Está en la página 1de 18

E COMMERCE PERKEMBANGAN DIGITAL EKONOMI DIDUNIA DEWASA BESERTA CONTOH KASUS

Oleh : INNES YUNIA LUFITASARI DARIA ANGGRAENI ANASTASIA CHANDRA U RR OCTANTY M 105060801111042 105060807111004 105060801111073 105060800111035

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Program Teknik Informasi dan Ilmu Komputer Program Studi Teknik Informatika Malang 2012

PERKEMBANGAN DIGITAL ECONOMY DI DUNIA

I.

Pendahuluan Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) akhirakhir ini

dirasakan hampir di setiap aspek kehidupan masyarakat. Sebagaimana setiap kemajuan teknologi komunikasi yang lain, internet masuk ke berbagai bentuk kehidupan masyarakat. Hal ini terjadi karena komunikasi adalah salah satu kebutuhan yang mendasar pada masyarakat. Teknologi internet berkembang dan menyatu dalam sebuah 'dunia' atau 'ruang maya' atau sering disebut sebagai cyber-space, sebuah dunia atau tempat orang dapat berkomunikasi, 'bertemu', dan melakukan berbagai aktivitas ekonomi/bisnis. Ekonomi Digital, Konsep dan Ciri-Ciri tidak ada istilah yang lebih baik dalam menggambarkan situasi dan perkembangan ekonomi dunia dewasa ini, perubahan yang revolusioner, paradigma baru, ataupun transformasi yang bak badai tsunami. Karakterisasi yang cenderung ekstrim bukan disebabkan oleh karena dunia sedang tergila-gila dengan hiperbolisme. Pemilihan bahasa ini mengalir begitu saja dari berbagai upaya yang dilakukan oleh beberapa kalangan seperti para pemimpin dunia usaha, akademis maupun jurnalis untuk memberikan gambaran yang paling tepat bagi kondisi ekonomi saat ini. Adanya kecenderungan bahwa

dunia saat ini akan menuju ke arah yang tanpa batas menjadi katalisator utama situasi ekonomi yang tidak pernah pasti.

Secara keseluruhan, struktur ekonomi itu sendiri turut berubah. Sektor industri baru bermunculan sebagai akibat dari penggabungan berbagai disiplin dalam komputasi (komputer, piranti lunak, jasa), komunikasi (telefoni, kabel, satelit, jaringan nirkabel), dan content (hiburan, penerbitan, penyedia informasi). Dengan demikian perilaku yang tercermin pada era ekonomi baru ini pun akan turut berubah total. Tanpa melalui jenjang-jenjang yang sangat berarti, dunia telah memasuki era dimana pergerakan ekonomi tidak lagi berdasarkan pada pertukaran secara fisik, tetapi berbasis pada ilmu pengetahuan. Ciri ekonomi di era Networked Intelligence ini disebut sebagai ekonomi digital (digital economy).

Sebagaimana disebutkan pada paragraf sebelumnya, pada era ekonomi sebelumnya arus informasi mengalir secara fisik: tunai, cek, surat tagihan, laporan, rapat, panggilan telpon secara analog, transmisi radio atau televisi, cetak biru, peta, foto-foto ataupun iklan-iklan selebaran. Di era ekonomi aliran baru, berbagai bentuk informasi berubah menjadi digital informasi disimpan dalam bentuk data bit. Melalui penggunaan kode binari pada komputer, komunikasi dan informasi pun menjadi digital ones dan zeros. Dengan demikian sebuah dunia baru dengan segala kemungkinannya telah tercipta dengan sedemikian nyata seperti halnya terciptanya bahasa, sebagai paradigma masa lalu yang mendasarkan pertemuan fisik untuk berinteraksi.

II.Pengertian Ekonomi digital adalah suatu hal yang kompleks dan merupakan fenomena yang baru muncul terkait dengan aspek-aspek ekonomi mikro, ekonomi makro, dan teori organisasi dan administrasi.Ekonomi digital akan menjelaskan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi beberapa dekade yang akan datang. Konsep mengenai digital ekonomi pertama kali diperkenalkan Tapscott (1998), menjelaskan sebuah sosiopolitik dan sistem ekonomi yang mempunyai karakteristik sebagai sebuah ruang intelijen, meliputi informasi,berbagai akses instrumen informasi dan pemrosesan informasi dankapasitas komunikasi. Komponen ekonomi digital yang berhasil diidentifikasipertama kalinya adalah industri TIK, aktivitas e-commerce antarperusahaan dan individu, distribusi digital barang-barang dan jasa-jasa, dukungan pada penjualan-penjualan barang-barang terutama sistem dan jasa-jasa yang menggunakan internet. Sedangkan konsep ekonomi digital lainnya adalah digitalisasi informasi daninfrastruktur TIK (Zimmerman, 2000). Konsep ini sering digunakan untuk menjelaskan dampak global teknologi informasi dan komunikasi, tidak hanya pada internet, tetapi juga pada bidang ekonomi. Konsep ini menjadi sebuah pandangan tentang interaksi antara perkembangan inovasi dan kemajuan teknologi dan dampaknya pada ekonomi makro maupun ekonomi mikro. Ekonomi digital juga merupakan sektor ekonomi meliputi barang-barang dan jasa-jasa saat pengembangan, produksi, penjualan atau suplainya tergantung kepada teknologi digital. Sebuah perkembangan ekonomi digital tidak lepas dari karakteristik/sifatnya yakni adanya penciptaan nilai, produk berupa efisiensi saluran distribusi, dan struktur berupa terjadinya

