Está en la página 1de 28

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pada masa lampau, edentulous dipercaya merupakan suatu

konsekuensi alami dari proses penuaan. Dengan perkembangan yang cepat dalam bidang kesehatan mulut, orang-orang cenderung berusaha untuk lebih memelihara giginya dalam hidup mereka. Dengan kata lain, kehilangan gigi masih menjadi suatu masalah bagi orang-orang lanjut usia dan individu dengan kondisi medis yang berbahaya.1 Diantaranya terdapat beberapa penyebab kehilangan gigi yang paling umum terjadi, seperti karies, penyakit periodontal, perawatan ortodonti dan lesi-lesi kista.2 Edentulous merupakan sebuah indikator dari baik buruknya kesehatan mulut suatu individu.3 Kesehatan mulut juga sangat berpengaruh dalam fungsi sosial dan berperilaku seperti penampilan pada saat bekerja dan pada saat sekolah.4 Oleh karena itu dokter gigi harus dapat memberikan gigi tiruan yang dapat merestorasi kembali fungsi mastikasi dan estetik yang terganggu akibat kehilangan gigi.5 Hong Kong Oral Health Survey tahun 2001 menyatakan bahwa lebih dari setengah individu yang berusia 65-74 tahun memiliki gigi asli kurang dari 20 gigi. Oleh karena itu 34 % telah memakai gigi tiruan sebagian lepasan dan 37 % dinyatakan perlu memakai gigi tiruan sebagian lepasan.6 Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) merupakan gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi asli yang hilang dan bagian-bagian yang berkaitan dengannya, didukung oleh gigi dan mukosa, serta dapat dilepas pasang oleh pasien. Gigi tiruan sebagian lepasan umumnya dibuat dari bahan resin akrilik atau kombinasi resin akrilik dengan logam.7 Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik memiliki harga yang relatif lebih murah dan lebih estetik bila dipakai. Oleh sebab itu gigi tiruan sebagian lepasan akrilik banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia.8 Tujuan pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik adalah untuk mengembalikan fungsi estetik, fungsional dan sosialisasi yang terganggu

Universitas Syiah Kuala

akibat kehilangan gigi. Bila ditinjau dari jaringan pendukungnya, gigi tiruan sebagian lepasan akrilik terdiri dari 3 macam yaitu gigi tiruan sebagian lepasan yang didukung oleh mukosa dan tulang alveolar di bawahnya (GTSL gingival), gigi tiruan sebagian lepasan akrilik yang didukung oleh gigi asli (GTSL paradental), dan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik yang didukung oleh gigi asli dan mukosa serta tulang alveolar di bawahnya (GTSL gingival dan paradental).8,9 Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik memiliki komponen-komponen dasar seperti basis, sadel, elemen gigi tiruan, dan cengkram. Cengkram pada gigi tiruan sebagian lepasan akrilik terbuat dari kawat stainless steel yang melingkari gigi penyangga (abutment). Ada 2 macam desain cengkram yang umum digunakan, yaitu cengkram paradental dan gingival. Oleh karena itu cengkram sangat berpengaruh terhadap jaringan periodontal terutama gingiva, karena cengkram berperan sebagai bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan akrilik yang meneruskan beban kunyah ke gigi penyangga (abutment), sebagai retensi juga stabilisasi.10 Terdapat beberapa potensi kerusakan periodontal akibat gigi tiruan sebagian lepasan akrilik seperti pembentukan plak, titik kontak interdental yang kurang rapat, hingga kerusakan jaringan gingiva.11 Keterlibatan marginal gingiva oleh komponen dari gigi tiruan sebagian lepasan akrilik menyebabkan kerusakan pada marginal gingiva dan perlekatan epitelial sehingga terlihatnya permukaan akar gigi dan gingiva akan berada pada posisi lebih apikal dari Cemento Enamel Junction (CEJ) yang disebut dengan resesi gingiva.12 Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Samir A.Qudah, BDS, MSc, menyatakan bahwa jaringan periodonsium gigi penyangga lebih terpengaruhi dibandingkan jaringan periodonsium gigi yang tersisa akibat penggunaan gigi tiruan sebagian jenis kobalt kromium dengan

menghubungkan pengaruh chekup regular pada kesehatan periodontal untuk pasien yang menggunakan jenis protesa kobalt kromium.13 Namun penelitian mengenai hubungan desain cengkram gingival dan paradental GTSL akrilik dengan resesi gingiva gigi penyangga belum banyak diteliti. Oleh karena itu penulis ingin meneliti hal tersebut untuk menambah

Universitas Syiah Kuala

informasi dan pengetahuan. Selain itu penulis juga ingin meningkatkan kualitas kesehatan mulut pasien yang memakai gigi tiruan, yang mana pada umumnya masyarakat Indonesia khususnya warga Banda Aceh masih sangat banyak yang memakai GTSL akrilik dibandingkan gigi tiruan cekat atau kerangka logam.

1.2 Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara desain cengkram gingival dan paradental GTSL akrilik dengan resesi gingiva gigi penyangga.

