Está en la página 1de 62

Desain

Problem
Solving Cycle
Demam
Berdarah
Mata Kuliah PBL
FKM UNDIP 2016

Program Penanggulangan dan


Pengendalian DBD
Beberapa Istilah dan Pengertian dalam
program DBD
Penderita Infeksi Virus Dengue ada 3:
-DD
-DBD
-DSS
Kasus DBD = DBD +DSS

PE = Penyelidikan Epidemiologi

Kegiatan penyelidikan yang teridiri dari ,


pemantauan jenik radius 100 meter dari titik
kasus DBD dan identifikasi tersangka pendeita
DBD lainnya.
Interpretasi Hasil PE =
Ditemukan penderita DBD lain atau ada
jentik dan penderita panas tanpa sebab yang
jelas > 3 orang maka melakukan :
- Penyuluhan 3 M Plus
- Larvasidasi
- Pengasapan/Fogging Fokus
Tidak ditemukan hanya melakukan
penyuluhan dan PSN dengan kegiatan 3M
Plus.

PSN (Pemberantasan Sarang


Nyamuk)
PSN

adalah kegiatan untuk


memberantas sarang nyamuk. Kegiatan
Teknisnya adalah menguras, menyikat
dan Mengubur ( 3M Plus) plus Tdak
menggantung baju, Larvasida.
Siapa yang melakukan PSN ? Warga
masyarakat, bukan kader. Kader
biasanya melakukan pemantauan jentik
ke rumah warga.

Kegiatan Pemantauan Jentik


jentik oleh Kader bertujuan
untuk mengevaluasi pelaksanaan PSN yang
dilakukan oleh warga masyarakat.
Hasil pemantauan jentik akan
menghasilkan angka ABJ (Angka Bebas
Jentik)
ABJ = Prosentase rumah bebas jentik,
diantara rumah yang diperiksa.
Nilai ABJ merefleksikan risiko adanya
transmisi.
Nilai ABJ < 95% = berisiko terjadinya
Transmisi
Pemantauan

Kriteria standar Kasus


DBD
Demam

mendaak 2-7 hari ( 40 oC) tanpa sebab

jelas
Tanda2 perdarahan atau pembesaran hati Uji
torniquet (+)
Trombositopenia (Trombosit 100 000/l atau
kurang)
Hemokonsentrasi (Hematokrit meningkat
20%atau lebih.
Dapat dilakukan pemeriksaan di tingkat
Puskesmas. apakah Pusk. Tsb mampu
melakukan..?

Mekanisme Penularan DBD

Trans Ovarial

Vektor DBD

Siklus Hidup Nyamuk Aedes

Surveilans DBD
Surveillance is the ongoing
systematic,
collection,
collation,
analysis
and
interpretation of data; and the
dissemination of information to
those who need to know in
order that action may be taken.

Surveillance: Prinsip Dasar


System Yan Kes
Data

Public Health
Authority
Reporting
Informasi

Evaluatio
n

Analysis &
Interpretati
on

Feedback
Action

Keputus
an

Implementation:
How do you to
do it?

Public Health
Approach

Intervention
Evaluation:
What
works?

Risk Factor
Identification:
What is the
cause?
Surveillance:
What
is the
problem?

Problem

Respons
e

rdasarkan data yang ada kita dapat melakukan identifikasi masa

Sistem Surveilans DBD Kota Semarang

PHOTO ALBUM
by KALANDARA

Jenis Data dalam Surveilans DBD


Kasus DBD = DD, DBD, DSS
Perlu adanya konfirmasi, berapa jumlah yg sesungguhnya. Validitas
penting.
Data ini menunjukkan banyaknya kasus yg ada pada periode tertentu.
Bentuk data ini ada beberapa :
Jumlah Kasus (absolut)
Angka Kejadian (IR= Insiden Rate)
IR= (Jumlah Kasus/penduduk) x Konstanta
- Jumlah Kematian absolut atau jumlah yang mati dan relatif yaitu
berapa yg mati dari seluruh penderita CFR (Case Fatality Rate)
Data Vektor
ABJ = Angka Bebas Jentik (prosentase rumah positif jentik diantara
rumah yg diperiksa.
CI= Container Indeks ( Prosentase Kontainer positif diantara jumlah
kontainer yg diperiksa.

