUS KEBIJAKAN PUBLIK
1. Sistem Kebijakan Publik
Sistem kebijakan publik, menurut
Mustopadidjaja AR (Bintoro Tjokromidjojo dan
Mustopadidjaja AR, 1988), adalah:
keseluruhan pola kelembagaan dalam
pembuatan ebijakan publik yang
melibatkan hubungan di antara 4 elemen
(unsur), yaitu masalah kebijakan publik,
pembuatan kebijakan publik, kebijakan
publik dan dampaknya terhadap kelompok
sasaran (target groups).
Sistem kebijakan publik dikenal adanya
unsur-unsur : Input -> Proses -> Ouput.

a. Input : Masalah Kebijakan Publik


Masalah kebijakan publik ini timbul
karena adanya faktor lingkungan
kebijakan publik yaitu suatu keadaan
yang melatar belakangi atau perisiwa
yang menyebabkan timbulnya masalah
kebijakan publik tersebut, yang berupa
tuntutan-tuntutan, keinginan-keinginan
masyarakat atau tantangan dan peluang,
yang diharapkan segera diatasi melalui
suatu kebijakan publik. Masalah itu dapat
juga timbul justru karena dikeluarkannya
suatu kebijakan publik baru.

b. Process (proses) : Pembuatan Kebijakan


Publik
proses pembuatan kebijakan publik itu bersifat
politis, di mana dalam proses tersebut terlibat
berbagai kelompok kepentingan yang berbedabeda, bahkan ada yang saling bertentangan.
c. Output :
Kebijakan Publik, yang berupa serangkaian
tindakan yang dimaksudkan untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan
tertentu seperti yang diinginkan oleh kebijakan
publik.

d. Impact (dampak), yaitu dampaknya


terhadap kelompok sasaran (target groups)
kelompok sasaran (target groups) adalah orangorang, kelompok-kelompok orang, atau
organisasi-organisasi, yang perilaku atau
keadaaanya ingin dipengaruhi atau diubah oleh
kebijakan publik tersebut.

2. Proses Kebijakan Publik


a. Perumusan Kebijakan Publik
Tahap ini mulai dari perumusan masalah
sampai dengan dipilihnya alternatif untuk
direkomendasikan dan disahkan oleh pejabat
yang berwenang.
b. Implementasi Kebijakan Publik
Setelah kebijakan publik disahkan oleh
pejabat yang berwenang, maka kemudian
kebijakan publik tersebut diimplementasikan
(dilaksanakan)

Mengenai implementasi kebijakan publik, Mustopadidjaja


AR (Bintoro Tjokromidjojo dan Mustopadidjaja AR,
1988), mengemukakan bahwa dilihat dari
implementasinya, ada tiga bentuk kebijakan publik,
yaitu :
1) Kebijakan langsung
yaitu kebijakan yang pelaksanaannya
dilakukan
oleh pemerintah sendiri. Misalnya : INPRES SD
2) Kebijakan tidak langsung
yaitu kebijakan yang pelaksanannya tidak dilakukan
oleh pemerintah. Dengan demikian, dalam hal ini
pemerintah hanya mengatur saja.
misalnya : kebijakan pemerintah tentang Investasi
Asing.
3) Kebijakan campuran
yaitu kebijakan yang pelaksanaannya dilakukan oleh
pemerintah dan bukan pemerintah (swasta)

c. Monitoring Kebijakan Publik


Monitoring kebijakan publik adalah proses
kegiatan pengawasan terhadap implementasi
kebijakan, yaitu untuk memperoleh informasi
tentang seberapa jauh tujuan kebijakan itu
tercapai. (Hogwood and Gunn, 1989).
d. Evaluasi Kebijakan Publik.
Evaluasi kebijakan publik itu bertujuan untuk
menilai apakah perbedaan sebelum dan
setelah kebijakan itu diimplementasikan, yaitu
perbandingan antara sebelum dan sesudah
diberlakukannya suatu kebijakan.

3. Siklus Kebijakan
Publik
Perumusan
Kebijaksanaa
n
Evaluasi
Kebijakan

Implementasi
Kebijakan

Monitoring
Kebijkan

PERAN INFORMASI DALAM


PEMBUATAN KEBIJAKAN PUBLIK
PENGERTIAN DATA DAN INFORMASI
Data adalah fakta yang sedang tidak digunakan
dalam proses pembuatan keputusan, biasanya di
catat dan di arsipkan tanpa maksud untuk
segera diambil kembal untuk pembuatan
keputusan.
Informasi adalah data yang telah disusun
sedemikian rupa, sehingga bermakna dan
bermanfaat untuk membuat keputusan.

Syarat-syarat informasi yang baik


Parker (Kumorotomo dan Agus Margono,1994)
mengemukakan sebagai berikut :
a. Ketersediaan (availability)
Syarat pokok bagi informasi adalah tersedianya itu sendiri.
Informasi harus dapat diperoleh bagi yang hendak
memanfaatkannya.
b. Mudah dipahami
Informasi harus mudah dipahami oleh pembuat kebijakan.
c. Relevan
Informasi yang diperlukan harus benar-benar relevan
dengan permasalahannya.
d. Bermanfaat
Terkait dengan syarat relevansi, informasi harus
bermanfaat bagi pembuat kebijakan.

e. Tepat waktu
Informasi harus tersedia tepat waktunya, terutama
apabila pembuat kebijakan ingin segera
memecahkan masalah yang dihadapi oleh
pemerintah.
f. Keandalan (Reliability)
Informasi harus diperoleh dari sumber-sumber yang
dapat diandalkan kebenarannya.
g. Akurat
Informasi seyogyanya bersih dari kesalahan, harus
jelas dan secara tepat mencerminkan makna yang
terkandung dari data pendukungnya.
h. Konsisten
Informasi tidak boleh mengandung kontradiksi
dalam penyajiannya.

