Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Skripsi
OLEH :
MUHAMMAD IQBAL
NIM: 108101000046
1432 H/2013 M
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
ABSTRAK
Sebagian besar kursi di pasaran tidak menerapkan prinsip ergonomis. Hal
tersebut dikarenakan kursi-kursi di pasaran tidak melakukan pengukuran terhadap
ukuran tubuh untuk para konsumennya, sehingga banyak orang mengalami pegal-pegal
pada leher, punggung, pinggang, dan tangan akibat terlalu lama duduk di kursi yang
tidak nyaman. Dalam merancang kursi yang ergonomis perancangannya dapat dilakukan
dengan melakukan pengukuran antropometri. Hasil dari studi pendahuluan yang
dilakukan pada 10 orang ibu didapatkan bahwa yang mengeluhkan tentang MSDs
sebanyak 90%, kelelahan ringan 80% dan kelelahan menengah sebanyak 20%,
ketidaknyamanan sebanyak 75%
Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan model kursi yang ergonomis untuk
ibu menyusui melalui perhitungan antropometri di kelurahan Pisangan Ciputat Timur
tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium dengan melakukan
langkah-langkah rancang bangun yang dilakukan pada bulan Juli sampai Februari 2013.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 15 responden untuk dilakukan perbandingan
data antara data nasional dengan data di kelurahan Pisangan.
Berdasarkan hasil penelitian, setelah data antropometri ibu menyusui Indonesia
dan data antropometri ibu di kelurahan Pisangan di bandingkan. Diketahui hasil dari uji
coba tersebut, bahwa ukuran untuk dimensi rancangan kursi ini adalah untuk lebar
sandaran yaitu 53 cm, panjang sandaran tangan yaitu 43 cm, tinggi sandaran yaitu 90
cm, tinggi sandaran tangan yaitu 19 cm, lebar alas kursi yaitu 49 cm, panjang kedalaman
kursi 43 cm, tinggi alas kursi yaitu 38 cm, sudut sandaran kursi yaitu >100 derajat
karena adjustable, untuk sudut alas kursi yaitu 10 derajat, dan ketebalan bantalan 4 cm.
Oleh karena itu, disarankan kepada para ibu menyusui untuk sebisa mungkin
menggunakan kursi saat menyusui agar dapat menopang tubuh ibu agar terhindar dari
bahaya kesehatan dan apabila ibu tidak memiliki kursi usahakan memakai benda lain
yang empuk untuk menopang tubuh ibu..
Daftar Bacaan : 37 (1988 – 2011)
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF SAFETY AND OCCUPATIONAL HEALTH
Thesis, Mei 2013
ABSTRAK
Most of the seats on the market do not apply ergonomic principles. That is
because the chairs on the market did not take measurements of body size for its
customers, so many people experiencing stiffness of the neck, back, waist, and hands
from too long sitting in uncomfortable chairs. In designing the ergonomic chair design
can be done by performing anthropometric measurements. Results of a preliminary
study conducted on 10 mothers found that MSDs are complaining about as much as
90%, fatigue 80% lighter and 20% intermediate fatigue, discomfort as much as 75%
This study aims to develop a model of ergonomic chair for nursing mothers in
the villages through anthropometric calculations Pisangan Ciputat Timur in 2013. This
research was a laboratory by performing design steps undertaken from July 2012 to
February 2013. The number of samples in this study were 15 respondents for the
comparison of data between national data with the data in the sub Pisangan.
Based on the results of the study, after Indonesia anthropometric data
breastfeeding mothers and mothers in the village anthropometric data Pisangan compare.
Known results of the trial, that the dimensional size of this seat design is for the backrest
width 53 cm, armrest length is 43 cm, backrest height is 90 cm, the armrest height 19
cm, seat width is 49 cm, long seat depth 43 cm, seat height 38 cm, the seat backrest
angle > 100 degrees for adjustable, for seat angle is 10 degrees, and a thickness of 4 cm
pads.
Therefore, it is suggested to the nursing mother to use the seat as much as
possible in order to support the breastfeeding mother's body in order to avoid health
hazards and if the mother does not have a seat try to use other objects to prop up the
mother's body cushioned.
References : 37 (1988 – 2011)
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Data Diri
Nama Lengkap : Muhammad Iqbal
TTL : Jakarta, 12 Agustus 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Telepon : 085697104359
Email : Kubilvildag@yahoo.co.id
Alamat : Vila Dago tol Blok D16 No 08 Serua Ciputat Tangerang Selatan
15414
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun
1996 – 2002 SD Negeri Gintung 2
2002 – 2005 SMP Negeri 2 Ciputat
2005 – 2008 SMA Negeri 1 Ciputat
2008 – sekarang S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
2009 – Sekarang Kepala divisi penelitian dan pengembangan wacana Suara Kreasi
anak bangsa Dewan Pimpinan Cabang Tangerang Selatan
2010 – 2012 Menteri seni budaya dan olahraga Bem jurusan Kesehatan
masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang maha segalanya, syukur penulis ucapkan
padamu ya Rabb, karena akhirnya penyusunan laporan magang ini selesai. Tak lupa
penulis haturkan Shalawat dan salam kepada baginda Rasulallah SAW yang membawa
umatnya dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang. Dengan penuh
kesadaran penyusun yakin bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi
Tentang “Pengembangan model kursi menyusui yang ergonomis berdasarkan ukuran
antropometri (uji coba di kelurahan Pisangan Ciputat Timur) 2013” .
1. Allah SWT, Tuhan semesta alam yang kasih sayangnya tak pernah ada habis-
habisnya dalam memberikan nikmatnya kepada manusia.
2. Nabi tercinta, Muhammad SAW yang selalu berjuang tak pernah henti
membela kebenaran islam walaupun banyak rintangan dan halangan.
3. Kepada bapak, mama dan adikku tercinta yang memberikan doa dan ketulusan
serta rasa saying yang tak terbatas terhadap diriku.
4. Kepala Jurusan Kesehatan Masyarakat ibu Febrianti, SP, M, Si yang selalu
berusaha dengan keikhlasannya memajukan jurusan kesehatan masyarakat
agar bisa berdiri diatas dari jurusan-jurusan lain.
5. Dosen Pembimbing Skripsi ibu Yuli Amran, MKM dan dr.Yuli Satar
Prapanca, MARS yang selalu memberikan motivasi dan arahan kepada saya
untuk cepat menyelesaikan skripsi ini.
6. Dosen penguji ibu Iting Shofwati, ST, MKKK yang telah menguji skripsi saya
dengan penuh kebijaksanaan.
7. Bapak Ghazali yang selalu membuatkan surat-surat untuk kepentingan skripsi
saya semoga atas keikhlasannya mendapat balasan dari Allah SWT.
8. Kawan-kawan tim penelitian kursi ergonomis yang telah menemani saya
selama penelitian yang hampir setengah tahun ini ; Liadzul Khalifah, Lilis,
Nadya Hanifa, Dhevy Eka Rusdiana, Titi Rachmawati.
9. Sahabat-sahabat tercinta di Kesehatan Masyarakat 2008 dan adik kelas 2009,
2010, dan 2011 yang selalu mendukung dan memotivasi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada kak Yuni Ristiani, Tamalia Rachmi, Siska Yuniati, Pipit
Bhayangkari, Muhammad Arbi, Septi Hervita yang memotivasi saya juga
untuk cepat-cepat lulus.
11. Kepada Saffira Anindita yang selalu memberikan dorongan dan semangat
untuk cepat menyelesaikan revision skripsi ini
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penyusun berharap semua
kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.
Terakhir penyusun berharap semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penyusun dan pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
2.8 Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan 18
2.23 Sandaran Kursi Yang Benar dan Sandaran Kursi Yang Salah 52
Lampiran Judul
Lampiran 1 Lembar Observasi Data Antropometri Ibu Menyusui
Lampran 2 Gambar Rancangan Kursi Ergonomi
Lampran 3 Data Antropometri Ibu Menyusui Di Kelurahan Pisangan tahun
2013
Lampiran 4 Data Output Antropometri Ibu Menyusui Di Kelurahan Pisangan
Tahun 2013
BAB I
PENDAHULUAN
meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Pada masa kini dalam
pekerjaan harus diperhatikan beberapa hal contohnya yaitu desain dari alat tersebut,
apakah desain alat tersebut sesuai atau tidak dengan pekerjaan tersebut. Bila alat itu
tidak sesuai dengan pekerjaan tersebut maka dapat muncul resiko yang dapat
dalam menentukan keselamatan dan kesehatan dari para pekerja (Puskesja Depkes,
2004).
Desain yang baik berarti mempunyai kualitas fungsi yang baik, tergantung
pada sasaran mendesain pada umumnya, bahwa sasaran berbeda menurut kebutuhan
kerja adalah untuk menjamin kesehatan dan keselamatan bagi pekerja, maka dari itu
diperlukan penyesuaian alat dengan proses kerja yang dilakukan oleh para pekerja
yang melakukan pekerjaanya. Penyesuaian antara pekerjaan yang dilakukan dengan
alat yang digunakan dan juga antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja di
dari situasi pekerjaan (Pheasant, 2003). Esensi dasar dari ergonomi dalam proses
manusia agar bisa terakomodasi dalam setiap kreativitas dan inovasi sebuah “man
made object” (Sritomo, 2000). Fokus perhatian dari sebuah kajian ergonomis akan
kesehatan kerja adalah yang berhubungan dengan ergonomi yaitu sikap dan cara
kerja (postur tubuh), beban kerja yang tidak adekuat, monotonnya pekerjaan, jam
kerja yang tidak sesuai, dan kerja yang berulang-ulang. Awal dari efek pengaruh-
dapat terjadi karena prinsip ergonomi belum diterapkan dalam hal melakukan
lelah. Grandjen (1988) dalam Pheasant (2003) mengatakan bahwasanya faktor yang
mempengaruhi kelelahan adalah intensitas lamanya pembebanan fisik (masa kerja)
dan mental.