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan desain cengkram gingival dan paradental GTSL akrilik dengan resesi gingiva gigi penyangga.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara desain cengkram gingival dan paradental dengan terjadinya resesi gingiva gigi penyangga.

2. Bagi masyarakat dan subjek penelitian Memberikan informasi yang bermanfaat tentang dampak yang terjadi akibat pasien yang menggunakan GTSL akrilik tidak kooperatif dan tidak menjaga oral hygiene khususnya pada resesi gingiva yang terjadi. 3. Bagi instansi kesehatan Dapat dijadikan sebagai bahan masukan kepada instansi terkait untuk lebih menekankan sifat kooperatif dan lebih memelihara kebersihan mulut khususnya pada pasien yang memakai GTSL akrilik agar tidak terjadi komplikasi lainnya seperti resesi gingiva.

Universitas Syiah Kuala

4. Bagi institusi Sebagai referensi dan pembelajaran serta untuk menambah wawasan dalam penelitian di bidang kedokteran gigi khususnya bidang

prostodonsia.

5. Bagi dokter gigi Untuk mengetahui lebih banyak hubungan desain cengkram gingival dan paradental GTSL akrilik terhadap terjadinya resesi gingiva.

6. Bagi mahasiswa PSKG Sebagai pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat tentang resesi gingiva gigi penyangga yang terjadi akibat penempatan desain cengkram gingival dan paradental GTSL akrilik.

Universitas Syiah Kuala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik merupakan protesa gigi yang didukung oleh gigi buatan dan struktur yang berhubungan, pada rahang yang edentulous sebagian. Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik dibuat dari bahan resin akrilik (polymethyl-methacrylate) dan dapat dilepas dari mulut serta dipasang kembali oleh pasien.8 Adapun beberapa tujuan dari dibuatnya gigi tiruan sebagian lepasan akrilik seperti untuk mencegah penyakit-penyakit yang mungkin timbul akibat edentulous yang tidak direhabilitasi seperti drifting (bergeraknya gigi tetangga ke daerah edentulous) hingga rasa sakit pada temporomandibular joint (TMJ), memelihara jaringan yang tersisa dan yang paling penting adalah mengembalikan estetik serta fungsi mastikasi.14,15

2.1.1 Indikasi gigi tiruan sebagian lepasan akrilik Terdapat beberapa indikasi dari gigi tiruan sebagian lepasan akrilik, seperti untuk daerah edentulous yang long span. Dimana gigi tiruan menerima tambahan penyokong dan stabilisasi dari jaringan yang tersisa dari gigi-gigi penyangga pada sisi berlawanan dalam lengkung rahang, karena tanpa distribusi tekanan efek ungkit dan rotasi akan menjadi parah. Tidak ada gigi penyangga posterior pada ruang edentulous (free end saddle), karena jika memakai cantilever bridge umumnya akan memberikan gaya torquing dan sering mengalami resorpsi tulang. Jaringan periodontal gigi penyangga mengalami kerusakan, karena jika tulang yang menyangga gigi penyangga telah rusak maka gigi penyangga tidak dapat mendukung gigi tiruan cekat, oleh karena itu diindikasikan pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik. Kebutuhan untuk stabilisasi cross arch, karena gigi tiruan sebagian lepasan akrilik merupakan protesa bilateral, maka stabilisasi cross arch dapat ditingkatkan, tidak seperti gigi tiruan cekat yang yang hanya menyediakan stabilisasi anteroposterior. Kehilangan tulang yang parah dalam residual ridge, yang mana basis dari gigi tiruan sebagian lepasan akrilik dapat

Universitas Syiah Kuala

merestorasi bagian yang hilang dari lengkung gigi. Permasalahan fisik dan emosional, yang mana gigi tiruan sebagian lepasan akrilik diindikasikan untuk meminimalkan waktu kunjungan pasien ke dokter gigi. Perawatan harus didesain untuk mencegah keadaan mulut yang lebih buruk sehingga hal-hal yang mendasari masalah fisik dan emosional dapat teratasi. Estetik, basis dari gigi tiruan sebagian lepasan akrilik memenuhi kebutuhan fonetik dan fungsional yang sangat efektif. Kebutuhan untuk menggantikan gigi yang diekstraksi sesegera mungkin (immediate denture). Keinginan pasien, seperti pasien ingin menghindari prosedur operatif pada gigi yang sehat, menghindari penempatan 1 atau lebih implan serta yang paling penting adalah alasan ekonomi. Relasi maksilomandibular yang tidak baik, mencakup disharmoni ukuran lengkung, bentuk dan posisi.9,14

2.1.2 Klasifikasi kehilangan gigi Menurut Kennedy, klasifikasi kehilangan gigi yang diindikasikan untuk pemakaian gigi tiruan sebagian terdiri dari 4 kelas. Kelas I, edentulous terletak di posterior dari gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral). Kelas II, daerah edentulous terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada, tetapi hanya berada pada salah satu rahang saja (unilateral). Kelas III, edentulous terletak diantara gigi yang masih ada di bagian posterior maupun anterior dan unilateral. Kelas IV, edentulous terletak pada bagian anterior dari gigi yang masih ada dan melewati garis tengah rahang.16