Sumber data
ABJ
PJR = Pemantauan Jentik Rutin biasanya dilakukan
oleh kader.
2. PJB= Pemantauan jentik Berkala dilakukan oleh
puskesmas. Sebaga upaya untuk kontrol dari kegiatan
PJR.
3. PJR oleh Gasurkes
4. Survei Primer metode yg representatif..!
Coba gali metode mereka dalam melakukan pemantuan
Jentik. Apakah Rutin? Apakah sampling pemeriksaan
Representatif menggambarkan risiko penularan di wilayah
yg dimaksud? Apakah pemantauan sudah sesuai..?
menggambarkan tingkat risiko transmisi virus dengue?
1.

Jenis Data lainnya


Cakupan

PE = Berapa kegiatan PE yang


dilakukan . Data ini biasanya jarang dilakukan
dan tersedia data sekunder dengan rapi.
Bila di kelurahan tersebut tidak ada kasus DBD,
maka bisa dilihat data kasus DBD yg pernah
ada, minimal periode sebelumnya. Upayakan
mahasiswa dapat melakukan cross check
sepanjang masih feasible.

Ketepatan Waktu PE = PE harus dilakukan


minimal 2 x 24 sejak laporan Kasus masuk.
Hitung prosentase ketepatan waktu PE.

Kecepatan Tindak Lanjut PE.


Hasil kegiatan PE akan memberikan rekomendasi
tindak lanjut.
Tanyakan standar minimal utuk kegiatan ini,
karena bisa jadi berubah disesuaikan dg kondisi
yg ada. Dan setiap daerah bisa saja beda.

Dan bandingkan dengan fakta nya, kapan RTL


dilakukan. Misal PSN dan abatisasi selektif
ataupun fogging fokus.
Data lainnya yang penting adalah ketepatan
laporan kasus. Kasus harus dilaporkan
maksimal 1 x 24 jam ke Dinkes.

PROBLEM SOLVING
CYCLE
PENYAKIT DBD

Setiap Kelompok ditempatkan di satu


Kelurahan
Digali dari sisi Komunitas (Masyarakat)
dan Institusi.
Penggalian Topik antara aspek Komunitas
dan Institusi dapat linier pada Prioritas
masalah yang sama atau boleh berbeda.
Untuk Aspek Komunitas, Masalah DBD
akan fokus pada Malasah ABJ (Angka
Bebas Jentik).

TAHAPAN KEGIATAN PBL

Identifikasi Masalah DBD


Pada

Tahapan ini, mahasiswa harus mampu


memahami parameter / indikator kinerja program
DBD.
Berdasarkan parameter ini, Mhs akan dapat
mengidentifikasi masalah terkait DBD.
Mahasiswa mampu mencari data / paramater
program DBD dengan kualitas validitas yang terbaik
yg dapat dilakukan.
Khusus ABJ sebaiknya Primer, bila sumber lainnya ada
kelemahan dalam menggambarkan risiko penularan.
sudah tahu caranya..?
Parameter program yg dimaksud :
Jumlah Kasus, IR, CFR, ABJ, Caupan PE, Ketepatan
laporan Kasus, Kecepatan PE, Kecepatan RTL hasil PE
dll yg terkait.

Identifikasi masalah DBD

Langkah awal Kunci


keberhasilan selanjutnya!
Lakukan

identifikasi sumber data yang kita


butuhkan.
Lakukan pembagian tugas anggota
kelompok untuk melakukan pendekatan
Lakukan Kulonuwun kepada stakeholders
terkait.
Bertingkah laku yang sopan dan rendah
hati,
Pakailah seragam Jas Undip dalam setiap
kegiatan.