Proses kerja atau pekerjaan yang dilakukan manusia sangat banyak sekali,
secara rutin untuk bayi pada enam bulan pertama. Pentingnya pemberian ASI pada
Indonesia Nomor 33 Tahun 2013 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
eksklusif, ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
setelah produksi ASI cukup, bayi dapat disusukan pada kedua buah payudara secara
bergantian, tiap payudara sekitar 10-15 menit (tidak boleh lebih dari 20 menit) dan
dibutuhkan waktu lebih dari 20 menit per payudara. Semakin sering menyusui, selain
kebutuhan ASI bayi terpenuhi, juga untuk memberikan isyarat kepada tubuh ibu
Setiap ibu yang menyusui harus berada pada posisi yang tepat dan dalam
kondisi nyaman karena hal ini akan mempengaruhi proses laktasi (Roesli, 2009). Hal
ini diperkuat dengan pernyataan Behrman (2000) dalam Rahayu dan Sudarmiati
posisi menyusui sehingga menyebabkan puting ibu lecet lalu ibu enggan untuk
menyusui yang dapat berakibat produksi ASI menurun dan bayi tidak puas menyusu.
Selama kegiatan menyusui berlangsung, ibu dipaksa untuk memposisikan diri dan
bayi secara tepat agar proses menyusui dapat berjalan lancar. Ibu akan berada pada
posisi tertentu selama 20-30 menit (jika rentang waktu menyusui 10-15 menit per
payudara) dan berkali-kali (sesering mungkin, sesuai dengan permintaan bayi) setiap
harinya hingga beberapa bulan selama masa pemberian ASI. Menurut Widodo
(2011), posisi yang paling banyak digunakan ibu saat menyusui terutama pada masa-
masa awal menyusui adalah posisi duduk berupa posisi cradle hold, cross cradle,
Posisi ibu selama menyusui menentukan bagaimana postur tubuh ibu selama
kegiatan menyusui berlangsung. Edy dan Samad (2011) menyebutkan bahwa postur
tubuh merupakan salah satu dari hal yang paling sering dihubungkan dengan faktor
menyatakan bahwa seorang pekerja bila bekerja tidak pada posisi ergonomis, maka
akan cepat merasa lelah, sering mengeluh sakit leher, sakit pinggang, rasa semutan,
sehingga sangat rentan bagi ibu mengalami gangguan MSDs. Gangguan MSDs ini
biasanya terjadi bukan hanya karena jenis pekerjaannya yang berulang, tetapi juga
banyak faktor lainnya yang menyebabkan hal ini seperti cara kerja, kondisi tempat
kerja dan peralatan yang tidak ergonomis. Menurut Roberts (2011), terjadinya
MSDs ini dikarenakan oleh masalah psikologis, perubahan posisi dan kegiatan fisik
yang menempatkan wanita menyusui dalam resiko gejala MSDs. Menurut Borg-
Stein dan Dugan (2007) dalam Roberts (2011) setelah dilakukan pengestimasian
secara virtual kepada seluruh wanita yang melakukan menyusui Sakit pada
punggung adalah kejadian paling umum yang dikeluhkan oleh ibu menyusui dengan
presentase sebesar 50%. Untuk permasalahan ibu menyusui ini diperlukan alat
untuk membantu ibu terhindar dari resiko-resiko ini yaitu kursi ergonomis.
Kursi merupakan salah satu komponen penting di tempat kerja. Kursi yang
baik akan mampu memberikan postur dan sirkulasi yang baik dan akan membantu
menghindari ke tidak nyamanan. Pilihan kursi yang nyaman dapat diatur dan
harus didasarkan pada data antropometrik yang dipilih dengan tepat, karena jika
tidak maka akan muncul keraguan bahwa hasil rancangan tersebut akan dapat
terlibat. Stabilisasi tubuh bukan hanya melibatkan landasan duduk saja, tetapi juga
kaki, telapak kaki, punggung yang juga bersandar pada bagian lain permukaan
kursi. Jika karena perancangan antropemetrik yang tidak tepat dan terbentuk suatu
kakinya pada permukaan, maka ketidakstabilan tubuh akan meningkat dan tenaga
otot tambahan akan diperlukan untuk menjaga keseimbangan. Makin besar tingkat
tenaga atau kontrol otot yang diperlukan, makin besar pula kelelahan fisik dan
2010).
kursi yang ada di pasaran kebanyakan tidak sesuai dengan postur tubuh kita. Hal
pegal-pegal leher, punggung, pinggang, tangan, dan kaki akibat terlalu lama duduk
di kursi yang tidak ergonomis. Ada banyak penelitian telah dilakukan dalam
merancang kursi dengan pendekatan ergonomis, tetapi belum ada kursi yang cocok
rasa sakit yang dihadapi oleh ibu dan juga mempertimbangkan kenyamanan bayi.
tertentu dari tubuh manusia (Roebuck, 1994) dalam Wardani (2004). Menurut
Pheasant (1988) Anthropometri dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang secara
fungsional individual orang dewasa dan anak-anak dapat diketahui dengan system
satu tujuan dalam pengukuran ini adalah untuk memberikan posisi yang nyaman
dilaksanakan di kelurahan Pisangan Ciputat Timur pada bulan Juli 2013 dengan cara
MSDs sebanyak 90% (9 orang). Dengan rincian keluhan berdasarkan area tubuh
sebagai berikut pada bagian leher sebesar 40%, bagian bahu sebesar 70%, bagian
lengan atas dan bawah sebesar 70%, bagian pergelangan tangan sebesar 40%,
bagian tangan sebesar 30%, bagian punggung sebesar 70%, bagian pinggang
sebesar 50%, bagian bokong sebesar 40%, bagian pantat sebesar 50%, bagian paha
sebesar 20%, bagian lutut sebesar 40%, bagian betis sebesar 40%, pergelangan kaki
berikut pada 10 ibu menyusui dibawah 6 bulan diketahui rata-rata ibu menyusui
mengalami kelelahan ringan 80% dan kelelahan menengah 20% Artinya, dari 10
(Suma‟mur, 1986).
dua macam sikap duduk ibu saat menyusui, yaitu duduk di atas kursi sofa (25%) dan
duduk tanpa menggunakan kursi yaitu duduk di atas lantai dengan dan/atau tanpa
alas duduk (75%). Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa postur tubuh ibu
saat menyusui dengan duduk tersebut tidak berada pada postur duduk yang baik,
yaitu ibu agak membungkuk, pandangan ibu mengarah ke bayi sehingga ibu
menekukkan kepala dan membengkokkan leher, lengan atas dan lengan bawah ibu
menyangga beban bayi yang rata-rata lebih dari 4,5 kg sehingga hal ini
menyebabkan juga bahu ibu tidak relaks. Ibu yang duduk dengan menggunakan
kursi saat menyusui, tidak menggunakan sandaran punggung, tinggi sandaran, dan
sandaran tangan yang ada. Berdasarkan kuesioner Body Part Discomfort Scale, dari
80% ibu yang menyusui dengan duduk, 75% ibu mengalami ketidaknyamanan pada
beberapa bagian tubuh, yaitu leher (23%), punggung bagian atas (23%), punggung
bagian bawah (17%), lengan bawah (12%), pergelangan tangan (10%), bahu (10%),
Kursi yang digunakan oleh ibu saat menyusui ini saat diukur ternyata ada
beberapa dimensi kursi yang kurang sesuai dengan antropometri ibu. Dimensi kursi
yang kurang sesuai ini adalah kedalaman alas kursi dan tinggi sandaran kursi. Untuk
kedalaman alas kursi yang ukurannya 56 cm ternyata ukuran antropometri tubuh ibu
untuk dimensi kedalaman alas kursi ini sebesar 46,7 cm. Bila dilihat dari ukuran itu
ada perbedaan 9-10 cm, sehingga ibu berpeluang tidak menggunakan sandaran kursi
tersebut untuk posisi yang relaks dan akan memposisikan punggung agak
membungkuk kedepan dan bagian alas kursi akan menekan daerah tepat dibelakang
lutut, hal ini dapat menghambat aliran darah kekaki dan menimbulkan
ketidaknyamanan.
melakukan pengembangan model kursi ergonomis bagi ibu menyusui untuk dapat
membuat ibu merasa nyaman, tidak merasa lelah dan terhindar dari keluhan dan
gangguan MSDs dengan bantuan kursi ergonomis ini. Penelitian ini merupakan
ruang lingkup penelitian Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dimana kajian
penelitian ini mencakup masalah ergonomi yang masih termasuk cakupan kajian
Kelurahan Pisangan Ciputat Timur 2013. Adapun hasil studi pendahuluan mengenai
orang). Dengan keluhan paling sering berdasarkan area tubuh sebagai adalah pada
bagian bahu, bagian lengan atas, lengan bawah dan bagian punggung sebesar 70%.
rata-rata ibu menyusui mengalami kelelahan ringan 80% dan kelelahan menengah
20% Artinya, dari 10 orang yang diwawancarai diketahui seluruh ibu menyusui
Discomfort Scale, dari 80% ibu yang menyusui dengan duduk, 75% ibu mengalami
ketidaknyamanan pada beberapa bagian tubuh, yaitu leher (23%), punggung bagian
atas (23%), punggung bagian bawah (17%), lengan bawah (12%), pergelangan
tangan (10%), bahu (10%), dan pinggul (5%). Hal ini disebabkan sebagian besar
karena tidak adanya alat bantu untuk membantu menopang postur tubuh ibu saat
menyusui, sehingga banyak posisi-posisi ibu yang membuat tubuh menjadi tidak
3.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini yang berupa produk kursi ergonomis ini dapat
menjadi salah satu solusi ibu menyusui dalam menyelesaikan salah satu resiko
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain untuk
yang dilakukan pada bulan Juni sampai September 2013. Adapun lokasinya di
menggunakan dua data yaitu data ukuran antropometri wanita Indonesia tahun 2010
yang didapatkan dengan melakukan studi literature dan data ukuran antropometri
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi,
berharga yang dapat diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam keadaan
miskin, sakit atau kurang gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat
ASI adalah makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada anaknya
yang baru dilahirkannya. Komposisi ASI berubah setiap saat sesuai dengan
kebutuhan bayi dan bila diberikan dengan baik dan benar dapat memenuhi
kebutuhan untuk tumbuh kembang bayi secara optimal sampai 6 (enam)
bulan. Selain itu ASI mengandung makrofag, limfosit dan antibodi yang dapat
kesehatan ibu dan anak serta terdapatnya hubungan yang erat antara menyusui
ekslusif dan penjarangan kelahiran (Suradi, 2001). Hal yang sama juga
diunkapkan oleh Roesli (2000), ASI sebagai makanan tunggal yang akan
ASI dapat terus dilanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.
