Está en la página 1de 7

Puisi Kontemporer

Puisi Kontemporer Di Indonesia


Dunia senantiasa berkembang, berubah dari waktu ke waktu. Hidup pun demikinan . Sastra yang merupakan salah satu blantik perekaman kehidupan selalu mencari bentuk yang lebih baru . Hal ini pun sejalan dengan sifat seniman yang selalu ingin menciptakan sesuatu yang baru, yang berbeda dengan sesuatu yang telah ada sebelumnya. Puisi sebagai bagian dari sastra juga mengalami perkembangan, dari segi bentuk dan nafasnya. Dalam zaman sastra lama Indonesia kita mengenal bentuk-bentuk seperti mantra, bidal,pantun, syair yang kemudian muncul bentuk-bentuk puisi baru pada tahun 1930-an m misalnya saja sonata,kwatren,terzina,stanza,dan sebagainya. Pada tahun 1045 an dengan khairir anwar sebagai penyair garda depan saat itu memproklamasikan bentuk puisi yang lebih baru yang sering kita kenal dengan bentuk puisi bebas. Lalu pada tahun 1973 kita dikagetkan dengan munculnya puisi-puisi dengan bentuknya yang aneh dan ganjil menurut ukuran Indonesia. Puisi Kontemporer adalah bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan konvensional puisi iti sendiri. Misalnya saja Sutardji mulai tidak mempercayaik Kekuatan kata tetapi dia mulai berpaling pada Eksistensi bunyi dan kekuatannya. Danarto justru memulai dengan kekuatan garis dalam menciptakan puisi. Puisi kontemporer memang cenderung berbentuk aneh dan ganjil. Di samping Sutardji dan Danarto, juga Sapardi Djoko Damono, penyair lain mencanangkan bentuk puisi ganjil adalah : Ibrahim Sattah, Hamid Jabar, Husni Jamaluddin, Noorca Marendra, dan sebagainya. Lebih jauh boleh dikatakan bahwa puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa,memakai kata-kata makian kasar,ejekan,dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi,gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi. Puisi kontemporer dapat dibedakan menjadi : 1.Puisi Mbeling Puisi ini memakai ungkapan yang blak-blakan, sederhana, tanpa menghiraukan diksi konvensional ataupun bunga-bunga bahasa. Biasanya mrngungkapkan kritik pada kehidupan masyarakat, tetapi dengan cara yang lucu dan tak brusaha terlampau berat. 2. Puisi tipografi Puisi tipografi adalah puisi yang lebih mementingkan gambaran visual dari puisi tersebut. Dalam puisi tipografi seorang penyair berusaha mengekspresikan gejolak hatinya dengan lebih menonjolkan lukisan bentuk dari puisinya di samping melalui kata-kata tentunya. 3. Puisi Yang menentang idiom-idiom Puisi puisi semacam ini akan bersifat konvensional. Dengan menentang idiom konvensional maka puisi tersebut tidak lagi menghiraukan hubungan makna setiap kata, bahkan sering terjadi menjungkir balikkan hubungan makna tersebut. 4. Puisi yang membalik-balikkan struktur kata Puisi ini mterliha mempermainkan suku-suku kata . Sampai-sampai kata-kata itu menjadi tidak bermakna .Tetapi hal itu tidak lantas menghilangkan makna totalitas puisi tersebut . Bahkan terasa menjadi sangat konkret. Dengan deretan kata yang dibolak-balikan susunan suku katanya bila diteriakkan keras-keras seperti teriakan

