Está en la página 1de 10

Kanker Vagina

DEFINISI
Kanker Vagina adalah tumor ganas pada vagina. Vagina adalah saluran sepanjang 7,5-10 cm;
ujung atasnya berhubungan dengan serviks (leher rahim/bagian terendah dari rahim), sedangkan
ujung bawahnya berhubungan dengan vulva.

Dinding vagina dilapisi oleh epitelium yang terbentuk dari sel-sel skuamosa. Di bawah epitelium
terdapat jaringan ikat, otot involunter, kelenjar getah bening dan persarafan. Dinding vagina
memiliki banyak lipatan yang membantu agar vagina tetap terbuka selama hubungan seksual
atau proses persalinan berlangsung.

Ada beberapa jenis kanker vagina:


1. Karsinoma sel skuamosa (85-90%)
Berasal dari lapisan epitelium vagina. Lebih banyak ditemukan di vagina bagian atas.
Karsinoma skuamosa biasanya ditemukan pada wanita berusia 60-80 tahun.
Karsinoma verukosa adalah sejenis karsinoma sel skuamosa yang tumbuhnya lambat.
Karsinoma ini tumbuh ke arah rongga vagina dan tampak seperti kutil atau bunga kol.
2. Adenokarsinoma (5-10%)
Adenokarsinoma paling sering terjadi pada wanita berusia 12-30 tahun.
3. Melanoma maligna (2-3%)
Berasal dari sel-sel penghasil pigmen, lebih banyak ditemukan di vagina bagian bawah.
4. Sarkoma (2-3%)
Kanker ini tumbuh jauh di dalam dinding vagina, bukan pada epitelium. Ada beberapa
jenis sarkoma, yang paling sering ditemukan adalah leiomiosarkoma, yang menyerang
wanita berusia 50 tahun ke atas. Rabdomiosarkoma adalah kanker pada masa kanak-
kanak, biasanya terjadi sebelum usia 3 tahun. Sel-selnya mirip dengan sel otot volunter,
yang merupakan suatu jaringan yang dalam keadaan normal tidak ditemukan pada
dinding vagina.
Karsinoma sel skuamosa tidak tumbuh secara tiba-tiba, kanker ini berkembang selama bertahun-
tahun dari suatu perubahan prekanker pada vagina yang disebut neoplasi intraepitel vagina
(NIVA).

patofisiologi
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel
kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina
yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK
(Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel
skuamosa baru dengan epitel kolumnar (Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya mutagen atau
bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia
dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah
transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual
dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang
mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang
mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah
gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis
masih utuh (Rahmawan, 2009). Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia
Intraepitel Serviks (NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS
terdiri dari ; NIS 1, untuk displasia ringan; NIS 2, untuk displasia sedang; dan NIS
3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.
Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai dari
displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian berkembang menjadi
karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 30-35% NIS mengalami regresi, yang
terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan
berkembang menjadi progresif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial
menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)

PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui. Faktor resiko terjadinya kanker vagina:
1. Usia
Sekitar 50% penderita karsinoma skuamosa adalah wanita berusia 60 tahun keatas.
Sebagian besar kasus kanker vagina ditemukan pada wanita yang berusia 50-70 tahun.
2. DES (dietilstilbestrol)
DES adalah suatu obat hormonal yang banyak digunakan pada tahun 1940-1970 untuk
mencegah keguguran pada wanita hamil. Sebanyak 1 diantar 1000 wanita yang ibunya
mengkonsumsi DES, menderita adenokarsinoma sel bersih pada vagina maupun serviks.
Resiko tertinggi terjadi jika ibu mengkonsumsi DES pada usia kehamilan 16 minggu.
3. Adenosis vagina
Dalam keadaan normal vagina dilapisi oleh sel gepeng yang disebut sel skuamosa. Pada
sekitar 40% wanita yang telah mengalami menstruasi, pada vagina bisa ditemukan
daerah-daerah tertentu yang dilapisi oleh sel-sel yang serupa dengan sel-sel yang
ditemukan di dalam kelenjar rahim bagian bawah dan lapisan rahim. Keadaan ini disebut
adenosis.
Hal tersebut terjadi pada hampir semua wanita yang terpapar oleh DES selama
perkembangan janin.
4. Infeksi HPV (human papiloma virus)
HPV adalah virus penyebab kutil kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual.
5. Hubungan seksual pertama pada usia dini
6. Berganti-ganti pasangan
7. Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan
8. Kanker serviks
9. Iritsi vagina
10. Merokok.