layanan personal dan sesuai keinginan. Di Indonesia, sistem Bank Indonesia real time gross settlement (RTGS) yakni suatu sistem transfer elektronik antarpeserta dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika (real time), per transaksi secara individual, jumlahnya cukup signifikan banyaknya, yakni bergerak antara Rp3 triliun sampai Rp4 triliun per bulan. Hal tersebut dapat dikategorikan sebagai sebuah transaksi e-banking yang menjadi bagian dari pada ekonomi digital. Demikian pula dengan transaksi belanja e-banking untuk kartu ATM dan kartu debit per bulan pada 2007 meliputi antara Rp247 miliar sampai dengan Rp293 miliar per bulan. Transaksi kartu kredit via internet pun jumlahnya juga signifikan yakni bergerak antara Rp38 triliun sampai dengan Rp44 triliun perbulan.

CONTOH KASUS

1. Kesalahan-kesalahan pada Sistem E-Banking Harus diakui, kemajuan teknologi memang membuat semua hal menjadi serba cepat dan mudah, misalnya transaksi perbankan. Inovasi perbankan berbasis teknologi informasi di industri perbankan dewasa ini memberikan dampak efisiensi dan efektivitas yang luar biasa. Sebagai contoh, adanya produk-produk electronic banking seperti ATM, Kartu Kredit, Kartu Debet, Internet Banking, SMS/mobile banking, phone banking, dll, Dengan adanya internet banking, kita tidak perlu antre di automatic teller machine (ATM). Cukup melalui komputer yang terhubung dengan internet, kita bisa bertransaksi. Dari waktu ke waktu, makin banyak bank yang menyediakan layanan atau jasa internet banking. Berdasarkan data di Bank Indonesia, transaksi elektronik yang dilakukan dengan menggunakan kartu (kartu kredit, kartu debet, ATM, kartu ATM + debet) di Indonesia selama jangka waktu Januari s/d Agustus 2008, jumlah transaksi yang terjadi adalah sebanyak 980,4 juta transaksi dengan nilai nominal transaksi Rp1.463 triliun, dan jumlah kartu yang beredar sebanyak 51,35 juta kartu yang diterbitkan oleh 118 penyelenggara (53

penerbit kartu ATM, 20 penerbit kartu kredit, 38 penerbit kartu ATM+Debet, dan 7 penerbit kartu prabayar) Pemanfaatan teknologi informasi bagi industri perbankan dalam inovasi produk jasa bank juga dibayang-bayangi oleh potensi risiko kegagalan sistem dan/atau risiko kejahatan elektronik (cybercrime) yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Kegagalan sistem dapat disebabkan karena adanya kerusakan sistem (seperti misalnya server down), dan dalam skala luas bisa disebabkan karena adanya bencana alam. Sementara itu, cybercrime yang terjadi pada industri perbankan di Indonesia cenderung meningkat di Indonesia seperti terjadinya identity theft, carding, hacking, cracking, phising, viruses, cybersquating, ATM fraud, dll. Berdasarkan data Bank Indonesia, terdapat peningkatan yang signifikan terkait penipuan E-Banking dalam 2 tahun terakhir. Pada tahun 2006 terdapat volume laporan 57,766 dengan nilai Rp. 36,5 Triliun, sedangkan pada tahun 2007 terdapat volume laporan 532.533 dengan nilai Rp. 45,7 Triliun Berikut ini contoh konkret dari kasus-kasus kesalahan dalam penggunaan system digital,khususnya e-banking baik melalui factor dari dalam maupun dari luar: 1. Contohnya adalah kasus e-banking yang menimpa seorang pebisnis Malaysia dimana uang sebesar RM 100000 atau USD 27000 dari rekeningnya telah ditransfer keluar oleh orang yang tidak diketahui melalui transaksi via internet 2. Pada tanggal 02 Nvember 2011 seorang nasabah melakukan pembayaran kartu kredit BNI via internet bangking. Namun yang terdebet di rekening tidak sesuai dengan angka yang tertulis, setelah dikonfirmasikan ke pihak bank katanya ada kesalahan sistem. Pada tanggal 10 Nopember 2011, nasabah tersebut melakukan pengambilan tunai di ATM BNI, transaksi pertama muncul kalimat "maaf sistem error". Kejadian ini berlangsung sampai dua kali. Nasabah menganggap saat itu tidak ada transaksi. Namun sore harinya ketika hendak melakukan transfer lewat internet bangking, ternyata saldo berkurang senilai dengan transaksi di ATM sebelumnya. 3. Ada seorang nasabah yang selalu mengandalkan fasilitas autodebet untuk pembayaran tagihan kartu kredit. Pada umumnya, tiap bulan nasabah hanya perlu membayar sisa tagihan dari minimum payment yang telah dibayarkan oleh fasilitas autodebet.