nelayan di zaman bahari dulu . Bunyi-bunyi yang muncul dari kata-kata tak bermakna itu mengangkat imajinasi kita untuk membayangkan situasi pada masa bahari dulu, di mana nenek moyang kita sangat akrab dengan lautan. 5. Puisi yang lebih mengutamakan unsure bunyi Puisi ini mengingatkan kita pada bentuk puisi mantra pada zaman sastra purba. Puisi mantar pun amat menonjolkan kekuatan bunyi. Bahkan menurut hemat nenek moyang kita dulu semakin kuat bunyi dalam mantara semakin tinggi nilai magis yang terkandung dalam mantra tersebut. Dan ternyata dalam perkembangan sastra Indonesia moderen,ada kencenderungan kembali pada bentuk mantra. Penyair garda depan yang memproklamasikan bentuk mantra ini adalan Sutardji dan ibrahim Sattah. 6. Puisi yang mengkombinasikan bentuk bahasa Indonesia dengan bahasa asing atau bahasa daerah Puisi ini menggunakan berbagai bahasa dalam mengungkapkan aspa yang dimaksudkannya. Tentu saja hal ini mempersulit pemahaman pembaca yang tidak mengerti dan menguasai bahasa asing maupun bahasa daerah. 7. Puisi yang banyak menggunakan symbol daripada kata kata atau kalimat. Simaklah puisi Jeihan berikut ini VVVVVVVVVVVVVVVVV VVVVVVVVVVVVVVVVV VVVVVVVVVVVVVVVVV VVVVVVVVVVVVVVVVV VVVVVVVVVVVVVVVVV VVVVVVVVVVVVVVVVV VVVVVVVVVVVVVVVVV VVVVVVVVVVVVVVVVV V VIVA PANCASILA ( Jeihan ) 8. Puisi yang lebih menonjolkan unsure garis atau gambar seperti dalam seni lukis Perhatikanlah puisi yang cukup membikin heboh kalangan sastrawan di IndoneSia :

9. Puisi Konkret Puisi konkret benar-benar merupakan penyair yang tidak lagi percaya terhadap eksistensi kata. Puisi konkret berusaha meninggalkan peranan kata karena kata dianggapnya terlampau akrab untuk mewadahi penyair. Puisi konkret merupakan puisi yang diciptakan oleh penyair dengan memakai benda-benda yang konkret ( biasanya dengan sedikit mungkin kata , bahkan kalau perlu kata itu dihilangkan) sebagai alat ekspresinya . Misalnya saja puisi Daging Mentah Sutardji Calzoum Bachri, atau puisi Abdul Hadi WM. Ciri-cirinya puisi kontemporer:

bentuknya itu pasti tidak seperti puisi biasa pada umumnya bertemakan kritikan maknanya sangat sulit ditangkap sering sekali mempermainkan kata di dalamnya

1. Mengidentifikasi tema puisi kontemporer Perhatikan beberapa puisi Sapardi Djoko Darmono yang termuat dalam buku Duka-Mu Abadi berikut ! (a) SAAT SEBELUM BERANGKAT mengapa kita masih bercakap hari hamper gelap Menyekap beribu kata di antara karangan bunga Di ruang semakin maya, dunia purnama Sampai tak ada yang sempat bertanya Mengapa musim tiba-tiba reda Kita di mana . Waktu seorang tertahan di sini Di kuar pengiring jenazah menanti (b) BERJALAN DI BELAKANG JENAZAH berjalan dibelakang jenazah angina pun reda jam mengerdip tak terduga betapa lekas siang menepi, melapangkan jalan dunia di samping pohon demi pohon menundukkan kepala jam mengambang di antaranya tak terduga begitu kosong waktu menghirupnya

