Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
a. Pengantar
b. Batasan Masalah
Corak atau jenis masalah yang dihadapi oleh suatu organisasi biasanya
dapat dikelompokkan kedalam dua golongan, yaitu masalah yang sederhana
(simple problem) dan masalah yang rumit (complex problem). Corak atau jenis
masalah yang berbeda akan menyebabkan cara pengambilan keputusan yang
berbeda pula.
Pengertian masalah sederhana adalah masalah yang mempunyai ciri-ciri
antara lain berskala kecil, berdiri sendiri dalam arti kurang memiliki sangkut paut
dengan masalah yang lain, tidak mengandung konsekuensi yang besar, serta
pemecahannya tidak memerlukan pemikiran yang luas dan mendalam.
Terhadap masalah yang sederhana seperti ini, maka pengambilan
keputusan dalam rangka pemecahan masalah dilakukan secara individual oleh
setiap pimpinan. Teknik yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah
sederhana ini pada umumnya dilakukan atas dasar intuisi, pengalaman, kebiasaan
dan wewenang yang melekat pada jabatannya.
Sementara itu, masalah rumit adalah masalah yang mempunyai ciri-ciri
antara lain berskala besar, tidak berdiri sendiri melainkan memiliki kaitan erat
dengan masalah-masalah lain, mengandung konsekuensi yang besar, serta
pemecahannya memerlukan pemikiran yang tajam dan analitis. Oleh karenanya,
pengambilan keputusan atas masalah kompleks ini dilakukan secara kelompok
yang melibatkan pimpinan dan segenap staf pembantunya. Masalah rumit dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu masalah yang terstruktur (structured
problems), dan masalah yang tidak terstruktur (unstructured problems).
Structured problems adalah masalah yang jelas faktor-faktor penyebabnya,
bersifat rutin dan dan biasanya timbul berulang kali sehingga pemecahannya dapat
dilakukan dengan teknik pengambilan keputusan yang bersifat rutin, repetitif dan
dibakukan. Karena sifatnya yang rutin dan baku, maka pengambilan keputusan
menjadi relatif lebih mudah atau cepat, dimana salah satu caranya adalah dengan
penyusunan metode / prosedur / program tetap atau pembakuan-pembakuan
lainnya.
Pada masalah yang tidak terstruktur, proses pengambilan keputusan
menjadi lebih sulit dan lebih lama. Sebab, masalah yang tidak terstruktur ini
merupakan penyimpangan dari masalah organisasi yang bersifat umum, tidak
rutin, tidak jelas faktor penyebab dan konsekuensinya, serta tidak repetitif
kasusnya. Oleh karenanya, diperlukan teknik pengambilan keputusan yang
bersifat non-programmed decision-making.
2. Sifat dan Tipe Masalah
a. Sifat Masalah
1. Saling ketergantungan
Masalah publik bukanlah masalah yg berdiri sendiri, tetapi saling terkait satu
dengan yang lainnya. Contohnya saja masalah pengangguran yang menyebabkan
kemiskinan akan meningkatkan angka kriminalitas. Contoh lain yang yang saat ini
sedang menjadi buah bibir adalah mengenai kenaikan harga BBM yang pasti
meningkatkan biaya transportasi, dan berdampak pula pada kenaikan harga
kebutuhan pokok.
2. Subyektifitas
Sebagai contohnya sampah rumah tangga tidak jadi masalah bagi penduduk
pedesaan, tapi jadi masalah besar bagi warga perkotaan.
3. Sifat buatan/artficiality
Solusi terhadap masalah selalu berubah. Banyak solusi yang bisa ditawarkan
untuk memecahkan masalah. Cara pandang orang terhadap masalah akan
menentukan solusi yg ditawarkan untuk pemecahan masalah tersebut. Masalah yg
sama belum tentu dapat dipecahkan dengan kebijakan yg sama,
A) Masalah Terstruktur
Contoh :
Contoh :
Contoh :
1. Perumusan masalah
2. Agenda setting
3. Formulasi kebijakan
4. Legitimasi kebijakan
5. Implementasi kebijakan
6. Evaluasi Kebijakan
Perumusan masalah merupakan aktivitas yang amat penting dalam proses
kebijakan publik. Oleh karena hal ini akan berpengaruh terhadap langkah-langkah
berikutnya.