AGENDA SETTING
1. Isu-Isu Konseptual
Agenda setting adalah suatu tahap sebelum
perumusan kebijakan dilakukan, yaitu bagaiman
isu-isu (issues) itu muncul pada agenda pemerintah
yang perlu ditindak-lanjuti berupa tindakan-tindakan
pemerintah.
Cb and Ross, seperti dikutip oleh Howeltt and
Ramesh (1995), mendefinisikan agenda setting
sebagai Proses dimana keinginan-keinginan dari
berbagai kelompok dalam masyarakat
diterjemahkan ke dalam butir-butir kegiatan agar
mendapat perhatian serius dari pejabat-pejabat
pemerintah

2. Proses Agenda Setting


Systemic Agenda (agenda sistemtik) terdiri
atas isu-isu yang dipandang secara umum oleh
anggota-anggota masyarakat politik sebagai
pantas mendapat perhatian dari pemerintah dan
mencakup masalah-masalah yang berada dalam
kewenangan sah setiap tingkat pemerintahan
masing-masing.

Tiga prasayarat agar isu kebijakan (policy issue)


itu dapat masuk dalam agenda sistematk,
yaitu :
a.
Isu itu memperoleh perhatian yang luas atau
sekurang-kurangnya menumbuhkan kesadaran
masyarakat.
b.

Adanya persepsi atau pandangan masyarakat


bahwa perlu dilakukan beberapa tindakan
untuk mencegah masalah itu.

c. Adanya persepsi yang sama dari masyarakat


bahwa masalah itu merupakan kewajiban dan
tanggung jawab yang sah dari pemerintah
untuk memecahkannya.

Governmental Agenda (Agenda Pemerintah) :


serangkaian masalah yang secara eksplisit
memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang
aktif dan serius dari pembuat kebijakan yang sah.
Beberapa faktor yang menyebabkan permasalahan
masyarakat dapat masuk ke dalam agenda
pemerintah, yaitu :
1) Apabila terdapat ancaman terhadap
keseimbangan antar
kelompok, maka kelompokkelompok tersebut akan mengadakan reaksi dan
menuntut adanya tindakan pemerintah, untuk
mengatasi ketidak-seimbangan tersebut.

2) Para pemimpin politik dapat menjadi faktor


penting dalam penyusunan agenda pemerintah.
Para pemimpin politik, karena didorong adanya
pertimbangan politik dan karena memperhatikan
kepentingan umum, selalu memperhatikan
masalah-masalah masyarkat dan mengusulkan
upaya-upaya pemecahannya.
3) Timbulkan krisis atau peristiwa luar biasa dapat
menyebabkan suatu masalah masuk ke dalam
agenda pemerintah.
4) Adanya gerakan-gerakan protes, termasuk
tindakan kekerasan, merupakan salah satu
penyebab yang dapat menarik perhatian pembuat
kebijakan dan memasukannya ke dalam agenda
pemerintah.

IMPLEMENTASI, MONITORING, DAN


EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK
1. Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi kebijakan publik merupakan
sesuatu yang penting, bahkan mungkin lebih
penting daripada pembuatan kebijakan.
Secara umum, tugas implementasi adalah
mengembangkan suatu struktur hubungan
antara tujuan kebijakan publik yang telah
ditetapkan dengan tindakan-tindakan
pemerintah untuk merealisasikan tujuan-tujuan
tersebut yang berupa hasil kebijakan (policy
outcomes).

2. Monitoring Kebijakan Publik


Monitoring adalah proses kegiatan pengawasan
terhadap implementasi kebijakan yang meliputi
keterkaitan antara implementasi dan hasilhasilnya (out-comes) (Hogwood and Gunn, 1989).
William N. Dunn (1994), menjelaskan bahwa
monitoring mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
a. Compliance (kesesuaian/kepatuhan)
Menentukan apakah implementasi kebijakan
tersebut sesuai dengan standard dan prosedur
yang telah
ditentukan.
b. Auditing (pemeriksaan)
menentukan apakah sumber-sumber/pelayanan
kepada kelompok sasaran (target groups)
memang benar-benar sampai kepada mereka.

c. Accounting (Akuntansi)
Menentukan perubahan sosial dan ekonomi
apa saja yang terjadi setelah implementasi
sejumlah kebijakan publik dari waktu ke
waktu.
d. Explanation (Penjelasan)
menjelaskan mengenai hasil-hasil kebijakan
publik berbeda dengan tujuan kebijakan
publik.

