Está en la página 1de 18

Askep/ Asuhan Keperawatan Osteomielitis

Diposkan oleh Anton wijaya d 9:07 AM Pengertian Osteomielitis menurut Depkes RI (1995) adalah infeksi bone marrow pada tulangtulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae. Sedangkan pendapat Carpenito (1990), Osteomielitis adalah infeksi tulang. Penyebab Osteomielitis

Osteomielitis dapat dicetuskan oleh penyebaran infeksi jaringan lunak. Misal, Ulkus Diabetikum yang terinfeksi, ulkus vaskuler atau tulang terinfeksi langsung karena patah terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak. Klien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah klien yang nutrisinya tidak bagus, lanjut usia, kegemukan dan penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan nanah. Penyebaran infeksi Osteomielitis 1.Osteomielitis Primer, yaitu kuman mencapai tulang secara langsung melalui luka atau trauma. 2.Osteomielitis Sekunder, yaitu kuman mencapai tulang melalui aliran darah yang disebabkan infeksi lain. Patofisiologi Osteomielitis Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70-80 persen infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi Proteus, Pseudomonas dan E.coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik. Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.

Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol, kemudian akan terbentuk abses tulang. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan. Manifestasi Klinis Osteomielitis Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia. Misal, menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum. Gejala sistemik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan nyeri tekan. klien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan nanah/pus yang terkumpul. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan. Klien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik

Osteomielitis akut, pemeriksaan sinar X awal hanya menunjukkan pembengkakan jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat membantu diagnosis definitif awal. Pemeriksaan darah

memperlihatkan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah. Kultur darah dan kultur abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai. Pada osteomielitis kronik, besar, kavitas iregular, peningkatan periosteum, sequestra atau pembentukan tulang padat terlihat pada gambar rontgent. pemindaian tulang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi area infeksi. Laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih biasanya normal. Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik. Abses ini dibiakkan untuk menentukan organisme infektif dan terapi antibiotik yang tepat. Penatalaksanaan Osteomielitis Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan. Bila klien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Pada osteomielitis kronik, dilakukan debridemen bedah. Seprti, sequestrektomi (pengangkatan involukrum / sequestrum secukupnya oleh ahli bedah ). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen. Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan membuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.

Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah, perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.

Askep/ Asuhan Keperawatan Osteomielitis Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan 2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan beban berat badan 3. Risiko terhadap penyebaran infeksi, pembentukan abses tulang Sasaran yang akan dicapai 1. Nyeri berkurang 2. Perbaikan mobilitas fisik dalam batas-batas terapeutik 3. Infeksi terkontrol Intervensi Keperawatan 1. Imobilisasikan bagian yang terkena dengan bidai untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. 2. Sendi diatas dan dibawah bagian yang terkena harus dibuat sedemikian sehingga masih dapat digerakkan sesuai rentangnya namun dengan lembut. Lukanya sendiri kadang terasa sangat nyeri dan harus ditangani dengan hati-hati dan perlahan. 3. Tinggikan bagian yang terkena untuk mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan. 4. Pantau Status neurovaskuler ekstremitas yang terkena. 5. Lakukan Teknik manajemen nyeri seperti massage, distraksi, relaksasi, hipnotik untuk mengurangi persepsi nyeri dan kolaborasi dengan medis untuk pemberian analgetik. 6. Lindungi tulang dengan alat imobilisasi dan hindarkan stres pada tulang karena Tulang menjadi lemah akibat proses infeksi. Gambar diambil dari: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/9712.htm http://www.transplantation.ru/osteomyelitis.php

Askep Osteomielitis

Askep Osteomielitis

A. Definisi Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur. Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati. Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses (pengumpulan nanah) di jaringan lunak di sekitarnya, misalnya di otot. Infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomielitis, dan dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi local yang berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik Osteomeilitis dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu : 1. Osteomielitis Primer

Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. 2. Osteomielitis Sekunder (Osteomielitis Perkontinuitatum)

Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

B. Etiologi

1.