Kelas I

Kelas II

Universitas Syiah Kuala

Kelas III

Kelas IV

Gambar 2.1 Klasifikasi kehilangan gigi (Kennedy)16

2.1.3 Kontraindikasi gigi tiruan sebagian lepasan akrilik Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik juga memiliki beberapa kontraindikasi untuk digunakan seperti (1) Ketika gigi yang tersisa tidak cocok untuk menjadi penyokong, stabilisasi dan penahan gigi tiruan sebagian lepasan. (2) Karies rampan atau kondisi periodontal yang parah, karena dapat membahayakan gigi yang tersisa pada rahang. (3) Permintaan pasien, jika pasien tidak ingin terlihat adanya cengkram. (4) Oral hygiene yang buruk (kronis).17

2.1.4 Keuntungan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik lebih murah dibandingkan dengan gigi tiruan sebagian kerangka logam dan lebih mudah dibuat. Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik diindikasikan juga untuk gigi tiruan immediate dan transisional, dimana protesa tersebut dapat bekerja sementara secara alami, dengan waktu berkisar antara 6-12 bulan. Jika gigi yang lain ingin diekstraksi atau jika reline diindikasikan maka lakukan penempatan akrilik yang baru pada akrilik yang lama. Selain itu keuntungan lain yang dimiliki oleh gigi tiruan sebagian lepasan akrilik adalah desainnya yang sederhana, ringan,

Universitas Syiah Kuala

mudah diperbaiki jika gigi tiruan tersebut patah, memiliki nilai estetik yang baik secara labial atau bukal karena warna basisnya yang menyerupai gingiva dan dapat dengan mudah disesuaikan dengan cara menggerinda di tempat praktek.11

2.1.5 Kerugian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik Gigi tiruan akrilik juga memiliki beberapa kerugian dalam

penggunaannya. Akrilik merupakan material non-rigid dan kekuatannya dapat ditingkatkan dengan peningkatan ketebalannya. Ini akan menyebabkan gigi tiruan yang terlalu luas, dimana nantinya akan meningkatkan potensial untuk menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak pada mulut. Disertai lagi dengan meningkatnya area akumulasi plak, maka gigi tiruan sebagian lepasan akrilik dapat menyebabkan kerusakan periodontal dan kehilangan gigi.

Selain itu gigi tiruan akrilik juga bersifat konduktifitas termal yang kurang baik dan cenderung mengalami kerusakan ketika terlalu panas selama polishing atau reline.11

2.1.6 Prinsip desain gigi tiruan sebagan lepasan akrilik Desain gigi tiruan akrilik memiliki prinsip yang sama dengan gigi tiruan cobalt chromium dan harus mempertimbangkan hal-hal berikut seperti (1) Saddle, didesain untuk menutupi ruang edentulous untuk

menggantikannya. Namun, saddle harus penuh hingga menutupi arah distal area edentulous. (2) Support, ketika mendesain gigi tiruan, dokter gigi harus memperhatikan untuk lebih meningkatkan dukungan penyangga gigi (tooth borne support) pada gigi tiruan daripada penyangga mukosa (mucosal support). Ini dapat dihasilkan dari penyelesaian gigi tiruan di atas garis survey di tempat tersebut dimana komponen akrilik berkontak dengan gigi. Hal ini dapat memungkinkan untuk menghindari kontak dengan gingiva dan mendapatkan perbaikan dari ikatan dentogingival, walaupun ini merupakan suatu kontroversial. Telah ditemukan bahwa kerusakan pada kesehatan gingiva akan terjadi walaupun perbaikan ada atau tidak. (3) Retensi, yang dibuat berupa clasp (cengkram). Cengkram dilekatkan ke akrilik. (4)

Universitas Syiah Kuala

Connector, berupa akrilik atau pada gigi tiruan sebagian kerangka logam disebut dengan framework. Apabila memungkinkan, penutupan margin gingiva seharusnya dihindari atau dikurangi untuk sepenuhnya diperkecil dan ini disertai lagi dengan tingkat kebersihan mulut yang tinggi. Pasien seharusnya diberi instruksi bagaimana cara menjaga kebersihan mulut yang benar dan merawat gigi tiruannya. Mencegah pertumbuhan candida albicans pada gigi tiruan maka akan mencegah terjadinya denture stomatitis.11