3. Evaluasi Kebijakan Publik


Evaluasi kebijakan sebagai suatu pengkajian
secara sistemtik dan empiris terhadap akibatakibat dari suatu kebijakan dan program
pemerintah yang sedang berjalan dan
kesesuaiannya dengan tujuan-tujuan yang hendak
dicapai oleh kebijakan tersebut.
Kesulitan dalam evaluasi kebijakan, antara lain
adalah tujuan-tujuan dalam kebijakan publik jarang
dilakukan (ditulis) secara cukup jelas, dalam artyi
seberapa jauh tujuan-tujuan kebijakan publik itu
harus dicapai. Pengembangan ukuran-ukuran yang
tepat dan dapat diterima semua pihak sangat sulit
dilakukan (Howlett dan Ramesh,1995)

Howlett dan Ramesh (1995), mengemukakan


tentang beberapa bentuk evaluasi kebijakan, yaitu :
a. Administrasi Evaluation (evaluasi Administratif)
Evaluasi administratif pada umumnya dibatasi pada
pengkajian tentang efisiensi penyampaian pelayanan
pemerintah dan penentuan, apakah penggunaan dana
oleh pemerintah sesuai dengan tujuan yang telah dicapai.
b. Judicial Evaluation (Evaluasi Yudisial)
Evaluasi yudisial mengadakan pengkajian apakah
kebijakan yang dibuat pemerintah telah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, apakah tidak melanggar
HAM dan hak-hak individu.
c. Political Evaluation (Evaluasi Politis)
Evaluasi politis masuk dalam proses kebijakan hanya
pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, pemilihan umum.

Beberapa Bentuk Evaluasi Administratif,


yaitu :
1) Effort Evaluation
Effort evaluation bertujuan untuk mengukur
kuantitas inputs (masukan) program, yaitu
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
Inputs itu adalah personil, ruang kantor,
komunikasi, transportasi,dan lain-lain, yang
dihitung berdasarkan biaya yang digunakan.
2) Performance evaluation
Performance evaluation mengkaji ouputs
program. Contoh, outputs rumah sakit : tempat
tidur yang tersedia, jumlah pasien.

3) Effectiveness Evaluation
Effectiveness evaluation bertujuan untuk menilai
apakah program telah dilaksanakan, kemudian
diadakan perbandingan kesesuaian antara
pelaksanaan program dengan tujuan kebijakan.
4) Process evaluation
Process evaluation mengkaji peraturan-peraturan
dan prosedur-prosedur operasi organisasi yang
digunakan dalam penyampaian program.

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK


1. Dimensi-dimensi Kebijakan Publik
Dimensi pertama, proses kebijakan,
mengkaji proses penyusunan kebijakan, mulai
dari indentifikasi dan perumusan masalah,
implementasi kebijakan, monitoring kebijakan
serta evaluasi kebijakan.
Dimensi kedua, analisis kebijakan, meliputi
penerapan metode dan teknik analisis yang
bersifat multidisiplin dalam proses kebijakan.

2. Pengertian Analisis Kebijakan Publik


Analisis kebijakan publik adalah :
1) Penelitian untuk mendapatkan data dan
informasi yang berkaitan dengan permasalahan
yang dihadapi.
2)Mencari dan mengkaji berbagai alternatif
pemecahan masalah atau pencapain tujuan.
3) Tambahan (dari William N. Dunn), keduanya
dilakukan secara multidisiplin.

Tujuan dari analisis kebijakan adalah :


memberikan informasi kepada pembuat
kebijakan, yang dapat dipergunakan untuk
memecahkan masalah-masalah masyarakat.
Disamping itu, analisis kebijakan juga
bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

3. Faktor-faktor Strategis yang


Berpengaruh dalam Perumusan
Kebijakan
a. Faktor Politik
b. Faktor Ekonomi/Finansial
c. Faktor Administratif/Organisatoris.
d. Faktor teknologi
e. faktor Sosial, Budaya, dan Agama.
f. Faktor Pertahanan dan Keamanan

4. Aspek-aspek dalam Analisis Kebijakan Publik


a. Analisis mengenai perumusan kebijakan
b. Analisis mengenai implementasi kebijakan
Pertanyaan-pertanyaan yang hendak dijawab, antara lain adalah :
1) Bagaimana cara kebijakan diimplementasikan?
2) Siapa saja yang dilibatkan dalam proses implementasi tersebut?
3) Bagaimana interaksi antara orang-orang atau kelompok-kelompok
yang terlibat dalam implementasi kebijakan itu?
4) Siapa yang secara formal diberi wewenang mengimplementasikan
kebijakan dan siapa yang informal lebih berkuasa dan mengapa?
5) Bagaimana cara kerja birokrasi pusat dan daerah serta badanbadan
lain yang terlibat dalam implementasi kebijakan/program.
6) Bagaimana cara atasan mengawasi bawahan dan bagaimana
mengkoordinasikannya?
7) Bagaimana tanggapan tareget group terhadap kebijakan tersebut?

c. Analisis mengenai evaluasi kebijakan


Evaluasi kebijakan mengkaji akibat-akibat
suatu kebijakan atau mencari jawaban atas
pertanyaan apa yang terjadi sebagai akibat
dari implementasi suatu kebijakan
Analisis evaluasi kebijakan sering juga disebut
analisis dampak kebijakan, yang mengkaji
akibat-akibat implementasi suatu kebijkan
membahas hubungan di antara cara yang
digubakab dan hasil yang dicapai.
Misalnya: apakah pelayanan terhadap
penumpang kendaraan umum menjadi lebih
baik setelah dikeluarkan kebijakan mengenai
perbaikan transportasi umum?