Posisi Menyusui dengan Berdiri yang Posisi Menyusui dengan Duduk yang
Benar (Perinasia, 1994 dalam Saleha, Benar (Perinasia, 1994 dalam Saleha,
2009) 2009)
Gambar 2.3
menyusui, yaitu:
a. Berbaring miring. Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang
pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri.
ibu, dalam posisinya tegak lurus (90o) terhadap pangkuannya. Ini mungkin
dapat dilakukan dengan duduk bersila di atas tempat tidur atau di lantai atau
duduk di kursi.
Posisi berbaring miring atau duduk (dengan punggung dan kaki ditopang)
bayinya ke posisi yang baik. Badan bayi harus dihadapkan ke arah badan ibu dan
mulutnya dihadapkan pada puting susu ibu. Leher bayi harus sedikit
Menurut Widodo (2011), posisi yang paling banyak digunakan ibu saat
menyusui terutama pada masa-masa awal menyusui adalah posisi duduk yang
a. Cradle Hold
Posisi ini baik digunakan untuk wanita yang baru saja operasi Caesar, bayi
yang berusia satu bulan atau lebih, dan menyusui saat sedang bepergian
Cara:
1) Ibu duduk pada kursi berlengan yang nyaman, punggung tegak (boleh
disangga dengan bantal agar dapat bersandar dengan nyaman). Jaga agar
Lengan yang digunakan adalah lengan pada sisi yang sama dengan
payudara yang akan digunakan untuk menyusui (lengan kanan saat akan
(bukan membungkuk).
b. Cross Cradle
ibu yang baru belajar menyusui, dan bayi prematur. Pada saat ibu berada
pada posisi ini, ibu sebaiknya duduk tegak dengan bayi didekatkan pada
bayi.
Cara:
1) Ibu duduk pada kursi berlengan yang nyaman, punggung tegak (boleh
disangga dengan bantal agar dapat bersandar dengan nyaman). Jaga agar
menyusui, memegang kepala dan leher bayi (tangan kanan digunakan bila
3) Punggung dan bokong bayi disangga dengan lengan bawah ibu pada
c. Football Hold
bola football pada sisi tubuh (di bawah ketiak). Posisi ini baik untuk ibu yang
baru menjalani operasi Caesar (yang sudah boleh duduk), bayi kembar, dan
dengan daerah bokong pada lipat siku ibu. Lengan yang digunakan adalah
lengan pada sisi yang sama dengan payudara yang akan digunakan untuk
mengapit tas).
3) Telapak tangan ibu menyangga kepala dan leher bayi, seluruh tubuh bayi
4) Letakkan penyangga (bantal atau bantal menyusui) pada sisi tubuh yang
Tanda bayi telah berada dalam posisi menyusu yang baik: (Bahiyatun, 2009)
d. Bayi terlihat melakukan isapan yang lamban dan dalam serta menelan ASI-
nya.
Ada situasi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu, seperti ibu
pascaoperasi caesar. Bayi diletakkan di samping kepala ibu dengan posisi kaki di
atas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila
disusui bersamaan, yaitu di payudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar
(penuh), bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala
2009).
sebagai berikut:
3) Ibu duduk atau berbaring dengan santai. Bila duduk, lebih baik
terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan
5) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang lain di
depan.
6) Perut bayi menempel pada badan ibu dan kepala bayi menghadap
9) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di
10) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (refleks rooting) dengan
cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi
dengan jari. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
ke mulut bayi.
11) Usahakan sebagian besar areola payudara dapat masuk ke mulut bayi,
sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan
bawah areola payudara. Posisi yang salah, yaitu bila bayi hanya mengisap
puting susu saja, yang akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak
disangga lagi.
Gambar 2.14
Cara Merangsang Mulut Bayi
\
Gambar 2.15 Gambar 2.16
Perlekatan yang Benar Perlekatan yang Salah
5) Sebagian areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak
yang masuk.
a. Latch-On
membuka mulutnya lebar-lebar. Saat hal ini muncul, dorong bayi lurus ke
sekeliling puting susu). Saat posisi bayi sudah tepat (latch-on), puting susu
dan sebagian besar dari areola akan masuk di dalam mulut bayi.
tidak hanya pada puting susu saja. Oleh karena itu, penting untuk membuat
Pastikan bayi berada setinggi payudara dan pastikan juga tangan ibu yang
mulut bayi.
susupkan jari ibu ke arah sudut dari mulut bayi, reposisi ulang, dan coba lagi.
Bayi menggunakan bibir, gusi, dan lidah untuk mengisap ASI dari
tidak akan mengeluarkan ASI, tetapi malah akan melukai puting susu. Proses
Sebagian besar bayi akan aktif menyusu dalam keadaan lapar dan
dalam posisi yang tepat. Pada periode minggu pertama setelah melahirkan
sampai menyusu berjalan dengan lancar, bayi tidak perlu diberikan suplemen
apapun (air gula, formula, dan lain-lain) kecuali dengan alasan medis. Bayi
yang mendapat ASI secara teratur dan efektif akan mendapat asupan air dan
nutrisi yang dibutuhkan. Perkenalan botol susu dan puting buatan dapat
b. Let-Down
wanita lainnya. Saat bayi menyusu, ibu dapat merasakan rasa geli atau sedikit
nyeri pada payudara ibu atau ASI mulai keluar dari payudara yang tidak
digunakan untuk menyusui. Perasaan dan keluarnya ASI ini merupakan tanda
ASI juga menyebabkan kontraksi otot-otot rahim. Untuk itu, proses menyusui
Proses kram ini merupakan proses normal dan salah satu tanda berhasilnya
proses menyusui. Rasa kram ini akan hilang dalam satu minggu dan
4) Gunakan bra untuk menyusui dan pakaian yang memudahkan ibu dalam
proses menyusui.
Pastikan ibu berada di tempat yang tenang dan tidak ada gangguan selama
berdiri, atau berbaring. Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi
tertentu, seperti ibu pascaoperasi Caesar. Bayi diletakan di samping kepala ibu
dengan posisi kaki di atas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara
seperti memegang bola bila disusui bersamaan, yaitu di payudara kiri dan
kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas dada
ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, sehingga dengan posisi ini bayi
tidak tersedak. Menurut Dewi (2012) posisi cradle (klasik) dan posisi cross
cradle adalah posisi yang nyaman untuk menyusui bagi ibu saat ibu sedang
santai dan posisi duduk ini dapat dilakukan dengan posisi ibu sedang duduk.
Posisi ini mengharuskan ibu menyusui pada kursi yang berlengan agar ibu
dapat menyangga bayi dan siku ibu pada lengan kursi agar ibu dan bayi
merasa nyaman.
2.2 Ergonomi
Kata ergonomis berasal dari kata Yunani ergon (kerja) dan nomos
formal tentang ergonomi yang distujui oleh IEA, berbunyi sebagai berikut:
dengan pemahaman tentang interaksi antara manusia dan elemen lain dari
sistem, dan profesi yang berlaku teori, prinsip, data dan metode untuk
kehidupan sehari-hari, fokus dari ergonomi adalah manusia. Tidak aman, tidak
sehat, tidak nyaman atau tidak efisiennya situasi di tempat kerja atau dalam
(memperoleh informasi visual atau melalui cara yang lain, hubungan antara
tampilan dan kontrol), serta organisasi kerja (tugas yang sesuai). Faktor ini
Fokus ergonomi adalah manusia, hal ini didukung oleh Dul dan
ilmu berkaitan dengan pemahaman dari interaksi antar manusia dan unsur-
unsur lain dari sistem, dan profesi yang berlaku teori, prinsip, data dan metode
kekuatan ide-ide dasar baru diterapkan secara sistematis. Dalam ide dasar
yang mereka bentuk, prinsip-prinsip ini harus mengikuti agar karya desain
Weerdmesster, 2001)
adalah kenyamanan. Ini dikenal sebagai salah satu kriteria yang diinginkan
dalam merancang sebuah produk. Orang-orang di dunia saat ini selalu ingin
nyaman di semua hal. Ini menjadi elemen pertama ketika mereka ingin
keselamatan dalam merancang tugas bagi para pekerja. Pekerjaan yang aman
memudahkan, kita harus menjaga alat atau semuanya agar mudah dijangkau.
pekerjaan lebih sulit, ditambah membuang-buang waktu. Satu hal yang harus
dipertimbangkan dan hampir sama untuk semua alat adalah alat-alat itu perlu
kemudahan penggunaan.
unsur-unsur keindahan yang orang suka. Elemen itu akan membuat orang
estetika dalam rangka untuk meningkatkan daya jual. Membuat tempat kerja
penuh dengan nilai estetika akan membuat pekerja berkurang rasa stressnya
Prinsip terakhir adalah produktivitas, dan kinerja juga salah satu dari
pekerja terletak dalam aspek kerja termasuk ergonomi itu sendiri. Untuk
yang akan cocok untuk para pekerja sesuai dengan kebutuhan dasar para
pekerja.
2.3 Kenyamanan
2.3.1 Pengertian
Makna pertama adalah kenyamanan sebagai akibat dari terbebasnya atau tidak
cause of relief from discomfort and/or a cause of the state of comfort). Makna
ini memiliki arti yang sama dengan “ukuran kenyamanan” karena itu
keempat adalah segala sesuatu yang membuat hidup lebih mudah dan nyaman
state of having met basic human needs for ease, relief, dan transcendence)
(Kolcaba, 2001).