2.1.7 Faktor yang berpengaruh dalam menentukan desain GTSL akrilik Dalam menentukan desain GTSL akrilik juga terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi dan harus diperhatikan seperti (1) Anatomi dan fisiologi jaringan yang terlibat dalam penempatan GTSL dalam rongga mulut (gigi, mukosa dan tulang). (2) Letak gigi yang hilang dan yang akan diganti. (3) Besarnya beban kunyah, bila gigi hilang gigi posterior, dimana beban kunyah besar, sedangkan gigi penyangganya kurang kuat untuk menyokong beban kunyah yang besar tersebut, sebaiknya dibuatkan GTSL gingival. (4) Jenis gigi tiruan yang akan digunakan (paradental, gingival ataupun kombinasi gingival paradental). Pada GTSL paradental, gigi penyangga sedapat mungkin dekat dengan gigi yang hilang, kecuali mengganggu estetik, basis tidak perlu terlalu luas. Sedangkan pada GTSL gingival gigi penyangga sedapat mungkin dekat dengan gigi yang hilang dan basis harus dibuat seluas mungkin. Pada GTSL kombinasi (gingival-paradental), di satu sisi tidak boleh ada cengkram paradental dan gingival bersama sama. Basis pada sisi paradental tidak luas, sedangkan pada sisi gingival dibuat luas. (5) Pertimbangan biomekanik, dimana jaringan penyangga GTSL merupakan jaringan hidup, oleh karena itu keseimbangan tekanan oleh adanya beban kunyah harus diperhatikan. (6) Garis fulkrum, merupakan garis imajiner yang ditarik melalui dua gigi penyangga yang merupakan sumbu berputarnya atau terungkitnya gigi tiruan. (7) Estetika, letak cengkram harus sangat diperhatikan. (8) Kenyamanan, gigi tiruan harus dapat dipakai dengan nyaman oleh pasien. (9) Penyakit, untuk pasien DM dibuat desain gingival, mengingat keadaan dari sisi gigi yang ada sering goyang.18

Universitas Syiah Kuala

10

2.2 Cengkram GTSL Akrilik Cengkram merupakan alat dari logam yang fungsinya untuk memegang seperti yang digunakan pada gigi tiruan sebagian, dalam bentuk lengan logam cor atau kawat yang berfungsi sebagai retainer langsung dan menstabilkan dengan cara berkontak di sekeliling atau mengelilingi sebagian gigi penyangganya.7 Fungsi cengkram dalam GTSL akrilik adalah sebagai retensi (menahan protesa agar tidak terangkat atau bergerak ke oklusal), stabilisasi (menahan protesa agar tidak bergerak oleh gaya horizontal), dan meneruskan beban kunyah ke gigi penyangga (oklusal rest).18 2.2.1 Bagian bagian cengkram Cengkram GTSL akrilik sama halnya dengan GTSKL yang memiliki bagian-bagian untuk mendukung agar cengkram dapat berfungsi sebagai

retensi, stabilisasi dan dapat meneruskan beban kunyah ke gigi penyangga. Bagian-bagian dari cengkram GTSL akrilik seperti lengan cengkram, jari cengkram, bahu cengkram, badan cengkram, oklusal rest dan retensi dalam akrilik. Lengan cengkram merupakan bagian dari cengkram kawat yang terletak atau melingkari bagian bukal atau lingual gigi penyangga. Sifatnya yang agak lentur dan berfungsi sebagai retensi juga stabilisasi. Jari cengkram merupakan bagian dari lengan cengkram yang terletak di bawah lingkaran terbesar gigi, bersifat lentur atau fleksibel. Berfungsi sebagai retensi atau menahan protesa agar tidak terangkat atau bergerak ke arah oklusal. Bahu cengkram merupakan bagian dari lengan cengkram yang terletak di atas lingkaran terbesar dari gigi dan bersifat kaku. Bahu cengkram berfungsi sebagai stabilisasi yaitu menahan gaya-gaya bukolingual. Badan cengkram merupakan bagian dari cengkram kawat yang terletak di atas titik kontak gigi daerah aproksimal dan bersifat kaku. Bersifat sebagai stabilisasi untuk menahan gaya anteroposterior. Oklusal rest merupakan bagian dari cengkram kawat yang terletak di bagian oklusal gigi dan bersifat kaku. Memiliki panjang sekitar 1/3 lebar

Universitas Syiah Kuala

11

mesiodistal gigi dan berfungsi untuk meneruskan beban kunyah ke gigi penyangga. Dan yang terakhir adalah retensi dalam akrilik, merupakan bagian dari cengkram kawat yang tertanam dalam basis akrilik.10

2.2.2 Syarat cengkram kawat Adapun beberapa syarat cengkram kawat yang melingkari gigi penyangga seperti harus kontak garis, tidak boleh menekan (pasif), ujung jari tidak boleh menyinggung gigi tetangga dan tidak boleh tajam, tidak ada lekukan bekas tang pada lengan cengkram, bagian cengkram yang melalui oklusal gigi tidak boleh mengganggu oklusi, bagian retensi dalam akrilik dibengkokkan serta terdapat jarak yang ideal antara jari cengkram ke area servikal gigi. Untuk cengkram paradental berjarak -1 mm, sedangkan untuk cengkram gingival berjarak 1 -2 mm.10,18

