Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Abstrak : Kejang pada pasien stroke merupakan hal yang perlu diperhatikan dan diketahui apakah
terdapat hubungan antara penyakit stroke dengan angka kejadian epilepsi. Tn. N, 47 tahun
menderita stroke hipertensi dan mengalami kejang fokal berulang dalam proses
penyembuhannya. Menurut penelitian, kasus terjadinya kejang dengan penyakit stroke tidak
berkaitan namun, literatur lain menyatakan bahwa kejang merupakan salah satu komplikasi dari
stroke itu sendiri .Perawatan pasien dengan paliatif perlu dilakukan untuk memotivasi pasien dan
keluarga baik secara fisik, psikososial maupun spiritual.
ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG PADA PASIEN STROKE
DENGAN PERAWATAN PALIATIF
Abstrak. Kejang pada pasien stroke merupakan hal yang perlu diperhatikan dan
diketahui apakah terdapat hubungan antara penyakit stroke dengan angka kejadian
epilepsi. Tn. N, 47 tahun menderita stroke hipertensi dan mengalami kejang fokal
berulang dalam proses penyembuhannya. Menurut penelitian, kasus terjadinya
kejang dengan penyakit stroke tidak berkaitan, namun literatur lain menyatakan
bahwa kejang merupakan salah satu komplikasi dari stroke itu sendiri .Perawatan
pasien dengan paliatif perlu dilakukan untuk memotivasi pasien dan keluarga baik
secara fisik, psikososial maupun spiritual.
Kejang merupakan suatu keadaan medis yang perlu diperhatikan dengan serius
jika terjadi terus-menerus dalam jeda waktu yang singkat. Tn. N, umur 47 tahun
dengan penyakit stroke hipertensi sejak Oktober 2009 hingga saat ini (november
2010), mengalami kejang berulang selama sepekan terakhir. Hal ini perlu
diperhatikan cara pencegahannya untuk menghentikan kejang yang kemungkinan
dapat muncul kembali kapan saja, sehingga tidak terjadi komplikasi yang
membahayakan pasien, seperti : kerusakan otak akibat hipoksia dan retardasi
mental akibat kejang berulang.
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Hipertensi adalah
suatu kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis
(dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga
bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi.4
Kejang diklasifikasikan ke dalam dua jenis yaitu kejang parsial dan generalisata.2
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya kejang fokal atau
umum adalah sebagai berikut :
1. Telusuri adanya paralisis setelah serangan kejang (paralisis “Todd”)
dengan memeriksa adanya refleks yang asimetri, hemiparesis. Refleks
patologis, atau posisi tungkai hemiparesis (eksorotasi).
2. Apakah bola mata mengalami deviasi tonik selama serangan kejang?
misalnya pada kejang hemisfer kiri biasanya akan terlihat deviasi bola
mata ke kanan.
3. Periksa adanya asimetrisitas kuku, jari kaki, dan ukuran anggota gerak
(diasumsikan mengalami kerusakan pada hemisfer kontralateral).
4. AVM dapat menimbulkan kejang fokal, periksa adanya bruit pada
penderita dengan kejang yang tidak ditemukan penyebabnya.
5. Kejang petit mal (kejang primer umum pada anak) dapat dicetuskan
dengan hiperventilasi. Penderita diharap menarik nafas dalam 120 kali dan
diperhatikan adanya penghentian aktivitas sesaat dan tampak seperti orang
dungu.
6. Periksa kulit dengan teliti. Penderita kelainan neurokutaneus seperti
neurofibromatosis, sklerosis tuberose, dan sindroma sturge-weber dapat
mengalami kejang.6
Gangguan pada sistem listrik dari sel-sel saraf pusat pada suatu bagian otak
Peka rangsang
Respons pasca kejang
Kejang berulang
Respons fisik : Respons psikologis :
a. Konfusi dan sulit a. Ketakutan
bangun b. Respons penolakan
5. risiko tinggi injuri
b. Keluhan sakit c. Penurunan nafsu makan
kepala atau sakit d. Depresi
otot
e. Menarik diri
Penurunan kesadaran
Masalah dasarnya diperkirakan dari gangguan listrik (disritmia) pada sel saraf
pada salah satu bagian otak yang menyebabkan sel ini mengeluarkan muatan
listrik abnormal, berulang, dan tidak terkontrol. Karakteristrik kejang epileptik
adalah suatu manifestasi muatan neuron berlebihan ini.
