Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Latarbelakang
ISPA penyakit yang sering terjadi pada balita, insiden menurut kelompok umur 0,29 episode per anak/tahun (negara berkembang) dan 0,05 episode per anak/ tahun (negara maju), jadi dari 156 jt episode baru didunia/ tahun, 151 jt episode baru di negara berkembang. Kasus terbanyak: India (43 jt), China (21 jt), Pakistan (10 jt), dan Bangladeh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 jt episode.
Riskesdas (2007) proporsi kematian balita karena pneumonia urutan ke-2 setelah diare.
SKRT (2004 ) proporsi kematian balita karena pneumonia urutan pertama, dinegara maju dikarenakan virus.
Di Puskesmas Cililin, Bandung pada bulan Oktober Desember 2011, cakupan penemuan kasus pneumonia yaitu 53 orang (58,89%), tidak mencapai target yang ditetapkan (90 orang).
Masalahan
1. ISPA masih termasuk insiden tertinggi dan terbanyak
pada balita, termasuk Indonesia. 2. ISPA masih menjadi penyebab kunjungan masyarakat ke Puskesmas dan RS. 3. WHO (2011): 18% balita di dunia meninggal krn ISPA (Pneumonia) 4. ISPA (Pneumonia) merupakan suatu penyakit menular yang masih menjadi salah satu masalah kesehatan dan penyumbang terbesar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia.
5. ISPA (Pneumonia) salah satu target MDGs 4: menurunkan angka kematian balita th 2015 menjadi 2/3 dari th 1990 (87 menjadi 58 per 1.000 kelahiran hidup).
6. Di Cililin, Bandung (Okt-Des 2011) blm mencapai target. (dari 100% hanya 58,89%). 7. Belum diketahuinya keberhasilan , masalah dan penyebab masalah dari program P2 ISPA di UPTD Puskesmas Medangasem Periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui keberhasilan program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (P2 ISPA) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Medangasem Periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012. Sehingga dpt terselasaikannya masalah dari program, agar angka kesakitan dan kematian balita akbt ISPA (Pneumonia) turun, dan derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai.
TUJUAN KHUSUS
1. Diketahuinya cakupan penemuan penderita
ISPA Pneumonia.
2. Diketahuinya cakupan penentuan diagnosis penderita ISPA Pneumonia dan non Pneumonia. 3. Diketahuinya cakupan pelayanan pengobatan penderita ISPA Pneumonia dan bukan Pneumonia.
Sasaran
Semua balita yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Medangasem Periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
MATERI
Laporan bulanan Program P2 ISPA di UPTD Puskesmas Medangasem Periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012, yaitu:
1. Penemuan penderita ISPA a. Batuk bukan pneumonia b. Pneumonia c. Pneumonia berat 2. Penentuan diagnosis ISPA 3. Pengobatan untuk penderita ISPA
Laporan tahunan mengenai data kependudukan, sarana kesehatan, 10 penyakit terbanyak di UPTD Puskesmas Medangasem Periode Januari 2012 - Desember 2012.
Metode
Menggunakan pendekatan sistem dengan mengumpulkan data, mengolah data, menganalisis data dan interpretasi data. Kemudian mebandingkan nilai cakupan terhadap tolok ukur yang telah ditentukan, sehingga dpt ditemukan masalah dari program P2 ISPA, lalu dibuatnya usulan dan saran sebagai pemecah masalah yg ditemukan dalam unsur-unsur sistem.
Kerangka Teoritis
4 Lingkungan
1 Masukan
2 Proses
3 Keluaran
6 Dampak
5 Umpan Balik
Terdiri dari: variabel masukan, proses, keluaran, umpan balik, lingkungan dan dampak yg telah ditetapkan Dinkes. Digunakan sebagai tolok ukur yg harus dicapai dalam program P2 ISPA.
Penyajian Data
Sumber Data
- Data sekunder yang berasal dari: 1. Data Demografi Puskesmas Medangasem tahun 2012. 2. Laporan Bulanan Puskesmas Medangasem Periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
Data umum
Data geografis
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Medangasem relatif terjangkau. Luas wilayah kerja UPTD Puskesmas Medangasem adalah 1.713.000 m2. Terdiri dari 3 Desa (Medangasem, Cipta Marga, Kampung Sawah), 13 Dusun, 13 RW, dan 57 RT, dan 24 Posyandu.