5. Variasi Kegiatan Analisis Kebijakan


a) Studi-studi isi kebijakan (studies of policy
content).
b) Studi-studi tentangproses kebijakan
(studies of policy process)
c) Studi-studi mengenai output-output
kebijakan
(studies of policy ouputs)
d) Studi-studi evaluasi (evaluation studies).
e) Studi tentang informasi untuk pembuatan
kebijakan (information for policy making)
f) Proses kepenasihatan (advocacy process)
g) Nasihat kebijakan (policy advocacy).

Studi Kebijakan Publik


Kebijakan Publik dipelajari oleh berbagai
disiplin ilmu seperti ilmu politik, ilmu
administrasi, ilmu ekonomi dan sebagainya
Public policy is whatever governments
choose to do or not to do (Dye in
Anderson, 1978:2)
what governments do, why they do it, and
what difference it makes. (Dye, 1992)

Demokrasi dan Kebijakan


Publik
Dalam negara yang demokratis
kebijakan publik yang dibuat
mencerminkan aspirasi masyarakat
Sedangkan di negara yang belum
demokratis, terjadi distorsi yang
menghambat penyaluran aspirasi
masyarakat kepada pembuat
kebijakan.

Beberapa Teori Kebijakan


Publik
1.
2.
3.
4.

Elite Theory
Institutionalism
Group Theory
Political System Theory

Elite Theory
Adalah teori yang menganggap
kebijakan publik di suatu negara atau
daerah dibuat oleh ruling elite.
Berdasarkan nilai dan preferensi
mereka, rakyat banyak (massa) tidak
mempunyai akses dalam formulasi
maupun implementasi kebijakan.

Elite Theory
Elite theory berdasarkan pada asumsi
bahwa dalam negara yang bersangkutan,
sistem pemerintahannya belum didukung
oleh budaya politik yang demokratis.
Secara formal mungkin sistem
pemerintahannya adalah demokratis tetapi
dalam realitas belum berfungsi dengan
efektif
Thomas Dye dan Harmon Ziegler (1970)
mengatakan sebagai berikut:

1. Masyarakat terbagi dalam sekelompok kecil yang


sangat berkuasa dan sekelompok lain yang tidak
berdaya yang tergantung pada kemauan kelompok
kecil sebagai ruling elite tersebut
2. Kelompok elit yang berkuasa ini berasal dari
golongan menengah ke atas
3. Perpindahan dari kelompok non elit ke dalam
kelompok elit sangat terbatas untuk menjaga
stabilitas dan kelangsungan hidupnya. Hanya
mereka yang sudah menerima basic elite
consensus yang dapat diterima
4. Kebijakan publik dibuat untuk kepentingan ruling
elite, dan tidak mencerminkan kebutuhan dan
keinginan massa
5. Perubahan kebijakan publik hanya bersifat
inkremental dan tidak revolusioner
6. Kelompok elit lebih banyak mempengaruhi massa,
dari pada sebaliknya

Institusionalisme (1)
Adalah studi kebijakan berdasarkan
pendekatan formal terhadap peranan
institusi pemerintahan yang terkait dalam
formulasi dan implementasi suatu
kebijakan. Misalnya, dewan perwakilan
rakyat, eksekutif, badan peradilan dan
partai-partai politik. Aspek-aspek formal
dari institusi-institusi tersebut mencakup:
kewenangan hukum, peraturan prosedural,
fungsi-fungsi dan kegiatan-kegiatannya.

Institusionalisme (2)
Institutional Economics melihat kebijakan
ekonomi menurut peranan pemerintah dalam
mengatur kehidupan perekonomian untuk
mengoreksi kelemahan mekanisme pasar.
Seperti pengendalian perbankan agar tidak
melakukan penyaluran kredit secara berlebihan
kepada masyarakat sehingga menimbulkan
gejala bubble economy karena penyaluran
kredit tersebut hanya berdasarkan permintaan
semu. Contoh bahaya bubble economy adalah
kegagalan subprime mortgage di Amerika
Serikat yang menyulut krisis keuangan global

Group Theory
Adalah teori yang menganggap
kebijakan publik sebagai produk dari
perjuangan kelompok. Kebijakan publik
merupakan titik equilibrium dalam
suatu perjuangan antar kelompok.
Penekanan pada bagaimana peranan
political interests group dalam proses
formulasi dan implementasi kebijakan.

