Está en la página 1de 5

Yono Suhendro / XII IA3 / 20

Kelompok Dodol
Butir-butir air bagaikan mutiara, menetes di antara dedaunan. Hawa dingin
menyelimuti pagi itu sehingga menambah sejuknya udara. Burung-burung juga mulai
berkicauan menyongsong mentari pagi yang sudah menampakkan diri. “Kukuruyu...”
begitulah bunyi ayam jantan milik Pak Doli berbunyi ketika pagi hari. Mendengar bunyi
ayam yang berkokok, Doni pun terbangun lalu segera membuka jendela kamarnya. “Haaa,
segarnya udara pagi ini!” kata Doni sambil menghirup segarnya udara pagi hari. Setelah itu ia
membereskan tempat tidurnya dan mandi. Setelah mandi, ia pun segera memakai seragam
sekolahnya lalu turun ke bawah untuk sarapan pagi. “Ma, hari ini Doni pulangnya terlambat
ya. Soalnya hari ini Doni ada bimbingan belajar di sekolah.” kata Doni. “Iya, nak. Kamu
belajarnya yang rajin yah..” kata Mama. Sekarang Doni telah duduk di kelas 6 SD. Ia juga
harus mempersiapkan dirinya untuk menghadapi Ujian Nasional dengan belajar. Setelah
selesai sarapan, Doni pun berangkat ke sekolah.
Ketika Doni sampai di sekolah, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Rudi, Ika, dan
Joni. “Hai Don!” sapa Rudi, Ika, dan Joni dengan kompak kepada Doni. Rudi, Ika, dan Joni
adalah teman dekat Doni di sekolah. Mereka merupakan anak yang pintar seperti Doni.
Namun, Rudi, Ika, dan Joni adalah orang yang suka memilih-milih teman. Hanya orang-
orang pintar di kelas saja yang menjadi teman mereka. “Hai Rudi, Ika, Joni selamat pagi!”
sahut Doni, lalu meraka bersama-sama masuk ke kelas. “Oya, Don kamu tahu tidak, kalau di
kelas kita nanti ada anak baru loh!” kata Rudi dengan penuh semangat. “Benarkah? Aku
benar-benar penasaran siapa anak itu?” sambung Doni. Tiba-tiba seorang anak laki-laki pun
memasuki kelas mereka. “Anak-anak, kita kedatangan murid baru bernama Joko Widodo. Ia
adalah murid pindahan dari SDN 06 di Semarang. Nah, Joko kamu silahkan duduk di
samping Ardi.” kata Bu Ita seorang guru mata pelajaran IPA. Ardi adalah seorang anak
kurang disukai di kelasnya. Walaupun tidak sepintar Doni maupun Rudi, Ardi adalah anak
yang baik, tidak pernah memilih-milih teman apalagi bersikap sombong. “Hai Jok,
perkenalkan namaku Ardi, senang berkenalan dengan kamu.” sapa Ardi dengan senyuman.
“Hai juga Ardi, senang berkenalan dengan kamu.” balas Joko dengan logat Jawanya.
Pelajaran pun berlangsung setelah Bu Ita memperkenalkan murid baru.
“Eh, Don kelihatannya anak baru itu kampungan sekali yah? Cara bicaranya saja
medok banget! Ih, malas banget deh kalau mau berteman dengan dia!” kata Rudi. “Sudahlah,
perhatikan dulu kalau Bu Ita sedang menjelaskan!” tegur Doni dan Rudi pun terdiam lalu
memperhatikan penjelasan Bu Ita. Setelah selesai menjelaskan, lalu Bu Ita memberikan tugas
Yono Suhendro / XII IA3 / 20