Pola awal kejang menunjukkan daerah otak di mana kejang tersebut berasal. Juga
penting untuk menunjukkan jika klien mengalami aura (suatu sensasi tanda
sebelum kejang epileptic yang dapat menunjukkan asal kejang berasal dari lobus
oksipital).7
setiap muslim yang dikaruniai kesehatan oleh Allah SWT, wajib melakukan
ibadah sesuai ketentuan syari’at Islam, begitupun bagi yang sakit. Islam
memberikan keringanan kepada seorang muslim yang tidak mampu melakukan
ibadah karena penyakitnya. Allah SWT berfirman "Bertakwalah kepada Allah
SWT menurut kesanggupanmu" (Q.S At Thaghabun:16). Ketentuan-ketentuan
dalam beribadah tetap sama, tetapi caranya saja yang berbeda. Bersuci tetap
menjadi syarat sebelum melakukan ibadah. Apabila dalam keadaan sehat, setiap
orang diwajibkan menggunakan air ketika membersihkan najisnya, maka bagi
orang yang sakit, yang khawatir apabila menggunakan air maka penyakitnya akan
kambuh, maka diperbolehkan menggunakan debu atau bertayamum. Jika
bertayamum saja sulit, maka orang lain bisa membantu mentayamumkannya.
Dalam keadaan ini masih merasa kesulitan, maka sholatlah dalam keadaan yang
demikian saja. Pelaksanaan solat dilakukan dengan berdiri bagi yang mampu, jika
tidak, maka seseorang yang sakit bisa menggunakan alat bantu seperti tongkat,
menyandarkan diri ke tembok. Apabila cara itu masih dirasa berat, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan shalat dengan posisi duduk bersimpuh (iftirosy),
berbaring dengan menghadap ke kiblat dengan miring disisi kanan. Seseorang
yang menderita penyakit berat dan tidak sanggup menggerakkan badannya, maka
solatnya cukup dengan telentang menggunakan isyarat kepala atau mata.9
Ucapan Terimakasih.
Terimakasih Saya ucapkan kepada DR. Drh. Hj. Titiek Djannatun (Koordinator
Penyusun Blok Elektif), dr. Hj. RW. Susilowati, Mkes (Koordinator Pelaksana
Blok Elektif), dr. Hj. Riyani Wikaningrum, DMM. MSc. (Koordinator Penelitian
dan Pengembangan Pendidikan), dr. Sri Mukti Suhartini, Mkes. AIFM
(Koordinator KBK), dr. Aan (Tutor Pendamping Bidang Kepeminatan Perawatan
Paliatif Kelompok 2), dr. Maria A. Witjaksono (Koordinator Kunjungan
Lapangan), dr. Risma dan Suster Dwi serta teman-teman kelompok 2 bidang
kepeminatan perawatan paliatif.
Daftar Pustaka
1. Martono H, Kuswardani T. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta
Pusat : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;. Chapter 321, Stroke dan Penatalaksanaannya oleh Internis. 1411p.
2. Lombardo MC. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed.
Vol. 2. Jakarta : EGC;. Chapter 55, Gangguan Kejang. 1157-61p.
3. Bethesda Stroke Center: Komplikasi pada Penderita Stroke (internet). Cited 2010
Dec 7. Available from :
http://www.strokebethesda.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id
=33
4. Wikipedia Bahasa Indonesia: Tekanan Darah Tinggi (internet). 2010 nov 30
(cited 2010 Dec 7). Available from : http://id.wikipedia.org/wiki/Hipertensi
5. Puspitasari V. Hubungan antara Stroke dengan Angka Kejadian Epilepsi:
Hubungan antara Stroke dengan Angka Kejadian Epilepsi di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta (internet). 2010 jun 2 (updated 2010 Sep 30; cited 2010 dec
7). Available from : http://id.shvoong.com/medicine-and-
health/pathology/2008757-hubungan-antara-stroke-dengan-angka/
6. Weiner HL, Levitt LP. 2000. Buku Saku Neurologi. 5th ed. Jakarta : EGC. 95-6p.
7. Muttaqin A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Lenteng Agung : Salemba Medika. 442-3p.
8. Batticaca FB. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Lenteng Agung : Salemba Medika.120-1p.
9. RSI Sultan Agung : Shalat bagi Orang Sakit (internet). 2009 Nov 19 (cited 2010
Dec 7). Available from :
http://rsisultanagung.co.id/v1.1/index.php?option=com_content&view=article&id
=367:shalat-bagi-orang-sakit&catid=10:agama&Itemid=49
10. World Health Organization : WHO Definition of Palliative Care (internet). Cited
2010 Dec 7. Avaolable from : http://www.who.int/cancer/palliative/definition/en/
11. NetDoctor.co.uk : Piracetam (internet). 2004 Jul 8. Retrivied 2009 Sep 21.
Available from : http://en.wikipedia.org/wiki/piracetam
12. Arozal W and Gan S. 2007. Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta :
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Indonesia;.
Chapter 10, Psikotropik. 188p.