Pemerintahan yang
Demokratis
Berdasarkan prinsip of the people, by the
people, and for the people
Dalam masyarakat modern prinsip
tersebut tidak dapat diterapkan secara
langsung karena besarnya ruang lingkup,
fungsi dan tugas pemerintahan
Khususnya prinsip by the people tidak
dapat dilaksankan secara langsung,
tetapi melalui pemilihan dan penunjukan
(elected officials dan appointed officials)
serta para career officials atau birokrat

Political System
Adalah teori yang menganggap kebijakan
publik
Theory
sebagai respons sistem politik terhadap
permintaan yang muncul dalam masyarakat
lingkungannya. Input dari lingkungan berupa
permintaan (demands) dan dukungan
(supports). Dukungan ini dapat dalam bentuk
kepatuhan terhagap hukum, membayar pajak,
memilih dalam pemilu, dan sebagainya.
Selanjutnya, kebijakan (policy) dapat
mempengaruhi masyarakat dan pada gilirannya
akan mempengaruhi permintaan baru terhadap
para pembuat kebijakan.

ana
Sar

Ilm
u&

olo

Te
kn

asi
Bis
nis

gi

ian
nom
eko
Per

ts
u
Inp and/
m ort dll
e
D pp s
Su imit
LSM
L
Kebudayaan
Politik
Hubungan
Internasional

tik
oli

Ormas
POLICY
MAKING

Struktur
Sosial

Lingkungan Luar

iP
rta
Pa

Outputs

Iklim

Action

ic
h
ap s
r
og able
em ari
D V

Natural Resources
Topography

As
sos
i

Lingkungan Dalam

Public Problem
Public Demand
Policy Agenda
Policy Formulation:
Policy Analysis

Tidak masuk dalam


Policy Agenda

Policy
Process

Leave it alone
Tidak ada keputusan
kebijakan

Policy Decision
(keputusan
kebijakan)
Policy Statement

Positive Action

Policy
Implementation
Policy Output
Policy Evaluation
Feedback

a)

Those who initiate and


maintain process
b) Effect on state of society

Jenis Kebijakan Publik


DISTRIBUTIF
Yaitu kebijakan publik yang bertujuan untuk
memberi fasilitas dan pelayanan bagi
golongan penduduk tertentu

PENGATURAN (Regulatory)
Yaitu kebijakan publik yang bertujuan
mengatur kehidupan masyarakat melalui
pembatasan kebebasan bertindak dari
subject (golongan penduduk) untuk
mengurangi pertentangan diantara
golongan yang bersaingan
Contoh: Anti Trust Legislation, Perlindungan
Lingkungan Hidup

Jenis Kebijakan Publik


REDISTRIBUSI
Yaitu kebijakan publik yang bertujuan untuk
merubah alokasi kemakmuran, pendapatan
dan hak diantara berbagai kelompok dan kelas
dalam masyarakat
Contoh: Perpajakan yang progresif, Jaminan
Sosial

SELF-REGULATORY
Yaitu kebijakan yang diusahakan dan didukung
oleh kelompok kepentingan untuk memajukan
dan melindungi kepentingan mereka
Contoh: Izin Praktek oleh Asosiasi Professional,
seperti IDI

Delapan Kriteria Dalam


Menilai Usulan Kebijakan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Efisiensi
Efektivitas
Equity
Equality
Public Participation
Freedom
Predictability
Procedural Fairness

EFISIENSI yaitu tentang sampai seberapa jauh


suatu kebijakan publik menghasilkan sejumlah
besar output untuk sejumlah kecil input
Efisiensi = O/I = Benefits/Costs
EFEKTIVITAS yaitu tentang sampai seberapa
jauh suatu kebijakan publik mencapai tujuan
yang diinginkan
EQUITY yaitu tentang sampai seberapa jauh
penyebaran benefits dan costs diantara
berbagai kelompok, daerah/wilayah ditinjau dari
segi proporsi jumlah penduduk, kebutuhan, dsb.
EQUALITY yaitu sampai seberapa jauh
penyebaran benefits dan costs diantara
berbagai kelompok dan daerah/wilayah
sehingga masing-masing memperoleh bagian
manfaat dan biaya yang sama

PUBLIC PARTICIPATION yaitu sampai seberapa


jauh mayoritas penduduk yang berkepentingan
mempunyai pengaruh terhadap formulasi dan
implementasi kebijakan publik. Sebaliknya,
sampai seberapa jauh pandangan minoritas
diberi kesempatan mempengaruhi pihak
mayoritas
FREEDOM sampai seberapa jauh kebebasan
hidup dan berusaha dijamin
PREDICTABILITY yaitu sampai seberapa jauh
kebijakan publik dilaksanakan secara objektif
dan anggota masyarakat yang berkepentingan
dapat mengetahui sebelumnya apa cakupan
dan arah kebijakan tersebut
PROCEDURAL FAIRNESS yaitu sampai seberapa
jauh orang yang terkena dampak kebijakan
publik dapat mempertahankan dirinya dari
perlakuan sebagai orang yang tidak perlu
ditolong. Misalnya, kasus welfare policy.

Bagaimana Cara
Mengukur Peningkatan
Kemakmuran
Masyarakat
PARETO
OPTIMALITY
Kemakmuran masyarakat meningkat apabila paling
sedikit satu orang bertambah makmur (better off)
dengan tidak menyebabkan orang lain bertambah
miskin (worse off).

KALDOR-HICKS CRITERION
Kemakmuran masyarakat meningkat apabila orang
yang memperoleh manfaat dari kebijakan
publik/pembangunan (who gain) membantu orang
lain yang dirugikan (who lose) sehingga tidak ada
orang lain yang bertambah miskin apabila ada orang

Administrasi dan
Kebijakan Publik

The Classical Hierarchical Model


MAX WEBER

Birokrasi yang ideal adalah yang sangat rasional,


wewenang dan struktur berdasarkan hukum,
dikendalikan dari atas oleh sekelompok kecil
pembuat keputusan kebijakan. Implementasi
kebijakan dilakukan oleh bawahan (subordinate
administrator).