(Ardiana, 2007).
yaitu:
orang yang mengalami situasi tersebut. Kita tidak dapat mengetahui tingkat
kenyamanan yang dirasakan oleh orang lain secara langsung atau dengan
2.4 Kelelahan
2.4.1 Pengertian
Lelah bagi setiap orang akan mempunyai arti tersendiri dan tentu saja
(Suma‟mur, 1989).
ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivasis
berikut:
a. Penurunan perhatian
c. Kelelahan syaraf.
2.5.1 Pengertian
Australia istilah ini dikenal dengan Repetitive Strain Injury (RSI), dan istilah
otot, sistem saraf, tendon, persendian tulang (ligament), tulang sendi, tulang
terjadi dalam waktu yang bisa pendek dan bisa lama, dalam hitungan beberapa
hari akan terbentuk cedera cukup besar yang diekspresikan sebagai rasa sakit
atau kesemutan, nyeri tekan, pembengkakan dan gerakan yang terhambat atau
gerakan minim atau kelemahan pada jaringan anggota tubuh yang terkena
atau penekanan lebih (over compression) pada suatu jaringan. Jaringan yang
manusia yang sering mengalami MSDs adalah bagian tulang belakang (batang
tubuh) leher, lengan atas, bahu, lengan bawah, siku dan pergelangan tangan
yang termasuk dalam ekstrimitas atas, serta lutut dan kaki yang termasuk
(2008) gejala yang biasanya dirasakan untuk MSDs antara lain kondisi nyeri,
mati rasa, perasaan geli, sendi kaku, susah gerak, nyeri pada punggung, otot
kursi menjadi tidak nyaman lebih cepat dari yang lain, dan di kursi tertentu,
beberapa orang akan lebih tidak nyaman daripada yang lain. Kenyamanan
juga dapat dipengaruhi oleh tugas atau kegiatan bahwa pengguna bergerak
dalam pada saat itu. Dengan kata lain, kenyamanan (atau lebih tepat laju
sangat penting, tetapi tidak berarti terlalu unik begitu. Sebuah perbandingan
yang tepat antara dimensi kursi dan para penggunanya diperlukan untuk
tempat duduk.
Secara umum, tempat duduk yang nyaman dalam jangka (relatif) panjang
akan membuat aspek fisiologis memuaskan. Di satu sisi sulit untuk melihat
bagaimana ini tidak bisa menjadi kasus, mengingat tanda dari syaraf kita saat
memberitahu kita bahwa kita 'tidak nyaman' mungkin dalam aspek fisiologis
datang. Kita mungkin mengira karena hal tersebut, bahwa dengan tidak
adanya peringatan seperti itu, tidak ada kerusakan. Ini mungkin tidak
sesederhana ini, namun ada orang yang percaya bahwa rahasia kerusakan
yang luas karena “postur duduk yang tidak benar” dapat terjadi tanpa adanya
rasa ketidaknyamanan. Ini sebenarnya adalah argumen yang sangat sulit untuk
dan biomekanik dari posisi duduk, dengan referensi khusus pada struktur dan
Karakteristik
No Karakteristik kursi Karakteristik beban kerja
pengguna
Tuntutan fisik
b. Kaki
Kolom vertebra manusia (tulang punggung) terdiri dari dua puluh empat
10% orang memiliki sejumlah besar atau lebih kecil dari vertebra tetapi
diatasi oleh tengkorak, dan bersandar pada sakrum yang tegas terikat ke tulang
alami dalam tujuh cervical (di dalam leher), dada dua belas (tulang rusuk yang
melekat) dan lima lumbal (di punggung, di antara tulang rusuk dan panggul).
Tulang belakang adalah struktur yang fleksibel, dengan konfigurasi yang
membuat sudut 90 ° lain antara paha dan punggung. Sebagian besar berat
badan anda akan membebani tulang duduk dua prominences iskia tulang yang
dapat anda rasakan dalam jaringan lunak dari pantat anda jika anda dalam
posisi duduk. Bagian dari sudut yang tepat antara paha dan punggung dicapai
dengan fleksi di sendi panggul. Setelah sudut 60 ° tercapai gerakan ini akan
menjadi masalah, kecuali orang tersebut sangat fleksibel, oleh kelenturan otot
mengatasi masalah ini dengan melakukan gerakan rotasi mundur dari pelvis
30 ° atau lebih.
Rotasi mundur ini harus dikompensasi dengan sudut derajat yang setara
dengan fleksi lumbal pada tulang belakang, jika garis keseluruhan batang
tulang adalah untuk tetap vertikal. Oleh karena itu dalam duduk kita
lumbal.
Kalau duduk tidak secara rileks, lumbal tulang belakang mungkin akan
tertekuk dengan membatasi jangkauan gerak. Dalam posisi ini, otot-otot akan
santai, karena berat tulang akan didukung oleh ketegangan dalam struktur
pasif seperti ligamen. Hal ini dapat dicapai, namun dengan mengorbankan
luas dianggap sebagai hal yang buruk bagi lumbal tulang belakang.
Gambar 2.17 Dalam duduk santai (kiri) panggul berputar ke belakang dan tulang
belakang tertekuk. Untuk duduk lurus (benar) membutuhkan tenaga untuk menarik otot
panggul ke depan. Para iskia tuberositas (TI) bertindak sebagai titik tumpu
Untuk 'duduk tegak dan mendapatkan kembali lordosis kita yang hilang
belakang. (Upaya mungkin berasal dari otot di dalam panggul yang disebut
sebenarnya. Kita mungkin juga perlu mengaktifkan otot punggung kita untuk
mendukung berat tubuh kita. Jika ini berkepanjangan, beban otot statis ini
Oleh karena itu dalam merancang tempat duduk, tujuannya adalah untuk
mendukung lumbal tulang belakang dalam posisi normal (yaitu dengan tingkat
1. posisi duduk setengah berbaring (sejauh ini diizinkan oleh tuntutan tugas
kerja)
2. kursi yang bukan lebih rendah atau lebih dalam dari yang diperlukan (lihat
di bawah)
fungsi langsung dari sudut inklinasi ke vertikal. Ini dapat diperkirakan secara
teoritis (seperti masalah sederhana dari cosinus) dan telah dikonfirmasi oleh
dkk. (1974) dalam Pheasent (2003) juga menemukan bahwa untuk setiap
kurang terukur jika sandaran itu berkontur dengan bentuk dari lumbal tulang
belakang.
uji coba menggunakan apa yang disebut 'mesin duduk'. Ini merupakan rig tes
disesuaikan dengan cara yang itu mungkin untuk menentukan profil pilihan
setengah berbaring dan memiliki sandaran yang berkontur dengan bentuk dari
lumbal tulang belakang akan baik meminimalkan beban mekanis pada lumbal
dilaporkan (baik untuk pengguna yang menderita masalah kembali dan untuk
mereka yang tidak). Sebuah masalah timbul, namun, dalam tugas-tugas seperti
dukungan dari sandaran akan cenderung hilang. Sandaran tetap penting dalam
Antropometri adalah ilmu yang berkaitan dengan pengukuran dimensi dan cara
dalam Wardani, 2004). Antropometri berasal dari kata antropos yang berarti
sebagai suatu ilmu yang secara khusus berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia
karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari
Salah satu caranya adalah dengan mengukur tubuh dalam berbagai posisi standard
dan tidak bergerak, serta saat melakukan gerakan tertentu yang berkaitan dengan
dilakukan anggota tubuh dapat dibagi dalam bentuk rentangan gerakan, kekuatan,
deviation). Data percentile ini bisa di dapat dengan rumus dibawah ini :
Nilai z di sini adalah tetap untuk nilai percentile ini.Berikut adalah tabel
Tabel 2.2
1 -2,33
2,5 -1,96
5 -1,64
10 -1,28
25 -0,67
50 0
75 2,67
90 1,28
95 1,64
97,5 1,96
99 2,33
hitung 90th Percentile dari penduduk laki-laki dewasa dengan nilai means
adalah 1740 mm dengan standar deviasi 70 mm. Dari tabel 2.2 kita melihat
bahwa p = 90, z = 1,28. Oleh karena itu , maka nilai 90th percentilenya adalah
Kursi salah satu komponen penting di tempat kerja. Kursi yang baik akan
mampu memberikan postur dan sirkulasi yang baik dan akan membantu
bangku dirumitkan oleh interaksi dengan tinggi tempat duduk. Desain kursi
sesuai dengan criteria agar permukaan kerja tetap dibawah siku seperti bagian
tersebut. Dampak negatif bagi manusia tersebut akan terjadi baik dalam waktu
jangka pendek maupun jangka panjang. Bekerja pada kondisi yang tidak
kerja juga interaksinya dengan tinggi tempat duduk. Misalnya jika kita
merancang dengan kriteria agar permukaan tempat kerja tetap dibawah siku,
maka sering kali rancangan tersebut tidak nyaman pada ruang untuk lutut.
1. Jika tinggi alas kursi terlalu tinggi dari lantai maka menyebabkan bagian
dan peredaran darah terhambat. Selain itu juga menyebabkan telapak kaki
panjang maka bagian ujung dari alas kursi menekan daerah tepat
dibelakang lutut (popliteal), hal ini akan menghambat aliran darah ke kaki
Panjang alas kursi yang terlalu pendek juga tidak baik karena seseorang
gambar 2.21
dalam mendesain kursi. Kita harus mengukur dimensi kursi untuk dapat
dimensi kursi ini merujuk pada pengukuran antropometri tubuh dari pengguna
kursi:
1. Ketinggian kursi
b. Menjadi masalah besar saat berdiri dan duduk, karena jarak yang dilalui
harus dekat dengan tinggi popliteal pengguna, dan dimana hal ini tidak
dapat dicapai, jika kursi yang terlalu rendah diperuntukkan untuk pengguna
yang lebih tinggi. Untuk kepentingan dan berbagai tujuan, maka 5th
diperlukan untuk membuat kursi yang lebih tinggi dari ini (misalnya untuk
mencocokkan meja atau karena ruang kaki yang terbatas), efek buruk
dalam rangka untuk meminimalkan tekanan di bawah paha. Hal ini penting
2. Kedalaman Kursi
lutut. Selain itu, semakin dalam kursi semakin besar masalah yang
3. Lebar Kursi
kedua sisi dari luas maksimum pinggul yang dibutuhkan,. Namun, jarak
antara lengan kursi harus cukup untuk pengguna yang memiliki pinggul
yang besar. Luas pinggul wanita 95th percentile ukuran yang cocok.
