Está en la página 1de 12

Demensia merupakan gangguan jiwa yang meliputi defisit kognitif multipel, kerusakan memori utama dan minimal satu

gangguan kognitif.

Penyebab demensia terkait dengan infeksi, seperti penyakit HIV atau Creutzfeld-Jacob. Jenis demensia yang paling sering terjadi dan penyebabnya diketahui atau dihiopotesiskan yaitu penyakit Alzheimer, Demensia vascular, penyakit pick, penyakit Creutzfeld-Jacob, oleh HIV, penyakit Parkinson, penyakit Huntington, akibat trauma kepala.

Sulit melakukan ADL. Mengabaikan kebersihan diri. Sering lupa kejadian bahkan nama atau keluarga Pertanyaan atau kata-kata sering diulang-ulang (Palilalia). Tidak mengenal waktu, misalnya bangun dan berpakaian pada malam hari. Tidak kenal ruang/tempat. Menjadi keras kepala dan cepat marah. Menjadi depresi dan menangis tanpa alasan yang jelas. Sulit belajar dan mengingat informasi baru. Kurang konsentrasi. Risiko kecelakaan: jatuh. Tremor. Kurang koordinasi gerakan.

Ringan : Pelupa merupakan tanda awal demensia ringan. Sedang: Kebingungan muncul bersamaan dengan kehilangan memori yang progresif Berat : Perubahan kepribadian dan emosional terjadi.

Regresi : kemunduran akibat stres terhadap perilaku. Denial : menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Kompensasi : proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.

Riwayat Kaji penampilan umum dan perilaku motorik Mood dan afek Proses dan isi pikir Sensorium dan proses intelektual Penilaian dan daya tilik Konsep Diri Peran dan hubungan Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri

Gangguan

proses pikir (pikun). Resiko trauma b/d perubahan fisiologis dalam struktur atau fungsi otak. Defisit Perawatan Diri dalam mandi/hygiene, berpakaian/berhias, makan atau ke toilet b/d tidak mampu berkonsentrasi atau menyelesaikan tugas. Ketegangan peran pemberi asuhan b/d sifat dan perilaku pasien yang cepat marah.

1. 2. 3. 4.

Dx 1 Bantu klien untuk mengenal waktu, barangbarang disekitarnya dan tempat. Beri kesempatan klien untuk menyebut nama anggota keluarga. Observasi kemampuan pasien untuk melakukan aktvitas sehari-hari. Beri pujian jika klien mampu melakukan hal diatas.

1. 2. 3. 4.

Dx 2: Singkirkan barang-barang berbahaya dari sekeliling klien. Identifikasi tempat aman untuk klien dan jaga agar tetap aman. Pasang pagar pengaman pada tempat tidur, kursi dll. Beri label nama pada pintu ruangan.

Dx 3: 1. Pantau aktivitas makan, pola makan, asupan makanan dan minuman. 2. Cegah klien untuk tidak memakan benda yang bukan makanan. 3. Dorong klien untuk menjaga kebersihan diri.

Dx 4: Bantu keluarga untuk mengidentifikasikan perasaan mereka. 2. Didik anggota keluarga dalam mengatasi penurunan kemampuan pada klien. 3. Atur pelaksanaan terapi keluarga untuk menghindari stres.
1.

1. 2. 3. 4.

Klien: Bisa menerima kondisi yang terjadi pada dirinya. Klien tidak mengabaikan kebersihan diri. Klien terhindar dari resiko trauma. Klien tidak kebingungan terhadap hal-hal yang dilupakan.
Keluarga: Keluarga menerima kondisi yang terjadi pada klien. Keluarga tidak merasa takut kepada klien. Keluarga membantu klien dalam melakukan ADL. Keluarga membantu klien dalam mengingat hal-hal penting.

1. 2. 3. 4.

También podría gustarte