2.2.3 Desain cengkram GTSL akrilik Menurut fungsinya, desain cengkram GTSL akrilik dibagi menjadi 2 bagian yaitu cengkram paradental dan gingival. Cengkram paradental merupakan cengkram yang fungsinya selain sebagai retensi dan stabilisasi protesa, cengkram ini juga sebagai alat untuk meneruskan beban kunyah yang diterima gigi tiruan ke gigi penyangganya. Jadi, cengkram paradental harus mempunyai bagian yang melalui bagian oklusal gigi penyangga atau titik kontak antara gigi penyangga dengan gigi sebelahnya. Sedangkan cengkram gingival merupakan cengkram yang berfungsi hanya sebagai retensi dan stabilisasi protesa. Jadi karena tidak berfungsi untuk meneruskan beban kunyah yang diterima protesa ke gigi penyangga, maka cengkram ini tidak mempunyai bagian yang melalui bagian oklusal gigi penyangga, bisa diatas permukaan oklusal.10 Cengkram paradental dan gingival juga memiliki jenis-jenis sesuai dengan indikasi penggunaannya. Cengkram paradental memiliki 7 jenis cengkram yaitu (1) Cengkram 3 jari, yang terdiri dari lengan bukal dan lingual, badan cengram, bahu cengkram, oklusal rest dan bagain retensi dalam akrilik. Cengkram ini diindikasikan untuk gigi molar dan premolar. (2)

Universitas Syiah Kuala

12

Cengkram jackson, desain cengkram ini dimulai dari arah palatal / lingual, diteruskan ke oklusal di atas titik kontak, dan turun ke bukal melalui di bawah lingkaran terbesar, naik lagi ke oklusal di atas titik kontak dan turun ke lingual masuk retensi akrilik. Cengkram ini diindikasikan untuk gigi molar dan premolar yang mempunyai kontak baik di bagian mesial dan distalnya.. Bila gigi penyangga terlalu cembung, seringkali cengkram ini sulit masuk pada saat pemasangan protesa. (3) Cengkram jackson paradental, desain cengkram ini dimulai dari bagian bukal terus ke oklusal di atas titik kontak, turun ke lingual dan terus ke retensi akrilik. Cengkram ini digunakan pada gigi molar dan premolar yang memiliki titik kontak baik diantara 2 gigi. (4) cengkram S, desain cengkram ini dimulai dari bukal terus ke oklusal / insisal di atas titik kontak, turun ke lingual melalui atas singulum, kemudian turun ke bawah masuk ke dalam akrilik. Cengkram ini digunakan pada gigi kaninus rahang atas dan perlu diperhatikan agar letak cengkram tidak mengganggu oklusi. (5) Cengkram kippmeider, desain cengkram ini hanya memiliki rest di atas singulum dan tidak mempunyai lengan cengkram. Cengkram ini berfungsi untuk meneruskan beban kunyah dan stabilisasi. Hanya digunakan pada gigi kaninus dengan bentuk singulum yang baik. (6) Cengkram rush angker, desainnya dimulai dari oklusal di aproksimal terus ke arah lingual ke bawah dan masuk dalam akrilik. Cengkram ini berfungsi hanya untuk meneruskan beban kunyah protesa ke gigi penyangga dan sebagai retensi pada pembuatan splin. Digunakan pada gigi molar dan premolar yamg memiliki titik kontak yang baik. (7) Cengkram roach, desain cengkram ini mulai dari oklusal di daerah titik kontak aproksimal, turun ke bukal dan lingual terus ke proksimal di daerah diastema, dan masuk dalam akrilik. Cengkram ini diindikasikan pada gigi molar dan premolar yang memiliki titik kontak baik.10 Adapun jenis-jenis dari cengkram gingival yaitu (1) Cengkram 2 jari, desain cengkram ini sama dengan cengkram 3 jari, hanya saja tidak memiliki rest. Cengkram ini diindikasikan pada gigi molar dan premolar. (2) Cengkram 2 jari panjang, desainnya sama seperti cengkram 2 jari, hanya saja pada cengkram ini melingkari 2 gigi yang berdekatan. Cengkram ini diindikasikan

Universitas Syiah Kuala

13

untuk gigi molar dan premolar, dimana gigi yang dekat dengan diastema kurang kuat (goyang 100). (3) Cengkram jackson, desain cengkram hampir sama dengan cengkram jackson paradental, bedanya cengkram ini melalui bagian proksimal dekat diastema dan di bagian lingual lurus ke bawah, tetap di lingual. Diindikasikan pada gigi kaninus, premolar dan molar. (4) Cengkram vestibular finger, desain cengkram ini berjalan mulai dari sayap bukal protesa ke arah undercut di vestibulum bagian labial, dan ujungnya ditutupi akrilik. Cengkram ini berfungsi untuk tambahan retensi, tetapi kurang efektif dan digunakan jika gigi sisa hanya gigi anterior yang tidak dapat dilingkari cengkram serta bagian vestibulum labial harus mempunyai undercut yang cukup.10

