Está en la página 1de 5

DIAGRAM TERNER SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN

Jurusan Kimia FMIPA


Universitas Udayana
Bukit-Jimbaran

Abstrak
Telah dilakukan percobaan yang bertujuan menentukan kelarutan zat dalam pelarut.
diagram terner sistem zat cair tiga komponen dengan menggunakan metode titrasi.
Percobaan dilakukan untuk mengukur kelarutan homogen dan heterogen tiga komponen
dalam zat cair menggunakan diagram terner. Dua larutan saling melarutkan membentuk fase
tunggal, yang tidak saling melarutkan membentuk daerah berfase dua. Dari hasil data
diperoleh variasi fraksi mol yang didapat pada kelarutan A (I=71,41%, II=26,54%,
III=2,05%, B (I= 15,16%, II=1,88%, III= 82,96%).

Kata Kunci : Diagram terner, tiga komponen, kelarutan

PENDAHULUAN tepat pada kesetimbangan diungkapkan


sebagai:
Sistem adalah suatu zat yang dapat
diisolasikan dari zat – zat lain dalam suatu V=C–P+2
bejana inert, yang menjadi pusat perhatian
dalam mengamati pengaruh perubahan
Dengan :
temperatur, tekanan serta konsentrasi zat
tersebut. Sedangkan komponen adalah yang
V = jumlah derajat kebebasan
ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan
pelarut dalam senyawa biner. Banyaknya
C = jumlah komponen
komponen dalam sistem C adalah jumlah
minimum spesies bebas yang diperlukan
P = jumlah fasa
untuk menentukan komposisi semua fase
yang ada dalam sistem. Fasa merupakan
Kesetimbangan dipengaruhi oleh suhu,
keadaan materi yang seragam di seluruh
tekanan, dan komposisi sistem. Jumlah
bagiannya, tidak hanya dalam komposisi
derajat kebebasan untuk sistem tiga
kimianya tetapi juga dalam keadaan
komponen pada suhu dan tekanan tetap
fisiknya.
dapat dinyatakan sebagai :
Pada perhitungan dalam keseluruhan
termodinamika kimia, J.W Gibbs menarik
V=3–P
kesimpulan tentang aturan fasa yang dikenal
dengan Hukum Fasa Gibbs, jumlah terkecil Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa
perubahan bebas yang diperlukan untuk maka V = 2 berarti untuk menyatakan suatu
menyatakan keadaan suatu sistem dengan sistem dengan tepat perlu ditentukan
konsentrasi dari dua komponennya.
Sedangkan bila dalam sistem terdapat dua masing komponen dilakukan sebagai
fasa dalam kesetimbangan, V = 1; berarti berikut.
hanya satu komponen yang harus ditentukan
konsentrasinya dan konsentrasi komponen
yang lain sudah tertentu berdasarkan
diagram fasa untuk sistem tersebut. Sistem
tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap
punya derajat kebebasan maksimum = 2
(jumlah fasa minimum = 1), maka diagram
fasa sistem ini dapat digambarkan dalam
satu bidang datar berupa suatu segitiga
tersebut menggambarkan suatu komponen
murni.

Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga Gambar 2.1


komponen tergantung pada daya saling larut
antar zat cair tersebut dan suhu percobaan. Titik A, B dan C menyatakan kompoenen
Misalnya ada tiga zat cair A, B dan C. A dan murni. Titik-titik pada sisi Ab, BC dan Ac
B saling larut sebagian. Penambahan zat C menyatakan fraksi dari dua komponen,
kedalam campuran A dan B akan sedangkan titik didalam segitiga menyatakan
memperbesar atau memperkecil daya saling fraksi dari tiga komponen. Titik P
larut A dan B. Pada percobaan ini hanya menyatakan suatu campuran dengan fraksi
akan ditinjau sistem yang memperbesar daya dari A, B dan C masing-masing sebanyak x,
saling larut A dan B. Dalam hal ini A dan C y dan z
serta B dan C saling larut sempurna.
Kelarutan cairan C dalam berbagai
komposisi campuran A dan B pada suhu
tetap dapat digambarkan pada suatu diagram
terner. Prinsip menggambarkan komposisi
dalam diagram terner dapat dilihat pada
gambar (1) dan (2) di bawah ini Untuk
campuran yang terdiri atas tiga komponen,
komposisi (perbandingan masing-masing
komponen) dapat digambarkan di dalam
suatu diagram segitiga sama sisi yang
disebut dengan Diagram Terner. Komposisi
dapat dinyatakan dalam fraksi massa Gambar 2 .2
(untuk cairan) atau fraksi mol (untuk
gas). Diagram tiga sudut atau diagram Titik X menyatakan suatu campuran dengan
segitiga berbentuk segitiga sama sisi dimana fraksi A = 25%, B = 25%, dan C = 50%.
setiap sudutnya ditempati komponen zat. Titik-titik pada garis BP dan BQ
Sisi-sisinya itu terbagi dalam ukuran yang menyatakan campuran dengan perbandingan
menyatakan bagian 100% zat yang berada dengan jumlah A dan C yang tetap, tetapi
pada setiap sudutnya. Untuk menentukan dengan jumlah B yang berubah. Hal yang
letak titik dalam diagram segitiga yang sama berlaku bagi garis-garis yang ditarik
menggambarkan jumlah kadar dari masing- dari salah satu sudut segitiga kesisi yang ada
dihadapannya. Daerah didalam lengkungan Pengukuran volume dilakukan dengan
merupakan daerah dua fasa. Salah satu cara buret. Untuk tiap labu, labu kosong
untuk menentukan garis binoidal atau kurva ditimbang terlebih dahulu. Kemudian
kelarutan ini ialah dengan cara menambah ditambahkan cairan A dan ditimbang lagi,
zat B ke dalam berbagai komposisi kemudian ditambahkan cairan C dan
campuran A dan C. Titik-titik pada ditimbang sekali lagi.
lengkungan menggambarkan komposisi
sistem pada saat terjadi perubahan dari Tiap campuran dalam labu 1 sampai dengan
jernih menjadi keruh. Kekeruhan timbul 5 dititrasi dengan zat B sampai tepat timbul
karena larutan tiga komponen yang kekeruhan kemudian dicatat jumlah volume
homogen pecah menjadi dua larutan za B yang digunakan. Titrasi dilakukan
konjugat terner. dengan perlahan-lahan. Kemudian setiap
labu ditimbang sekali lagi untuk
BAHAN DAN METODE menentukan massa cairan B dalam setiap
labu.
Alat dan Bahan Penelitian
Tahap 1 dan 2 diulangi lagi dengan
Alat dan bahan ini diberikan pada tabel 2. penggunaan cairan B dan C dan dititrasi
dengan cairan A.
Alat Bahan
Labu Erlenmeyer Aquades Keterangan:

Buret 50 mL Kloroform Percobaan I = A = Aquades, B = Kloroform,


C = Asam asetat
Neraca westephal Asam asetat glasial
Percobaan II = A = Aquades, B = CCl4, C =
Pipet ukur Etanol