Jenis2 Data/ Parameter


Program
Jumlah

Identifikasi masalah DBD

Kasus (Penderita DBD) selama 3


periode di Kelurahan tersebut.
Nilai IR (insiden Rate) min 3 periode.
ABJ = baik sumber dari Gasurkes, Kader dan
atau PJB Puskesmas. Semala minimal 3
periode. Dan hasil survei Primer. Dalam
lingkup Desa / kelurahan yang menjadi
tempat PBL.
Cakupan (covered PE) nakes terhadap Kasus
DBD di wilayah Kelurahan tersebut atau
wilayah Puskesmas. Bagaimana data ini
selama minimal 3 periode. Dibuktikan dengan
Laporan hasil PE.

Identifikasi masalah DBD

Parameter Program
Ketepatan

Waktu Pelaksanaan PE
(2x24 jam). Time Laps Info ini dapat
dilakukan dengan membandingkan
waktu pelaksanaan PE dan Kapan Kasus
Sakit.
Ketepatan Laporan Kasus DBD dari
RS/ ke Dinkes Puskesmas
Parameter diatas Mahasiswa dapat
memehaminya.

Proses Prioritas Masalah ?


ABJ

Untuk Aspek Komunitas, kemudian digali


akar penyebab masalahnya?
Akankah memilih salah satu/ dua wilayah RW
dengan ABJ ter rendah saja yg akan diikuti
tahap berikutnya?
== Lakukanlah Seoptimal mungkin hasil kinerja
kelompok bukan dicari kumudahannya, DPL akan
menilai Tinggi sesuai capaian kelompok.=====

Proses Pengumpulan Data yang


dibutuhkan sudah cukup komplit

ABJ Untuk aspek Komunitas


Buatlah Kerangka Teori Based On ABJ

Langkah identifikasi masalah


ABJ
Buatlah

Kerangka teori/ mind map/ fish


bone analisis; untuk membantu mahasiswa
dalam mengidentifikasi data apa saja yang
erlu di cari dan memudahkan identifikasi
masalahnya.

Ambillah

ABJ sebagai prioritas masalah


dalam pendekatan aspek komunitas.

Untuk

aspek institusi, boleh linier


dengan masalah ABJ ataupun boleh
mengambil masalah lainnya selain ABJ.

Kalau

mengambil ABJ sebagai fokus


masalah,
maka
Mahasiswa
mulai
mengidentifikasi permasalahan yang
terkait ABJ di lingkungan kelurahan
setempat.

Dukungan
Perangkat

Jumlah
SDM
Dukungan
Nakes

Keberada
an Kader

ABJ Belum
Optimal

Anggaran

Pengetah
uan
rendah

Keaktifan
Kader

Masalah
Air bersih

Rumah
Kosong

Sosialisasi
kurang
Ini Hanya contoh saja, Anda bisa buat dengan variabel
lainnya. Atau mengacu pada teori HL.Blum

Kerangka

teori diatas, sebagai panduan.


Mahasiswa harus mengidentifikasi informasi
apa saja, kemudian mahasiswa melakukan
perencanaan untuk menggali informasi diatas.

Perencanaan

yang diamaksud adalah:


menyususn intsrumen ( Kuesioner) ataupun
sampling dan menentukan sasaran yang
benar.
Konsultasikan Kuesioner/ instrumen dan atau
metode untuk menggali permasalahan terkait
ABJ.

Proses Pengumpulan Data


yang dibutuhkan sudah
cukup komplit
Selanjutnya

Proses Prioritas
Masalah

Hasil survei dan penggalian masalah ABJ


Sebanyak

65% masyarakat sudah cukup baik


pengetahuannya tentang DBD dn cara
pencegahannya.
ABJ 60% di wilayah tersebut.
Pemantauan oleh kader pernah ada, namun tidak
rutin.
Jumlah kader minim, dan perlu regenerasi.
Kader sudah merasa bosan, merasa masyarakat
sulit di beritahu.
Dungan Perangkat Kelurahan dan RW/RT belum
optimal.
Ada dua rumah kosong yang sulit dipantau
jentiknya.

