Está en la página 1de 53

GGN ADRENAL

Pituitary gland
Anterior and Posterior
Anterior hormones (FLAT-GP):
F FSH
L LH
A ACTH
T TSH
G GH
P Prolactin

Posterior hormones (OA) :


O Oxytocin
A ADH

HPA axis

Korteks adrenal mensintesis dan


mensekresi empat jenis hormon :
Glukokortikoid :
Glukokortikoid fisiologis yang disekresi
oleh adrenal manusia adalah kortisol.

Mineralokortikoid :
Mineralokortikoid yang fisiologis yang
diproduksi adalah aldosteron.

Androgen.
Estrogen.

Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan


keadan-keadaan seperti dibawah ini:
Metabolisme protein dan karbohidrat.
Glukokortikoid mempunyai efek katabolik
dan anti anabolik pada protein,
menyebabkan menurunnya kemampuan
sel-sel pembentuk protein untuk
mensistesis protein, sebagai akibatnya
terjadi kehilangan protein pada jaringan
seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan
tulang.

Secara klinis dapat ditemukan:


Kulit mengalami atropi dan mudah rusak, lukaluka sembuh dengan lambat.
Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit
menyebabkan tanda regang pada kulit berwarna
ungu (striae).
Otot-otot mengalami atropi dan menjadi lemah.
Penipisan dinding pembuluh darah dan
melemahnya jaringan penyokong vaskule
rmenyebabkan mudah timbul luka memar.
Matriks protein tulang menjadi rapuh dan
menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat
dengan mudah terjadi fraktur patologis.
Distribusi jaringan adiposa.
Distribusi jaringan adiposa terakumulasi di
daerah sentral tubuh.

Secara klinis dapat ditemukan:


Wajah bulan (moon face)
Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan
servikodorsal (punguk bison).
Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan
bawah yang kurus akibat atropi otot memberikan
penampilan klasik perupa penampilan
Chusingoid.

Elektrolit
Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu
besar dapat menyebabkan retensi natrium
dan pembuangan kalium.
Menyebabkan edema, hipokalemia dan
alkalosis metabolik.
Sistem kekebalan
Glukokortikoid mengganggu pembentukan
antibody humoral dan menghambat pusatpusat germinal limpa dan jaringan limpoid
pada respon primer terhadap anti gen.

Gangguan respon imunologik dapat


terjadi pada setiap tingkatan berikut ini:
Proses pengenalan antigen awal oleh
sel-sel sistem monosit makrofag
Induksi dan proleferasi limfosit imuno
kompeten
Produksi anti bodi
Reaksi peradangan
Menekan reaksi hipersensitifitas lambat.

Sekresi lambung
Sekresi asam hidroklorida dan pepsin
dapat meningkat.
Faktor-faktor protektif mukosa
dirubah oleh steroid dan faktor-faktor
ini dapat mempermudah terjadinya
tukak.

Fungsi otak
perubahan psikologik terjadi karena
kelebihan kortikosteroid, hal ini
ditandai dengan oleh ketidak stabilan
emosional, euforia, insomnia, dan
episode depresi singkat.

Eritropoesis
Involusi jaringan limfosit, rangsangan pelepasan
neutrofil dan peningkatan eritropoiesis
Efek farmakologis glukokortikoid adalah menekan
reaksi peradangan.
Glukokortikoid: dapat menghambat hiperemia,
ekstra vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas
kapiler, menghambat pelapasan kiniin yang
bersifat pasoaktif dan menkan fagositosis.
Penekanan peradangan sangat diperlukan, akan
tetapi terdapat efek anti inflamasi yang merugikan
penderita. Yaitu pada infeksi akut tubuh mungkin
tidak mampu melindungi diri sebagai layaknya
sementara menerima dosis farmakologik.

Disfungsi
kelenjar
adrenal
:
gangguan metabolic kelebihan /
defisiensi kelenjar adrenal.
Hiperfungsi kelenjar
adrenal
Hipofungsi Kelenjar
Adrenal

Hiperfungsi kelenjar
adrenal

Sindrom Cushing:
Sekresi berlebihan steroid adrenokortikal,
(kortisol.) Gejala klinis bisa juga
ditemukan oleh pemberian dosis
farmakologis kortikosteroid sintetik
Sindrom Adrenogenital:
Penyakit oleh kegagalan sebagian atau
menyeluruh, satu atau beberapa
enzim yang dibutuhkan untuk sintesis
steroid.

