Está en la página 1de 39

Adhi Nugroho Latief Anggun Nursari Arip Septadi Intan Wulansari Rina Nurapriyanti

Untuk pertama kali, tahun 1857 Episiotomi oleh Carld Braun sebagai suatu tindakan insisi pada perineum. Anna Boumall(1878) membawa teknik operasi episiotomi ke Amerika Serikat dari Austria. Pomeroy (1918) menganjurkan episiotomi pada gravid untuk mengurangi lamanya persalinan. De Lee (1920) melakukan profilaksis episiotomi untuk memperpendek kala dua pada forceps ekstraksi

Menurut Sarwono (2007), episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum

Mempercepat persalinan dgn melebarkan jalan lahir lunak/mempersingkat kala II Mempercepat tekanan pada kpl anak Mengendalikan robekan perineum u/ memudahkn menjahit Menghidari robekan perineum spontan

Mempercepat kemungkinan ruptura perineum totalis

Faktor Ibu Primigravida umumnya Perineum kaku dan riwayat robekan pada perineum pada persalinan sebelumnya Apabila terjadi pergangan berlebihan pada persalinan sungsang Arkus pubis sempit

Faktor Anak
Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin.

Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, janin besar.


Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala dua seperti gawat janin, tali pusat menumbung.

Kondisi menyebabkan perdarahan Banyak seperti penyakit kelainan darah dan varises daerah vulva dan vagina

Menurut Benson dan Pernoll (2009), episiotomi sebaiknya dilakukan ketika kepala bayi meregang perineum pada janin matur, sebelum kepala sampai pada otot-otot perineum pada janin matur (Benson dan Pernoll, 2009, hal. 177).

Episiotomi membuat luka yang lurus dengan pinggir yang tajam, sedangkan ruptura perinii yang spontan bersifat luka koyak dengan dinding luka bergerigi. Luka lurus dan tajam lebih mudah dijahit. Mengurangi tekanan kepala bayi. Mempersingkat kala II. Mengurangi kemungkinan terjadinya ruptura perinium totalis.

Episiotomi Medialis adalah yang dibuat di garis tengah. Episiotomi Mediolateralis dari garis tengah ke samping menjauhi anus. Episiotomi Lateralis 1-2 cm diatas commisuro posterior ke samping. Episiotomi Sekunder adalah ruptur perinii yang spontan atau episiotomi medialis yang melebar sehingga dimungkinkan menjadi ruptura perinii totalis maka digunting ke samping.
Menurut Benson dan Pernoll (2009),jenis episiotomi yang di gunakan yaitu: Episiotomi Medialis Episiotomi Mediolateralis Episiotomi lateralis

Otot yang terpotong M. Transversa perinei M. Bulbocavernosi M. Bulbococcygeal M. Iliococcygei

Pemotongan dimulai dari garis tengah fossa vestibula vagina ke posterior ditengah antara spina ischiadica dan anus. Dilakukan pada ibu yang memiliki perineum pendek. Perluasan laserasi akan lebih kecil kemungkinannya menjani spincter ani

Penyembuhan terasa lebih sakit dan lama Mungkin kehilangan darah lebih banyak Jika dibandingkan dengan medialis (yang tidak sampai spincter ani) lebih sulit dijahit Bekas luka parut kurang baik Pelebaran introitus vagina Kadangkala diikuti dispareunia (nyeri saat berhubungan)

EPISIOTOMI MEDIANA MENJAHIT JAHITAN GAGAL SAKIT ANATOMIS MUDAH JARANG JARANG BAIK MEDIOLATERAL AGAK SULIT SERING SERING DISPAREUNI SULIT DILAKUKAN BEKASNYA MASIH ADA

PERDARAHAN
DISPAREUNI MELUAS

MINIMAL
JARANG SERING

BANYAK
SERING JARANG

Secara anatomis lebih alamiah Menghindari pembuluh-pembuluh darah dan syaraf, jadi penyembuhan tidak terlalu sakit Lebih mudah dijahit karena anatomis jaringan lebih mudah Nyeri saat berhubungan (dispareunia) jarang terjadi Kehilangan darah lebih sedikit

Pertimbangkan indikasi episiotomi dan pastikan bahwa episiotomi penting untuk kesehatan dan kenyamanan ibu/bayi Pastikan perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia dan steril (gunting epis) Gunakan teknik aseptik setiap saat, cuci tangan dan gunakan sarung tangan steril Jelaskan kepada ibu alasan dilakukannya episiotomi dan diskusikan prosedurnya dengan ibu, berikan dukungan dan dorongan pada ibu

PERSIAPAN ALAT: Bak instrument steril Sepasang sarung tangan steril Gunting episiotomi Kasa steril Spuit 5 ml Lidocain 2% Aquadest Kapas dalam air DTT

Jelaskan pada klien tentang tindakan episiotomi yang akan dilakukan, serta alasan dilakukannya tindakan tersebut. Beritahu pasien agar napas panjanguntuk melemaskan vagina