2. Tabel Matriks MCUA Prioritas Masalah ABJ


Masalah ABJ
Bobo
Kriteria

Pengetahuan

Keaktifan

Ada rumah

masyarakat

Kader

kosong

(%)
S

SxB

SxB

SxB

Gawat

40

1,2

1,2

0.8

Besar

35

0,7

1,4

0,7

Trend

25

0,25

0,75

0,5

Jumlah S x B

2,15

3,35

Penentuan

Bobot dan Skor harus konsisten.


Total Bobot = 100%
Skor
= 1- 4 . Dalam pemberian skor
berdasarkan data yang ada.

Perlu diperhatikan, bahwa dalam melakukan prioritas


masalah ABJ, perlu dukungan data yang terukur dari
hasil identifikasi informasi sebelumnya, bukan hanya
berdasarkan asumsi teori.
Sebagai contoh, Keaktifan Kader merupakan prioritas
utama masalah dari ABJ yang rendah. Dibolehkan
juga ambil dua prioritas utk di tindak lanjuti ke
intervensi.
Langkah
selanjutnya,
mahasiswa
melakukan
identifikasi Penyebab masalah dari keaktifan kader
rendah tadi.

Untuk

mengidentifikasi akar penyebab


masalah dari Keaktifan kader yang rendah,
mahasiswa biasa melakukan pendekalatan
kualitatif, dengan mengadakan FGD atau
indepth Interviewe.

Atau

mahasiswa bisa mengantisipasinya pasa


saat survei sebelumnya , sudah disisipi
pertanyaan untuk menggalai ini.
Maka akan ketemulah Beberapa Penyebab
dari Keaktifan kader yang rendah.

Misalnya dari hasil penggalian penyebab


Keaktifan kader yang rendah sbb:
Jumlah

kader relatif sedikit


Yang biasa aktif sudah sepuh (tua)
Kader merasa putus asa, masyarakat sulit.
Dukungan Kelurahan/RW/RT rendah
Kelurahan/RW/RT kurang sosialisasi disetiap
kesempatan.

Akar penyebab Keaktifan


kader sudah terungkap!
Langkah selanjutnya adalah : menentukan
prioritas, atau kalau dianggap relatif sedikit
penyebabnya, maka bisa langsung untuk mencari
alternatif solusinya.
Boleh juga dilakukan Prioritas akar penyebab
masalah Keaktifan kader rendah. MCUA
Untuk mencari alternatif solusinya, maka
sebaiknya melibatkan stakeholders setempat.
Stakeholders = Orang/istitusi yang punya
kemampuan dan kemauan untuk bisa
berkontribusi di dalam penyelesaian masalah.

2. ANALISIS PRIORITAS PENYEBAB


Tabel Matriks MCUA Prioritas Penyebab Pengetahuan
Masalah Keaktifan Kader
Kriteria

Bob
ot
(%)

Jml kader

SxB

Kader Putus asa

SxB

Dukungan
Perangkat

SxB

Gawat

40

1,2

1,2

1,2

Besar

35

1,4

1,4

1,05

Trend

25

0,75

0,5

0,5

Jumlah S x B

3,35

3,1

2,75

Kapan akan dilakukan


penggalian alternatif solusi?
Bila

waktu dan kondisinya memungkinkan,


bisa saja lansung dilakukan penggalian
alternatif solusi.
Atau bila responden atau anggota FGD blm
memadai, maka bisa dirancang untuk
melakukan pertemuan yang lebih sesuai
untuk menggali alternatif solusi
Teknik atau metode nya sebaiknya dengan
Metode Fasilitasi.

Penyebab Masalah

Solusi Masalah

Dari contoh diatas, sebagai prioritas penyebab


adalah jumlah kader yang kurang disusul kader
putus asa karena masyarakat Sulit.