4. Dimensi Sandaran
tubuh. Hal ini selalu diinginkan tetapi dalam beberapa keadaan persyaratan
lain seperti mobilitas bahu mungkin lebih penting. Kita dapat membedakan
untuk lumbal dan wilayah rendah toraks dan selesai di bawah tingkat
mm yang diperlukan.
daerah bahu. Kursi kantor yang paling modern masuk ke dalam kategori
tempat yang sama seperti anda akan mendukung diri anda dengan tangan
untuk mencapai posisi yang menguntungkan bagi tubuh anda, juga perlu
untuk memberikan jarak untuk bokong sehingga dalam beberapa jenis kursi
antara permukaan kursi dan tepi bawah sandaran. Untuk kursi kerja
konteks penting.
sandaran tidak boleh terlalu cekung atau jangan sampai tidak ada bentuk
sandaran pada titik maksimum akan mendukung kembali dalam posisi yang
5. Sudut Sandaran
berat tubuh yang didukung, maka gaya tekan antara tubuh dan panggul
tekanan akan meningkat. Hal ini akan cenderung mendorong bokong maju
akan berada di antara 100 derajat dan 110 derajat. Sudut sandaran
(misalnya lebih besar dari 110 derajat) tidak kompatibel dengan sandaran
tingkat rendah atau sandaran tingkat menengah karena bagian atas tubuh
6. Sandaran Tangan
menjadi bantuan untuk kita berdiri dan duduk. Sandaran tangan harus
mendukung bagian berdaging dari lengan bawah, tetapi sangat baik jika
bagian-bagian tulang siku di mana saraf ulnar sangat sensitive. Jika kursi
akses, karena lengan kursi tidak boleh dalam keadaan lebih panjang di
depan sandaran kursi. Sebuah sandaran siku yang agak lebih rendah
daripada tinggi dudukan siku mungkin lebih baik untuk pengguna yang
berbadan lebih tinggi sehingga pengguna yang berbadan lebih rendah juga
dapat menggunakannya.
Gambar 2.23 Sandaran tangan kursi yang benar dan sandaran tangan kursi
yang salah
untuk melawan setiap kecenderungan tubuh untuk dapat jatuh dari kursi.
rekomendasi untuk sudut kemiringan alas kursi ini adalah 5-10 derajat
Tabel 2.3
Data diatas merupakan data yang akan jadi acuan pembuatan kursi ergonomis
untuk ibu menyusui. Data diatas merupakan data wanita nasional pada tahun 2010,
akan tetapi data ini menurut jurnal Antropometry of Singaporean and Indonesian
Cina dan data antropometri dari penduduk lokal. Data diatas merupakan data
penduduk keturunan Cina. Hal yang membedakan misalkan keturunan Cina memiliki
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pengembangan model kursi yang
Ciputat Timur. Alur pikir penelitian ini terdiri dari langkah-langkah dalam
dengan melakukan analisis postur tubuh ibu menyusui, lalu dilanjutkan dengan
ukuran antropometri yang akan digunakan dalam merancang kursi dan terakhir
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Antropometri Ilmu yang berkaitan - Observasi Body Ukuran Ratio
dengan pengukuran Measuremant antropometr
dimensi tubuh Instrument, i
manusia dan cara Meteran jahit,
mengaplikasikan lembar
karakteristik tertentu observasi
dari tubuh
manusia.(Roebuck,
1994 dalam Wardani,
2004)
2 Tinggi posisi Jarak vertikal dari - Observasi Body Ukuran Ratio
duduk permukaan duduk Measuremant antropometr
sampai ujung kepala Instrument,lem i
(Pheasant, 2003) bar observasi
3 Tinggi siku pada Jarak vertikal dari - Observasi Meteran jahit, Ukuran Ratio
posisi duduk permukaan alas duduk lembar antropometr
sampai ujung bawah observasi i
siku (Pheasant, 2003)
4 Panjang pantat Jarak horizontal dari - Observasi Meteran jahit, Ukuran Ratio
hingga lipatan permukaan terluar lembar antropometr
dalam lutut pantat hingga bagian observasi i
belakang kaki bagian
bawah (Pheasant,
2003)
5 Tinggi bagian Jarak vertikal dari - Observasi Body Ukuran Ratio
dalam lutut permukaan lantai Measuremant antropometr
sampai sudut bagian Instrument, i
dalam lutut (Pheasant, lembar
2003) observasi
6 Lebar bahu Jarak horizontal dari - Observasi Meteran jahit, Ukuran Ratio
(Bideltoid) lebar maksimum lebar lembar antropometr
bahu, diukur dari observasi i
bagian terluar bahu
sebelah kanan hingga
bagian terluar bahu
sebelah kiri (Pheasant,
2003)
7 Jarak jari tangan Jarak dari siku bagian - Observasi Meteran jahit, Ukuran Ratio
hingga siku belakang sampai jari lembar antropometr
tangan bagian tengah observasi i
(Pheasant, 2003)
8 Lebar pinggul Jarak horizontal dari - Observasi Meteran jahit, Ukuran Ratio
lebar maksimum lembar antropometr
pinggul, diukur dari observasi i
bagian terluar pantat
sebelah kanan hingga
bagian terluar pantat
sebelah kiri (Pheasant,
2003)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
mis dari awal sampai pembuatan prototype kursi ergonomis pada ibu menyusui.
sesuai dengan fungsi dan material yang tepat, maka langkah-langkah yang
a. Studi Literatur
Pada tahap ini seluruh referensi dipelajari untuk dapat membuat kursi
ergonomis yang tepat untuk ibu menyusui. Dari mulai menentukan postur
yang ideal bagi ibu menyusui, ukuran dimensi kursi, sampai merancang
secara garis besar dan seringkali disertai oleh sebuah uraian gambar.
c. Pengujian konsep
d. Membuat Prototipe
START
STUDI LITERATUR
MEMBUAT RANCANGAN
KURSI ERGONOMIS IBU
MENYUSUI
YA
ANALISIS RANCANGAN
YAITU ANALISIS
ERGONOMIC
TIDAK
APAKAH SESUAI
ANALISIS
RANCANGAN ?
YA
PEMBUATAN PROTOTYPE
2. Proses membuat rancangan meliputi pemilihan konsep yang sesuai dan tepat
b. Analisis bahan, pemilihan bahan yang tepat tidak hanya untuk keamanan
4. Pembuatan prototipe
Populasi pada penelitian ini adalah ibu menyusui yang ada di sekitar
orang. Sedangkan sampel yang diambil adalah ibu menyusui yang mewakili
dibawah ini:
( )
Keterangan :
n : Besar sampel
d : Nilai presisi
: Standar deviasi
N : Jumlah Populasi
( )
= 7,61 = 8 orang
diperoleh besar sampel adalah sebesar 8 orang. Maka, sampel yang digunakan
mengukur ukuran dimensi tubuh ibu menyusui. Data yang digunakan adalah data
dimensi-dimensi tubuh pada ibu menyusui saat dalam posisi duduk. Data dimensi
tubuh ini yang akan menjadi ukuran-ukuran dalam perancangan kursi ergonomis
atau data ini yang akan diaplikasikan pada ukuran dalam mendesain kursi
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu data primer dan
data sekunder. Hal ini dilakukan untuk melakukan perbandingan data yang akan
digunakan antara data ukuran antropometri wanita nasional dan data ukuran
secara langsung dari ibu menyusui setelah dilakukan pengukuran dengan alat
2. Data sekunder yaitu data dimensi tubuh yang diperoleh dari literature yaitu
Seluruh data yang terkumpul baik data primer dan data sekunder akan
observasi. Setelah itu dilakukan pengelompokan data dimensi tubuh dan data di
masukan ke dalam program excel. Kemudian, dihitung rata-rata mean dari setiap
yang akan digunakan pada rancangan kursi ibu menyusui. Ukuran percentile ini
HASIL PENELITIAN
Tabel 5.1
dalam lutut
nasional ini masih sesuai dengan data ukuran antropometri wanita yang ada di
Tabel 5.2
duduk
lutut
hingga siku
Body Measuremant Instrument, dan meteran jahit sebagai alat bantu karena
ada beberapa dimensi tubuh yang tidak bisa diukur dengan alat Body
diukur dengan alat Body measurement Instrument adalah tinggi posisi duduk,
Jarak dari pantat hingga lipatan dalam lutut, dan tinggi lipatan dalam
lutut.Dimensi tubuh yang tidak dapat diukur adalah tinggi siku pada posisi
duduk, lebar bahu, lebar pinggul, dan rentang jari tangan hingga siku.
Dimensi tubuh yang tidak dapat diukur oleh alat Body Measurement
ketelitian dari meteran jahit masih kurang dibandingkan dengan alat Body
dimensi tubuh seperti tinggi siku pada posisi duduk, lebar bahu, lebar pinggul,
dan rentang jari tangan hingga siku agar didapatkannya data dimensi tersebut.
Pisangan ini hanya digunakan untuk uji coba apakah data ukuran antropometri
wanita nasional masih bisa dipakai dan data nasional ini masih bisa dijadikan
Indonesia.
5.1.3 Ukuran Antropometri Tubuh Wanita Indonesia 2010 dan Kelurahan
Tabel 5.3
dalam lutut
siku
Di antara dua data tersebut, data nasional yang akan dijadikan ukuran dimensi
sampai ujung kepala. Pada gambar terdapat pada nomor delapan. Dimensi
= 78.48 + (-3.58176)
= 78.48 + 3.58176
ini agar seluruh populasi ibu yang berbadan tinggi dan pendek dapat
90 cm.
