Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Pembimbing Penyusun
: Ir. Agus Djauhari, MT : Allensius Karelsta Harefa Imas Maesaroh Yulia Maharani (091411003) (091411015) (091411032)
ABSORPSI
I.
LANDASAN TEORI
Absorpsi adalah operasi penyerapan komponen-komponen yang terdapat di dalam gas dengan menggunakan cairan, sehingga tingkat absorpsi gas akan sebanding dengan daya kelarutan gas tersebut dalam cairan. Absorpsi diterapkan dalm beberapa proses pada industri yaitu: - Pengambilan gas ammonia dalam gas kota yang berasal dari pembakaran batubara dengan menggunakan air - Penghilangan gas H2S dalam gas alam dengan menggunakan larutan alkali - Pengambilan CO2 dari campuran udara dengan menggunakan NaOH Beberapa hal yang mempengaruhi absorpsi gas ke dalam cairan : y y y y y Temperatur operasi. Tekanan operasi. Konsentrasi komponen di dalam aliran gas Luas bidang kontak Lama waktu kontak
Alat yang digunakan dalam absorpsi gas pada percobaan ini adalah menara isian. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk silinder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian bawah, pemasukan gas cair dan distributornya pada bagian atas. Sedangkan pengeluaran gas dan zat cair masing masing di atas dan di bawah, serta suatu massa bentuknya zat padat tidak aktif atau inert di atas penyangganya.
Zat cair yang masuk bisa berupa pelarut murni atau larutan encer zat terlarut di dalam pelarut disebut cairan lemah (weak liquor), didistribusikan di atas isian itu dengan distributor, sehingga pada operasi yang ideal, membasahi permukaan isian itu secara seragam.
Gas yang mengandung zat terlarut, disebut gas kaya atau gas gemuk (rich gas), masuk ke ruang pendistribusi yang terdapat di bawah isian dan mengalir ke atas melalui celah-celah antar isian, berlawanan arah dengan aliran zat cair. Isian itu memberikan permukaan yang luas untuk kontak antara zat cair dan gas dan
membantu terjadinya kontak yang akrab antara kedua fasa zat terlarut yang ada dalam gas gemuk itu diserap oleh zat cair yang masuk ke dalam menara, dan gas encer atau gas kurus (learn gas) lalu keluar dari atas. Sambil mengalir ke bawah di dalam menara, zat cair itu makin lama makinkaya akan zat terlarut, dan zat pekat (strong liquor) akan keluar dari bawah menara. Percobaan Analisa karbon yang larut dalam air: Laju penyerapan CO2 dapat dihitung dengan rumus:
Aplikasi Absorbsi Absorbsi dalam dunia industri digunakan untuk meningkatkan nilai guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya. 1. Proses Pembuatan Formalin Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat dihasilkan melalui proses absorbsi.Teknologi proses pembuatan formalin Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor yang berupa gas yang mempunyai suhu 1820C didinginkan pada kondensor hingga suhu 55 0C,dimasukkan ke dalam absorber.Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan formalin dengan kadar formaldehid sekitar 37 40%. Bagian terbesar dari metanol, air,dan formaldehid dikondensasi di bawah air pendingin bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol dan formaldehid dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current contact dengan air proses. 2. Proses Pembuatan Asam Nitrat Pembuatan asam nitrat (absorpsi NO dan NO2).Proses pembuatan asam nitrat Tahap akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom absorpsi. Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO2 dan reaksi absorpsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat. Kolom absorpsi mempunyai empat fluks masuk dan dua fluks keluar. Empat fluks masuk yaitu
air umpan absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam lemah. Dua fluks keluar yaitu asam nitrat produk dan gas buang. Kolom absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan kandungan NOx gas buang tidak lebih dari 200 ppm. Aplikasi absorbsi lainnya seperti proses pembuatan urea,produksi ethanol, minuman berkarbonasi, fire extinguisher,dry ice,supercritical carbon dioxide dan masih banyak lagi aplikasi absorbsi dalam industri. Pada T = 293 K H = 0.142 x 104 atm/mol frac
Y=
II. TUJUAN
x=1420x
a. Memahami proses absorpsi dan prinsip kerjanya b. Menghitung laju kecepatan absorpsi CO2 ke dalam air c. Menghitung jumlah CO2 bebas dalam air
III.