Gambar 2.2 Desain cengkram gingival dan paradental17

Universitas Syiah Kuala

14

2.3 Gigi Penyangga Dalam dunia kedokteran gigi, diistilahkan sebagai suatu gigi yang dapat memberi dukungan , kestabilan, penjangkaran atau retensi suatu protesa baik yang cekat maupun yang lepasan.7 Gigi penyangga seharusnya digunakan pada gigi yang masih vital. Gigi yang sudah dirawat endodontik dan asimptomatik, dengan pemeriksaan radiograf tampak penutupan (seal) yang baik dan pengisian (obturasi) yang cukup pada daerah kanal dapat digunakan sebagai gigi penyangga. Jaringan pendukung disekeliling gigi penyangga harus sehat dan bebas dari inflamasi dan gigi penyangga tidak mengalami mobilitas karena akan menerima beban kunyah yang besar.19 Gigi penyangga dapat dikatakan ideal jika memenuhi beberapa kriteria seperti tidak adanya karies dan restorasi, kontur mahkotanya yang baik, panjang mahkota adekuat, keadaan periodontal sehat, posisi vertikal dan horizontal baik, oklusi stabil, dan akar yang panjang dengan area permukaan yang besar.14

2.4 Resesi Gingiva Resesi gingiva dikarakteristikan sebagai perpindahan margin gingiva ke posisi apikal dari Cemento Enamel Junction (CEJ), sehingga akar dari gigi akan terlihat.20,21 Resesi gingiva biasanya dimiliki pada pasien yang tidak mengalami periodontitis dan penyakit gingiva. Namun, infeksi gingiva dan inflamasi dapat terjadi setelah resesi gingiva, sebagai hasil dari suatu komplikasi.21 Resesi gingiva dapat terjadi secara localized pada satu atau beberapa gigi dan dapat juga terjadi secara generalized di seluruh gigi.20

2.4.1 Penyebab resesi gingiva Resesi gingiva disebabkan oleh beberapa faktor (multiple).22 Secara garis besar faktor penyebab terjadinya resesi gingiva meliputi faktor anatomi, fisiologi dan patologi. Faktor anatomi yang berhubungan dengan resesi gingiva seperti kehilangan tulang alveolar pada bagian fasial, posisi gigi yang abnormal pada lengkung rahang, pola erupsi gigi yang menyimpang. Semua faktor anatomi tersebut dapat mengakibatkan tulang alveolar menjadi lebih tipis dibandingkan normal dan rentan untuk mengalami resorpsi. Faktor

Universitas Syiah Kuala

15

fisiologi penyebab resesi gingiva seperti pergerakan ortodonti pada gigi ke posisi luar plate tulang labial atau lingual alveolar, sehingga akan menyebabkan kehilangan tulang pada bagian fasial. akibat penyakit periodontal.20 Penyebab lain yang terlibat dalam terjadinya resesi gingiva seperti teknik menyikat gigi yang salah (abrasi), friksi dari jaringan lunak (ablasi gingiva), inflamasi gingiva, perlekatan frenum yang abnormal dan akibat iatrogenik. Selain itu resesi gingiva juga dapat disebabkan oleh trauma yang berulang pada margin gingiva seperti keadaan oklusi yang deep overbite, overlap insisal yang berlebihan sehingga akan terjadi luka traumatik pada gingiva.22 Kesehatan gingiva juga sangat bergantung pada desain dan penempatan material restorasi. Tekanan dari desain GTSL seperti cengkram dapat menyebabkan trauma pada gingiva dan pada akhirnya terjadi resesi pada gingiva.22,23 Terdapat juga beberapa faktor predisposisi yang dapat menyebabkan resesi gingiva seperti penyakit periodontal (NUG), infeksi virus pada mulut, preparasi gigi untuk restorasi dan setelah perawatan periodontal non-bedah ataupun perawatan bedah.21 Sedangkan faktor

patologi yang berhubungan dengan resesi gingiva seperti resorpsi tulang

Gambar 2.3 Resesi gingiva akibat trauma dari pemakaian GTSL23

Universitas Syiah Kuala

16

2.4.2 Gejala resesi gingiva Adapun gejala dari resesi gingiva seperti gigi menjadi sensitif terhadap perubahan temperatur (dingin, manis, asam atau makanan pedas), gigi terlihat lebih panjang, akar-akar gigi tersingkap, terlihat perubahan warna pada gigi, hingga terdapat space diantara gigi.21

2.4.3 Klasifikasi resesi gingiva Berdasarkan klasifikasi Miller, resesi gingiva dibagi menjadi 4 kelas yaitu kelas 1, resesi margin gingiva belum meluas ke mucogongival junction dan tidak adanya kehilangan tulang atau jaringan lunak pada area interdental. Kelas 2, resesi margin gingiva meluas ke mucogingival junction atau melebihi mucogingival junction. Tetapi tidak ada kehilangan perlekatan (tulang atau jaringan lunak) pada area interdental. Kelas 3, dimana resesi margin gingiva meluas atau melebihi mucogingival junction dan disertai hilangnya tulang serta jaringan lunak pada area interdental atau terjadi malposisi pada gigi. Kelas 4, resesi margin gingiva meluas atau melebihi mucogingival junction, dengan kehilangan tulang dan jaringan lunak yang parah pada area interdental, atau terjadi malposisi gigi yang parah.12,20,24

Klasifikasi Resesi Gingiva (Miller)

Kelas 1

Kelas 2

Universitas Syiah Kuala

17

Kelas 3

Kelas 4

Gambar 2.4 Klasifikasi resesi gingiva (Miller)12

Universitas Syiah Kuala

18

2.5 Kerangka Teori

Desain cengkram GTSL akrilik

Gingival

Paradental

Kombinasi (gingival & paradental)

Resesi gingiva

Klasifikasi resesi gingiva (Miller) Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4

Gambar 2.5 Skema kerangka teori

Universitas Syiah Kuala

19

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep Diagram kerangka konsep dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini.