Batas-batas wilayah kerja UPTD Puskesmas Medangasem : Sebelah Utara: Kecamatan Tirtajaya. Sebelah Selatan: Kecamatan Rengasdengklok. Sebelah Barat: Kecamatan Pebayuran Bekasi. Sebelah Timur: Wliyahan Kerja UPTD Puskesmas Jayakerta.
Data Demografi
Jumlah penduduk adalah 32.611 jiwa, yang terdiri dari: Jumlah jiwa: 32.611 orang, Jumlah KK: 10.498 orang. Sebagian besar penduduk beragama Islam (99.99%), tamat SD, bermata pencaharian sebagai Petani (67.6%), dan yang termasuk kelompok rentan: Balita (3.086 balita) Jumlah penduduk miskin: KK: 3.893 orang, Anggota Keluarga: 15.236 orang. Dari laporan bulanan didapatkan insiden ISPA Balita sebanyak 1.835 kasus yang terdiri dari 1.769 kasus bukan pneumonia dan 66 kasus Pneumonia.
Sarana-sarana lain di Puskesmas Medangasem: - 1 gedung puskemas, 1 ruang apotek, 1 ruang pendaftaran, 1 ruang laboratorium, 1 ruang tata usaha dan 1 gedung perawatan (1 ruang UGD berisi 2 tempat tidur dan ruang rawat inap berisi 10 tempat tidur, 1 ruang dokter atau perawat).
Masukan
1. Tenaga
Dokter Umum Perawat Koordinasi P2M
Data Khusus
Jumlah
2 . Dana
APBD tingkat II (Kabupaten) Jamkesmas : Cukup : Cukup
a. Medis
3. Sarana
b. Non Medis
Proses:
Perencanaan
a. Penemuan penderita ISPA b. Penentuan diagnosis penderita ISPA c. Pelayanan pengobatan penderita ISPA d. Rujukan penyakit ISPA berat e. Follow Up penderita ISPA f. Penyuluhan h. Pencatatan dan pelaporan kasus ISPA
Pengorganisasian
Pelaksanaan
a. Penemuan penderita ISPA di Balai Pengobatan dan UGD 24 jam (passive case finding) b. Penentuan diagnosis penderita ISPA di lakukan oleh petugas kesehatan,dan kader terlatih. c. Pelayanan pengobatan penderita ISPA dilakukan petugas kesehatn sesuai dengan buku pedoman ISPA. d. Rujukan dilakukan pada penderita pneumonia berat e. Follow Up penderita ISPA f. Penyuluhan g. Pencatatan kasus setiap hari dan pelaporan secara bulanan, dan tahunan (tertulis).
Pengawasan
Pertemuan bulanan yang diadakan kepala UPTD Puskesmas Medangasem (12x/tahun).
Keluaran
Cakupan=
Jumlah seluruh penderita ISPA (pneumonia) yang didiagnosis
X 100%
66 = 66 x 100% = 100 %
3. Pelayanan pengobatan penderita ISPA (pneumonia) Jumlah kasus ISPA (pneumonia) yang ditangani sesuai standar Cakupan= x 100% Jumlah seluruh penderita ISPA (pneumonia) yang diobati 66 = x 100% = 100 % 66
4. Follow Up penderita ISPA (Pneumonia): Jumlah kasus ISPA (Pneumonia) yang di follw up Cakupan= x 100% Jumlah seluruh penderita ISPA (Pneumonia) yang memerlukan follow up 66
=
66
x 100% = 100%
Jumlah penderita Pneumonia berat yang dirujuk Cakupan = X 100% Jumlah seluruh penderita Pneumonia berat 1 = x 100% = 100% 1
6. Penyuluhan Jumlah penyuluhan perorangan penderita Cakupan= ISPA (pneumonia) dalam 1 tahun x 100% Jumlah Balita penderita ISPA (pneumonia) selama 1 tahun = 1.835 x 100% = 100% 1.835
a. Penyuluhan kelompok di dalam gedung: Jumlah penyuluhan kelompok mengenai ISPA selama 1 tahun Cakupan= x100% 96 kali penyuluhan dalam 1 tahun = 7 / 96 x 100% = 7, 29 %
7. Pelatihan kader kesehatan Cakupan pelatihan kader kesehatan sebesar 100% 8. Pencatatan dan pelaporan Cakupan pencatatan dan pelaporan sebesar 100%
Lingkungan
1. Fisik
Lokasi : Terjangkau. Transportasi umum: Tersedia . Fasilitas kesehatan lain: Ada berupa praktek dokter, klinik dan rumah sakit. Polusi udara : Puskesmas Medangasem terletak di daerah persawahan dan jalur yang sedikit dilewati kendaraan besar sehingga tidak banyak menimbulkan polusi udara Ventilasi ruangan: Tidak ada data mengenai keadaan ventilasi rumah penduduk di sekitar wilayah kerja puskesmas.
Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk adalah =
Luas wilayah kerja UPTD Puskesmas Medangasem Jumlah penduduk di wilayah kerjaUPTD Puskesmas Medangasem
= =
2. Non fisik
- Pendidikan : Mayoritas rendah (tamat SD).
- Sosial Ekonomi : miskin, serta mayoritas bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebesar 67,6%, dan banyaknya jumlah KK dan anggota keluarga miskin.
Umpan balik
a. Pencatatan kegiatan program: Setiap hari kerja b. Pelaporan kegiatan program: Setiap bulan. c. Rapat kerja untuk membahas laporan kegiatan tiap bulan untuk mengevaluasi program P2 ISPA: 12x/tahun, yang dilakukan melalui pertemuan bulanan mini loka karya dan lokbul.
Dampak
1. Langsung : Menurunnya angka kesakitan dan kematian ISPA: belum dapat dinilai. 2. Tidak langsung : Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat: belum dapat dinilai.
Pembahasan
Variabel
I. Keluaran 1. Penemuan penderita (kasus) ISPA Pneumonia. 2. Penyuluhan kelompok didalam gedung Penyuluhan kelompok diluar gedung II. Masukan
Tolok Ukur
Pencapaian
21,4%
Masalah
(+) 64,4%
86%
100%
100%
7,29%
8,3%
(+) 92,71%
(+) 91,7%
Sarana 1. Sound timer Sarana non medis 1. Alat-alat penyuluhan kesehatan masyarakat (poster dan brosur)
3 buah
2 buah
(+) 33,3%
Ada
Tidak ada
(+) 100%
Variabel
III. Proses Pelaksanaan 1. Penyuluhan kelompok didalam gedung Puskesmas Penyuluhan kelompok diluar gedung Puskesmas
Tolok Ukur
Pencapaian
Masalah
96x/tahun
7x/ tahun
(+) 92,71%
12x/tahun
1x/ tahun
(+) 91,7%
IV. Lingkungan A. Fisik 1. Ventilasi ruangan Minimal Tidak ada data 10% dari mengenai luas lantai keadaan ventilasi rumah penduduk disekitar wilayah kerja. (+) 100%
Pencapaian
Masalah
Mayoritas berpendidikan rendah, dan ekonomi rendah, banyak KK dan anggota keluarga yang miskin di sekitar wilayah kerja puskesmas, yang menjadi hambatan program P2 ISPA. Tidak ada kerjasama antara Puskesamas dengan fasilitas kesehatan lain dalam program P2 ISPA
(+) 100%
Adanya kerjasama antara Puskesamas dengan fasilitas kesehatan lain dalam program P2 ISPA
(+) 100%
Rumusan Masalah
Masalah menurut keluaran (masalah sebenarnya)
a) Pelaksanaan: Penyuluhan secara kelompok mengenai ISPA (pneumonia) yang dilakukan didalam gedung hanya 7x/tahun dan diluar gedung hanya 1x/tahun.
