0 Kehidupan harmonis antara material dan lingkungan
yang tidak mempunyai pengaruh tosik terhadap fungsi biologi 0 Interaksi antara material dengan lingkungan biologi 0 Secara umum, diukur berdasarkan sitotoksisitas setempat ( misalnya respons pulpa dan mukosa ), respons sistemik, kemampuan menimbulkan alergi, dan karsinogen.
Sejarah 0 Pengujian material pada manusia tanpa dilakukan pengujian laboraturiumyang didasari oleh pengetahuan tentang sifat biologi. (tidak etis dan tidak legal)
0 Pengujian material yang dilakukan G V black pada pasien.seperti pengujian amalgam
0 Penelitian tahun 1950 dan 1970 menggunakan gigi premolar teknik kultur sel fokus penelitian tentang mekanisme respon biologi terhadap material
Saat ini penelitian tingkat biologi molekuler untuk mengetahui respon biologi terhadap material
Syarat Biokompatibilitas
1.Bahan tersebut tidak boleh membahayakan pulpa dan jaringan lunak. 2.Tidak boleh mengandung substansi toksik yang larut dalam air, yang dapat dilepaskan dan diserap kedalam sistem sirkulasi sehingga menyebabkan respons toksik sistemik. 3.Harus bebas dari bahan yang berpotensi menimbulkan sensitivitas yang dapat menyebabkan suatu respons alergi.a 4.Harus tidak memiliki potensi karsinogenik.
Uji Biokompatibilitas
Uji Primer Uji sitoksitas Uji Genotoksik
Uji sekunder Uji Implantasi
Uji pra klinis uji peggunaan pulpa dan dentin uji penggunaan kaping pulpa dan pulpotomi penggunaan endodonsi Respons Alergi pada Bahan Kedokteran Gigi
1.Alergi dermatitis 0 Sering ditemukan di temukan pertama kali oleh dokter umum. 0 Efek tersebut sering kali dialami ditempat kerja. 0 Kenyataannya, alergi dermatitik kontak sekarang berada dalam urutan penyakit yang paling berhubungan dengan tempat kerja. 0 Alergi ini biasanya alergi terhadap produk lateks. Seperti sarung tangan dan isolator karet, yang berkontak dengan membran mukosa. 2. Alergi stomatitis kontak
0 Sejauh ini merupakan reaksi negatif yang paling sering terjadi terhadap bahan kedokteran gigi. 0 Reaksi alergi ini dapat menyebabkan hiperemi, edema, terbentuknya vesikel dan gatal-gatal. ( Slavin&Ducomb, 2000 )
3. Kontroversi merkuri
Gejala yang dikenal sebagai keracunan merkuri kronis adalah lelah, anoreksia, kehilangan berat badan, insomnia, gelisah, malu, rasa tidak enak dan tremor pada ekstermitas.
4. Alergi terhadap Nikel
0 Penempatan logam yang mengandung nikel di dalam mulut kurang beresiko menimbulkan reaksi alergi. 0 Ketakutan akan timbulnya kanker akibat restorasi logam nikel di dalam mulut tidak terbukti. 5. Toksisitas dan Alergi terhadap Berillium
0 Berriliosis adalah suatu penyakit peradangan paru-paru yang disebabkan oleh menghisap debu atau asap berillium. 0 Logam campur yang mengandung Berillium harus dinetralkan dengan ventilasi yang cukup. ( Mackert et all, 1988 )