GEJALA
Kanker vagina menyebabkan kerusakan pada lapisan vagina dan menyebabkan terbentuknya
luka terbuka yang bisa mengalami perdarahan dan terinfeksi. Penderita mungkin juga mengalami
perdarahan melalui vagina (seringkali setelah melakukan hubungan seksual) atau dari vaginanya
keluar cairan encer. Jika kanker berukuran besar bisa mempengaruhi fungsi kandung kemih dan
rektum sehingga penderita mengalami urgensi untuk berkemih dan mengalami nyeri ketika
berkemih.

Gejala lainnya adalah:


- keluar cairan abnormal dari vagina
- terasa ada benjolan
- nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

Pada kanker stadium lanjut akan timbuli nyeri ketika berkemih, sembelit dan nyeri panggul yang
menetap.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan panggul
akan teraba adanya benjolan.

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:


 Kolposkopi (pemeriksaan dinding vagina dengan bantuan kaca pembesar)
 Biopsi (pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh jaringan vagina).
Staging
Staging merupakan proses penentuan penyebaran kanker, yang penting dilakukan untuk
menentukan jenis pengobatan dan prognosis penyakit. Penilaian penyebaran kanker vagina
melibatkan beberapa pemeriksaan berikut:
- Pemeriksaan fisik menyeluruh
- Pielogram intravena
- Barium enema
- Rontgen dada
- Sistoskopi
- Proktoskopi
- CT scan
- Skening tulang.
Stadium kanker vagina berdasarkan sistem FIGO:
 Stadium 0 (karsinoma in situ, NIVA 3) : sel-sel kanker terbatas pada epitelium vagina
dan belum menyebar ke lapisan vagina lainnya. Pada stadium ini kanker tidak dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya.
 Stadium I : kanker telah menyebar ke bawah epitelium tetapi masih terbatas pada mukosa
vagina (mukosa terdiri dari 2 lapisan, yaitu epitelium dan lamina propria atau stroma
subepitel).
 Stadium IA : tumor berukuran kurang dari 2 cm dan telah tumbuh ke dalam dinding
sedalam kurang dari 1 milimeter.
 Stadium IB : tumor lebih besar dari 2 cm dan telah menembus ke dalam dinding sedalam
lebih dari 1 milimeter.
 Stadium II : kanker telah menyebar ke jaringan ikat vagina tetapi belum menyebar ke
dinding panggul maupun organ lain.
 Stadium III : kanker telah menyebar ke dinding panggul dan/atau telah menyebar ke
kelenjar getah bening pada sisi yang sama dengan tumor.
 Stadium IVA : kanker telah menyebar ke organ di dekat vagina (misalnya kandung
kemih) dan/atau taelah menyebar keluar panggul dan/atau telah menyebar ke kelenjar
getah bening pada kedua sisi panggul.
 Stadium IVB : kanker telah menyebar ke organ tubuh yang jauh (misalnya paru-paru).

PENGOBATAN
Pengobatan untuk keadaan prekanker (NIVA)
Untuk menentukan lokasi NIVA yang pasti, dilakukan pemeriksaan kolposkopi.Untuk
memperkuat diagnosis dilakukan biopsi. Pilihan pengobatan untuk NIVA:
1. Bedah laser untuk menguapkan jaringan yang abnormal.
2. LEEP (loop electroexcision procedure) : digunakan kauter panas untuk membuang lesi
pada vagina. Efektif untuk lesi yang kecil.
3. Kemoterapi topikal : digunakan kemoterapi (5FU/fluorouracil) yang dioleskan langsung
ke vagina setiap malam selama 1-2 minggu atau setiap minggu selama 10 minggu. Obat
ini bisa menyebabkan iritasi vagina dan vulva.
NIVA tingkat rendah seringkali menghilang dengan sendirinya, karena itu pengobatan biasanya
hanya dilakukan pada NIVA tingkat menengah atau tinggi.