Dimensi tubuh ini diukur secara vertikal dari permukaan alas duduk
sampai ujung bawah siku tangan.Pada gambar 5.1 terdapat pada nomor
tangan kursi dan alat yang digunakan untuk mendapatkan data dimensi
tubuh ini adalah meteran jahit untuk mengukur tinggi dari siku pada posisi
Nilai mean dari tinggi siku pada posisi duduk adalah 22.83
= 22.83 + (-4.60184)
= 22.83 + 4.60184
Tinggi siku pada posisi duduk ukuran yang digunakan adalah 5th
percentile. Hal ini agar ibu yang ukuran tinggi siku pada posisi duduknya
rendah bisa menggunakan ukuran ini. Ibu yang memiliki ukuran tinggi siku
pada posisi duduknya yang tinggi dapat juga menggunakan ukuran ini,
karena ibu tersebut bisa mencapai ukuran 5th percentile tersebut. Bila
menggunakan ukuran diatas 5th percentile maka ibu yang memiliki tinggi
siku yang rendah tidak akan dapat menggunakan dudukan tangan ini.
Dimensi tubuh ini diukur secara vertikal dari lantai hingga bagian
dibelakang lutut dalam posisi duduk tegak, dalam keadaan lutut dan
pergelangan kaki dalam posisi tegak lurus, dengan bagian bawah paha dan
gambar 5.1 terdapat pada nomor enam belas. Dimensi tubuh ini digunakan
untuk menentukan tinggi alas kursi dan alat yang digunakan untuk
= 41.43 + (-2.70928)
= 41.43 + 2.70928
ukuran panjang pantat hingga lipatan dalam lutut. Perancang tidak ingin
tinggi alas kursi ini terlalu tinggi dari lantai karena akan menyebabkan
bagian paha akan tertekan. Ukuran ini menggunakan data nasional sebesar
38 cm.
pantat hingga bagian belakang kaki bagian bawah. Pada gambar 5.2
terdapat pada nomor empat belas. Dimensi tubuh ini digunakan untuk
mendapatkan data dimensi tubuh ini adalah meteran jahit untuk mengukur
Nilai mean dari panjang pantat hingga lipatan dalam lutut adalah
44.45
= 44.45 + (-2.87164)
= 44.45 + 2.87164
ini tidak mudah ditentukan, maka perancang menggunakan ukuran 50th ini
agar kursi bisa digunakan oleh seluruh populasi. Bila penentuan panjang
pantat hingga lipatan dalam lutut ini terlalu panjang, maka bagian ujung
kursi dapat menekan daerah tepat dibelakang lutut. Sebaliknya bila ukuran
ini terlalu pendek akan menimbulkan tekanan pada bagian tengah paha,
oleh sebab itu pengambilan ukuran 50th ini menurut saya sangat tepat
karena perancang tidak ingin kursi ini terlalu panjang atau terlalu pendek
untuk pengguna kursi ini. Ukuran ini menggunakan data nasional sebesar
43 cm
Gambar 5.3 Dimensi tubuh Saat Duduk
Dimensi tubuh ini diukur secara horizontal antara kedua lengan atas
dari lengan terluar sebelah kiri hingga lengan terluar sebelah kanan. Pada
gambar 5.3 terdapat pada nomor tujuh belas.Dimensi tubuh ini digunakan
mendapatkan data dimensi tubuh ini adalah meteran jahit untuk mengukur
= 46.13 + (-9.78916)
maksimum ini digunakan agar pengguna yang memiliki lebar yang bahu
Dimensi tubuh ini diukur secara horizontal dari tubuh yang diukur
melintasi bagian terbesar dari pinggul dari kiri hinga ke kanan pinggul.
Pada gambar 5.3 terdapat pada nomor sembilan belas.Dimensi tubuh ini
digunakan untuk menentukan lebar alas kursi dan alat yang digunakan
untuk mendapatkan data dimensi tubuh ini adalah meteran jahit untuk
mengukur lebar bahu. Ukuran dimensi ini tidak ada perubahan setelah
melihat perbandingan data antara data wanita Indonesia tahun 2010 dengan
dengan cara perhitungan yang terdapat pada tinjauan pustaka dan berikut
adalah perhitungannya :
= 39.12 + (-10.10732)
= 39.12 + 10.10732
= 49.23 cm (data kelurahan Pisangan) : 45 cm (data nasional)
Ukuran lebar pinggul yang digunakan adalah 95th percentile. Hal ini
bertujuan agar pengguna yang memiliki lebar pinggul yang kecil dan lebar
Dimensi tubuh ini diukur secara horizontal dari ujung jari tangan
hingga siku. Pada gambar 5.4 terdapat pada nomor sembilan belas.Dimensi
tubuh ini digunakan untuk menentukan panjang dudukan tangan kursi dan
alat yang digunakan untuk mendapatkan data dimensi tubuh ini adalah
meteran jahit untuk mengukur panjang jari tangan hingga siku. Nilai
Nilai mean dari panjang jari tangan hingga siku adalah 41.98
5th = 41.98 + 1.471 (-1.64)
= 41.98 + (-2.41244)
= 41.98 + 2.41244
Ukuran Panjang jari tangan hingga siku yang digunakan adalah 50th
percentile. Hal ini agar pengguna yang berlengan pendek dan panjang
Tabel 5.4
3 Ketebalan Bantalan 4 cm
dikarenakan rancangan sandaran kursi yang akan dibuat dapat disetel sudut
tingkat atas yang cocok adalah menggunakan sudut sandaran yang lebih
dari . Sudut sandaran ini berdasarkan dari rekomendasi Pheasant
pada saat menyusui ibu harus berada pada posisi nyaman dan bersender
pada suatu benda untuk menopang badan ibu seperti pada gambar 2.4.
Sudut alas kursi yang digunakan adalah derajat. Hal ini untuk
3. Ketebalan Bantalan
pada pengguna kursi agar mengurangi tekanan yang terjadi antara tubuh
saat duduk.Bantalan ini melapisi bagian alas kursi dan sandaran kursi.
samping kiri.Gambar rancangan dapat dilihat pada gambar 5.5 dan 5.6 di
bawah ini.
Gambar 5.5 Gambar Rancangan Kursi Ergonomis Tampak kiri dengan rincian:
a.lebar sandaran, b. panjang sandaran tangan, c. tinggi sandaran, d. tinggi sandaran
tangan, e. lebar alas kursi, f.panjang kedalaman alas kursi, g. tinggi alas kursi.
Gambar 5.6 Gambar Rancangan Kursi Ergonomis Tampak kanan dengan rincian:
a.lebar sandaran, b. panjang sandaran tangan, c. tinggi sandaran, d. tinggi sandaran
tangan, e. lebar alas kursi, f.panjang kedalaman alas kursi, g. tinggi alas kursi
Gambar diatas merupakan gambar rancangan kursi yang akan dibuat oleh
perancang. Ukuran dimensi kursi diatas sudah memakai hasil perbandingan data
antara data nasional dengan data yang ada di kelurahan Pisangan.Gambar diatas
PEMBAHASAN
1. Saat pengukuran berlangsung ada beberapa ibu yang tidak bisa melepas bayinya
2. Desain kursi yang dibuat perancang tidak dapat secara teliti membuat nyaman
sebanyak 100 % pada pengguna saat menggunakan kursi ini. Hal ini dikarenakan
3. Pengukuran dimensi tubuh pada ibu menyusui ini menggunakan beberapa alat,
salah satunya adalah meteran jahit. Meteran jahit ini ketepatan presisinya agak
kurang akurat sehingga kemungkinan ukuran dimensi tubuh pada ibu menyusui
4. Responden yang digunakan pada penelitian ini adalah 15 orang, dan tujuan
responden sebanyak 15 orang ini untuk uji coba kursi kurang mewakili untuk
Untuk dimensi tubuh yang digunakan pada bagian ini adalah dimensi
ukuran Tinggi posisi duduk. Ukuran yang digunakan adalah ukuran tinggi posisi
duduk 95th percentile dari data nasional yaitu 90 cm. Secara statistik, untuk
ukuran 90 cm dari data nasional ini, semua ibu yang dijadikan sampel 100 %
sudah terwakili, karena untuk dimensi tinggi posisi duduk ibu di kelurahan
Pisangan ini tidak ada yang melebihi 90 cm. Hal ini digunakan agar tinggi
sandaran menjadi golongan sandaran tipe tinggi dan seluruh populasi dapat
memberikan dukungan pada kepala secara penuh dan juga pada leher. Hal ini
sejalan dengan perancangan kursi ini karena target pengguna kursi ini adalah ibu
dukungan pada anggota tubuh bagian kepala dan leher. Pada desain juga dapat
dilihat pada bagian bawah sandaran didesain bentuknya agak sedikit cekung. Bila
pada sandaran dekat tulang lumbal akan mendukung posisi duduk ibu agar
membantu ibu saat ingin berdiri normal dari kursi. Dari segi perancangannya
kursi ini didesain agar dapat mengurangi gangguan kesehatan saat memposisikan
benar saat duduk adalah dengan memberikan topangan atau sandaran pada
punggung ibu. Hal ini agar posisi ibu tidak membungkuk karena akan cepat
lelah. Posisi ibu menyusui yang banyak dipakai ibu salah satunya adalah cradle
hold yang harus menggunakan sandaran punggung untuk menopang ibu. Posisi
Untuk dimensi tubuh yang digunakan pada bagian ini adalah dimensi
ukuran tinggi siku dalam posisi duduk. Ukuran yang digunakan adalah 5th dari
data nasional yaitu 19 cm. Ukuran terkecil ini diambil karena menurut Pheasant
(2003) sebuah tinggi dudukan siku yang agak lebih rendah lebih baik untuk
pengguna yang berbadan lebih tinggi dan untuk pengguna yang berbadan lebih
data nasional ini ada 94 % ibu yang sudah terwakili untuk ukuran tinggi siku
dalam posisi duduknya, sehingga bisa dikatakan ukuran ini sudah nyaman
Dudukan siku berguna untuk menopang bayi saat ibu sedang menyusui
sehingga tekanan akibat beban bayi yang terjadi pada ibu dapat dikurangi.
dari lengan bawah. Sangat baik jika bahan pelapis berbahan empuk. Pada
dudukan siku ini akan dilapisi oleh pelapis seperti busa yang berbahan empuk.