Namun,karena autodebetnya error dan jaringannya down, ternyata minimum payment tidak terbayar. Pada bulan berikutnya, dalam tagihan keluar interest atau bunga dari sisa tagihan bulan lalu. Karena penasaran, nasabah ini bertanya ke service center . Jawabannya jauh dari memuaskan dan nasabah ini tetap harus membayar bunga tersebut karena kesalahan yang dilakukan oleh pihak bank, yaitu jaringan komputerisasinya yang error. 4. Salah satu contoh yang mungkin tepat untuk menggambarkan bahwa terkadang sesuatu yang dipersepsikan canggih dan hebat itu ternyata menyimpan titik kelemahan yang dapat ditaklukkan oleh hal yang relatif sepele dan sederhana adalah sebuah kasus pembobolan SDB (Safe Deposit Box) yang pernah terjadi antara bulan September sampai November tahun 2008.Sepasang bandit berhasil membobol SDB harta milik nasabah sekurang-kurangnya senilai lebih dari Rp. 6 Miliar yang disimpan di SDB Kantor Pusat BII (Bank Internasional Indonesia) yang terletak di Jalan MH Thamrin, Kavling 51, Jakarta Pusat. Sistem keamanan SDB (Safe Deposit Box) yang hampir tak terpikirkan dapat ditembus itu ternyata takluk hanya dengan sepasang obeng.

ANALISA:

UU ITE telah menjadi payung hukum bagi penyelenggaraan kegiatan transaksi elektronik, yang diselenggarakan oleh bank. UU ITE telah mengatur mengenai tanggung jawab yang fair/adil antara penyelenggara sistem elektronik bank dan nasabah. Memenuhi prinsip hubungan keperdataan nasabah dengan bank, maka bank akan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penyelenggaraan teknologi informasi yang menggunakan jasa pihak penyedia jasa. Demikian pula pihak penyelenggara jasa tersebut akan terikat dengan segala ketentuan sebagai pihak terkait bank. 1. Risiko ini berkutat dalam kebijakan atau strategi yang akan dijalankan suatu bank. Tertimpa risiko ini berarti akan berujung kerugian dan berkurangnya modal. Pendek kata, bisa saja karena sengitnya persaingan internet banking antarbank, suatu bank yang ingin mempertahankan nasabahnya melakukan ekspansi pada internet banking tanpa melakukan analisis benefit-biaya (cost benefit analysis). Hal ini akan bertambah parah jika tidak didukung struktur organisasi dan sumber daya yang ahli mengelola internet banking. Jadi, ank pun perlu memperkirakan dengan hati-hati. 2. Dua, risiko transaksi (transaction risk). Risiko ini mengancam laba dan modal bank yang ditimbulkan oleh fraud, kesalahan (errors), kealpaan, dan ketidakmampuan mengelola

tingkat pelayanan yang ditawarkan atau yang menjadi ekspektasi para nasabah. Tingkat risiko transaksi yang besar bisa terjadi pada produk-produk dan layanan internet banking. Pasalnya, internet banking memerlukan internal kontrol yang kuat dan sistem yang selalu siap. Karena bank menggunakan pihak ketiga dalam penyediaan sistem, pihak ketiga yang memberikan jasa tersebut jelas akan meningkatkan risiko transaksi tersebut. Karena itu, perlu koneksi sistem yang solid antara bank dan pihak ketiga dengan harapan bisa mengurangi kesalahan-kesalahan dan kegagalan transaksi 3. Keamanan informasi ( information security), hal ini menggerus keuntungan dan modal bank yang ditimbulkan dari penjahat-penjahat maya (hackers) ataupun orang-dalam sendiri. Belum lagi virus-virus, pencurian data, penghancuran data, dan fraud yang juga bisa menghantam bank. Risiko ini sangat krusial dan perlu sangat diwaspasi bank-bank. 4. Resiko kredit (credit risk). Risiko ini juga berpotensi meningkat karena internet banking membuat para nasabah bisa mengajukan aplikasi kredit dari mana pun di dunia ini. Bankbank tentu akan sangat sulit memverifikasi dan mengidentifikasi nasabah jika bank menawarkan kredit melalui internet. 5. Resiko likuiditas (liquidity risk). Risiko ini juga harus dicermati. Dengan adanya internet banking, para nasabah menjadi lebih gampang menarik kas dan menransfer kepada pihak ketiga. Sekalipun transfer dilakukan ke rekening pada bank yang sama, ini bisa saja menjadi masalah. Sebab, pihak ketiga bisa saja menariknya dalam bentuk kas atau menransfernya ke bank pesaing. Dengan penerapan internet banking, tentu, bank perlu menyesuaikan manajemen likuiditasnya kalau tidak ingin kelabakan. Berkaca pada kasus diatas, kasus pembobolan melalui ATM dan Internet Banking itu ada kemungkinan ditaklukannya juga bukan dengan melibatkan peralatan yang teramat rumit dan canggih. Bisa jadi hanya dengan sesuatu hal dan cara yang relatif relatif sepele dan sederhana saja. Sistem jaringan ATM dengan sistem Online Internet Banking itu dua-duanya secara sistem jaringan dan penyimpanan datanya boleh dibilang tak jauh berbeda. Maka bisa jadi titik lemahnya pun juga hampir sama. Sehingga pembobolan data nasabah pun juga dimungkinkan hampir serupa cara dan modusnya.