Pengobatan untuk kanker vagina


Terdapat 3 macam pengobatan untuk kanker vagina:
1. Pembedahan
- Bedah laser
- Eksisi lokal luas : dilakukan pengangkatan kanker dan sebagian jaringan di sekitarnya.
Untuk memperbaiki vagina bisa dilkukan pencangkokan kulit yang diambil dari bagian
tubuh lainnya.
- Vaginektomi (pengangkatan vagina).
Jika kanker telah menyebar keluar vagina, dilakukan vaginektomi dan histerektomi
radikal (pengangkatan rahim, ovarium/indung telur dan tuba falopii/saluran indung
telur). Pembedahan tersebut bisa disertai dengan pengangkatan kelenjar getah bening.
- Eksenterasi dilakukan jika kanker telah menyebar keluar vagina dan organ wanita
lainnya. Pada pembedahan ini dilakukan engangkatan kolon bawah, rektum atau kandung
kemih (tergantung lokasi penyebaran tumor) disertai pengangkatan serviks/leher rahim,
rahim dan vagina.
Setelah pembedahan ini mungkin perlu dilakukan pencangkokan kulit dan bedah plastik
untuk membuat vagina buatan.
2. Terapi Penyinaran
Pada terapi penyinaran digunakan sinar X dosis tinggi atau sinar berenergi tinggi lainnya
untuk membunuh sel-sel kanker dan memperkecil ukuran tumor. Penyinaran yang berasal
dari sebuah mesin disebut radiasi eksterna, sedangkan penyinaran yang berasal dari
sebuah kapsul/tabung yang mengandung zat radioaktif dan dimasukkan ke dalam vagina
radiasi interna. Radiasi bisa digunakan secara terpisah atau sesudah pembedahan.
3. Kemoterapi
Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi
tersedia dalam bentuk pil atau suntikan intravena (melalui pembuluh darah). Kemoterapi
merupakan pengobatan sistemik karena obat masuk ke dalam aliran darah dan bergerak
ke seluruh tubuh serta membunuh sel-sel kanker yang berada diluar vagina. Pada
kemoterapi intravagina, obat kemoterapi dimasukkan langsung ke dalam vagina.
Pengobatan Berdasarkan Stadium
Pengobatan kanker vagina tergantung kepada stadium dan jenis penyakit, serta usia dan keadaan
umum penderita.
1. Kanker Vagina Stadium 0
- Vaginektomi. Setelah vaginektomi mungkin harus dilakukan pencangkokan kulit untuk
memperbaiki kerusakan pada vagina.
- Terapi radiasi interna
- Bedah laser
- Kemoterapi intravagina.
2. Kanker Vagina Stadium I
Kanker skuamosa
- Radiasi interna dengan atau tanpa radiasi eksterna
- Eksisi lokal luas, bisa diikuti dengan perbaikan vagina. Pada beberapa kasus, bisa
diikuti dengan terapi penyinaran.
- Vaginektomi dan diseksi kelenjar getah bening
Adenokarsinoma
- Vaginektomi dan pengangkatan rahim, ovarium serta tuba falopii, disertai diseksi
kelenjar getah bening panggul. Prosedur ini diikuti dengan perbaikan vagina.

Pada beberapa kasus bisa dilanjutkan dengan terapi penyinaran.


- Radiasi interna dengan atau tanpa radiasi eksterna.
- Pada kasus tertentu dilakukan eksisi lokal luas dan diseksi beberapa kelenjar getah
bening panggul yang diikuti dengan radiasi interna.
3. Kanker Vagina Stadium II
- Kombinasi radiasi interna dan eksterna
- Pembedahan, yang bisa dilanjutkan dengan terapi penyinaran
4. Kanker Vagina Stadium III
- Kombinasi radiasi interna dan eksterna
- Pembedahan, kadang dikombinasikan dengan terapi penyinaran
5. Kanker Vagina Stadium IVA
- Kombinasi radiasi interna dan eksterna
- Pembedahan kadang dikombinasikan dengan terapi penyinaran
6. Kanker Vagina Stadium IVB
- Penyinaran untuk meringankan gejala nyeri, mual, muntah maupun gangguan fungsi
pencernaan
- Kemoterapi.
Jika kanker berulang (kambuh kembali) dan menyebar ke organ wanita lainnya, maka dilakukan
eksenterasi, tergantung kepada lokasi penyebaran kanker. Bisa juga dilakukan terapi penyinaran
dan kemoterapi.