WOODROW WILSON
Kebijakan publik dibuat oleh politikus. Administrasi
(publik) yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip
manajemen ilmiah bersifat netral dan profesional,
berfungsi sebagai implementor kebijakan.

Classical Hierarchical
Formulasi kebijakan dan implementasi
Model
kebijakan adalah kegiatan yang terpisah dan

1.

berurutan
2. Formulasi kebijakan dan implementasi
kebijakan terpisah karena:
-

Adanya pembagian pekerjaan

3. A. Pembuat kebijakan mampu memulai proses


kebijakan karena mereka dapat menyetujui
prioritas antara tujuan-tujuan yang berbeda
B. Pelaksana (implementers) mempunyai
kemampuan teknis, kepatuhan dan
kemauan untuk melaksanakan kebijakan
4. Keputusan dalam tahap implementasi
kebijakan adalah bersifat teknis dan non politis
5. Proses kebijakan bersifat satu arah yaitu topdown hierarchical activities

Classical Hierarchical
Model
Policy Formulation: Politics
(Choose and Instruct)

Policy Implementation:
Administrative (Deliver)

POLICY OUTPUT
ASUMSI:
The ends or goals of administrative action were fixed by statue
or by directive of a responsible political official
The administrators discretion extended only to decision on

New Model: The Policy


Process As a System
ENVIRONMENT I
Policy Formulation

ARENA AND ACTORS

Linkages

ENVIRONMENT III
Policy Evaluation

ARENA AND ACTORS

Linkages

Linkages
ENVIRONMENT II
Policy Implementation

ARENA AND ACTORS

1.

2.

3.

New Model: The Policy Process As a


Proses kebijakan publik bersifat kompleks, tahap-tahap
System
formulasi, implementasi, dan evaluasi kebijakan adalah saling
tergantung (interdependent)
Proses kebijakan publik tidak bersifat mutually exclusive,
seorang pelaku (actor) dapat terlibat dalam berbagai tahap
kebijakan
Tiap tahap kebijakan mempunyai
Linkageslingkungan yang berbeda
ENVIRONMENT I
Policy Formulation

ENVIRONMENT III
Policy Evaluation

ARENA AND ACTORS

ARENA AND ACTORS

Linkages

Linkages
ENVIRONMENT II
Policy Implementation

ARENA AND ACTORS

ENVIRONMENT I:
Policy Formulation
Lingkungan ini dianggap paling formally structured
Terpusat pada mekanisme resmi pembuatan
keputusan kebijakan
Aktor/pelaku utama adalah para pembuat
keputusan kebijakan yang menduduki posisi
penting dalam pemerintahan yang mempunyai
kewenangan dalam penentuan prioritas dan alokasi
sumber daya
Anggota DPR
- Aktor/pelaku lain dari luar
Pejabat Tinggi
pemerintahan yang mewakili
Menteri
- Special Interest
Kepala Daerah
- Other Constituency Groups,
Presiden
misalnya LSM

Programmed
Implementatio
n
Tujuan-tujuan yang
ingin dicapai
dirumuskan secara
detail
Garis wewenang dan
tanggung jawab
diperjelas
Prosedur operasional di
standarisasikan

Adaptive
Implementation
Tujuan-tujuan
dirumuskan secara
umum
Semua pihak diberi
kesempatan untuk
berpartisipasi aktif
Pejabat pelaksana
diberi diskresi yang
cukup

Kriteria Perumusan Tujuan


Programmed
Implementation: SMART

Specific
Measurable
Attainable
Reality Based
Time Bound

Paling sedikit (minimum) pada tahap


formulasi (policy formulation/formation),
para pelaku (aktor) harus
mengidentifikasikan
1. General Policy Goals
a) The Problem Area
b) The Priority Area
c) A Population to be benefited

2. General Means to Achieve Policy Goals


a) Suggested approach by which goals are to be
achieved
b) The key actors who will carry out the policy
c) Resources to be expanded in carrying out the
policy
d) Possibly, suggest some indicators for measuring
benefits

Implementasi
Kebijakan
Hasil penelitian menunjukan
bahwa pada tahap

implementasi kebijakan tekanan politik ternyata


sangat kuat, dinamis dan kompleks
Berbagai pelaku/aktor yang terlibat: Policy Makers
Formal Implementers
- Mass Media
Lobbyists
- Interested Group
Penerima/sasaran kebijakan - Evaluator

Karena implementasi kebijakan biasanya tidak


dilakukan secara paksaan, maka para pelaku
resmi harus melakukan persuasi, negosiasi dan
kompromi dengan pelaku lain yang
berkepentingan
struktur organisasi dan norma-norma birokrasi
berpengaruh terhadap implementasi kebijakan

Evaluasi Kebijakan
Para pelaku yang terlibat dalam tahap perumusan
dan implementasi kebijakan, cenderung untuk
memandang evaluasi dari sudut asumsi dan prosedur
sehubungan dengan pencapaian tujuan utama.
POLICY MAKERS: cenderung memandang evaluasi
dari segi kepentingan constituents, karena kekuasaan
mereka tergantung pada dukungan rakyat yang
diwakili mereka. Cara evaluasi kebijakan adalah
melalui survei terhadap kepuasan rakyat.
POLICY IMPLEMENTERS: cenderung memandang
evaluasi dari segi keberhasilan mengelola program.
Karena itu ada kecenderungan untuk menguasai dan
mempengaruhi informasi yang diberikan pada policy
decision makers. Caranya:
1. Memilih data dan informasi yang mendukung kinerja
2. Memobilisasi dukungan terhadap kebijakan