Staphylococcus aureus hemolitukus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus

hemolitikus. 2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organisme yang lain seperti

: Bakteri colli, Salmonella thyposa dan sebagainya Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara: 1. Aliran darah

Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa). Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya. 2. Penyebaran langsung Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya. 3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.

Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.

C. Patofisiologi Respon inisial infeksi odema dan peningkatan vaskulerisasi Setelah 2-3 hari terjadi trombosis pada pembuluh darah ISKEMIA dan NEKROSIS

Infeksi berkembang kw kavitasi medularis dan kebawah periosteum menyebar ke jaringan lunak lainnya dan sendi Bila infeksi di kontrol lebih awal abses tulang akan mengakibatkan squestrum tidak dapat mencair terjadi involukrum dan mengelilingi squestrum osteomilitis kronis.

D. Tanda dan Gejala Gambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit, dapat berkembang secara progresif atau cepat. Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam dan kadangkadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri. Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat, pemanasan atau minum obat pereda nyeri. Demam, yang merupakan tanda suatu infeksi, sering tidak terjadi. Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal. Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut. Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun (osteomielitis kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi

jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.

E. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan darah

Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah. 2. Pemeriksaan titer antibodi anti staphylococcus

Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas. 3. Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella. 4. 5. Pemeriksaan Biopsi tulang. Pemeriksaan ultra sound

Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi. 6. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.

F. Prinsip penatalaksanaan 1. 2. 3. 4. 5. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah Istirahat local dengan bidai atau traksi Pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab Drainase bedah

Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian a) Riwayat keperawatan

Dalam hal ini perawat menanyakan faktor-faktor resiko sehubungan dengan osteomielitisHal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi.Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi. b) Pemeriksaan fisik Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema. c) Riwayat psikososial Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah. d) Pemeriksaan diagnostik Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI 2. Diagnosa Keperawatan 1. 2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan

beban berat badan.

3. 4. 5.

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang

3. Perencanaan Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan Tujuan / Hasil Pasien : Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan Peningkatan rasa kenyamanan Kriteria Evaluasi : Tidak terjadi nyeri,Napsu makan menjadi normal,ekspresi wajah rileks dan suhu tubuh normal Intervensi dan Rasionalisasi :

No

Intervensi Mandiri :

Rasionalisasi

Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri 1. Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri (0-10) Mencegah Mempertahankan im- mobilisasi (back slab) 2. pergeseran tulang dan sehingga dapat me- nentukan jenis tindak annya

penekanan pada jaring- an yang luka. Peningkatan vena return, menurunkan edem, Untuk dan mengurangi nyeri

mengetahui

penyimpangan

Berikan

sokongan

(support)

pada penyimpangan yang terjadi Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman

ektremitas yang luka

3. Amati perubahan suhu setiap 4 jam

4. Kompres air hangat Mengurangi rasa nyeri

5. Kolaborasi :

Pemberian obat-obatan analgesik

6.

2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan. Tujuan / Hasil Pasien : Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria Hasil : Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin Mempertahankan posisi fungsional

Meningkatkan / fungsi yang sakit Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas Intervensi dan Rasionalisasi :

No.

Intervensi Mandiri :

Rasionalisasi

1.

Pertahankan tirah baring dalam posisi Agar gangguan mobilitas fisik dapat yang di programkan Tinggikan ekstremitas yang berkurang sakit, Dapat meringankan masalah gangguan

2.

instruksikan klien / bantu dalam latihan mobilitas fisik yang dialami klien rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak Jelaskan pandangan dan keterbatasan Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas yang dialami klien Agar klien tidak banyak melakukan gerakan yang dapat membahayakan

3.

dalam aktivitas Berikan dorongan pada klien untuk melakukan AKS dalam

lingkup Mengurangi terjadinya penyimpangan

keterbatasan dan beri bantuan sesuai penyimpangan yang dapat terjadi 4. kebutuhan Ubah posisi secara periodik Kolabortasi : Fisioterapi / aoakulasi terapi

Mengurangi gangguan mobilitas fisik Mengurangi gangguan mobilitas fisik

5.

6.