1)Lakukan antiseptic dengan cara mengusap perineum dengan kapas air dll 2)Hisap larutan lidokain 2%, oplos dengan aqudest menjadi 1% dengan perbandingan 1:1 3)Letakkan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) diantara bagian terendah janin dan perineum, kemudian lakukan anastesi dengan lidocain 1% (Lakukan aspirasi sebelum disuntikkan) 4)Tunggu 1-2 menit agar efek anastesi bekerja 5)Gunakan gunting steril/DTT yang tajam

6)Masukkan 2 jari kedalam vagina diantar kepala bayi dan perineum. Kedua jari agak direnggangkan dan berikan sedikit tekanan lembut kearah luar perineum. Posisikan gunting kearah sudut yang akan diepisiotomi, (Episiotomi dilakukan saat perineum tampak tipis dan pucat) 7)Gunting perineum 2-3 cm dengan 1-2 kali gunting yang mantap pada saat kontraksi. Hindari menggunting sedikit demi sedikit, karena akan menimbulkan tepi yang tyidak rata sehingga akan menyulitkan penjahitan dan waktu penyembuhannya lebih lama.

8)Jika bagian terendah bayi belum lahir lakukan tekanan pada luka episiotomy dengan dilapisi kasa untuk mengurangi perdarahan. 9)Kendalikan kelahiran bayi untuk mencegah perluasan episiotomi 10)Setelah kelahiran bayi dan plasenta, periksa apakah episiotomi, perineum dan vagina mengalami perluasan/laserasi. Jika ya lakukan penjahitan

1)Tingkat 1: robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum 2)Tingkat 2: robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perineum transfersalis, tetapi tidak mengenai otot sphingter ani. 3)Tingkat 3: robekan mengenai perineum sampai dengan otot sphingter ani 4)Tingkat 4: robekan mengenai perineum sampai dengan otot sphingter ani dan mukosa rectum

A.Persiapan alat: Heacting set yang berisi : pinset anatomis dan chirurghis, gunting benang, handscoon 1 pasang, naldpooder, jarum jahit bulat dan segitiga, benang chromic 2-0 atau 3-0. Spuit 5cc,aquadest, lidocain 2%(dilakukan jika pada episiotomi tidak diberi anastesi) Bengkok, depress, duk/underpads, ball tampon, kapas dan air DTT Lampu sorot

B.Persiapan pasien Posisikan ibu litotomi dan senyaman mungkin Menjelaskan pada pasien agar memberitahu penolong jika selama penjahitan masih nyeri.

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)

Memakai sarung tangan Pasang duk/underpads dibawah kosong Pastikan derajat robekan perineum Bersihkan daerah perineum dengan kapas dan air DTT Pasang ball tampon (jika perlu) Lakukan anastesi dengan lidocain 1% (jika pada saat episiotomi tidak dilakukan anastesi) Tunggu 1-2 menit agar efek anastesi bekerja. Buat jahitan pertama 1cm diatas ujung laserasi dibagian dalam vagina. Setelah membuat tusukan pertama, diikat.

9)

Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit kebawah, kearah cincin hymen. 10) Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum kedalam mukosa vagina lalu kebawah cincin hymen sampai jarum ada dibawah laserasi. Periksa bagian antara jarum diperineum dan bagian atas laserasi. Perhatikan seberapa dekat jarum kepuncak luka. 11) Teruskan kearah bawah, tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka yang dijahit. Jika laserasi meluas kedalam otot, mungkin perlu untuk melakukan 2 lapisan jahitan terputus-putus untuk menghentikan perdarahan dan atau mendekatkan jaringan tubuh secara efektif.

12) Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum keatas, dan teruskan penjahitan, menggunakan penjahitan jelujur untuk menutup lapisan subcuticuler. Jahitan ini akan menjadi jahitan lapisan ke-2. 13) Tusukkan jarum dari robekan perineum kedalam vagina. Jarum harus keluar dari belakang cincin hymen. 14) Ikat benang dengan membuat simpul didalam vagina. Potong ujung benang dan sisakan sekitar 1,5cm. Jika ujung benang dipotong terlalu pendek, simpul akan longgar dan laserasi akan membuka. 15) Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut, keluarkan ball tampon.

16) Masukkan jari kelingking ke anus, raba apakah ada jahitan pada rectum. Jika ada, ulangi pemeriksaan rectum 6 minggu post portum. Jika penyembuhan belum sempurna, ibu segera dirujuk. 17) Cuci daerah genetalia dengan sabun dan air DTT 18) Lalu keringkan dan posisikan ibu dengan nyaman 19) Nasehati ibu: - Menjaga perineum bersih dan kering - Hindari obat-obat tradisional - Kontrol 1 minggu kemudian atau jika sewaktu-waktu ada keluhan - Konsumsi gizi seimbang

Nyeri post partum dan dipareunia nyeri pada saat menstruasi trauma perineum berat inkontensia feses Infeksi gangguan hubungan seksual

También podría gustarte