Hiperfungsi kelenjar
adrenal

Hiperaldosteronisme
a.Hiperaldosteronisme primer (Sindrom
Cohn):
Kelaianan yang disebabkan karena
hipersekresi aldesteron autoimun
b. Aldosteronisme sekunder:
Kelainan yang disebabkan karena
hipersekresi rennin primer, ini
disebabkan oleh hiperplasia sel juksta
glomerulus di ginjal.

Hipofungsi Kelenjar Adrenal


Insufisiensi Adrenogenital :
Insufisiensi Adrenokortikal Akut (krisis
adrenal):
Kelainan yang terjadi karena
defisiensi kortisol absolut atau relatif
yang terjadi mendadak sehubungan
sakit / stress.

Hipofungsi Kelenjar Adrenal


Insufisiensi Adrenokortikal Kronik Primer
(penyakit Addison):
Kelainan yang disebabkan karena kegagaln
kerja kortikosteroid tetapi relatif lebih
penting adalah defisiensi gluko dan
mineralokortikoid.
Insufisiensi Adreno Kortikal Sekunder:
Kelainan ini merupakan bagian dari
sindrom kegagalan hipofisis anterior respon
terhadap ACTH terhambat atau menahun
oleh karena atrofi adrenal.

Sindrom Cushing
suatu keadaan yang disebabkan oleh efek
metabolik gabungan dari peninggian kadar
glukokortikoid dalam darah yang menetap.
Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara
spontan atau karena pemberian dosis
farmakologik
senyawa-senyawa
gluko
kortikoid.
Gambaran klinis yang timbul akibat
peningkatan glukokortikoid plasma jangka
panjang
dalam
dosisi
farmakologik
(latrogen).

Etiologi
Sekresi kortisol atau kortikosteron yang
berlebihan,
kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan
hiperplasia korteks anak ginjal berupa
adenoma maupun carsinoma yang tidak
tergantung ACTH juga mengakibatkan
sindrom cushing.
Hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang
mengeluarkan ACTH.
Syndrom cushing yang disebabkan tumor
hipofisis disebut penyakit cushing

Sindrom cusing dapat diakibatkan oleh


pemberian glukortikoid jangka panjang
dalam dosis farmakologik (latrogen)
Sekresi kortisol yang berlebihan pada
gangguan aksis hipotalamus-hipofiseadrenal (spontan) pada sindrom cusing
spontan, hiperfungsi korteks adrenal
terjadi akibat rangsangan berlebihan oleh
ACTH
Sebab patologi adrenal yang
mengakibatkan produksi kortisol abnormal.

Etiology
Harvey Cushing in 1932
Endogenous Causes:
65% = pituitary = Females 5:1 ratio and ages
25% = adrenals25-40
10% = ectopic source (small cell lung ca),
non-pituitary, ACTH producing tumour
Exogenous Causes:
Iatrogenic Steroids (Asthma, RA, palliative)
Higher incidence in people with: DM,
Hypertension, Obesity and Osteoporosis

Sign&Sympt
om
SWEDISH
S Spinal tenderness
W Weight gain
E Easily bruise
D Diabetes
I Intercapsular fat
pad
S Striae
H Hypertension

Management
Always split in to:
Conservative
Medical
Surgical

Management
Drug therapy remains very important for normalising
cortisol levels. Medical treatment can also be used in
patients who are unwilling or unfit for surgery.
Metyrapone, ketoconazole, and mitotane can all be used
to lower cortisol by directly inhibiting synthesis and
secretion in the adrenal gland.

The treatment of choice in most patients is surgical


but the metabolic consequences increase the risk of
surgery:
increased tissue fragility
poor wound healing
HTN and DM

Surgical Treatment
Pituitary tumours:
trans-sphenoidal microsurgery. Radiation therapy may
be used as an adjunct for patients who are not cured.
Bilateral adrenalectomy may be necessary to control
toxic cortisol levels.

Adrenocortical tumours:
require surgical removal can develop Nelsons
Syndrome

Removal of neoplastic tissue is indicated for ectopic


ACTH production. Metastatic spread makes a surgical
cure unlikely or impossible. Bilateral adrenalectomy is
indicated if necessary to control toxic cortisol levels.

Hipofungsi Kelenjar
Adrenal

Insufisiensi Adrenokortikal Akut


(krisis adrenal):
Kelainan terjadi karena defisiensi
kortisol absolut atau relatif yang
mendadak sehubungan sakit / stress.
Insufisiensi Adrenokortikal Kronik
Primer (penyakit Addison):
Kelainan disebabkan karena kegagalan
kerja kortikosteroid atau defisiensi
gluko dan mineralo kortikoid.