Kebijakan yang disusun dengan baik, dan dilaksanakan secara efisien oleh
lembaga yang kompeten tidaklah berarti jika kebijakan tersebut didasarkan atas
masalah yang dirumuskan secara salah à the third error type: melaksanakan
kebijakan secara benar untuk meme-cahkan masalah yang dirumuskan
secara salah.
a. Masalah Kebijakan
3). Artifisial, yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis, sehingga
dapat menimbulkan masalah kebijakan.
4). Dinamis, yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan
yang terus menerus. Pemecahan masalah justru dapat memunculkan masalah baru,
yang membutuhkan pemecahan masalah lanjutan.
5). Tidak terduga, yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan dan
sistem masalah kebijakan.
b. Issue kebijakan
Isu kebijakan publik sangat penting dibahas untuk membedakan istilah yang
dipahami awam dalam perbincangan sehari-hari yang sering diartika sebagai
”kabar burung”. Isu dalam sebuah kebijakan sarat memiliki lingkup yang luas
yang meliputi berbagai persoalan yang ada di tengah masyarakat. Oleh karenanya
memahami konsep isu sangat akan sangat membantu para analis dalam
menganalisis kebijakan publik.
Sekalipun harus diakui dalam pelbagai literatur istilah isu itu tidak pernah
dirumuskan dengan jelas, namun sebagai suatu "technical term' utamanya dalam
konteks kebijakan publik, muatan maknanya lebih kurang sama dengan apa yang
kerap disebut sebagai "masalah kebijakan" (policy problem). Dalam analisis
kebijakan publik, konsep ini menempati posisi sentral. Hal ini mungkin ada
kaitannya dengan fakta, bahwa proses pembuatan kebijakan publik apa pun pada
umumnya berawal dari adanya awareness of a problem (kesadaran akan adanya
masalah tertentu). Misalnya, gagalnya kebijakan tertentu dalam upayanya
mengatasi suatu masalah pada suatu tingkat yang dianggap memuaskan. Tapi,
pada situasi lain, awal dimulainya proses pembuatan kebijakan publik juga bisa
berlangsung karena adanya masalah tertentu yang sudah sekian lama
dipersepsikan sebagai "belum pernah tersentuh" oleh atau ditanggulangi lewat
kebijakan pemerintah. Pada titik ini kemudian mulai membangkitkan tingkat
perhatian tertentu.
Jadi, pada intinya isu kebijakan (policy issues) lazimnya muncul karena
telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang
telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter
permasalahan itu sendiri.
Isu kebijakan dengan begitu lazimnya merupakan produk atau fungsi dari
adanya perdebatan baik tentang rumusan rincian, penjelasan, maupun penilaian
atas suatu masalah tertentu . Pada sisi lain, isu bukan hanya mengandung makna
adanya masalah atau ancaman, tetapi juga peluang-peluang bagi tindakan positif
tertentu dan kecenderungan-kecenderungan yang dipersepsikan sebagai
memiliki nilai potensial yang signifikan. Dipahami seperti itu, maka isu bisa
jadi merupakan kebijakan-kebijakan alternatif (alternative policies). atau suatu
proses yang dimaksudkan untuk menciptakan kebijakan baru, atau kesadaran
suatu kelompok mengenai kebijakan tertentu yang dianggap bermanfaat bagi
mereka. Singkatnya, timbulnya isu kebijakan publik terutama karena telah terjadi
konflik atau “perbedaan persepsional” di antara para aktor atas suatu situasi
problematik yang dihadapi oleh masyarakat pada suatu waktu tertentu.