3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan. Tujuan / Hasil Pasien : Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan Kriteria Evaluasi : Ekspresi wajah relaks Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang Intervensi dan Rasionalisasi :

No

Intervensi Mandiri :

Rasionalisasi

1.

Jelaskan tujuan pengobatan pada Mengorientasi pasien Membantu

program

pengobatan. klien untuk

menyadarkan

memperoleh kontrol

2.

Kaji patologi masalah individu.

Informasi

menurunkan

takut

karena

ketidaktahuan. Memberika pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik

Berulangnya memerlukan mencegah Kaji ulang tanda / gejala yang komplikasi. 3. memerlukan evaluasi medik /

pneumotorak/hemotorak intervensi medik untuk

menurunkan

potensial

cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat. Mempertahanan kesehatan umum

meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.rapeutik.

4. Kolaborasi : Gunakan obat sedatif sesuai dengan anjuran

Banyak pasien yang membutuhkan obat penenang untuk mengontrol ansietasnya

5.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) : Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas. Kriteria Evaluasi : Menurunnya keluhan terhadap kelemahan, dan kelelahan dalam melakukan aktifitas, berkurangnya nyeri. Intervensi dan Rasionalisasi :

No

Intervensi Mandiri :

Rasionalisasi

1.

Jelaskan aktivitas dan faktor yang dapat Merokok, meningkatkan kebutuhan oksigen

suhu

ekstrim

dan

stre

menyebabkan pembuluh garah dan

vasokonstruksi peningkatan

beban jantung.

Anjurkan program hemat energi

Mencegah berlebihsn

penggunaan

energi

2.

Buat jadwal aktifitas harian, tingkatkan Mempertahankan pernapasan lambat secara bertahap 3. dengan tetap mempertahankan latihan fiisk yang memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan. Respon abdomen melipuit nadi,

tekanan darah, dan pernapasan yang meningkat

Kaji respon abdomen setelah beraktivitas Kompres air hangat dapat mengurangi 4. rasa nyeri

Berikan kompres air hangat

Meningkatkan

daya

tahan

pasien,

mencegah keletihan

5.

Beri waktu istirahat yang cukup

6. DP 7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang Tujuan / Hasil Pasien : Tidak terjadi pesiko perluasan infeksi yang dialami Kriteria Hasil: Mencapai waktu penyembuhan Intervensi dan rasionalisasi:

No.

Intervensi Mandiri:

Rasionalisasi

1.

Pertahankan system kateter steril; berikan Mencegah pemasukan bakteri dari perawatan kateter regular dengan sabun infeksi/ sepsis lanjut. dan air, berikan salep antibiotic disekitar sisi kateter.

2.

Ambulasi dependen.

dengan

kantung

drainase Menghindari refleks balik urine, yang dapat memasukkan bakteri kedalam kandung kemih.

Awasi tanda vital, perhatikan demam Pasien yang mengalami sistoskopi/ ringan, menggigil, nadi dan pernapasan TUR prostate beresiko untuk syok cepat, gelisah, peka, disorientasi. bedah/ septic sehubungan dengan manipulasi/ instrumentasi

. 4. Observasi drainase dari luka, sekitar Adanya drain, insisi suprapubik meningkatkan resiko untuk infeksi, yang diindikasikan dengan eritema, drainase purulen.

kateter suprapubik.

5.

Ganti balutan dengan sering (insisi supra/ Balutan basah menyebabkan kulit retropublik dan perineal), pembersihan dan iritasi dan memberikan media untuk pengeringan kulit sepanjang waktu pertumbuhan bakteri, peningkatan resiko infeksi luka.

6.

Gunakan pelindung kulit tipe ostomi

Memberikan perlindungan untuk kulit sekitar, mencegah ekskoriasi dan

menurunkan resiko infeksi. Kolaborasi:

7.

Berikan antibiotic sesuai indikasi

Mungkin diberikan secara profilaktik sehubungan dengan peningkatan

resiko infeksi pada prostatektomi.

Daftar Pustaka

Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI 1982. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990. Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta. Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

También podría gustarte