Hipofungsi Kelenjar
Adrenal

Insufisiensi
Adreno
Kortikal
Sekunder:
Kelainan ini merupakan bagian dari
sindrom kegagalan hipofisis anterior
respon terhadap ACTH terhambat atau
menahun oleh karena atrofi adrenal.

Etiology
Dr Thomas Addison in 1855
True Addisons:
Affects 1 in 10000 in UK rare
Common presentation between 30 and 50
Affects women more
70-90% have autoimmune basis cytotoxic T cells
Clinical and biochemical insufficiency only occurs
once >90% of the gland is destroyed.
Primary = adrenals
Secondary = pituitary
Tertiary = hypothalamus

Etiology continued

TB (most common worldwide)


infections AIDS, fungal
Adrenal haemorrhage (caused by sepsis, meningitis)
Metastatic spread to adrenals
Amyloidosis (penumpukan protein langka dlm
jaringan)
Adrenalectomy
Genetic/congenital defects
Addsions = long term steroids leading to suppression
of HPA (Hyphofise Pituatary Adrenal) axis

Sign &Symptom

Management
C, M, S (no surgical)
Conservative = lifestyle

MedicAlert bracelet and steroid card.


Importance of not missing steroids.
Intercurrent illness - if tolerating oral medication then
the dose should be doubled until better

Medical = Replace steroids

Glucocorticoid replacement - hydrocortisone is the


mainstay of treatment; dose divided into two thirds in
the morning and one third in the late afternoon (thus
stimulating the normal diurnal adrenal rhythm).
Mineralocorticoid replacement - this is usually required
in primary adrenal insufficiency Fludrocortisone (what
else used for clue = elderly who fall)

Complications Addisonian
Crisis

severe dehydration
pale, cold, clammy skin
sweating
rapid, shallow breathing
dizziness
severe vomiting and diarrhoea
severe muscle weakness
headache
severe drowsiness or loss of consciousness
(mengantuk berat dan hilang kesadaran)
coma and death

Treatment of crisis

Medical emergency
Bloods, large bore cannula
Seek help if you suspect
Iv Hydrocortisone
Iv fluids
Iv glucose if needed

Prognosis
Depends upon the underlying cause
In those patients in whom the
prognosis is not affected by the
underlying pathology, replacement
therapy should result in a return to
health with a normal life expectancy.

ASUHAN KEPERAWATAN

DX pada Kasus Hyper


aldosteron
Kelebihan volume cairan b.d sekresi kortisol
berlebih karena sodium dan retensi cairan
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot dan
perubahan metabolisme protein
Resiko infeksi b.d penurunan respon imun,
respon inflamasi
Resiko cidera b.d kelemahan
Gangguan integritas kulit b.d kerusakan
proses penyembuhan, penipisan dan
kerapuhan kulit

Intervensi

Kelebihan volume cairan

1.Ukur intake
output
2.Hindari intake
cairan berlebih
ketika pasien
hipernatremia
3.Ukur TTV (TD, N,
RR) setiap 2 jam
4.Timbang BB klien
5.Monitor ECG
untuk
abnormalitas
(ketidakseimbang
an elektrolit)
6.Lakukan alih
baring setiap 2
jam

Rasional

1. Menunjukkan status volume sirkulasi terjadinya


perpindahan cairan

2. Upaya pembatasan utk mencegah


overload

3. Deteksi TD meningkat, nadi menurun dan


RR meningkat menunjukkan kelebihan cairan
4. Perubahan pada berat badan menunjukkan gangguan
keseimbangan cairan

5. Hipernatremi dan hipokalemi menunjukkan


indikasi kelebihan cairan terbaca pada EKG
(T wave)

6. Alih baring dapat memperbaiki


metabolisme.