Bila dudukan siku ini tidak dilapisi dengan pelapis akan menimbulkan
ketidaknyamanan pada pengguna yang menggunakan dudukan siku ini. Hal itu
dikarenakan pada bagian tulang-tulang siku banyak saraf-saraf ulnar yang sangat
sensitif sehingga bagian ini dilapisi oleh bahan busa untuk memberikan
kenyamanan pengguna.
Pada posisi menyusui cradle hold ibu disarankan duduk pada kursi
berlengan yang nyaman untuk membantu ibu menopang badan bayi saat
menyusui. Posisi ini dapat dilihat pada gambar 2.4. Dudukan tangan ini bila
digunakan paling baik digunakan pada saat menyusui bayi yang berumur 1-6
bulan, karena beban bayi masih belum terlalu berat untuk sang ibu. Bila umur
bayi sudah lebih dari 6 bulan dianjurkan dapat menambahkan bantal sebagai
Untuk dimensi tubuh yang digunakan pada bagian ini adalah dimensi
ukuran panjang pantat hingga lipatan dalam lutut. Ukuran yang digunakan adalah
50th dari data nasional yaitu 43 cm. Hal ini agar dapat disesuaikan dengan
pengguna yang memiliki tinggi badan tinggi dan tinggi badan yang rendah.
Melihat dari data statistik terdapat 60 % yang tidak terwakili dari ukuran ini
mudah untuk ditentukan maka perancang menggunakan ukuran 50th ini agar
kursi bisa disesuaikan dengan ukuran para pengguna. Menurut Panero dan Zelnik
kedalaman kursi ini. Bila kedalaman kursi terlalu panjang maka bagian ujung
dari alas kursi dapat menekan daerah tepat dibelakang lutu, hal ini akan
menghambat aliran darah ke kaki sehingga menimbulkan ketidaknyamanan.
Sebaliknya Panjang alas kursi yang terlalu pendek juga tidak baik karena
daerah pada bawah paha. Akibat yang lain, kedalaman kursi yang terlalu pendek
akan menimbulkan tekanan pada bagian tengah paha. Maka dari pertimbangan
hal itu perancang memilih menggunakan ukuran 50th agar ukuran dapat
Untuk dimensi tubuh yang digunakan pada bagian ini adalah dimensi
ukuran Tinggi lipatan dalam lutut. Ukuran yang digunakan adalah 5th dari data
nasional yaitu 38 cm. Menurut Pheasant (2003) ukuran 5th adalah ukuran yang
terbaik agar ketinggian kursi secara optimal dapat digunakan untuk berbagai
tujuan dan harus dekat dengan tinggi lipatan dalam lutut pengguna. Dalam data
ukuran ibu yang jarak perbedaan ukurannya dengan ukuran yang disarankan
berjarak 5-7 cm. Perbedaan yang agak besar tersebut dapat menimbulkan
data subjek di kelurahan Pisangan ukuran ini yang paling mendekati antara kedua
data ini. Desain ini juga disesuaikan menurut Panero dan Zelnik (2003) yaitu bila
tinggi alas kursi terlalu tinggi dari lantai akan menyebabkan bagian paha akan
Sebaliknya jika tinggi alas kursi terlalu rendah dari lantai maka dapat
Pada desain ini perancang mencoba membuat agar ketinggian kursi secara
tepat dapat digunakan oleh para ibu agar para ibu dapat menyusui secara nyaman
dan mengurangi resiko permasalahan kesehatan. Pada ujung alas kursi perancang
Untuk dimensi tubuh yang digunakan pada bagian ini adalah dimensi
ukuran lebar pinggul. Ukuran yang digunakan adalah 95th dari data kelurahan
Pisangan yaitu 49 cm. Menurut Pheasant (2003) demi tujuan mendukung lebar
kursi yang baik untuk ukuran lebar kursi ini lebih baik digunakan ukuran yang
maksimum. Pada ukuran 49 cm ini ada beberapa ibu yang akan mengalami tidak
nyaman menggunakan kursi ini, karena ada sebesar 100 % ukuran ibu sudah
terwakili dengan ukuran ini, sehingga ibu dapat dengan nyaman menggunkan
dimensi ini.
Ukuran 95th dari lebar pinggul perempuan dianggap cocok karena untuk
pengguna yang memiliki lebar pinggul lebih kecil dapat menggunakan secara
nyaman. Menurut Pheasant (2003) lebar kursi ini lebih baik kurangi 2,5 cm pada
kedua sisi dari luas maksimum pinggul. Hal tersebut dikarenakan untuk
mendukung lebar antara lengan kursi agar dapat digunakan untuk pengguna yang
Pada desain kursi ini perancang memberikan sudut miring untuk bagian
sandaran kursi sebesar 110 derajat. Hal ini sejalan menurut Pheasant (2003)
bahwa pemberian sudut sandaran pada kursi sangat diperlukan untuk menambah
tipe kenyamanan, tetapi pemberian sudut sandaran yang terlalu besar dapat
sangat diperlukan agar dapat mendukung posisi tubuh pengguna lebih nyaman.
ukuran sudut yang optimal yang dapat digunakan. Perancang menggunakan sudut
sebesar 110 karena pada tipe sandaran yang dirancang merupakan tipe sandaran
tinggi yang hanya cocok dengan sandaran sebesar 110 derajat atau lebih.
bentuk payudara ibu dan memberi ruang untuk menggerakkan bayinya ke posisi
yang baik. Sudut sandaran ini dapat mencegah ibu untuk membungkuk saat
menyusui, karena saat menyusui kalau ibu membungkuk akan membuat leher
dan punggung ibu mengalami kelelahan sehingga pemberian sudut ini dapat
meminimalisir kelelahan pada bagian punggung dan leher ibu saat menyusui.
Pada rancangan kursi ini perancang juga menggunakan sudut alas kursi.
Sudut alas kursi ini menurut Pheasant (2003) berguna untuk mempertahankan
interaksi yang baik dengan sandaran dan membantu untuk melawan setiap
kecenderungan tubuh untuk dapat jatuh dari kursi. Kemiringan yang berlebihan
dapat mengurangi pengguna dalam hal berdiri dan posisi akan duduk. Sudut yang
sudut alas kursi ini agar tubuh dapat memaksimalkan fungsi sandaran kursi yaitu
menopang tubuh pengguna agar pengguna bisa nyaman duduk untuk waktu yang
cukup lama.
Untuk dimensi tubuh yang digunakan pada bagian ini adalah dimensi
ukuran yaitu panjang jari tangan hingga siku. Ukuran yang digunakan adalah 50th
dari data nasional yaitu 43 cm. Sebenarnya kegunaan dimensi kursi ini bagi ibu
menyusui adalah untuk menopang tangan ibu saat menyusui. Ukuran ini
mengambil ukuran yang dapat disesuaikan untuk semua ukuran, maka dapat
dikatakan 100 % ibu sudah terwakili dengan ukuran ini dan ibu dapat dengan
membatasi akses tangan, karena lengan kursi tidak boleh lebih panjang di depan
sandaran kursi, maka dari itu perancang membuat ukuran 50th agar bisa
disesuaikan ke semua populasi ibu yang memiliki lengan yang pendek dan
Untuk dimensi tubuh yang digunakan pada bagian ini adalah dimensi
ukuran yaitu lebar bahu (Bideltoid). Ukuran yang digunakan adalah 95th dari data
nasional yaitu 53 cm. Pada data ukuran antropometri ibu menyusui di kelurahan
Pisangan ini terdapat 2 ibu yang ukuran bahunya melebihi ukuran yang
dengan ukuran ini dan nyaman dalam menggunakan dimensi kursi ini.
Pada ukuran 95th ini diharapkan kursi dapat digunakan untuk seluruh
populasi. Ukuran maksimum ini digunakan agar pengguna yang memliki lebar
bahu yang kecil bisa menggunakannya. Menurut Pheasant (2003) ukuran ini
harus diperhatikan agar mobilitas bahu pengguna bisa secara bebas digerakkan.
Pada saat menyusui ibu bisa leluasa menggunakan bahu bila lebar sandaran kursi
ini lebih lebar dari bahu ibu, sehingga ibu bisa secara nyaman saat posisi
7.1 Kesimpulan
1) Ukuran sitting height dengan rata-rata 78,48 cm, dengan 5th adalah
2) Ukuran sitting elbow height dengan rata-rata 22,83 cm, dengan 5th
7) Ukuran hip breadth dengan rata-rata 39,12 cm, dengan 5th adalah
7.2 Saran
a. Saat ibu menyusui selalu menggunakan kursi untuk menopang tubuh ibu
b. Saat ibu menyusui dan ibu tidak memiliki kursi usahakan memakai benda
lain yang empuk untuk menopang bagian belakang tubuh sang ibu.
tangan.
rancangan melalui pemilihan bahan yang akan digunakan agar bisa lebih
terperinci.
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Budiono, Sugeng, A.M. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang: Badan
penerbit UNDIP
Dul, Jan. Weerdmeester, B. 2001. Ergonomics for Beginner. 2nd Edition. New York:
Taylor & Francis Inc
Dul, Jan. Weerdmeester, B. 2008. Ergonomics for Beginner. 3rd Edition. London: CRC
Press
Edy, Sarwo dan Rasmidar Samad. 2011. Aplikasi Postur yang Ergonomi Dokter Gigi
Selama Perawatan Klinis di Kota Makassar. Departemen Ilmu Kesehatan Gigi
Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar
Fahma, Fakhrina, dkk. 2010. Perancangan kursi untuk ibu menyusui berdasarkan
pendekatan antropometri (studi kasus: Diruang laktasi rumah sakit XYZ).