Nov
28

ASKEP CA CERVIX
Asuhan Keperawatan kanker Serviks

A. Definisi
Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Karsinoma serviks
merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio).
Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina (Cunningham, 2010).
B. Insiden
Kanker mulut rahim (serviks) masih menjadi problem kesehatan bagi wanita, sebab
penyakit akibat human papilloma virus (HPV) tersebut menjadi “mesin pembunuh” di kalangan
kaum wanita. Kasus kanker tersebut sangat mengkhawatirkan, karena angka kejadiannya
menunjukkan trend meningkat.
Berdasarkan data di RSU dr Soetomo, tiap hari tak kurang dari delapan pasien baru kanker
leher rahim berobat, dalam setahun diperkirakan terdapat 700-800 pasien baru. Kebanyakan
pasien yang berobat berusia 40-50 tahun Frekuensi relatif di Indonesia adalah 27% berdasarkan
data patologik atau 16% berdasarkan data rumah sakit. Lebih dari tiga perempat kanker
ginekologi di RSCM adalah kanker serviks dan 62% di antaranya dengan stadium lanjut
(stadium II-III), dan merupakan penyebab kematian terbanyak di antara kematian kanker
ginekologik yaitu 66%. Di RSUD dr.Soeroto Ngawi pada tahun 2007 jumlah penderita kanker
serviks sebanyak 54 (Suhartini, 2010).
C. Etiologi
Penyebab karsinoma serviks masih berupa perkiraan, tetapi sebagian besar data
epidemiologik memasukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual. Penyebab
utamanya adalah virus yang disebut Human Papilloma (HPV) yang dapat menyebabkan kanker.
HPV 16 dan 18 secara bersama mewakili 70% penyebab kanker serviks.Biasanya sebagian besar
infeksi akan sembuh dengan sendirinya namun kadang bisa menjadi infeksi persisten yang dapat
berkembang menjadi kanker serviks (Cunningham, 2010). Virus HPV dapat ditularkan melalui
hubungan seksual. Penularan dapat juga terjadi meski tidak melalui hubungan seksual dan HPV
dapat bertahan dalam suhu panas (Cunningham, 2010).
D. Faktor Risiko
Menurut Prayitno (2005), penyebab langsung dari kanker serviks belum diketahui, namun
kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrensik, yang penting
meliputi:
1. Insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin, terutama pada gadis yang koitus pertama pada
usia muda (<16 tahun),
Hal ini terjadi karena SCJ (Squoamo Columnar Junction) wanita ini berada diluar OUE (osteum
uteri eksternum), sehingga mudah terkena infeksi serviks (Wiknjosastro, 2006).
2. Tingginya paritas (lebih dari dua anak),
Wanita dengan banyak anak diperkirakan serviks pada wanita ini sering menggalami
infeksi, sehingga terjadinya infeksi yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya kanker
serviks (Wiknjosastro,2006)
3. Berganti-ganti pasangan seksual,
4. Riwayat penyakit menular seksual (HPV),
5. Kebiasaan merokok,
6. Higiene seksual yang buruk,
7. Status sosial ekonomi yang rendah,
8. Kontrasepsi oral
E. Stadium Pada Kanker Serviks
Tujuan penentuan stadium klinik adalah untuk dapat merumuskan prognosis, menentukan
jenis pembatasan cacat, dan agar hasil penanganan dari berbagai stadium dapat dibandingkan.
Menurut Cunningham (2010), Stadium klinik yang sering digunakan adalah klasifikasi yang
dianjurkan oleh Federation International of Gynecology and Obtetricts (FIGO), yaitu sebagai
berikut :
1. Stadium 0, stadium ini disebut juga karsinoma insitu ( CIS). Tumor masih dangkal, hanya
tumbuh dilapisan sel serviks.
2. Stadium I, kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar kemanapun, stadium ini
dibedakan menjadi:
a. Stadium 1 A1, dokter tidak dapat melihat kenker tanpa mikroskop, kedalamannya kurang dari 3
mm dan besarnya kurang dari 7 mm.
b. Stadium IA2, dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop, kedalamannya antara 3-5 mm
dan besarnya kurang dari 7 mm.
c. Stadium IB1, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran tidak lebih besar dari
4 cm.
d. Stadium IB2, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran lebih besar dari 4 cm.
3. Stadium II, kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan di luar panggul. Stadium II dibagi
menjadi :
a. Stadium IIA, kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar ke jaringan yang lebih
dalam dari vagina.
b. Stadium IIB, kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks, namun belum
sampai ke dinding panggul.
4. Stadium III, kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks sepanjang
dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin ke kandung kemih.
5. Stadium IV, pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh, seperti kandung
kemih, rektum, dan paru-paru. Stadium IV dibagi menjadi:
a. Stadium IVA, kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan rektum.
b. Stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru.
F. Efek pada Maternal dan Neonatus
Terjadi proliferasi dan peningkatan friabilitas lesi, sehingga dianjurkan untuk mengangkat
lesi besar yang tumbuh keluar selama masa hamil. Selain kemandulan, sering pula terjadi pada
abortus akibat infeksi, perdarahan, dan hambatan dalam pertumbuhan janin karena neoplasma
tersebut. Kematian janin dapat pula terjadi karena serviks kaku oleh jaringan kanker, persalinan
kala satu mengalami hambatan. Ada kalanya tumornya lunak dan hanya terbatas pada sebagian
serviks, sehingga pembukaan dapat menjadi lengkap dan anak lahir spontan. Selain itu, dapat
pula teradi ketuban pecah dini dan inersia uteri. Dalam masa nifas sering terjadi infeksi. Dahulu