Bagaimana menyusus dan mengidentifikasi


Alternatif Solusi ????
Melakukan koordinasi dengan stake holder terkait,
identifikasi kegiatan apa yang sudah dilakukan
sebelumnya terkait sosialisasi, lalu identifikasi
kelamahannya apa. Bersama stake holder yang
ada lakukan fasilitasi untuk mengidentifikasi
intervensi yang feasible dilakukan dan sekaligus
menentukan
prioritas
intervensinya.
-
Penyusunan POA

Solusi malasah sudah disepakati


bersama lalu..?
Setelah

solusi masalah disepakati (melalui


metode Fasilitas dan atau advokasi/ kualitatif),
maka selanjutnya dibuatkan Dokumen POA.
POA se rinci / teknis mungkin sebagai acuan
dalam melaksanakan kegiatan intervensi.

Contoh diatas kan sudut pandang aspek


komunitas, bagaimana dengan aspek
institusi?
Untuk

Aspek Institusi boleh linier dengan


masalah ABJ yang rendah. sehingga dalam
pembuatan mid map di awal sudah
mengidentifikasi aspek institusi yang
mungkin masih bermasalah dan
berkontribusi menyebabkan ABJ yang rendah.
Atau memanfaatkan data, Cakupan PE,
Ketepatan waktu PE, Kecepatan RTL hasil PE
baru kemudian dilakukan prioritas
masalah.

Tahapan Problem Solving DBD Aspek Institusi


Berdasarkan tahapan awal, maka kita bisa lihat
beberapa parameter/ Data kinerja program DBD
yang sudah didapatkan oleh kelompok. Seperti :
Kecepatan Laporan Kasus DBD yg diterima
Puskesmas,
Cakupan PE,
Kecepatan Pelaksanaan PE,
Kecepatan Laporan PE ke Dinkes,
Kecepatan RTL hasil PE?

Contoh Priortas Malasah DBD Aspek Institusi :


Dari hasil penggalian informasi parameter/ data program
DBD di Puskesmas dan atau kelurahan setempat, maka
sebagai contoh dihasilkan data sebagai berikut :
Cakukan

PE = dar sejumlah kasus yang ada ternyata


hanya 75% kasus DBD yang dapat dilakukan PE.
Masih terjadi keterlambatan laporan kasus DBD masuk
ke Puskesmas.
keterlambatan pelaksanaan PE juga masih ditemukan
20% PE tdk sesuai pelaksanaannya.
Kecepatan RTL hasil PE sudah cukup baik.
Buatlah Matrik MCUA utk prioritas Masalah DBD
aspek Institusi!!!!

Masalah DBD Aspek Institusi


Kriteria

Bobot
(%)

Cakupan PE

Keterlambatan
Laporan

Kecepatan PE

SxB

SxB

SxB

Gawat

40

1,6

1,2

1,2

Besar

35

1,05

0,35

0,35

Trend

25

0,5

0,5

0,5

Jumlah S x B

3,15

2,05

2,05

Prioritas Masalah DBD Aspek Institusi


Contoh diatas menunjukkan bahwa prioritas masalah
DBD aspek Institusi yaitu Cakupan PE.
Buatlah Kerangka teori/ Mind Map/ Fishbone analysis
untuk mengetahui secara teori aspek apa saja yang
terkait dengan Cakupan PE yang rendah..?
Fishbone diatas sebagai panduan untuk membuat
instrumen dan menidentifikasi informasi apa saja
yang akan digali untuk menemukan akar penyebab
masalah dari Cakupan PE yang rendah.
Buatlah perencanaan untuk penggalian informasi2
diatas. Apakah secara kalitatif maupun kuantitatif.

Dukungan
Pimpinan
Rangkap
Jabatan

Motivasi Kerja

Jumlah
Petugas

Cakupan
PE

Lama Kerja

Pengetahuan
Petugas

Pelatihan

Pendidikan

Insentif
Alamat tdk
Jelas
Dana
Operasional
PE

Contoh: MindMap Faktor yang berhubungan dengan Cakupan PE


yang Rendah. Anda tdk harus sama dengan ini.