Evaluasi Teknis
Evaluasi oleh pihak ketiga; yaitu oleh
evaluator profesional, lebih menekankan
pada cara evaluasi yang secara
metodologis dapat dipertanggung
jawabkan (scientifically valid findings)
Policy Makers dan atau implementers
akan menerima hasil evaluasi oleh
profesional sebagai evaluator teknis,
apabila dipenuhi persyaratan tertentu:
1. Tujuan yang diinginkan oleh policy makers telah
dipahami dengan benar oleh evaluator teknis;
2. Pencapaian tujuan diukur dengan obyektif
3. Laporan evaluasi menjelaskan hubungan antara
tujuan dengan hasil program

Sebaliknya, evaluator teknis hanya bisa


melaksanakan tugasnya, apabila:
1.
2.
3.
4.

Tujuan kebijakan jelas


Tujuan dapat diukur
Implementasi diarahkan untuk mencapai tujuan
Tersedia cukup data yang diperlukan

Meskipun evaluasi teknis bersifat obyektif,


hasil evaluasi mempunyai konsekuensi
terhadap policy makers maupun policy
implementers.

EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK


SEBAGAI KEGIATAN
FUNGSI MANAJEMEN

PENGERTIAN EVALUASI
Sebagai metode verifikasi bahwa suatu
teori/ide tidak bebas nilai, tetapi masih
mengandung asumsi-asumsi yang perlu
pembuktian (fakta dan data) dilapangan
Berusaha menilai apakah realisasi tujuan
(objectives) memberikan konstribusi
terhadap tujuan yang lebih luas (goals)
Menunjuk pada relevansi atau signifikansi
dari sebuah program atau proyek, apakah
membuahkan akibat yang dikehendaki
atau yang tidak di kehendaki

Dampak hanya dapat di ukur melalui


evaluasi akhir yang dilaksanakan
beberapa tahun sesudah proyek tersebut
dinyatakan selesai (multi years program)
Evaluasi dampak pada umumnya
bersifat model ex-post yaitu
dilaksanakan melalui evaluasi eksternal
(kecuali pada proyek-proyek yang
berdurasi jangka panjang, maka harus
tersedia proses implementasi yang
panjang pula)

EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK


Adalah suatu proses untuk menilai
seberapa jauh suatu kebijakan
membuahkan hasil yaitu dengan
membandingkan antara hasil yang
diperoleh dengan tujuan atau target
(aspek efektifitas kebijakan= hasil :
tujuan) atau perbandingan input :
output sebagai aspek efesiensi dari
kebijakan yang telah ditentukan

ASPEK-ASPEK EVALUASI KEBIJAKAN


PUBLIK
1.
2.
3.
4.

(Wibawa, 1994)
Proses pembuatan kebijakan
Proses Implementasi Kebijakan
Konsekuensi Kebijakan
Efektivitas Dampak Kebijakan

STUDI EVALUASI PADA UMUMNYA


MEMPERTANYAKAN TENTANG DUA
HAL :
PERTAMA: Siapa yang
melaksanakan evaluasi?
KEDUA: Pada tahap perencanaan
pembangunan atau bentuk
kebijakan yang manakah evaluasi
tersebut dilaksanakan?

BENTUK KEGIATAN
EVALUASI
EVALUASI INTERNAL
EVALUASI EKSTERNAL

EVALUASI INTERNAL
Dilaksanakan oleh pihak-pihak yang
terlibat langsung dalam persiapan
atau implementasi sebuah proyek

EVALUASI EKSTERNAL
Dilaksanakan oleh pihak-pihak yang
tidak terlibat langsung dalam
persiapan desain proyek atau
implementasinya

MODEL EVALUASI
BERDASAR SIAPA DAN
KAPAN ?
MODEL EVALUASI EX-ANTE atau
ASSESMENT
MODEL EVALUASI EX-POST
EVALUASI AKHIR (TOTAL/
KOMPREHENSIF)

MODEL EVALUASI EX-ANTE/ ASSESMENT:


Dilakukan sebelum persiapan dan
implementasi proyek dimulai
Evaluasi internal berlangsung sebelum
persiapan dan implementasi proyek
(identifikasi)
Evaluasi eksternal berlangsung
sebelum persiapan dan implementasi
proyek

MODEL EVALUASI EX-POST:


Dilakukan ketika proyek sedang
berjalan (selama persiapan dan
implementasi proyek)
Dilakukan pada evaluasi akhir
(sesudah persiapan rencana
berlangsung dan sesudah
implementasi rencana berlangsung)
Evaluasi internal dilakukan terhadap
persiapan dan implementasi proyek
(termasuk monitoring)

Evaluasi eksternal dilakukan atas


implementasi proyek
Evaluasi akhir internal dilakukan
setelah persiapan rencana dan
implementasi rencana
Evaluasi akhir eksternal dilakukan
setelah persiapan rencana
(appraisal) dan implementasi
rencana