Jadi, pihak bank harus pandai mengelola risiko-risiko tersebut. Prinsip pengelolaan risiko dan kontrol internet banking sama dengan manajemen risiko lain. Karena hal ini bukan saja sebagai masalah teknis dan menjadikan sistem atau bahkan departemen teknologi informasi (TI) sebagai kambing hitam jika terjadi masalah. Masalah ini harus menjadi isu utama dan membutuhkan perhatian serius para eksekutif bank untuk meningkatkan keamanan system dalam proses transaksi dan kenyamanan nasabahnya. Sumber: http://suarapembaca.detik.com/read/2011/11/16/123925/1768465/283/sistem-internetbanking-bni-meragukan http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/03/31/kesalahan-komputerisasipelanggan-yang-kena-getahnya/ http://www.djpp.depkumham.go.id/hukum-teknologi/665-tanggung-jawabpenyelenggara-sistem-elektronik-perbankan-dalam-kegiatan-transaksi-elektronik-pascauu-no-11-tahun-2008.html

2. Industri Real Estate di Era Ekonomi Baru Internet secara dramatis mengubah bagaimana orang-orang mencari rumah. Sekarang ini, lebih dari 70 persen dari para pembeli rumah berbelanja secara online sebelum membeli rumah, naik dari angka 41 persen di tahun 2000. Calon pembeli hanya butuh beberapa kali men-klik mouse, untuk menampilkan foto, denah, dan sering juga dilengkapi video klip dari semua properti yang ditawarkan. Apa yang diceritakan tadi adalah kenyataan bagaimana semua Web-surfing Homebuyers ini, sedang mengubah cara berbisnis pada industri Real Estate. Dengan limpahan data yang

didapat dengan menggerakkan ujung jari, mereka menjadi semakin banyak mengetahui tentang rumah yang ditawarkan. Pada gilirannya, mereka menggunakan pengetahuan ini untuk menghilangkan potongan 6 persen dari yang akan didapatkan oleh perantara Real Estate sebagai komisi untuk masing-masing rumah yang terjual. Perusahaan real estate sedang bereaksi dengan kebutuhan pelanggan yang faham Internet semacam ini. Sebagai contoh, dengan penggunaan web akan mengurangi biaya pada Ziprealty Inc. (www.ziprea/ty.com ) sehingga dapat mengembalikan uang sebesar 20 persen untuk komisi kepada para pembeli dan 25 persen kepada para penjual. Ziprealty dapat memotong biaya biaya dengan cara agen penjual bekerja via Internet dari rumah, dibanding harus ke kantor. Agen mendapat pelatihan cara menjual secara online dan berbagai alat penjualan lainnya, yang mana dapat membantu menjual rumah dua sampai tiga kali lebih banyak dibanding perantara tradisional. Hal lainnya, bila kita melihat HomeGain.Com (www.homegain.com) dan Lendingtree (www.lendingtree.com) dua penyedia hipotik yang terkemuka, ternyata mereka juga mempunyai dampak yang besar pada industri Real Estate. Perusahaan ini mampu menggunakan Web untuk mengidentifikasi rumah-rumah yang potensial untuk dijual dan menemukan para calon pembeli sehingga dapat mengarahkannya ke perantara tertentu. Perusahaan tersebut memberikan nama klien yang potensial ke beberapa agen Real Estate dan membiarkannya mereka bersaing. Proses ini memaksa perantara untuk lebih kompetitif, memberikan penawaran dan melayani yang lebih baik, dan juga memotong komisi. Untuk membantu menemukan klien dengan lebih murah dan cepat, perantara membayar HomeGain dan LendingTree sampai 35 persen dari komisi yang mereka dapatkan jika mereka berhasil menutup suatu penjualan. Layanan yang lebih baik dan pengurangan komisi adalah seperti yang diharapkan konsumen pada umumnya. Sebagai hasilnya, banyak agen real estate sedang mengurangi besarnya komisi, karena tekanan dari para pelanggan.