disangka bahwa kehamilan menyebabkan tumor bertumbuh lebih cepat dan menyebabkan
prognosis menjadi lebih buruk. Akan tetapi, ternyata bahwa kehamilan sendiri tidak
mempengaruhi kanker serviks (Cunningham, 2010).
Menurut Puteh (2008), kanker serviks yang sering ditemukan pada wanita, nantinya akan
menjadi beban biaya yang cukup besar. Namun, masih perlu diakan perkiraan beban biaya yang
diakibatkan oleh perluasan abnormal, penyakit servikal prainvasif dan invasif untuk
menunjukkan jumlah biaya yang dialokasikan untuk masalah ini. Oleh karena itu, selain
memberikan efek langsung pada wanita, kanker serviks juga memberikan pengaruh terhadap
keluarga, yaitu dalam memenuhi biaya pengobatan dan terapi pasien.
G. Patofisiologi
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel
kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina
yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK
(Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel
skuamosa baru dengan epitel kolumnar (Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya mutagen atau
bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia
dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah
transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual
dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang
mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang
mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah
gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis
masih utuh (Rahmawan, 2009). Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia
Intraepitel Serviks (NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS
terdiri dari ; NIS 1, untuk displasia ringan; NIS 2, untuk displasia sedang; dan NIS
3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.
Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai dari
displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian berkembang menjadi
karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 30-35% NIS mengalami regresi, yang
terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan
berkembang menjadi progresif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial
menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)
H. Tanda dan Gejala
Menurut Prawirohardjo (1994), kondisi pra-kanker umumnya ditemukan melalui tes Pap
Smear dimana ditemukan sel-sel abnormal. Bila sel-sel abnormal ini berkembang menjadi kanker
serviks, barulah muncul gejala-gejala sebagai berikut:
1. Kanker stadium dini sering ditandai keputihan berlebihan, berbau busuk dan tidak sembuh-
sembuh
2. Perdarahan vagina yang tidak normal
Perdarahan terjadi diantara periode menstruasi yang reguler; Periode menstruasi yang lebih lama
dan lebih banyak dari biasanya; Perdarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul;
Perdarahan pada wanita usia menopause.
3. Rasa sakit saat hubungan seksual
4. Cepat lelah
5. Kehilangan berat badan
6. Anemia
7. Pucat, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah sekitar panggul
8. Bila kanker sudah mencapai Stadium Tiga keatas, maka akan terjadi pembengkakan di
berbagai anggota tubuh seperti betis, paha dan sebagainya.
Apabila kanker serviks tidak ditangani, pada stadium lanjut ketika tumor keluar serviks dan
melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti, nyeri yang menjalar ke
pinggul atau kaki, hal ini menandakan keterlibatan ureter, dinding panggul atau nervus skiatik.
Beberapa penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuri, perdarahan rektum, sampai sulit
berkemih dan buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening, tungkai bawah dapat
menimbulkan oedema tungkai bawah, atau terjadi uremia bila terjadi penyumbatan kedua ureter
(Wiknjosastro, 2006).
I. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya menjalani screening test
untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan awal. Wanita di bawah usia 25 tahun hampir
tidak pernah terserang kanker serviks dan tidak perlu di-screening. Wanita yang tidak pernah
berhubungan badan juga tidak perlu di-screening.
1. Tes Pap Smear
Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan
melakukan Pap Smear secara teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang digunakan
untuk mengamati sel-sel leher rahim. Tes Pap dapat menemukan adanya kanker
leher rahim atau sel abnormal (pra-kanker) yang dapat menyebabkan kanker
serviks (Bryant, 2012). Hal yang paling sering terjadi adalah, sel-sel abnormal
yang ditemukan oleh tes Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat
dipakai untuk pengujian infeksi HPV (Puteh, 2008).
2. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupakan metode
pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati
apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat
dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012).
Jika hasil tes Pap atau IVA anda tidak normal, dokter akan menganjurkan tes lain untuk
membuat diagnosis yaitu Kolposkopi: Dokter menggunakan kolposkop untuk melihat leher
rahim. Kolposkop menggunakan cahaya terang dan lensa pembesar untuk membuat jaringan
lebih mudah dilihat. Alat ini tidak dimasukkan ke dalam vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan
di tempat praktek dokter atau klinik.
Biopsi: Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita diambil di tempat
praktek dokter. Lalu seorang ahli patologi memeriksa jaringan di bawah mikroskop