Sebagai sebuah konsep, makna persepsi (perception) tidak lain adalah
proses dengan mana seseorang atau sekelompok orang memberikan muatan
makna tertentu atas pentingnya sesuatu peristiwa atau stimulus tertentu yang
berasal dari luar dirinya. Singkatnya, persepsi adalah "lensa konseptual"
(conceptual lense) yang pada diri individu berfungsi sebagai kerangka analisis
sesungguhnya amat bersifat subjektif. Dilihat dari sudut ini, maka besar
kemungkinan masing-masing orang kelompok, atau pihak-pihak tertentu dalam
sistem politik yang berkepentingan atas sesuatu isu akan berbeda-beda dalam cara
memahami dan bagaimana merumuskannya. Persepsi ini, pada gilirannya juga
untuk memahami suatu masalah. Karena dipengaruhi oleh daya persepsi inilah,
maka pemahaman, dan tentu saja perumusan atas suatu isu, sesungguhnya amat
bersifat subjektif. Dilihat dari sudut ini, maka besar kemungkinan masing-masing
orang kelompok, atau pihak-pihak tertentu dalam sistem politik yang
berkepentingan atas sesuatu isu akan berbeda-beda dalam cara memahami dan
bagaimana merumuskannya. Persepsi ini, pada gilirannya juga akan
mempengaruhi terhadap penilaian mengenai status peringkat yang terkait pada
sesuatu isu.
Dilihat dari peringkatnya, maka isu kebijakan publik itu, secara berurutan
dapat dibagi menjadi empat kategori besar, yaitu isu utama, isu sekunder, isu
fungsional, dan isu minor . Kategorisasi ini menjelaskan bahwa makna penting
yang melekat pada suatu isu akan ditentukan oleh peringkat yang dimilikinya.
Artinya, makin tinggi status peringkat yang diberikan atas sesuatu isu, maka
biasanya makin strategis pula posisinya secara politis. Sebagai kasus yang agak
ekstrem, dan perspektif politik bandingkan misalnya antara status peringkat
masalah kemiskinan vs masalah pergantian pengurus organisasi politik di tingkat
kecamatan. Namun. perlu kiranya dicatat bahwa kategorisasi isu di atas
hendaknya tidak dipahami secara kaku. Sebab, dalam praktek, masing-masing
peringkat isu tadi bisa jadi tumpang tindih, atau suatu isu yang tadinya hanya
merupakan isu sekunder, kemudian berubah menjadi isu utama.
Sebuah kebijakan yang diambil oleh pemerintah awalnya tidak serta merta
langsung diagendakan menjadi sebuah kebijakan public. Ada tahap-tahap sebuah
masalah atau issue itu pada akhirnya diagendakan oleh pemerintah untuk diambil
kebijakannya. Pemerintah melihat apakah masalah itu menyebar luas di
masyarakat, bahkan sampai membuat gaduh masyarakat, sehingga pemerintah
perlu mengambil tindakan berupa kebijakan mengenai masalah tersebut agar tidak
terjadi kekacauan di masyarakat.
Berikut saya berikan 5 contoh kasus yang akhirnya menjadi kebijakan public.
1. Kasus Prita Mulyasari
Kasus ini bermula ketika seorang ibu bernama Prita curhat melalui jejaring social
facebook mengenai pelayanan Rumah Sakit Omni Internasional yang tidak
memadai di Tengerang. Dia mengeluarkan unek-uneknya atau kejengkelannya
terhadap pelayanan RS yang dianggapnya tidak professional.
Curhatan Prita diketahui oleh media, sehingga mereka mengekspos hal ini dalam
penerbitan beritanya. Ada yang melalui surat kabar, internet dan TV yang nyata-
nyatanya disaksikan oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Akibatnya hampir
semua orang membicarakan kasus ini sepanjang waktu, kemudian muncul Pro dan
Kontra terhadap Prita di masyarakat. Ada pihak yang mendukung Prita dan ada
pihak yang tidak suka kepada Prita. Di pihak lain RS Omni Internasional
menggugat Prita secara Perdata dan Pidana sehingga dia sempat dipenjara karena
melakukan pencemaran nama baik.
3. Kasus Manohara
Tersebar issue mengenai penganiayaan dan kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) yang dilakukan oleh sang pangeran Kelantan, Malaysia terhadap istrinya
Manohara Odelia Pinot yang merupakan wanita asal Indonesia.