3. The Digital Divide: Scarcity, Inequality and Conflict

kebanyakan orang mengartikan digital divide itu adalah jarak antara orang yang menggunakan digital media dan internet terhadap orang yang sama sekali tidak bisa mengakses media tersebut. perbedaan didalam kepemilikan dan penggunaan akses pada media tersebut sangat berpengaruh terhadap pengakseskan informasi dari internet oleh komunitas yang merugikan dan juga memperkuat ketidaksamaan sosio-ekonomi yang didasarkan marjinalisasi kelas orang miskin dan beberapa bagian didunia.

Beberapa orang percaya bahwa pertanyaan di dalam kasus digital divide merupakan multi dimensi dan lebih rumit jika hanya mempertanyakan pengaksesan digital media dan internet ke semua orang dan negara. teknologi itu hanya membutuhkan keahlian dan kemampuan dari individu dan komunitas bagaimana mereka menggunakan digital teknologi dan internet sangat effektif untuk menghadapi kebutuhan sosio-ekonomi dan politik.

Hal lain yang sangat terkait dengan judul kita yaitu bahasa. bahasa dapat digunakan sebagai pelindung manusia yang memiliki akses dan keahlian dalam meringkai kata dan karena itu dapat memperburuk ketidaksamaan digital terhadap orang yang sangat mengerti sekali bahasa internet sebagai contoh bahasa inggris.

4. Waspada, Kejahatan e-Banking Kian Ganas di 2010 Jakarta - Awal tahun 2010, layanan perbankan elektronik di Indonesia langsung dihantui ancaman para penjahat cyber. Sudah selesai kah? Jawabannya Belum! Bahkan, kejahatan ebanking diprediksi akan semakin ganas sepanjang tahun ini.

Muhammad Salahuddien, Wakil Ketua Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII) mengatakan, upaya dan modus kejahatan perbankan elektronik akan semakin meningkat terutama yang tidak melibatkan interaksi fisik (transaksi teller, mesin ATM, EDC) dan tidak membutuhkan perangkat media transaksi fisik (kartu magnetik/smart card, token, buku tabungan).

"Sehingga kelemahan dan celah keamanan aplikasi layanan internet banking serta

SMS/mobile banking dan jenis layanan transaksi online lainnya akan menjadi sasaran utama untuk dieksploitasi," tukasnya, dalam surat peringatan ID-SIRTII yang dikutip detikINET, Jumat (22/1/2010).

Apalagi pengguna selular telah mencapai setengah dari total populasi (135 juta), demikian juga pengguna internet juga meningkat tajam (35 juta) pada akhir 2009. Sehingga potensi untuk memanfaatkan 2 jenis layanan perbankan elektronik ini sangat tinggi.

Untuk diketahui, SMS/mobile banking di Indonesia saat ini diperkirakan digunakan oleh 3 juta pengguna aktif. Sedangkan untuk internet banking digunakan oleh sekitar 1 juta pengguna aktif. Maka pertumbuhan ini akan sangat menarik perhatian para pelaku kejahatan dan menjadikannya sebagai sasaran ladang yang baru.

Walau pada saat ini jumlah pengguna layanan online banking tersebut masih terlihat sedikit bila dibandingkan dengan pengguna kartu ATM atau kartu kredit misalnya, namun sesungguhnya ini juga terkait dengan strategi marketing bank itu sendiri. Pada prinsipnya bank masih lebih banyak fokus pada pemasaran produk off line banking atau automated semi online banking seperti ATM, EDC dan produk pembayaran cerdas seperti voucher card.

Karena alasan tingkat sales transaksi konvensional ini masih sangat tinggi. Sehingga bank menahan laju pertumbuhan untuk online banking dengan cara membatasi kekayaan fitur dan kapasitas pelayanannya. Sehingga online banking pun baru digunakan secara terbatas dikalangan nasabah dan merchant tertentu. Trend internasional sesungguhnya tidak bisa dibendung lagi. Sehingga, pada saatnya, sesuai tuntutan pasar online banking akan booming.

"Ketika booming itu terjadi, maka kasus upaya pencurian data personal nasabah akan meningkat tajam dan berbagai modus lama maupun baru akan dilakukan oleh para pelaku. Jebakan phising site akan semakin marak dan aneka tools/exploit/malware yang akan digunakan untuk menjebol aplikasi online banking dan atau menyusup ke dalam jaringan back end dan memata-matai komputer nasabah juga akan menyebar luas," lanjutnya.

"Sehingga bank, operator seluler dan provider internet sejak saat ini harus lebih proaktif di dalam melakukan sosialisasi untuk menciptakan kesadaran kepada nasabahnya sebagai upaya antisipasi. Selain itu prosedur internal serta teknologi yang digunakan juga terus ditingkatkan," Didin menandaskan.