(c) SEHABIS MENGANTAR JENAZAH masih adakah yang akan kautanyakan tentang hal itu ! Hujan pun selesai sewaktu tertimbun sebuah dunia yang tak habis bercakap di bawah bunga-bunga mawar, musim yang senja pulanglah dengan payung di tangan , tertutup anak-anak kembali bermain di jalan basah seperti dalam mimpi kuda-kuda meringkik di bukit-bukit jauh barangkali kita tak perlu tahu dalam tanda tanya masih adakah ? alangkah angkuhnya langit alangkah angkuhnya pintu yang akan menerima kita seluruhnya,, seluruhnya kecuali kenangan pada sebuah gua yang menjadi sepi tiba-tiba Dalam tiga puisi Sapadi Joko Damono yang terdapat dalam buku kumpulan puisi Dukamu Mu Abadi terdapat pertautan tema yang membicarakan tentang maut . Sapardi Joko Damono telah membangkitkan kesadaran pembaca akan kematian dan selubung rahasia akan kematian itu sendiri. 2. Memahami isi dan maksud puisi kontemporer Perhatikanlah contoh-contoh sajak Sutardji Calzoum Bachri berikut ini ! SOLITUDE yang paling mawar yang paling duri yang paling sayap yang paling bumi yang paling pisau yang paling risau yang paling nancap yang paling dekap

samping yang paling Kau ! ( 1981:37 ) yang paling mawar , artinya yang paling mempunyai sifat-sifat seperti mawar, yaitu biasanya warnanya merah cemerlang, menarik, indah dan harum . Jadi kesunyian ( solitude ) itu mempunyai sifat yang paling menarik , indah, serta harum . yang paling duri artinya paling menusuk, menyakitkan, menghalangi, seperti duri. yang paling dekap ialah yang paling mesra seperti orang mendekap. Begitulah kesunyian itu. Dan di samping sifat yang paling itu adalah Kau yaitu Tuhan . Jadi, bila orang dalam keadaan yang paling itu, orang akan teringat atau melihat Tuhan . perhatikan contoh lain sajak Sutarji Calzoum Bachri TRAGEDI WINKA & SIHKA kawin kawin kawin kawin kawin ka win ka win ka win ka win ka winka winka winka shika sihka

sihka sih ka sih ka sih ka sih ka sih ka sih sih sih sih sih sih ka Ku ( h. 18 ) Sajak tersebut hanya terdiri dua kata kawin dan kasih yang dipotong-potong menjadi suku kata-suku kata, juga dibalik menjadi winka dan sihka . Pada awalnya kata kawin masih penuh, artinya masih penuh kawin memberi konotasi begitu indahnya perkawinan. Orang yang hendak kawin mesti berangan-angan yang indah bahwa sesudah kawin akan hidup berbahagia, ada suami atau istri dan kemudian akan ada anak, hidup akan bahagia denga kasih saying anak, istri-suami. Tetapi, melalui perjalanan waktu kata kawin terpotong menjadi ka dan win, artinya tidak penuh lagi. Angan-angan perkawinan semula terpotong-potong, ternyata kenyataan setelah kawin berubah. Dalam perkawinan orang harus memberi nafkah, ada kewajiban-kewajiban. Ada anak yang harus dibiayai, bahkan sering terjadi pertengkaran suami-istri, harus membiayai makan, pakaian dan sekolah anak-anak . Ternyata perkawinan itu tidak seperti diharapkan yang penuh dengan kebahagiaan, segala berjalan lancar, tetapi penuh kesukaran. Terbalik artinya kawin jadi winka, kasih pun terpotong-potong menjadi ka dan sih yang kehilangan artinya menjadi : sih-sih-sih-sih-sih saja, bahkan istri atau suami menyeleweng

terjadilah perceraian. Nah, terjadilah tragedi winka dan sihka, kembalikan dari angan-angan kawin dan kasih, yang pada mulanya diangankan akan penuh kebahagiaan. V Pelatihan 1 Bacalah Puisi kontemporer berikut ini SEPISAUPI Sepisau luka sepisau duri Sepikul dosa sepukau sepi Sepisau duka sepisau duri Sepisau sepi sepisau nyanyi Sepisaupa sepisaupi Sepisapanya sepikau sepi Sepisaupa sepisaupi Sepikuldiri sekeranjang duri Sepisaupa sepisaupi Sepisaupa sepisaupi Sepisaupa sepisaupi Sampai pisaunya kedalam nyanyi ( Sutardji Calzoum Bachri)

También podría gustarte