MindMap diatas adalah contoh saja dan Anda bisa


mengali lebih lengkap lagi.
Berdasarkan MindMad tapi, maka Anda sudah bisa
mengidentifikasi informasi apa saja yg akan digali,
serta menentukan siapa sumber informasinya
(orangnya).
Rencanakan metode apa yang akan dipakai untuk
menggali info tersebut? Kulitatif atau kuantitatif?
Bila Kualitatif, rencanakan dengan baik siapa saja
yang akan dikumpulkan.
Apakah sekalian akan merumuskan soslusinya?
Silahkan dipersiapkan metode dan skenario nya..!

Lanjutkan

dengan dokumen POA setelah


disepakati solusi yang akan dilakukan.
Lakukan Intervensi / Rekomendari
Evaluasi..

Selamat Belajar
Arie
Terima Kasih

Contoh Proses yang


salah

2. ANALISIS PRIORITAS MASALAH


Tabel Matriks MCUA Prioritas Masalah DBD
Masalah DBD
Kriteria

Bobot

ABJ

(%)
S

Ketepatan PE

SxB

SxB

Gawat

40

1,6

1,6

Besar

35

0,7

0,35

Trend

25

0,5

0,25

Jumlah S x B

2,8

2,2

Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh bahwa penyebab


ABJ belum optimal dari segi masyarakat yaitu KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) oleh kader
kurang.

???

Padahal PJR sdh lama dilakukan oleh kader dan juga


pemberian KIE(Kader Mengeluh)

4. ANALISIS PRIORITAS KELAYAKAN SOLUSI MASYARAKAT


KIE oleh
Kader masih
kurang
Mengganti bak
mandi dengan
ember

Pemberian sanksi
terhadap rumah
yang terdapat
jentik

Penggunaan
media
penyuluhan

Diagram How-How Alternatif Solusi Masalah KIE oleh Kader

POA (Plan of Action) MASYARAKAT

Nama

Program: GEGANTIK (Gerakan Anti Nyamuk


Awasi Jentik)
Isi Kegiatan:
1. GEGANTIK 1 ( Media Penyuluhan Leaflet)
2. GEGANTIK 2 (Reward Stiker Rumah Bebas Jentik)
3. GEGANTIK 3 ( Inovasi Pembuatan Taman Anti
Nyamuk Keluarga dengan Pemanfaatan Bahan Bekas)

Ada yang Janggal..?


Kesesuaian

Fish Bone tidak sama


dengan hasil prioritas penyebab?
Intrumennya tdk sesuai fish bone..?
Atau salah responden?
Kelayakan Soslusi dari hasil kegiatan
apa?
Apakah belum ada leaflet yg dibagikan
sebelumnya..?
Mengapa bisa terjadi hal demikian?
???

Solusi Untuk Aspek Masyarakat fokus di


ABJ langsung. Mid Map / Kerangka teori.
Mengapa ABJ Rendah
Kerangka

teori akan lebih detil, tidak


harus dengan HL.Blum kan?
Instrumen akan lebih fokus ke aspek
masyarakat.

Pendidikan

KIE Nakes

Dukungan
Perangkat

Dukungan
Perangkat

Pengetahuan
Pemantauan
Jentik

Persepsi

ABJ Rendah
Banyak
Tandon air

Kesulitas Air
Air Tdk Lancar

Debit sedikit

Pendekatan Teori HBM atau


Green.

Untuk Menggali Penyebab,


Bisa dengan Kuantitatif
maupun Kualitatif

Penggalian akan Lebih Tajam


dan sejalan dengan Program

Kasus lainnya

Materi yang bisa di share :


1. PPT, ringkasan Pembekalan
2. Renstra Kemenkes 2015-2019,
3. Manajemen DBDB, Kemenkes 2011
4. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di Kabupaten/ Kota.
SOAL :
5. Jelaskan jenis data / parameter dalam program
DBD, dan bagaimana cara mencarinya .
6. Ada dua macam Rekomendasi dari hasil
laporan kegiatan PE DBD, sebutkan dan
jelaskan..!

También podría gustarte