5. Kasus Century Berdampak Pada Pertumbuhan Ekonomi 2010 Sebelum saya membahas dampak kasus bank Century saya akan sedikit mengulas kisah balik tenteng bank Century , Awal mula kasus bank century adalah saat tahun 2008,saat itu sedang terjadi krisis global meskipun memang indonesia tidak telalu mengalami dampak yang begitu besar namun salah satu bank di Indonesia terkena dampak yang amat parah hingga hampir dipastikan untuk likuidasi,nah karna melihat itu menteri keuangan sri mulyani mengatakan bahwa bank ini harus diselamatkan atau akan berdampak kepada bank-bank di Indonesia,Oleh karna itu pemerintah mengajukan dana talangan atau bailout untuk bankk century sebesar 6,7 triliun,Namun DPR hanya menyetujui dana talangan bank century sebesar 1,2 triliun. Pada saat itu pak budi yang menjabat sebagai gubernur BI menyetujui permintaan pemerintah,saat uang mulai dicairkan mulai terjadi keanehan pada aliran dana bank century ini,mulai dari tidak adanya badan atau lembaga yang mengawasi perkembangan dana dan bank century,Uang Nasabah yang dibawa lari oleh orang asing pemilik bank century,adanya kabar uang itu diterima oleh beberapa nasabah besar,terlantarnya para nasabah-nasabah century hingga saat ini yang masih menuntut hak mereka,kasus kriminalisasi kpk,hingga kabarnya ada partai politik yang menerima aliran dana itu. Penyelesaian kasus Bank Century yang sedang ditangani oleh panitia angket di DPR di berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia 2010. Jika kasus Bank Century berakhir `happy ending` dan politik dalam negeri tetap stabil maka target pertumbuhan ekonomi tahun 2010 sebesar lima persen bisa terealisasi. Dijelaskannya, jika politik dalam negeri tetap stabil maka kepercayaan dunia internasional kepada Indonesia

tetap tinggi, sehingga aliran "capital inflow" ke Indonesia tetap tinggi. "Capital inflow" ini akan berdampak positif yakni meningkatkan cadangan devisa dan menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Kondisi ini akan menggairahkan pasar Indonesia sehingga target pertumbuhan ekonomi Indonesia lima persen bisa tercapai," menurut Tim Ekonomi Bank BNI ini. Tetapi Jika kasus Bank Century berakhir tidak "happy ending" akan berdampak pada stabilitas politik dan ekonomi di tanah air, sehingga target pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tidak akan terealisasi. kasus Bank Century yang berakhir tidak "happy ending" jika mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani dipaksa nonaktif atau mundur dari jabatannnya. Menurut saya mundurnya dua pejabat negara tersebut, akan berdampak negatif yakni pasar akan merespon negatif, karena kondisi yang terjadi diluar ekspektasi pasar. Dampaknya terjadi `capital outflow`, nilai tukar rupiah

melemah, indeks harga saham gabungan (IHSG) merosot, dan cadangan devisa juga menurun. Kasus Bank Century yang sedang menjadi persoalan nasional saat ini juga menunda masuknya investasi asing ke Indonesia. Tanggapan saya mengenai Kasus ini, adalah harus kita liat dari awal, karena tanpa terjadi kegoncangan, maka tidak ada suntikan dana talangan. Saya melihat pada awal kasus ini sudah terjadi kesalahan pada BI, yakni BI sudah mengetahui bahwa Robert Tantular pemilik Bank Century melakukan kejahatan perbankan, yakni memindahkan deposito valuta asing dan mengingkari letter of commitment, dan juga reksadana bodong. Tapi kenapa tidak dilaporkan ke polisi. Ini adalah kejahatan perbankan serius. Dan sebelum dana talangan diberikan, BI dan Depkeu seharusnya mengaudit investigasi sejauh mana dampak kegoncangan bank ini terhadap sektor industri lain dan perekonomian nasional secara keseluruhan. Jadi tidak boleh asal disuntik dana tanpa menyelidiki penyebab kegoncangan mekanisme perbankan dan dampaknya.

6. Kasus Peran Strategis VC Lokal Dan Pertumbuhan Investasi Digital di Brazil

Saya mempunyai kasus pada Peran Strategis VC Lokal Dan Pertumbuhan Investasi Digital di Brazil, Perusahaan startup dengan platform jual-beli kerajinan berhasil meraih investasi dari Accel Partner, perusahaan venture capital (VC) kelas dunia yang berbasis di Silicon Valley, Amerika Serikat. Kesepakatan investasi digital ini terjadi berkat peran VC lokal, Monashees Capital, yang berhasil membangun ekosistem di kalangan perusahaan digital startup di Brazil. Monashees Capital sebagai VC lokal membangun bisnis dengan pendekatan yang intensif dan berhasil meyakinkan elo7 untuk mengeluarkan Series A Funding (tidak ada keterangan berapa jumlah investasi). Bukan itu saja, Monashees Capital juga berhasil menggandeng Accel Partner untuk berpartisipasi menempatkan dana seperti yang dirilis oleh New York Times. Brazil dikenal sebagai salah satu negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi secara pesat, bersama Rusia, India dan China (dikenal dengan sebutan BRIC). Selama kebangkitan Brazil, beberapa sektor ekonomi telah mencapai keunggulan global, tapi internet adalah suatu pengecualian. Nasdaq tidak pernah mencatat perusahaan Internet dari Brazil.Di sisi lain potensi Brazil di sektor digital adalah besar. Akwan Information Technologies yang didirikan para profesor di Minas Gerais pada tahun 2000, diakuisisi oleh Google pada tahun 2005 dan kini menjadi pusat riset dan pengembangan digital internet raksasa di Amerika Latin.