Munculnya kasus ini menjadi tranding topic dalam setiap pemberitaan media
massa tanah air. Dikarenakan ini menyangkut kehormatan seorang istri yang
merupakan perempuan asli Indonesia. Di samping itu, hal ini juga memunculkan
kembali rivalitas yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia yang selama ini
memang selalu berkonflik, terlebih lagi KDRT ini dilakukan oleh sang pangeran
Kelantan terhadap istrinya seorang warga negara Indonesia.
Sebagai seorang anggota Komisi III DPR RI, apalagi sebagai seorang bendahara
partai penguasa saat ini, pemberitaan Nazaruddin sangat cepat. Seluruh media
memberitakan hal ini sepanjang hari. Kemudian mereka juga menelusuri
kebenaran kabar ini.
Kasus ini hampir dibicarakan oleh semua orang sepanjang hari. Hingga muncullah
aksi demo-demo agar operator jaringan mengembalikan pulsa mereka yang telah
disedot.
Melihat bahwa situasi semakin genting dan tidak kondusif kalau-kalau terjadi
demo besar-besaran terhadap pemerintah, maka pemerintah melalui menteri
komunikasi dan informasi Tifatul Sembiring mengambil kebijakan untuk
menghentikan layanan sms premium seperti penawaran konten-konten broadcast,
pop screen, dll dengan waktu yang ditentukan kemudian. Hal ini dilakukan agar
kepercayaan masyarakat kembali tercipta
Contoh lain:
Ada satu gejala paradox dar reformasi yang telah berlangsung pada tahun
1998 lalu, adalah mawabahnya ‘lapangan pekerjaan baru’ yaitu makelar proyek.
Ironisnya seringkali para pelaku makelar proyek ini adalah para mantan aktifis
gerakan yang dulunya menggemborkan reformasi dan penghancuran KKN. Justru
kemudian merekalah yang melakukan KKN. Praktek KKN di Indonesia begitu
sulit untuk diberantas ibaranya kita mencoba menguras air laut, dalam hal
pelelangan proyek (tender) hinggga saat ini tidak terlepas dari rekayasa, sehingga
system penunjukkan langsung masih tetap terjadiini diakibatkan adanya
permainan antara panitia lelang dan pelaksana proyek dengan mengadakan
rekayasa tenderisasi proyek dengan cara, misalnya, PT F adalah rekanan yang
sudah puluhan tahun bekerja sebagai pelaksana proyek di lingkungan
pemerintahan Indonesia dalam artian sudah mengerti dan faham aturan main
mengenai komisi maupun intensif buat Pimpro maupun pelaksana lelang.
“Dengan praktik seperti ini jelas uangh rakyaty akan terbuang sia-sia,
masyarakat sama sekali tidak merasakan proyek yang dikerjakan. Sebab, proyek-
proyek pembangunan sama sekali tidak berperspektif rakyat, tapi berperspektif
pada keuntunga personal para makelar-makelar proyek pembangunan, sebagai
sebuah output dari kebijakan publik, telh termodifikasi sedemikian rupa sehingga
makin jauh dari tujuan instrument menyejahterakan rakyat”.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Muhammad Zainal. 2011. Masalah, Isu, dan Agenda Kebijakan dalam
Kebijakan Publik. (online). (/www.masbied.com/2011/08/19/masalah-isu-dan-
agenda-kebijakan-dalam-kebijakan-publik/). Diunduh tanggal 20 April 2012
Subarsono, Ab. 2005. “Analisis Kebijakan Publik; Konsep, Teori dan Aplikasi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tri Widodo Wahyu Utomo, SH. 1999-2000. Pengantar Kebijakan Publik. STIA
LAN Bandung.
William Dunn. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, 1998, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. Hal: 24
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3765/1/fkm-surya4.pdf.Dasar–
Dasar Analisis Kebijaksanaan Kesehatan. SURYA UTAMA. 2004. Diakses 21
April 2012 04:21
http://staf.unp.ac.id/yusranrdy/media/isu_kebijakan.pdf