Cengkram gingival dan paradental

Resesi gingiva

Teknik menyikat gigi Alat ortodonti Plak dan kalkulus Periodontitis Merokok / mengunyah tobako Deep overbite Pemasangan crown yang tidak baik12,20,22

Gambar 3.1 Diagram kerangka konsep

3.2 Hipotesis Penelitian 3.2.1 Hipotesis Mayor Ada hubungan antara desain cengkram gingival dan paradental dengan resesi gingiva. 3.2.2 Hipotesis Minor Desain cengkram gingival dapat menyebabkan resesi gingiva yang lebih parah dibandingkan dengan desain cengkram paradental.

Universitas Syiah Kuala

20

3.3 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Penelitian 3.3.1 Identifikasi variabel penelitian Variabel bebas : Cengkram gingival dan paradental GTSL akrilik Variabel terikat Variabel pengganggu : Resesi gingiva : - Teknik menyikat gigi - Alat ortodonti - Kalkulus - Periodontitis - Merokok - Deep overbite - Pemasangan crown yang tidak baik12,20,22

Universitas Syiah Kuala

21

3.3.2 Definisi operasional vaariabel penelitian


No 1 Variabel Cengkram Definisi operasional Cengkram: Bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan akrilik yang berbentuk bulat atau gepeng dan terbuat dari kawat stainless steel yang melingkari gigi penyangga (abutment).7 Cengkram gingival: Cengkram yang menyalurkan tekanan mastikasi ke jaringan lunak mulut.25 Cengkram paradental: Cengkram yang menyalurkan tekanan mastikasi ke gigi penyangga (abutment).25 Terbukanya permukaan akar gigi akibat rusaknya gingival margin dan perlekatan epitelial sehingga letak gingiva lebih ke apikal dari Cemento Enamel Junction (CEJ)12 Alat ukur Pemeriksaan visual Cara ukur Visual Hasil ukur 1 = Gingival 2 = Paradental 3 = Kombinasi (gingival & paradental) Skala ukur Nominal

Gingival

Paradental

Resesi gingiva

Kaca mulut, prob periodontal

Dengan prob periodontal yaitu jarak dari CEJ ke marginal gingiva. Penilaian resesi gingiva gigi penyangga dengan memeriksa 2 aspek gigi (bukal dan lingual)26

Penilaian pengukuran resesi gingiva sebagai berikut :26 1 = 3 mm (ringan) 2 = 3-5 mm (sedang) 3 = 5 mm (parah)

Ordinal

Universitas Syiah Kuala

22

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik non eksperimental dengan metode cross sectional, yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara desain cengkram gingival dan paradental dengan resesi gingiva gigi penyangga.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Penelitian dilakukan di Klinik Cempaka Lima & Kesdam Banda Aceh. Waktu : Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2011

4.3 Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah pasien di Klinik Cempaka Lima dan Klinik Kesdam Banda Aceh. Sampel penelitian adalah semua gigi penyangga dari pemakaian GTSL akrilik.

4.4 Besar Subjek Penelitian Jumlah subjek penelitian berdasarkan rumus besar sampel analitik kategorik tidak berpasangan.27

Universitas Syiah Kuala

23

4.5 Kriteria Subjek Penelitian 4.5.1 Kriteria Inklusi Pasien Klinik Cempaka Lima dan Klinik Kesdam Banda Aceh. Laki-laki dan perempuan. Usia 17-60 tahun. Menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik. Bersedia menjadi subjek penelitian. Tidak ada penyakit periodontal.

4.5.2 Kriteria Eksklusi Bukan pasien Rumah sakit Cempaka Lima dan Rumah Sakit Kesdam Banda Aceh. Menggunakan gigi tiruan jenis lain seperti GTSKL dan crown. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian. Pasien dengan kebiasaan merokok. Menderita penyakit periodontitis. Menderita penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus.

4.6 Alat dan Bahan Peneltian 4.6.1 Alat Prob periodontal Kaca mulut Pinset Sarung tangan Masker Gelas kumur Lembar kuisioner Surat Informed Consent Alat tulis

Universitas Syiah Kuala

24

4.6.2 Bahan Air mineral Tissue 4.7 Teknik Pengambilan Data Teknik pengambilan data dilakukan dengan wawancara di tempat dilakukannya penelitian. Subjek yang memenuhi syarat akan diberi lembar informed consent. Setelah itu pasien akan dilakukan pemeriksaan resesi gingiva dengan menggunakan prob periodontal. 4.8 Manajemen dan Analisis Data Dalam penelitin ini, peneliti menggunakan uji statistik Chi Square untuk mengetahui adanya hubungan antara desain cengkram gingival dan paradental dengan resesi gingiva. 4.9 Masalah Etika Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Seluruh subjek penelitian diberikan informed consent.