Intoleransi aktivitas

Intervensi

1. Kaji kemampuan klien dalam


melakukan aktifitas
2. Tingkatkan tirah baring /
duduk
3. Catat adanya respon
terhadap aktivitas seperti
:takikardi, dispnea, fatique.
4. Tingkatkan keterlibatan
pasien dalam beraktivitas sesuai
kemampuannya
5. Berikan bantuan aktivitas
sesuai dengan kebutuhan
6. Berikan aktivitas hiburan
yang tepat seperti : menonton TV
dan mendengarkan radi

Rasional

1. Mengetahui tingkat
perkembangan klien dalam
melakukan aktivitas
2. Periode istirahat merupakan
tehnik penghematan energi
3. Respon tersebut
menunjukkan peningkatan O2,
kelelahan dan kelemahan
4. Menambah tingkat
keyakinan pasien dan harga
dirinya secar baik sesuai dengan
tingkat aktivitas yang ditoleransi
5. Memenuhi kebutuhan
aktivitas klien
6. Meningkatkan relaksasi dan

Resiko infeksi

Intervensi

1. Kaji tanda-tanda infeksi

2. Ukur TTV setiap 8 jam


3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
keperawatan
4. Batasi pengunjung sesuai
indikasi
5. Tempatkan klien pada ruang
isolasi sesuai indikasi
6. Pemberian antibiotik sesuai
indikasi

Rasional

1. Adanya tanda-tanda infeksi


(tumor, rubor, dolor, calor, fungsio
laesa) merupakan indicator
adanya infeksi
2. Suhu yang meningkat
merupan indicator adanya infeksi
3. Mencegah timbulnya infeksi
silang
4. Mengurangi pemajanan
terhadap patogen infeksi lain
5. Tehnik isolasi mungkin
diperlukan untuk mencegah
penyebaran/ melindungi pasien
dari proses infeksi lain
6. Terapi antibiotik untuk
mengurangi resiko terjadinya

Resiko cidera
Intervensi
1. Ciptakan lingkungan yang
protektif

2. Bantu klien saat ambulasi


3. Berikan penghalang tempat
tidur / tempat tidur dengan posisi
yang rendah
4. Anjurkan kepada klien untuk
istirahat secara adekuat dengan
aktivitas yang sedang
5. Anjurkan klien untuk diet
tinggi protein, kalsium dan
vitamin D
6. Kolaborasi pemberian obat-

Rasional
1. Lingkungan yang protektif
dapat mencegah jatuh, fraktur
dan cedera lainnya pada tulang
2. Kondisi yang lemah sangat
beresiko terjatuh
3. Menurunkan kemungkinan
adanya trauma
4. Memudahkan proses
penyembuhan

5. Untuk meminimalkan
pengurangan massa otot
6. Dapat meningkatkan istirahat.

Gangguan integritas kulit


Intervensi

1. Kaji ulang keadaan kulit


klien

2. Ubah posisi klien tiap 2


jam

3. Hindari penggunaan
plester

4. Berikan lotion non alergik


dan bantalan pada tonjolan
tulang dan kulit

Rasional

1. Mengetahui kelaianan /
perubahan kulit serta untuk
menentukan intervensi
selanjutnya
2. Meminimalkan / mengurangi
tekanan yang berlebihan didaerah
yang menonjol serta melancarkan
sirkulasi
3. Penggunaan plester dapat
menimbulkan iritasi dan luka pada
kulit yang rapuh
4. Lotion dapat mengurangi lecet
dan iritasi

Evaluasi
a. Kebutuhan volume cairan
kembali adekuat.
b. Klien toleransi terhadap aktivitas.
c. Infeksi tidak terjadi.
d. Cedera tidak terjadi.
e. Integritas kulit klien kembali
normal.

DX pada Hypo aldosteron


Kekurangan volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan cairan dan
elektrolit melalui ginjal.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan otot.
Harga diri rendah berhubungan dengan
hyperpigmentasi
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual, muntah dan diare
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung.

Kekurangan volume cairan dan elektrolit

Tujuan : Kebutuhan akan cairan dan


elektrolit pasien terpenuhi.
Kreteria hasil: Pasien
menunjukkan adanya perbaikan
keseimbangan cairan,Ditandai
dengan:Pengeluaran urineyang
adekuat(batas normal),tanda-tanda
vital stabil,tekanan nadi parifer
jelas,turgor kulit baik,pengisian
kapiler baik dan membran mukosa

Tindakan

Rasional

a. Dapatkan riwayat dari pasien atau


orang terdekat yang berhubungan
dengan lama dan intensitas dari
gejala yang muncul.
b. Kaji pasien mengenai rasa haus
kelelahan,nadi cepat,pengisian
kapiler memanjang turgor kulit
jelek,membran mukosa
kering.Catat warna kulit dan
temperaturnya.
c. Pantau tanda vital, catat
perubahan tekanan darah pada
perubahan posisi, kekuatan dari
nadi perifer.

a. Membantu memperkirakan volume


total airan

b.Untuk mengindikasikan
berlanjutnya hipovolemia dan
mempengaruhi kebutuhan volume
pengganti.

d. Ukur dan timbang berat badan


setiap hari.

c. Hipotensi postural merupakan


bagian hipovolemia akibat
kekurangan hormon aldosteron dan
penurunan curah jantung sebagai
akibat dari penurunan kortisol. Nadi
mungkin melemah yang mudah dapat
hilang.
d. Memberikan perkiraan kebutuhan
akan penggantian volume cairan dan
keefektifan pengobatan. Peningkatan
berat badan yang cepat disebabkan
oleh adanya retensi cairan dan
natrium yang berhubungan dengan
pengobatan steroid.