HASIL
yA1
0.0909 0.09999
0,2174 0,2174
2. Absorpsi CO2 10% dan 25% dengan air berdasarkan percobaan 10 % Run 1 Run 2 25% Run 3 Run 4 6,181 x 10-5 6,727 x 10-5 0,2499 0,2499 xA1 3,454 x 10-5 6,727 x 10-5 yA1 0,09999 0,09999
LAMPIRAN
Q udara (L/menit) 54 45
Q CO2 (L/menit) 6 15
Aliran udara 10% Waktu (menit) Volume sampel (ml) VNaOH (ml) 0 15 10 10 1,3 1,5 1,3 x 10
-3
Dari outlet VNaOH (ml) 1,3 x 10 1,9 1,8 1,9 x 10-3 1,8 x 10-3 1,9 x 10-5 1,8 x 10-5 n CO2
1,5 x 10-3
1,5 x 10-5
Aliran udara 25% Waktu (menit) Volume sampel (ml) VNaOH (ml) 0 15 10 10 3,0 2,2 3 x 10-3 2,2 x 10-3 3,0 x 10-5 2,2 x 10-5 Dari tangki n CO2 VNaOH (ml) 3,4 3,7 3,4 x 10-3 3,4 x 10-5 3,7 x10-3 3,7 x 10-5 Dari outlet n CO2
Mencari Fraksi Mol (XA0) Mol air = Run 1 (10%) XA0 XA0 Run 2 XA0 XA0 =
=
= 0,55 mol
= 2,363 x 10-5
= 2,727 x 10-5
= 5,454 x 10-5
= 3,999 x 10-5
V1 = 60 L/menit
Penyelesaian berdasarkan teoritis a) Absorbsi CO2 10% oleh air o Neraca Massa P Tair yA2 V2 L=L0 = 1 atm = 200C (293 K)
yA1 = ?
V1 = 60 L/menit
yA1 = ?
b) Absorbsi CO2 25% oleh air o Neraca Massa P Tair yA2 V2 L=L0 = 1 atm = 200C (293 K) =0.25 (25% CO2 dalam udara) = 60 L/menit = 1,5 L/menit V= V(1-yA)
V2 = 60 L/menit yA2 = 0.25 L1= 1,5 L/menit xA1 = ?
Mencari y
dan
Run 1 (10%) = 2,363 x 10-5 1,5 5,400035= (5,400035-5,400035 ) (1-1420 ) =1,5 -2130 5,400035-7668,0503 -5,400035 +7668,0503 15549,0503
2 2 2
+76680
= 76681,5 -78810
84354,95 + 5,400035= 0
yA1 = 0.0909
+76680
2
= 76681,5 -78810
85207,558 + 6,0000409= 0
15,000081= (15,000081-15,000081 ) (1-1420 ) =1,5 -2130 100110,116 xA1 2 97996,616 xA1 + 15,000081= 0 yA1 = 0.142x104 (1,5309 x 10-4) 1,5309 x 10-4
2
+76680xA1
76680xA1 2
xA0
45 45
15 1 15,000059 =
3 999x10
3 999x10
0 25 1 0 25
15
xA1 1 xA1
1420 1 1420
1 1
1 5xA1 1 1420xA1
76680xA1 1 xA1
1 xA1 1 1420xA1
(15,000059 -15,000059 xA1 ) (1-1420xA1 ) =1,5 xA1 -2130xA1 2+76680xA1 76680xA1 2 15,000059 78810xA1 2 100110,084 xA1 2 97996,559 xA1 + 15,000059 = 0 yA1 = 0.142x104 (1,5309 x 10-4) yA1 = 0,2174 = 1,5309 x 10-4 -21300,084xA1 -15,000059 xA1 +21300,084xA1 2= 76681,5xA1 -
=
= 0,55 mol
Run 1 (10%) n = M x V = 0.0019 x (10 x 10-3) = 1,9 x 10-5 XA1 = (1,9 x 10-5) / {(1,9 x 10-5) + 0,55} = 3,454 x 10-5
Run 2 (10%) n = M x V = 0.0018 x (10 x 10-3) = 1,8 x 10-5 XA1 = (1,8 x 10-5) / {(1,8 x 10-5) + 0,55} = 3,273 x 10-5
Run 3 (25%) n = M x V = 0,0034 x (10 x 10-3) = 3,4 x 10-5 XA1 = (3,4 x 10-5) / {(3,4 x 10-5) + 0,55} = 6,181 x 10-5
Run 4 (25%) n = M x V = 0.0037 x (10 x 10-3) = 3,7 x 10-5 XA1 = (3,7 x 10-5) / {(3,7 x 10-5) + 0,55} = 6,727 x 10-5
xA0
Run 2 (10 %) xA0 = 2,727 x 10-5 xA1 = 6,727 x 10-5 1,5 yA1
= 0,09999
Run 3 (25%) xA0 xA1 = 5,454 x 10-5 = 6,181 x 10-5 1,5 yA1
= 0,2499
xA0 xA1
= 0,2499
0,2499 0,2499
X 0
Y 0
0,00001 0,0144 0,00002 0,02923 0,00004 0,06022 0,00006 0,09313 0,00008 0,12815 0,0001 0,16548
0,00012 0,20537
0.2