untuk dikerjakan. “Anak-anak, setelah mendengarkan penjelasan Ibu tentang materi ini, Ibu
ingin kalian membentuk kelompok. Tugas kalian adalah mengerjakan soal-soal yang akan Ibu
tuliskan di papan tulis ini.” dan seperti biasa Doni, Rudi, Ika, dan Joni selalu bersama lalu
mereka membentuk kelompok. Ardi, Joko, Nuri, dan Tara juga bersama membentuk
kelompok. Usai mereka mengerjakan soal dari Bu Ita lalu mereka mengumpulkan tugas itu.
Setelah selesai, pelajaran dilanjutkan dengan bimbel di kelas hingga sore hari. Setelah bimbel
selesai, murid-murid kelas 6 pun pulang. Jika anak-anak lain setelah pulang bimbel langsung
tidur atau bermain, lain halnya dengan Doni. Ia tetap mengulang apa yang telah ia pelajari di
sekolah kemudian baru tidur.
Esok harinya di sekolah, ketika Bu Ita kembali memberikan tugas yang harus
dikerjakan dengan kelompok, seperti biasa kelompok pintar sebutan untuk kelompok yang
terdiri dari Doni, Rudi, Ika, dan Joni sudah terbentuk. Hal ini terus berlangsung saat Bu Ita
memberi tugas kelompok untuk yang berikutnya. Nilai-nilai yang paling bagus juga sering
diperoleh kelompok Doni. Banyak murid yang iri kepada kelompok pintar ini. Bu Ita juga
bangga melihat nilai-nilai bagus yang diperoleh Doni, Rudi, Ika dan Joni. Lain halnya dengan
kelompok pintar, lain pula dengan kelompok dodol. Kelompok dodol adalah julukan untuk
kelompok yang dibentuk oleh Ardi, Joko, Nuri dan Tara. Memang kadang menyakitkan hati
jika dibilang dodol, namun mereka tidak pernah menghiraukannya.
”Hei kelompok dodol!” ejek Rudi, Ika dan Joni kompak. Ejekan tersebut menjadi
bahan tertawaan murid-murid di kelas. Mereka tidak menghiraukannya sama sekali. “Ya
ampun kok nama kelompok mereka dodol seh?” ledek Ika. “Ya karena orang-orang dalam
kelompok itu kan dodol semua!” sambung Joni. Sekejap tawaan murid-murid mulai meledak
lagi sehingga keadaan semakin ribut. Mereka tetap saja tidak menghiraukan ejekan mereka.
Akhirnya Bu Ita pun masuk ke kelas. “Anak-anak, berhubung untuk nilai tugas akhir kalian.
Ibu ingin kalian membuat sebuah karya ilmiah dan harus dipresentasikan. Kalian sendiri yang
menentukan karya apa yang akan kalian buat. Tetapi ada satu hal yang ingin Ibu sampaikan,
yaitu kelompok kalian akan Ibu pilihakan.” kata Bu Ita. Seketika suasana di kelas pun
menjadi ribut karena murid-murid penasaran dengan kelompok yang akan Bu Ita pilihkan.
Pembagian kelompok pun dimulai. Rudi, Ika, Joni, Melati, dan Teddy menjadi satu
kelompok. Pembagian kelompok terus berlangsung hingga kelompok terakhir. Terdengar
nama Doni, Ardi, Joko, Nuri, dan Tara menjadi satu kelompok. Murid-murid yang lain
tertawa ketika nama Doni menjadi satu kelompok dengan Ardi, Joko, Nuri dan Tara. Seketika
itu lonceng tanda istirahat pun berbunyi, murid-murid pun segera memberi salam kepada Bu
Ita lalu pergi istirahat. “Eh, Don selamat yah!” kata Rudi. “Iya, sekali lagi selamat loh Don!
Yono Suhendro / XII IA3 / 20

Hahaha..” sambung Ika. “Berarti nggak lama lagi Doni juga akan jadi dodol dong seperti
mereka? Hahaha..” lanjut Joni. “Iih, kalian ini apaan seh? Nggak usah ngejek aku deh!” kata
Doni dengan kesal. “Duh, kasihan kamu Don dengan kelompok dodol itu. Mereka itu
orangnya nggak pintar!” kata Rudi. “Betul tuh, coba liat saja si Ardi. Dia itu nggak pandai
dalam soal hitung-hitungan. Terus, si Joko juga kurang fasih dalam berbicara Bahasa Inggris
karena logat Jawanya yang medok itu!” sambung Ika. “Iya, terus Nuri orangnya nggak
nyambung kalau diajak bicara. Kemudian cara berpikirnya juga lmabat lagi. Kalau Tara, dia
ngomongnya gagap. Jadi, kalau presentasi susah karena ngomongnya nggak lancar!” lanjut
Joni. Dalam benak Doni, sebenarnya ia juga merasakan hal yang sama seperti yang teman-
temannya bicarakan. Tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa lalu meninggalkan mereka.
Ketika Doni hendak pergi ke kelas, ia berjumpa dengan Ardi, Joko, Nuri dan Tara.
“Hai, Don! Senang bisa satu kelompok dengan kamu” kata Ardi dengan ramah. “Iya, kami
sangat senang loh, Don. Apalagi orang sepintar kamu bisa bergabung dengan kelompok
kami.” sambung Joko. “Dengan begitu kita bukan lagi kelompok dodol!” lanjut Nuri dengan
gembira. Namun, Doni tidak berkata-kata. Ia hanya tersenyum sumringah saja. “Oya, hari
Minggu kita kerja kelompok yuk di rumahku? Soalnya tugas dari Bu Ita kan kumpulnya hari
Senin” ajak Ardi. “Ide yang bagus!” sahut Tara. “Bagaimana Don? Kamu bisa?” tanya Ardi.
Doni hanya mengangguk-angguk saja dengan ajakan Ardi. “Kalau begitu kita sepakat kerja
kelompoknya hari Minggu di rumah Ardi!” kata Nuri dengan penuh semangat. Akhirnya
mereka pun kembali ke dalam kelas dan siap menerima pelajaran selanjutnya.
Tepat Hari Minggu di rumah Ardi. Nuri, Tara, dan Joko sudah datang. Namun, Doni
masih belum datang. Doni merasa malu menjadi anggota kelompok mereka. Apalagi
sekarang di sekolah, Doni sering diejek karena menjadi bagian dari kelompok mereka.
Akhirnya Doni memutuskan untuk tidak ikut kerja kelompok. “Duh, Doni kok lama banget
sih datangnya?” kata Nuri. “Iya nih, sudah hampir satu jam kita nunggu dia. Jangan-jangan
dia malu menjadi kelompok kita?” kata Joko dengan kecewa. “Sudah, jangan berpikir seperti
itu. Nggak baik kalau kita berprasangka buruk kepada teman kita sendiri.” sanggah Ardi.
“Terus kita harus bagaimana dong?” tanya Tara. “Ya kita buat dulu saja karya kita, lalu
tinggal Doni yang mempresentasikan hasilnya, bagaimana?” usul Ardi. “Wah, boleh juga.
Oya, aku punya ideh nih! Gimana kalau kita membuat karya ilmiah tentang tata surya?”
sambung Joko. “Kami setuju, Jok!!” jawab Ardi, Nuri, dan Tara dengan kompok. Lalu
mereka tertawa bersama dan setelah itu mereka mengerjakan karya mereka hingga selesai.
Besoknya di sekolah, Doni malu bertemu dengan mereka. Doni juga telah merancang
sendiri sebuah jam pasir sederhana yang akan dipresentasikannya sendiri tanpa anggota
Yono Suhendro / XII IA3 / 20