Intoleransi aktivitas
Tujuan :
selama perawatan gangguan
mobilisasi bisa di minimalisasi
sampai pasien bisa melakukan
aktifitas dengan baik.
Kriteria hasil:
Menunjukkan peningkatan klien dan
partisipasi dalam aktivitas setelah
dilakukan tindakan.

Tindakan

1. Kaji tingkat kelemahan


klien dan identifikasi
aktivitas yang dapat
dilakukan oleh klien.

Rasional

1. pasien biasanya telah


mengalami penurunan
tenaga kelemaan otot,
menjadi terus memburuk
setiap haRi karena proses
penyakit dan munculnya
ketidakseimbangan
natrium kalium.
2.Pantau TTV sebelum dan 2. kolapsnya sirkulasi
sesudah melakukan
dapat terjadi sebagai dari
aktivitas
stess, aktivitas jika curah
jantung berkurang.
3.mengurangi kelelahan
3.Sarana pasien untuk
dan menjaga ketenanagn
menentukan massa atau
pada jantung
periode antara istirahat
dan melakukan aktivitas

Harga diri rendah


Tujuan :
peningkatan kenyaman psikologis
dan fisiologis
Kriteria hasil:
Menggambarkan ansietas dan pola
kopingnya.

1. Bina hubungan
saling percaya.
2.Catat respon
verbal nonverbal
pasien.
3.Berikan aktivitas
yang dapat
menurunkanketegan
gan.
4.Jadwalkan
istirahat adekuat dan
periodemenghentika
n tidur

1.Komunikasiterapeu
tik dapat
memudahkan
tindakan.
2.
Mengetahuiperasaan
yang sedang dialami
klien.
3. Kondisirileks
dapat menurunkan
tingkat ancietas.
4.
Mengatasikelemahan

Gangguan Nutrisi Kurang


Tujuan :
Intake dan out put klien seimbang.
Kriteria hasil:
Klien akan menunjukkan intake
makan melalui keseimbangan diet,
Menunjukkan prilaku
mempertahankan pola nutrisi yang
adekuat

Tindakan

1. Buat jadwal masukan


tiap jam, anjurkan
mengukur cairan dan
minum sedikit demi sedikit
atau makan dengan
perlahan.
2. Timbang berat badan
setiap hari
3. Berikan makanan sedikit
tapi sering sesuai indikasi
4. Berikan diet dan
makanan ringan dengan
tambahan makanan yang
disukai bila ada kolaborasi.
5. Gunakan susu biasa dari
pada susu krim, bila susu
dimungkinkan.

Rasional

1.mencegah terjadinya
mual

2. untuk mengetahui
peningkatan berat badan
3. meningkatkan nafsu
makan.
4. untuk meningkatkan
asupan nutrisi
5. untuk menambah
nutrisi

Risiko tinggi terhadap penurunan


curah jantung
Tujuan :
meningkatkan curah jantung pasien
adekuat.
Kriteria hasil:
Kriteria evaluasi yang diharapkan:
Menunjukkan curah jantung yang
adekuat ditandai dengan:tanda vital
dalam batas normal nadi perifer
teraba dengan baik pengisian kapiler

Tindakan
a.Kaji pengisian
kapiler dan nasi
perifer
b. Pantau tanda
vital: tensi, irama
jantung.

c. Ukur jumlah
haluaran urine.
d. Kolaborasi
pemberi O2

Rasional
Pengisian kapiler yang
memanjang, nadi yang lambat
& lemah merupakan indikasi
terjadi syok.
b.Krisis addison mungkin
menyebabkan tekanan darah
menurun. Frekwensi jantung
yang tidak teratur akan
menimbulkan penurunan curah
jantung.
c.Walaupun biasanya ada
poliuria penurunan haluaran
urine menggambarkan
penurunan perfusi ginjal oleh
penurunan curah jantung.
d.Kadar O2 yang maksimal
dapat membantu menurunkan

También podría gustarte