untuk memeriksa adanya sel-sel abnormal.
Punch Biopsi: Dokter menggunakan alat yang tajam untuk menjumput sampel kecil
jaringan serviks.
LEEP: Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris sepotong,
bulat tipis dari jaringan serviks.
Endoservikal kuret: Dokter menggunakan kuret (alat, kecil berbentuk sendok) untuk
mengikis contoh kecil jaringan dari leher rahim. Beberapa dokter mungkin menggunakan kuas
tipis lembut, bukan kuret.
Conization: Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk kerucut. Sebuah
conization, atau biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat apakah ada sel-sel
abnormal dalam jaringan di bawah permukaan leher rahim. Para dokter mungkin melakukan tes
ini di rumah sakit dengan anestesi / bius total.
Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat menyebabkan
perdarahan. Daerah ini biasanya sembuh dengan cepat. Beberapa wanita juga
merasakan rasa sakit yang mirip dengan kram menstruasi. Dokter dapat
meresepkan obat yang akan membantu mengurangi rasa sakit (Bryant, 2012).
J. Penatalaksanaan
Wanita dengan kanker prainvasif dapat diterapi dengan :
1. Bedah krio
2. Elektrokauter
3. Laser
4. LEEP (loop electrosurgical excision procedure)
5. Ionisasi serviks
Stadium I-IIA dapat diterapi dengan pembedahan (histerektomi),radiasi (limfadenektomi
bilateral) atau pembedahan-radiasi. Stadium IIB-IV diterapi primer dengan radiasi saja.
Pemberian kemoterapi, zat-zat radio sensitif, oksigen hiperbarik, dan hipertermia diberikan
bersamaan dengan terapi radiasi (Gale, 2000).
Terapi selama kehamilan
Wanita hamil dengan pap smear yang abnormal diperiksa lebih lanjut dengan kolposkopi
dan biopsi. Wanita dengnan stadium IA dapat dipantau dengan pap-smear, kolposkopi dan
biopsi. Pada kasus kanker invasif terapi harus dilakukan segera. Bagia wanita dengan usia
kehamilan kurang dari 24 minggu, kehamilan segera diakhiri. Histerektomi radikal atau terapi
radiasi dapat dipakai sebagai terapi primer (Gale, 2000).
I. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada
malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, keringat
malam. Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.
b. Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan putus
asa.
c. Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi, perubahan eliminasi urinarius
misalnya : nyeri.
d. Makanan dan Minuman
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan
pengawet, rasa).
e. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat
(dihubungkan dengan proses penyakit)
g. Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
h. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
i. Seksualitas
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau), perdarahan
sehabis senggama (pada kanker serviks), Nullgravida lebih besar dari usia 30 tahun multigravida
pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.
j. Interaksi sosial
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat perkawinan (berkenaan
dengan kepuasan), dukungan, bantuan, masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
k. Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer, riwayat pengobatan
sebelumnya (Doenges, 2000).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas
dan perubahan bentuk tubuh.
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan
dengan pasangan dan keluarga.
c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya
edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
d. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
e. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
f. Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan perawatan diri
(Doenges, 2000).
3. Intervensi Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas
dan perubahan bentuk tubuh.
Ditandai dengan : Peningkatan ketegangan, gemetaran, ketakutan, gelisah, mengekspresikan
masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
Tujuan : Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagi
Kriteria Hasil : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
dan cemas
Intervensi:
1) Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker. Tentukan apakah
dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah dicapai.
Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada
pengalaman pada kanker.
2) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalaahn konsep
tentang diagnostik.
3) Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari memperdebatkan tentang
persepsi pasien terhadap situasi.
Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan/ pilihan
berdasarkan realita.
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan
dengan pasangan dan keluarga
Ditandai dengan : Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak
berdaya, putus asa, dan tidak mampu. Tidak mengambil tanggung jawab untuk perawatan diri,
kurang mengikuti perubahan pada persepsi diri/persepsi orang lain tentang peran.
Tujuan : Meningkatkan harga diri pasien
Kriteria Hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri
dalam situasi.
Intervensi :
1) Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan pada peran sebagai
ibu rumah tangga, orang tua dan sebagainya.
Rasional : Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan
atau merangsang kemajuan penyakit.
2) Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.