Statif HASIL DAN PEMBAHASAN

Klem Praktikum kelarutan zat ini bertujuan untuk


mengetahui berapa perbandingan pelarut
Tabel 2. Bahan dan Alat yang Digunakan yang harus ditambahkan sehingga dapat
melarutkan suatu zat, sehingga didapatkan
Metoda Penelitian perbandingan komponen yang mempunyai
efisiensi yang besar, baik dari segi
banyaknya zat yang dibutuhkan ataupun
Dalam labu erlenmeyer bertutup yang bersih
dari segi sifat zatnya sendiri.
dan kering, dibuat lima macam campuran
cairan A dan C yang saling larut dengan
komposisi sebagai berikut : Pemisahan menggunakan pelarut yang tidak
larut dengan sempurna terhadap campuran,
tetapi dapat melarutkan salah satu
Labu 1 2 3 4 5
komponen (solute) dalam campuran. Metode
yang digunakan ialah metode titrasi.
mL A 1 3 5 7 9
Pemisahan dilakukan dengan menggunakan
pelarut yang tidak larut dengan sempurna
mL B 9 7 5 3 1
terhadap campuran, tetapi dapat melarutkan etanol yang dititrasi aquades. Dilakukan
salah satu komponen dalam campuran seperti percobaan sebelumnya. Seperti
tersebut. Pada praktikum dicampurkan tiga halnya pada saat titrasi, kecepatan
komponen berfasa cair (aquades, kloroform kekeruhan yang terjadi pada labu tidak
dan asam asetat glasial). Air dan asam asetat bertahap sesuai dengan kadar CCl4 yang
dapat larut sempurna, demikian pula halnya terkandung pada masing-masing labu.
dengan CCl4 dan asam asetat . Berbeda Dengan kata lain, volume aquades yang
dengan air dan CCl4, dimana CCl4 tidak digunakan untuk mencapai titik kekeruhan
larut dalam air , karena CCl4 bersifat non mengalami kenaikan dan penurunan yang
polar sehingga tidak dapat larut dalam acak. Berdasarkan data pengamatan dan
campuran air yang bersifat polar. perhitungan yang telah diperoleh semakin
banyak quades yang digunakan dan volume
Ditambahkan asam asetat glasial yang CCl4 yang diperlukan semakin sedikit, maka
berfungsi sebagai emulgator karena asam aquades yang digunakan semakin sedikit.
asetat glasial larut dalam kloroform maupun
air. Percobaan dibagi menjadi 2 yaitu Saat penambahan larutan dengan komposisi
percobaan titrasi 1 dimana titrat yang kloroform terbanyak dan air terbanyak
digunakan adalah CCl4 dan asam asetat terjadi dua lapisan pada larutan. Lapisan atas
glasial, serta kloroform sebagai titran. merupakan campuran dari air dan asam
Untuk percobaan titrasi 2 titrat yang asetat glasial dan lapisan bawah adalah
digunakan yaitu CCl4 dan etanol, sedangkan kloroform. Berat jenis kloroform adalah
titran yang digunakan yaitu aquades. Titik 1,3752 gr/mL, air 1 gr/mL dan asam asetat
akhir titrasi telah tercapai dengan glasial 1,05 gr/mL. Berdasarkan berat jenis
terbentuknya larutan keruh yang tersebut dapat dilihat bahwa kloroform
menandakan telah terpisahnya komponen- memiliki berat jenis yang lebih besar,
komponen campuran dari larutan tiga sehingga kloroform berada pada lapisan
komponen menjadi dua komponen larutan bawah larutan.
terner terkonjugasi.
Berdasarkan hasil perhitungan, untuk
Pada titrasi pertama dilakukan lima membuat suatu kurva kelarutan tiga
pengulangan pada masing-masing komponen zat cair tersebut dalam satu
erlenmeyer, yakni mencampurkan CCl4 bidang datar berupa suatu segitiga sama
dengan asam asetat dengan perbandingan sisi digunakan faraksi mol. Tiap sudut
yang berbeda-beda. Kecepatan kekeruhan segitiga itu menggambarkan suatu
yang timbul pada labu tidak bertahap sesuai komponen murni. Titik menyatakan
dengan kadar air yang terkandung pada campuran terner dengan komposisi x% mol
masing-masing labu. Semakin banyak asam A, y% mol B dan z% mol C. Jumlah fasa
asetat glasial yang dicampurkan dengan dalam sistem zat cair tiga komponen
aquades maka semakin banyak pula bergantung pada daya saling larut antar zat
kloroform yang dibutuhkan untuk mencapai cair tersebut. Larutan yang mengandung dua
titik ekivalen. Jadi asam asetat glasial dapat komponen yang saling larut sempurna akan
menaikan kelarutan kloroform dalam air. membentuk daerah berfase tunggal,
misalnya pada campuran CCl4 dan asam
Pada titrasi kedua metode titrasi ini dapat asetat maupun campuran dan asam asetat,
digunakan untuk memisahkan campuran sedangkan untuk komponen yang tidak
yang terdiri dari dua cairan yaitu CCl4 dan saling larut sempurna atau larut sebagian
membentuk daerah dua fase yakni antara
aquades dengan CCl4.

KESIMPULAN

Pada praktikum ini, diketahui bahwa Dua


komponen larutan yang saling melarutkan
akan membentuk fase tunggal dan yang tak
saling melarutkan akan membentuk daerah
berfase dua. Kelarutan dari zat dalam
pencampuran dapat dinaikan atau diturunkan
dengan melihat perbandingannya dari
diagram terner. Pencampuran zat akan
homogen (saling melarutkan) jika
komposisinya sesuai perbandingan, apabila
komposisi salah satunya melebihi maka
akan terjadi pencampuran heterogen. Titik
akhir titrasi ditandai adanya kekeruhan pada
campuran yang menandakan kelarutan dari
cairan berkurang dan menunjukkan telah
terpisahnya komponen-komponen campuran
larutan tiga komponen menjadi dua
komponen larutan terner terkonjugasi.

DAFTAR PUSTAKA

Dogra, S.K. 1990. Kimia Fisik dan Soal-


soal, Cetakan Pertama. Universitas
Indonesia Press: Jakarta.

Purba, Michael. 2000. Kimia Kelas 2 SMU.


Jakarta : Erlangga

R. A. Alberty dan F. Daniels. 1983. Kimia


Fisika. Erlangga: Jakarta

Tim Laboratorium Kimia Fisika. 2012.


Penuntun Praktikum Kimia Fisika II.
Jurusan Kimia.

FMIPA. Universitas Udayana: Bukit


Jimbaran.

También podría gustarte