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


DALAM EVALUASI DAMPAK
PROGRAM DAN PROYEK
Masalah biaya, waktu, dan prospek
keberhasilan sebagai perbaikan
keseluruhan (comprehensive
strategy)
Masalah pengembangan
kelembagaan (institution building)
sebagai perbaikan instrumen bagian2 (incremental strategy)

Adanya ukuran atau standar


pelaksanaan administrasi publik
(public administration
performance) dalam konteks
masukan (input), pengelolaan
(conversion), dan keluaran (output)
dengan memperhatikan aspek
produktivitas, efesiensi, efektivitas,
dan keuntungan ekonomi
(profitabilitas)

PERSYARATAN PERBAIKAN
STRATEGI KOMPREHENSIF DAN
TIME
INKREMENTAL
L
E
A
D
E
R
S
H
I
P

Menguntungkan

Menguntungkan

Tidak

Menguntungkan

Strategi
Komprehensif

Strategi
Inkremental

Tidak
Menguntungkan

Strategi
Inkremental

Tidak ada
strategi

KETERANGAN :
Strategi komprehensif melibatkan
seluruh organ pemerintah dan
komponen masyarakat secara lintas
sektoral
Strategi inkremental tidak melibatkan
seluruh organ pemerintah dan
komponen masyarakat (pembangunan
sektoral)
Tidak ada strategi atau sulit membuat
strategi, karena :

1. Dapat terjadi sebelum proses komitmen


pembangunan dimulai
2. Merupakan strategi jangka panjang
3. Prakarsa atau inisiasi datangnya dari
luar
4. Pendekatannya berupa proyek
percobaan (pilot project) dengan bentuk
proyek-2 kecil yang perubahannya dapat
di identifikasi sebelumnya secara mudah
5. Negara dalam keadaan sakit/krisis

FUNGSI MANAJEMEN
POAC
(George R. Terry)
PLANNING (Perencanaan)
ORGANIZING ( Pengorganisasian)
ACTUATING (Menggerakkan)
CONTROLLING (Pengawasan)

POSDCORB
(Luther Gullick)
PLANNING (Perencanaan)
ORGANIZING (Pengorganisasian)
STAFFING (Susunan Kepegawaian)
DIRECTING (Pengarahan)
COORDINATING (Pengkoordinasian)
REPORTING (Pelaporan)
BUDGETING (Penganggaran)

FPOCCC
(Lyndall Urwick)
FORECASTING (Peramalan Rasional)
PLANNING (Perencanaan)
ORGANIZING (Pengorganisasian)
COMMANDING ( Pengkomandoan)
COORDINATING (Pengkoordinasian)
CONTROLLING ( Pengawasan)

Policy Study

vs

Policy Analysis ?

Policy Studies, conducted mainly by


academics, relate to meta-policy and are
concerned with understanding public policy
processes.
Policy analyses are in comparison, pursued
by government officials or think tanks and
are generally directed at designing actual
policy

Policy Cycle
Agenda setting, refers to the process by which problems
come to the attention of government
Policy formulation, refers to the process by which policy
option are formulated within government
Decision-making, refers to the process by which
government adopt a particular course of action or nonaction
Policy implementation, refers to the process by which
government put policies into effect
Policy evaluation, refers to the processes by which the
result of policies are monitored by both state abd societal
actors, the result of which may be re-conceptualization of
policy problem and solutions.

THE POLICY CYCLE AND THE INFORMATION CYCLE


Problem Definition
Forecasting needs,
defining targets

Agenda
Setting

Termination

Policy Design
Defining nature
size, distributions
of problem

Decision
analysis

Political
feasibility analysis

Summative
evaluation

Impact
Source : W.Persons, 1997, public policy

Opinion polls,
surveys,
etc.
Policy
Formative
evaluation

Legitimation

Implementation

ISSUE ATTENTION CYCLES (IACs)


(Anthony Downs : 1972)
2 Alarmed discovery
Euphhoric enthusiasm

1 Pre - problem

3 Realizing cost of
significant progress

5 Post - problem

4 Gradual decline of
public interest

Issue cycles and organizational activity


Initiation/
succession

Peak of organization
activity

3
4

2
Public
Attention

Organization succession/
termination

5
1
Time

ANALISIS DAMPAK
PROGRAM DAN PROYEK

KERJA
KERAS

SASARAN MUTU

KERJA
CERDAS

SASARAN MUTU (SMART)


S = Specific, khusus
M = Measurable, dapat diukur/ dievaluasi
A = Achievable, dapat dicapai
R = Realistic, Relevant, berorientasi pada
pencapaian tujuan dan hasil (ouput,
outcome)
T = Time Frame, Time Lines, Time Bound, Time
Schedule, ada batas waktu yang jelas
untuk
pencapaian tujuan (mutu) yang telah
ditentukan (standar-kan) tersebut

MODEL KERANGKA KERJA


PEMBERDAYAAN
(Cook and Macaulay, 1997)

Akronim ACTORS
A = Authority (wewenang)

C = Confidency and Competence (rasa


percaya
diri dan kemampuan diri)
T = Trust (keyakinan, saling percaya)
O = Oppurtunities (kesempatan, peluang)
R = Responsibility ( tanggung jawab)
S = Support (dukungan)

También podría gustarte