Penyelesaian Masalah
1. Cakupan penemuan penderita ISPA (Pneumonia) masih kurang (21,4%) dari tolok ukur sebesar 86%. Masalah sebesar 64,4%.
Penyebab: 1. Jumlah sound timer tidak sesuai tolok ukur 2. Tidak ada alat penyuluhan (poster/brosur) 3. Penemuan kasus ISPA: passive case finding 4. Tidak ad data ventilasi ruangan. 5. Pendidikan dan ekonomi mayoritas penduduk rendah. 6. Tidak ada kerjasama dengan fasilitas lain dalam program P2ISPA.
Penyelesaian:
1. Efektifkan kegunaan sound timer untuk mendidik kader dlm penemuan dan deteksi dini penderita ISPA. 2. Menyediakan alat penyluhan (poster/ brosur) dan disebarkan kpd masyarakat didalam/diluar gedung. Poster dibuat menarik dan berisi info tentang ISPA, dalam bahasa yang mudah dimengerti masyarakat awam. 3. Tingkatkan frkuensi penemuan penderita secara aktif (RVS dan Pusling) 4. Melakukan pendataan dan pencatatan yang lengkap mengenai ventilasi ruangan, agar lebih mudah dalam penemuan penderita yang beresiko menderita ISPA. 5. Menyampaikan penyuluhan dalam bahasa yang mudah dimengerti, dan memberi info pengobatan ISPA gratis di Puskesmas. 6. Membuat kerjasama dengan fasilitas kesehatan lain dalam pendataan penderita ISPA.
2. Cakupan penyuluhan kelompok didalam gedung masih kurang (7,29%), diluar gedung (8,3%) dari tolok ukur 100%. Masalah didalam gedung (92,7%), diluar gedung (91,7%).
Penyebab: 1. Tidak tersedianya alat-alat penyuluhan kesehatan. 2. Belum terlaksananya secara maksimal kegiatan penyuluhan kelompok (dalam dan luar gedung). 3. Kurangnya tenaga untuk mengadakan penyuluhan, walau secara tolok ukur cukup, karena koordinator P2M juga merangkap sebagai petugas kesehatan di bagian lain.
Penyelesaian:
1. Melakukan penyediaan alat penyuluhan (Poster atau brosur) 2. Dibuatnya perencanaan penyuluhan yang lebih baik lagi dan terstruktur, agar pelaksanaannya lebih optimal dan maksimal, gunakan bahasa yang mudah dimengerti dan harus sesuai dengan tingkat pendidikan masyarakat. 3. Mengefisienkan dan mengefektifkan tenaga kesehatan dengan melibatkan seluruh tenaga kesehatan di puskesmas dalam pelaksanaan penyuluhan kelompok, dan memberdayakan tenaga kesehatan lain (perawat, bidan, dokter yang PTT/kepanitraan di puskesmas) untuk ikut serta dalam program P2ISPA agar program ini dapat dijalankan secara efektif dan efisien.
Kesimpulan
Pada evaluasi didapatkan: - Cakupan penemuan penderita ISPA Pneumonia sebesar 21,4%. - Cakupan penentuan diagnosis penderita ISPA Pneumonia sebesar 100%. - Cakupan pelayanan pengobatan penderita ISPA Pneumonia dan batuk
Kesimpulan
-
Cakupan pencatatan dan pelaporan penderita ISPA di wilayah kerja sebesar 100%.
Saran
1. Meningkatkan frekuensi penemuan penderita secara aktif seperti :
a. Kunjungan kader-kader ke rumah-rumah warga, b. Rapid Village Survey (RVS) ditingkatkan dan dibuatkan jadwal yang tetap untuk pelaksanaan RVS untuk tiap-tiap desa oleh koordinator ataupun pelaksana program P2 ISPA. c. Penyusunan dan penetapan jadwal disusun dalam waktu 6 bulan agar dapat dilaksanakan sedini mungkin. d. Menggiatkan kegiatan Puskesmas keliling lebih dari 3 kali per
Saran
2. Mengadakan kerjasama dengan fasilitas kesehatan lain untuk
Saran
3. Membuat perencanaan penyuluhan kelompok didalam gedung Puskesmas,
TERIMA KASIH