Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
+A3
Robert Tupan Us Abatan 102012335
Gracita Geminica
102013042
102013083
Ghereetha
102013158
William Teng
102013193
102013431
102013441
Skenario 8
Seorang laki-laki 45 tahun
datang tanpa keluhan
membawa hasil
labaoratorium. Pasien
melakukan tes kesehatan
didapatkan HBsAg postif. Pada
Pemeriksaan fisik tidak ada
kelainan. Laboratorium :
SGOT 12 u/L, SGPT 11 u/L
Rumusan Masalah
Laki-laki 45 tahun datang tanpa
keluhan hanya membawa hasil
laboratorium yaitu HbsAg positif.
Mind Map
Prognosis
Anamnesis
Komplikasi
Rumusan
Masalah
Patofisiologi
Penatalaksan
aan
Epidemiol
ogi&
Etiologi
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaa
n Penunjang
WD & DD
Anamnesis
Identitas Diri Pasien
Keluhan Utama
Apakah ada kuning (ikterus)?
Apakah pasien demam,
fatique,myalgia,malaise. Sakit
kepala,anoreksia,dan nausea
pasien mengalami
hemetemesis melena
Nyeri kuadran kanan atas
adakah bengkak, perut
membuncit,berat badan
turun,gatal-gatal
warna urin dan warna tinja
Pasien hanya
membawa hasil
Lab HBsAG (+)
Tidak ada Keluhan
Hepatobilier
Pemeriksaan
Fisik
Keadaan Umum , TTV
Inspeksi
Lihat apakah ada sklera ikterik atau kulit dan mukosa yang tampak
kuning.
Kemudian dilihat apakah ada bekas garukan.
Perhatikan juga apakah ada bekas suntikan.
Palpasi
Tentukan apakah ada pembesaran dari hepar.
Tentukan juga konsistensi dari hepar dan tepinya.
Perkusi & Auskultasi
Lakukan pemeriksaan pekak berpindah
Auskultasi dapat juga dilakukan untuk mengetahui apakah ada
bruit hepar atau tidak.
Pemeriksaan Penunjang
HBsAg Positif
Diagnosa Kerja
Hepatitis B
kronik Carrier
Diagnosa
Banding
Hepatitis B Kronik Aktif
SGPT sering lebih tinggi dari SGOT.
HBV DNA terdeteksi
HBsAg dan anti HBc menjadi positif, terjadi hipoalbuminemia, dan
pemanjangan masa protrombin.
Hepatitis B kronik aktif juga dibagi lagi menjadi 2 berdasarkan
status HBeAg nya. Hepatitis B kronik HBeAg positif (HBV DNA
>20.000 IU/ml) menunjukkan adanya replikasi aktif sehingga status
infektivitasnya tinggi dan merupakan target terapi.
Sedangkan target terapi pada hepatitis B kronis HBeAg negatif (HBV
DNA >2.000 IU/ml) adalah penurunan angka dari HBV DNA.
Etiologi
Etiologi
Virus hepatitis B (HBV) adalah virus dari famili
Hepadnaviridae
dengan
genus
Orthohepadnavirus. Ukuran dari virus ini
adalah
42
nm
dan
memiliki
kapsid
ikosahedral. HBV juga memiliki envelop yang
merupakan protein suface antigen (HBsAg)
dan genom DNA rantai ganda sirkular.
Etiologi:
Hematogen seperti produk darah
Pemakaian narkoba suntik
Perinatal, dan hubungan seksual.
Epidemiologi
Menurut WHO, sedikitnya 350 juta penderita carrier hepatitis B
terdapat di seluruh dunia, 75%-nya berada di Asia Pasifik.
Diperkirakan setiap tahunnya terdapat 2 juta pasien meninggal
karena hepatitis B. Hepatitis B mencakup 1/3 kasus pada anak.
Indonesia 2,5% hingga 36,17%
Masa inkubasi 15-180 hari
1-5% dewasa, 90% neonatus dan 50% bayi hepatitis kronik
Patogenesis
Masuk
darah
ditunjukkan
limfosit
pada
infeksi
sel
permukaan
cytotoxic
hepatosit
sel
nekrosis
Ag
diserang
dan
radang
Patogenesis
Protein Core
(HBcAg)
Patogenesis
Infeksi Hepatitis B
kronik
HBsAg
Fase Immune
Clearance
HBeAg
Fase Residual
Parameter
Biokima
HBV DNA
AnitHBe
Gambaran Klinis
Sangat Bervariasi
Hepatitis B
kronik Aktif
Hepatitis B kronik
Carrier
HBsAg postif
dengan DNA HBV
rendah atau bisa
juga tidak
terdeteksi ALT
normal dan Tidak
Tata Laksana
- Terapi Simtomatik
jika Hasil Lab menunjukan HBeAg Positif
(+)
dan HBV DNA Terdeteksi Maka Harus
dilakukan Terapi Antiviral antara lain:
1. Lamivudin
2. Adefoir dipivoksil
Komplikasi
Hepatitis B kronik
Sirosis
Hati
HEPATOMA
Pencegahan
Perbaikan higiene dan sanitasi
Pencegahan penularan parenteral
Imunisasi
Vaksin Hepatitis B
HBIg ( Immunglobulin )
Prognosis
Perinatal 90% menjadi kronis
Dewasa 5% menjadi kronis,
95% sembuh sempurna
Hepatitis B kronis Sirosis
hepatis terjadi 2-5% & 8-10%
Kesimpulan
Dari hasil laboratorium yang dibawa oleh
pasien,
tidak
adanya
kelainan
pada
pemeriksaan fisik serta tidak adanya keluhan
dari pasien, maka diagnosis kerja pada kasus
tersebut adalah hepatitis B kronik inaktif.
Namun untuk mendapatkan diagnosis yang
lebih
pasti,
harus
dilakukan
beberapa
pemeriksaan laboratorium lebih lanjut. Selama
hasil pemeriksaan laboratorium tersebut
belum ada,
pemberian antiviral juga tidak
Hipotesis
Diterima
dianjurkan.