Para entrepreneur Brazil saat ini membangun perusahaan dengan visi jangka panjang untuk dapat menandingi perusahaan multinasional bukannya dikonsumsi oleh mereka. Paradigma ini berubah antara lain karena peran strategis Monashees Capital, yang melakukan aktifitas meliputi identifikasi pengusaha, mengembangkan hubungan di antara entrepreneur Brazil dan menghubungkan investor besar kelas dunia. Keberhasilan Monashees Capital kemudian juga menumbuhkembangkan bisnis VC Brazil lainnya termasuk Investimentos Astella, Ideiasnet dan FIR Capital. Mereka berama-ramai mengisi kekosongan pendanaan sektor swasta untuk perusahaan startup.

Berdasarkan data New York-based Latin America Venture Capital Association yang dirilis New York Times, 5 dari 32 VC dan transaksi PE di Brazil pada semester pertama tahun 2011 adalah di perusahaan startup dengan kategori early-stage, seed atau inkubator. Pada tahun 2010, rasio tersebut adalah 12 dari 28.Total investasi Monashees Capital saat ini adalah USD 70 juta, naik hampir dua kali lipat dari USD 30 juta pada bulan Juli 2010. Investasi yang dilakukan berkisar dari USD 500.000 sampai USD 5 juta. Perusahaan biasanya mengambil 30 persen kepemilikan saham di sebuah start-up , dengan kisaran 20 sampai 40 persen. Pada tahun 2010, perusahaan hanya membuat 2 sampai 3 investasi per tahun, karena waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan hubungan. Tahun ini, Monashees telah melakukan 9 investasi baru di 9 startup berbeda di Brazil. Selain berinvestasi di startup yang didirikan oleh orang Brazil seperti GetNinjas dan Peixe Urbano, Monashees juga melakukan investasi di Baby.com.br sebuah startup yang didirikan oleh dua orang Amerika. Kegiatan digital investment di Brazil dengan contoh elo7, GetNinjas, Peixe Urbano dan Baby.com.br memberi gambaran bahwa peran strategis VC lokal Brazil, Monashees Capital mampu menciptakan kondisi ekosistem bisnis digital yang kondusif dan menarik minat investor global yang.

berbasis di Silicon Valley dengan nilai investasi yang besar Investasi seperti ini bisa ditiru oleh negara indonesia , Karena sangat menarik walaupn saya sendiri kurang begitu mengetahui peminat untuk investasi ini sendiri. Tanggapan saya semoga indonesia bisa investasi seperti di Brazil , karena walaupun saya kurang mengetahui peminat yang ada diindonesia saya yakin investasi yang berlaku di negara ini akan sukses. Apa lagi jika indonesia menjadi Negara Asia yang menerapkan investasi seperti ini akan menjadi sangat menarik untuk para negara Asia yang lain .

7. Kasus Microsoft Pada kasus Microsoft yang ingin mengakuisisi Intuit, sebuah perusahaan kecil pembuat perangkat lunak untuk industri keuangan. Penawaran tersebut terpaksa ditarik kembali oleh Microsoft karena adanya keberatan dari Departemen Kehakiman, yang distimulir oleh kekhawatiran yang timbul dari kalangan perbankan dan keuangan bahwa suatu saat Microsoft sendiri akan menjadi sebuah lembaga

perbankan!. Pelanggan akan dapat membayar tagihan-tagihannya secara elektronik melalui sistem dan perangkat lunak yang dikembangkan Microsoft, dan itu berarti pendapatan seketika yang melimpah ruah. Dengan demikian Microsoft dapat mengklaim haknya untuk mendapatkan persentase keuntungan dari lembaga kliring bank. Dan kekhawatiran lain pun muncul bahwa lambat laun identitas lembaga-lembaga perbankan ini akan pupus sebagai akibat makin berkurangnya interaksi dengan pelanggan yang lebih suka menggunakan produk Microsoft untuk menyelesaikan urusan bank mereka. Piranti yang diciptakan Microsoft ini juga akan memutuskan peranan lembaga keuangan dan investasi sebagai intermediator, karena dengan kecanggihannya orang akan dapat menelusuri pasar modal melalui komputer pribadinya dan mengeksekusi keputusannya sendiri.