National conference on Applied ergonomics. 2010
Fredregill, Suzanne dan Ray Fredregill. 2010. The Everything Breastfeeding Book.
Second Edition. U.S.A: F+W Media Inc
Jannah, Nur. 2008. Analisa Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja
Divisi Kasir, Grocery, Dan Receiving Giant Hypermarket Cimanggis Tahun
2008. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Uin Syarif
Hidayatullah.
Kolcaba, Katharine. 1991. A Taxonomic Structure for The Concept Comfort. IMAGE:
Journal of Nursing Scholarship Vol. 23, No. 4.
Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi ke 2. Surabaya:
Guna Widya
Panero, Julius, Zelnik, Martin. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang interior. Jakarta:
Erlangga.
Pheasant, S., 1988. Anthropometry Ergonomics and Design. London : Taylor and
Francis inc,
Pheasant, S., 2003. Bodyspace: Anthropometry, Ergonomics and Design of Work. 2nd
Edition London: Taylor & Francis,
Pratomo, Aji Wiro. 2007. Hubungan antara kursi kerja dengan timbulnya keluhan Nyeri
pinggang pada pekerja tenun kain sarung di java Atbm (alat tenun bukan mesin)
desa kebunan kecamatan Taman kabupaten pemalang tahun 2006. Skripsi.
Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Univ Negeri Semarang.
Pusat Kesehatan Kerja. 2004. Ergonomi. Jakarta: Depkes Rahayu, Rizka Yulianti dan
Sari Sudarmiati. 2012. Pengetahuan Ibu Primipara tentang Faktor-
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Produksi ASI. Jurnal Nursing Studies Vol. 1
No. 1. Available on: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing
Rahmawati, Yulita dan Sugiharto. Hubungan Sikap Kerja Duduk dengan Kejadian
Cumulative Trauma Disorder Pekerja Pengamplasan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Vol. 7 No. 1. Available on:
http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas
Roesli, Utami. 2009. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Pustaka Bunda. Cet. I
Roesli.2000, Mengenal ASI Eksklusif. Tubhus Agrimidya
Romadhona, Andri. 2010. Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Mengangkat
Dan Mendorong Pasien Pada Perawat IGD RSUD DR Adjidarmo Rangkas
Bitung Tahun 2010. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Uin Syarif Hidayatullah.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sigit Wasi W.2005. Bekerja Dengan Komputer secara ergonomis dan sehat.
www.wahanako.com
Soetjiningsih. 1997. Seri Gizi Klinik, ASI:Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Cetakan I (Ed)
Suma‟mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Gunung Agung.
Suradi, Rulina. 2001. Bahan Bacaan manajemen Laktasi, cetakan ke-1. Jakarta:
Perkumpulan Perinatologi Indonesia
Stevenson, M.G. 1989. Lecture notes on the principles of ergonomic, Sydney : Centre
for safety science Univ. of New South Wales.
Tarwaka, et al. 2004. Ergonomi untuk keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktifitas,
Surakarta. UNIBA Press.
Widodo, Ariani Dewi. 2011. Posisi Menyusui yang Nyaman Bagi Ibu dan Buah Hati.
Available on: http://www.tanyadok.com/anak/posisi-menyusui-yang-nyaman-bagi-
ibu-dan-buah-hati. Diakses pada tanggal 5 Desember 2012 pukul 5.39
Wignjosoebroto, Sritomo. 2000, Ergonomi, Studi Gerak & Waktu (Teknik Analisa untuk
produktifitas kerja), Edisi kedua, Jakarta: PT. Guna Widya
Lampiran
Dimensi (cm)
No Nama
1 2 3 4 5 6
1
2
3
4
5
1. Sitting Height
2. Sitting Elbow Heigth
3. Buttock Popliteal Length
4. Popliteal Height
5. Shoulder Breadth
6. Elbow Fingertip Length
1. Sitting Height = no 8
2. Sitting Elbow Heigth = no 11
3. Buttock Popliteal Length = no 14
4. Popliteal Heigth = no 16
5. Shoulder Breadth = no 17
6. Elbow Fingertip Length = no 23
Lampiran
Lampiran
Dimensi (cm)
No
1 2 3 4 5 6 7
1 79.80 22.30 43.50 40.70 38.50 40.50 31.50
2 78.90 18.50 46.00 41.90 48.40 43.90 42.40
3 78.20 22.80 47.10 41.20 49.50 40.50 40.50
4 79.70 22.50 46.70 41.90 48.50 43.50 41.00
5 74.40 19.50 43.50 39.70 39.70 38.80 31.20
6 82.40 26.00 43.00 41.70 45.70 43.50 37.20
7 78.50 21.50 44.20 45.00 41.00 41.80 49.10
8 79.80 27.50 45.80 42.50 55.00 41.00 47.00
9 82.10 22.00 44.50 39.60 52.50 44.00 46.30
10 79.00 22.40 41.70 42.40 46.00 42.00 34.50
11 76.30 19.00 42.20 41.10 40.10 41.50 35.60
12 77.60 25.00 46.60 38.00 50.50 43.20 34.50
13 77.10 26.00 44.70 41.70 38.00 41.20 31.50
14 75.60 21.00 45.20 43.30 56.00 42.00 47.00
15 77.80 26.40 45.00 40.70 42.60 42.30 37.50
7. Sitting Height
8. Sitting Elbow Heigth
9. Buttock Popliteal Length
10. Popliteal Height
11. Shoulder Breadth
12. Elbow Fingertip Length
13. Hip Breadth
7. Sitting Height = no 8
8. Sitting Elbow Heigth = no 11
9. Buttock Popliteal Length = no 14
10. Popliteal Heigth = no 16
11. Shoulder Breadth = no 18
12. Elbow Fingertip Length = no 23
13. Hip Breadth = no 19
.Lampiran
Statistics
shoulder_br
sit_height sitting_elbow butt_pop pop_height eadth hip_breadth elbow_finger
N Valid 15 15 15 15 15 15 15
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 78.4800 22.8267 44.4467 41.4267 46.1333 39.1200 41.9800
Std. Deviation 2.18443 2.80623 1.75168 1.65291 5.96953 6.16316 1.47125
sit_height
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 74.4 1 6.7 6.7 6.7
75.6 1 6.7 6.7 13.3
76.3 1 6.7 6.7 20.0
77.1 1 6.7 6.7 26.7
77.6 1 6.7 6.7 33.3
77.8 1 6.7 6.7 40.0
78.2 1 6.7 6.7 46.7
78.5 1 6.7 6.7 53.3
78.9 1 6.7 6.7 60.0
79 1 6.7 6.7 66.7
79.7 1 6.7 6.7 73.3
79.8 2 13.3 13.3 86.7
82.1 1 6.7 6.7 93.3
82.4 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
sitting_elbow
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 18.5 1 6.7 6.7 6.7
19 1 6.7 6.7 13.3
19.5 1 6.7 6.7 20.0
21 1 6.7 6.7 26.7
21.5 1 6.7 6.7 33.3
22 1 6.7 6.7 40.0
22.3 1 6.7 6.7 46.7
22.4 1 6.7 6.7 53.3
22.5 1 6.7 6.7 60.0
22.8 1 6.7 6.7 66.7
25 1 6.7 6.7 73.3
26 2 13.3 13.3 86.7
26.4 1 6.7 6.7 93.3
27.5 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
butt_pop
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 41.7 1 6.7 6.7 6.7
42.2 2 13.3 13.3 20.0
43 1 6.7 6.7 26.7
43.5 2 13.3 13.3 40.0
44.2 1 6.7 6.7 46.7
44.5 1 6.7 6.7 53.3
44.7 1 6.7 6.7 60.0
45 1 6.7 6.7 66.7
45.8 1 6.7 6.7 73.3
46 1 6.7 6.7 80.0
46.6 1 6.7 6.7 86.7
46.7 1 6.7 6.7 93.3
47.1 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
pop_height
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 38 1 6.7 6.7 6.7
39.6 1 6.7 6.7 13.3
39.7 1 6.7 6.7 20.0
40.7 2 13.3 13.3 33.3
41.1 1 6.7 6.7 40.0
41.2 1 6.7 6.7 46.7
41.7 2 13.3 13.3 60.0
41.9 2 13.3 13.3 73.3
42.4 1 6.7 6.7 80.0
42.5 1 6.7 6.7 86.7
43.3 1 6.7 6.7 93.3
45 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
shoulder_breadth
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 38 1 6.7 6.7 6.7
38.5 1 6.7 6.7 13.3
39.7 1 6.7 6.7 20.0
40.1 1 6.7 6.7 26.7
41 1 6.7 6.7 33.3
42.6 1 6.7 6.7 40.0
45.7 1 6.7 6.7 46.7
46 1 6.7 6.7 53.3
48.4 1 6.7 6.7 60.0
48.5 1 6.7 6.7 66.7
49.5 1 6.7 6.7 73.3
50.5 1 6.7 6.7 80.0
52.5 1 6.7 6.7 86.7
55 1 6.7 6.7 93.3
56 1 6.7 6.7 100.0
hip_breadth
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 31.2 1 6.7 6.7 6.7
31.5 2 13.3 13.3 20.0
34.5 2 13.3 13.3 33.3
35.6 1 6.7 6.7 40.0
37.2 1 6.7 6.7 46.7
37.5 1 6.7 6.7 53.3
40.5 1 6.7 6.7 60.0
41 1 6.7 6.7 66.7
42.4 1 6.7 6.7 73.3
46.3 1 6.7 6.7 80.0
47 2 13.3 13.3 93.3
49.1 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
elbow_finger
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 38.8 1 6.7 6.7 6.7
40.5 2 13.3 13.3 20.0
41 1 6.7 6.7 26.7
41.2 1 6.7 6.7 33.3
41.5 1 6.7 6.7 40.0
41.8 1 6.7 6.7 46.7
42 2 13.3 13.3 60.0
42.3 1 6.7 6.7 66.7
43.2 1 6.7 6.7 73.3
43.5 2 13.3 13.3 86.7
43.9 1 6.7 6.7 93.3
44 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0