Universitas Syiah Kuala

25

4.10 Alur penelitian Pembagian kuesioner

Materi subjek yang sesuai dengan kritera

Meminta kesediaan subjek

Melakukan pemeriksaan resesi gingiva pada gigi penyangga pada 2 aspek (bukal dan lingual)

Melakukan pencatatan resesi gingiva pada gigi penyangga

Analisis data

Universitas Syiah Kuala

26

DAFTAR PUSTAKA

1.

Leung KC, McMillan AS, Leung WK, Wong MC, Lau CS, Mok TM. Oral health condition and saliva flow in southern Chinese with Sjogrens syndrome. Int Dent J 2004; 54: 159-65

2. Ehikhamenor EE, Oboro HO, Onuora OI. Types of removable prostheses requested by patients who were presented to the University of Benin Teaching Hospital Dental Clinic. Journal of Dentistry and Oral Hygiene 2010; 2(2): 15-18 3. Zaigham A, Muneer MU. Pattern of partial edentulism and its association with age and gender. Pakistan Oral & Dental Journal 2010; 30(1): 260-263 4. Nikias M, Sollecito M, Fink R. An empiricial approach to developing multi dimensional oral status profile. J Public Health Dent 1978; 38: 148-158 5. Graham R, Mihaylov S, Jepson N, Allen PF, Bond S. Determining need for a removable partial denture: a qualitative study of factors that influence dentist provision and patient use. Br Dent J 2006; 200: 155-8 6. Department of Health, Government of the Hong Kong Special Administrative Region. Oral Health Survey 2001. Hong Kong SAR;2002 Narlan S. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC, 1995: 68,92 http://www.scribd.com/doc/Removable-Prosthodontics-II-AcrylicRemovable-Partial-Dentures-SIUST-College-of-Dentisty.htm (removable prosthodontic II ). Acrylic Removable Partial Denture. 2007 (20 Desember 2010) Phoenix RD. Clinical Removable Partial Prosthodontic 3rd edition. San Antonio: quintessence books, 2002: 6-8

7. 8.

9.

10._______________. Diktat Kuliah Prostodonsia III bagian 1. Jakarta: _____, ____: 14-26 11. Walmsey AD. Removable Prosthodontics:Acrylic Partial Dentures. American College of Prosthodontic 2003; 30: 424-429 12. Miller Jr PD. A classification of marginal tissue recession. Int J Periodontics Restorative Dent 1985; 5: 8-13 13. Qudah SA, Nassrawin N. Effect of Removable Partial Denture on Periodontal Health. JRMS 2004; 11(2): 17-19

Universitas Syiah Kuala

27

14.http://www.bethesda.med.navy.mil/careers%5Cpostgraduate_dental_school%5 Ccomprehensive_dentistry%5Cstudy_guides%5Cspecialty_reviews%5Cpros _rem%5Crpd%20diagnosis,%20tx%20planning,%20and%20design.doc. Removable Partial Denture Treatment & Planning. 2010 (29 Desember 2010) 15. http://cute-snoopy-cute.blogspot.com/2009_10_01_archive.html. Gigi tiruan Sebagian Lepasan. 2009 (20 Desember 2010) 16. Stratton RS, Wiebelt FJ. An atlas of removable partial denture design. Chicago: quintessence books, 1988: 135-139 17. ui. 2003. Removable Prosthodontic Chapter 52. Elsevier: USA. 34 slides 18. Mc Cord JF, Grey NJA, Winstanley RB, Johnson A. A Clinical overview of Removable Prostheses:3. Principles of Design for Removable Partial Denture. American College of Prosthodontic 2002; 29: 474-481 19. Shillingburg HT. Fundamentals of Fixed Prosthodontics. USA: quintessence books, 1997: 89-93 20. Kassab MM, Cohen RE. The etiology and prevalence of gingival recession. J Am Dent Assoc 2003; 134: 220-225 21. http://www.steadyhealth.com. Causes of gingival recession. 2010 (17 Desember 2010) 22. Fiorellini JP, Kim DM. Clinical Features of Gingivitis. In: Carranzas Clinical Periodontology (Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA), 10 edn. St.Louis, Missouri: Saunders Elsevier, 2006: 369-370 23. http://www.gumrecession.com/thinfragile.html. Fragile Tissues. 2009 (18 Desember 2010) Gum Recession: Thin,

24. Takei HH, Azzi RR. Periodontal Plastic and Esthetic surgery. In: Carranzas Clinical Periodontology (Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA), 10 edn. St.Louis, Missouri: Saunders Elsevier, 2006: 1014-1015 25. http://www.medtrng.com/index2.html. Dentalglossary. 2007 (17 Desember 2010) 26. Marini MG, Greghi SLA, Passanezi E. Gingival recession:prevalence, extension, and severity in adults. Journal of Applied Oral Science 2004; 12(3): 311-317 27. Dahlan MS. Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT.ARKANS, 2006: 37

Universitas Syiah Kuala

28

Universitas Syiah Kuala

También podría gustarte