Rasional : Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan apapun
perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.
3) Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase
pengobatan.
Rasional : Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker atau
efek samping terapi, banyak memerlukan dukungan tambahan selama periode ini.
4) Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).
Rasional : Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk pasien/ orang
terdekat, memberikan kontak dengan pasien dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan
dan/atau pemulihan.
c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya
edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
Ditandai dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba, frekuensi sedikit untuk berkemih atau
tak ada keluarnya urins, inkontinensia aliran berlebihan, distensi kandung kemih.
Tujuan : Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
Kriteria Hasil : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
Intervensi :
1) Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
Rasional : Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah
sedikit/kurang (< 100 ml).
2) Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh ketidakmampuan berkemih.
Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas simpisis pubis
menunjukkan retensi urine.
3) Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada baskom, penyiraman air hangat
pada perineum.
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih.
4) Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
Rasional : Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK asenden.
5) Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
Rasional : Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter intermitten/ tak
menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan parineal.
6) Pemasangan kateter bila diindikasikan
Rasional : Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandungan kemih/retensi
kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih.
d. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
Ditandai dengan : adanya keluhan nyeri, perilaku berhati-hati.
Kriteria Hasil : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal.
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang
Intervensi :
1) Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 0-10) dan
tindakan kehilangan yang digunakan.
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan
intervensi.
2) Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi, gosokkan punggung) dan aktifitas
hiburan (misalnya musik, televisi).
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
3) Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, sentuhan terapeutik)
Rasional : Memungkinkan pasien berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol nyeri
4) Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai dengan indikasi
Rasional : Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun respon individual berbeda-beda.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
Ditandai dengan : berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan bentuk
tubuh
Tujuan : tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil : penambahan berat badan progresif ke arah tujuan normalisasi
Intervensi :
1) Pantau masukan makanan
Rasional : mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi
2) Ukur TB, BB setiap hari sesuai indikasi
Rasional : membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori
3) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan adekuat
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga dengan cairan
f. Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit, dan kebutuhan pengobatan
Ditandai dengan : pernyataan/meminta informasi, mengungkapkan masalah, salah persepsi
Tujuan : pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
Kriteria Hasil : mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan
dan melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan.
Intervensi :
1) Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan pengobatan
Rasional : membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa takut
2) Berikan informasi yang jelas dan akurat
Rasional : membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang diperlukan
3) Minta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan konsep
Rasional : kesalaahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada kenyataan dan
mempengaruhi pengobatan/penurunan penyembuhan.
(Doenges, 2000).
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
a. Ansietas pasien berkurang
b. Meningkatkan harga diri pasien
c. Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
d. Nyeri hilang/berkurang
e. tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
f. pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
(Doenges, 2000).
Daftar Pustaka
Bryant, E. (2012). The Impact of policy and screening on cervical cancer in england. British Journal of
Nursing , Volume 21, s4-s10.
http://ritaalvio.blogspot.com/2012/11/askep-ca-cervix.html
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku Untuk Brunner dan Suddarth.
Jakarta : EGC
Doengoes, marillyn. 1997. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Sarwono. 1994. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sastrawinata, Sulaiman. 1973. Ginekologi. Bandung: Eleman-Elstar Offsett

También podría gustarte