kelompoknya yang lain. Namun, tiba-tiba ia bertemu dengan Ardi. “Hai Don, kok kemarin
kamu nggak datang sih?” tanya Ardi. Doni hanya diam saja lalu pergi meninggalkan Ardi.
“Hei Don, jangan kabur dong!” kata Ardi lalu menarik tangan Doni. “Iih, apaan sih? Nggak
usah tarik-tarik tanganku!” jawab Doni. “Ceritakan dong, ada apa sih dengan kamu?” tanya
Ardi lagi. “Kamu tahu, sebenarnya aku malu ada di kelompok kalian! Aku sering diejek sama
teman-temanku yang lainnya karena bergaul dengan kelompok yang dodol! Sebagai gantinya,
aku akan memberi tahu Bu Ita kalau aku akan mempresentasikan hasil karyaku sendiri.” Doni
memberi alasan. “Tapi kami juga sudah membuat sebuah karya tentang tata surya. Kamu kan
paling suka dengan tata surya, jadi kami berharap kamu mau mepresentasikannyaa untuk
kami.” pinta Ardi. Lalu tanpa berkata-kata, Doni pun pergi menuju ke kelas meninggalkan
Ardi.
Pelajaran Bu Ita pun di mulai. Sesuai janji, Bu Ita menyuruh murid-muridnya untuk
mempresentasikan hasil karya ilmiah mereka, dimulai dari kelompok pertama, yaitu Rudi, Ika,
Joni, Melati, dan Teddy. Kemudian dilanjutkan dengan kelompok yang lain dan akhirnya
sampai dengan giliran kelompok terakhir untuk maju mempresentasikan hasil karya ilmiah
mereka. Doni yang merupakan salah satu anggota kelompok tersebut maju sendiri dengan
membawa jam pasir sederhana buatanya. Saat ia hendak mempresentasikan karyanya Bu Ita
bertanya, “Lho, kenapa kamu presentasinya sendiri?” lalu Doni menjawab, “Saya malu Bu
menjadi kelompok dodol.” Tiba-tiba Ardi, Nuri, Joko, dan Tara maju dan membawa serta
hasil karya mereka. “Walaupun kamu di kelompok dodol, tapi kamu tetap yang terpintar bagi
kami.” puji Nuri. “Iya, betul!” sahut Tara dan Joko. “Jadi, kamu mau mempresentasikannya
untuk kami?” tanya Ardi. Karena merasa bersalah dan tidak enak hati atas tindakannya yang
tidak membantu mereka mengerjakan tugas karya ilmiah ini, akhirnya Doni pun mau
mempresentasikannya. Ketika Doni mempresentasikannya, semua mendengar dengan
seksama dan merasa tertarik dengan karya kelompoknya Doni. Setelah presetansi semuanya
memberi tepuk tangan kepada kelompok Doni.
“Wah, bagus sekali penjelasanmu Don!” puji Ardi. “Ibu, bangga sekali melihat hasil
karya kelompok kalian dan penjelasan mengenai karya kalian juga bagus. Jadi Ibu akan
memberi nila A+ untuk kelompok kalian.” Kata Bu Ita. “Yess!!” teriak mereka. “Teman-
teman, aku minta maaf yah karena aku terlalu meremehkan kalian.” kata Doni dengan penuh
penyesalan. “Nggak apa-apa kok Don! Biarin saja orang berkata begitu, kami tidak
tersinggung kok.” jawab Ardi. Lalu Rudi dari tempat duduknya meneriaki mereka, “Dasar
kelompok dodol!” Kemudian Tara membalas ucapan Rudi dan berkata, “Memang kami dodol
kok, manis dan legit!” Ucapan itu lalu membuat seisi kelas tertawa.
Yono Suhendro / XII IA3 / 20

Amanat dari cerita di atas adalah


1. Jangan memandang rendah orang lain.
2. Hargailah kekurangan orang lain dan jangan terlalu dibesar-besarkan.
3. Jangan mudah marah jika kita diejek dan bersikap sabarlah.
4. Hormatilah perbedaan antar manusia

También podría gustarte