8. Singapore ONE Singapura dengan Singapore ONE (IT2000), sebuah proyek nasional untuk membangun sebuah jaringan broadband kapasitas tinggi. Tujuan utama dari proyek nasional pemerintah Singapura ini adalah memantapkan Singapura sebagai sebuah negara yang berpusat pada pengetahuan untuk jaringan broadband. Dengan semakin mendekatnya milenia mendatang, masterplan IT2000 ini akan mengubah bangsa Singapura menjadi sebuah Intelligent Island dimana penggunaan teknologi informasi dilakukan secara ekstensif demi meningkatkan kualitas hidup. Singapore ONE akan memainkan peranan utama dalam penerapan aplikasi-aplikasi dan layanan teknologi informasi tercanggih kepada berbagai sektor masyarakat. Kemampuan ini akan membantu Singapura untuk mempertahankan keunggulannya di era digital dan memperkuat roda perekonomian negara itu.

9. Kasus dampak perusahaan Homegain.com dan Lendingtree pada industri Real Estate

Bila kita melihat HomeGain.Com (www.homegain.com) dan Lendingtree (www.lendingtree.com) dua penyedia hipotik yang terkemuka, ternyata mereka juga mempunyai dampak yang besar pada industri Real Estate. Perusahaan ini mampu menggunakan Web untuk mengidentifikasi rumah-rumah yang potensial untuk dijual dan menemukan para calon pembeli sehingga dapat mengarahkannya ke perantara tertentu. Perusahaan tersebut memberikan nama klien yang potensial ke beberapa agen Real Estate dan membiarkannya mereka bersaing. Proses ini memaksa perantara untuk lebih kompetitif, memberikan penawaran dan melayani yang lebih baik, dan juga memotong komisi. Untuk membantu menemukan klien dengan lebih murah dan cepat, perantara membayar HomeGain dan LendingTree sampai 35 persen dari komisi yang mereka dapatkan jika mereka berhasil menutup suatu penjualan. Layanan yang lebih baik dan pengurangan komisi adalah seperti yang diharapkan

konsumen pada umumnya. Sebagai hasilnya, banyak agen real estate sedang mengurangi besarnya komisi, karena tekanan dari para pelanggan.

Ekonomi digital juga dapat mempengaruhi persaingan, karena perusahaan dituntut untuk dapat beradaptasi dengan setiap perubahan yang dinamis. Terjun ke dunia maya berarti berhadapan head-tohead dengan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Perilaku mereka setiap hari akan sangat mempengaruhi struktur pasar dan industri terkait yang seringkali akan merubah berbagai kondisi. Hal ini tentu saja merupakan manifestasi dari persaingan bebas dan ketat yang terjadi disamping merupakan strategi untuk memenangkan rivalitas. Dengan kata lain, perubahan merupakan proses wajar yang harus dilakukan oleh perusahaan. untuk berhasil melakukan bisnis di era ekonomi digital diperlukan suatu usaha untuk merubah paradigma berfikir dan berperilaku (mind switching). Ada pepatah di dunia bisnis yang mengatakan, bahwa old organization plus information technology is equal to old and expensive organization. Hanya mereka yang siap untuk melakukan perubahan dan beradaptasi dengan berbagai hal baru yang menjadi ciri khas millenium ketiga-lah yang akan mampu bertahan dan bersaing. Kalimat old habit is hard to die secara tidak langsung mengatakan bahwa era ekonomi digital adalah arena bertarung bagi eksekutif muda, yang enerjik, kreatif, dan senang berpetualang. Di Indonesia, teknologi informasi merupakan industri yang memiliki harapan dan prospek sangat baik, namun harus disadari bahwa pertumbuhannya akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kurangnya infrastruktur yang memadai, tenaga-tenaga yang berpotensi serta tingginya angka pengangguran merupakan beberapa faktor yang dapat menghambat laju pertumbuhan pasar teknologi informasi di Indonesia. Apabila dibandingkan dengan negeri-negeri jiran seperti Singapura dan Malaysia, industri teknologi informasi di negara kita memang masih ketinggalan. Hal ini antara lain disebabkan karena publisitas teknologi informasi sebagai suatu alat hanya terbatas pada perusahaanperusahaan multinasional dan perusahaan besar saja. Saat ini pemerintah sedang mendorong dan menganjurkan kepada seluruh sektor industri untuk mempertimbangkan penggunaan teknologi informasi guna meningkatkan produktifitas dan efisiensi perusahaan. Selain itu, pemerintah juga berusaha untuk menarik para investor asing ke Indonesia dengan jalan memberikan kelonggaran atas kebijakan-kebijakan tertentu. Ini semua dilakukan dengan harapan masuknya investor asing ke Indonesia akan menambah maraknya industri manufaktur di indonesia yang pada akhirnya akan mendorong pula meningkatnya teknologi informasi di berbagai sektor industri di Indonesia.

También podría gustarte