Está en la página 1de 11

SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA

Perkembangan Islam Di Asia Tenggara

Disusun Oleh : Fauza Riza NIM : 11053100294

SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUSQA RIAU

Perkembangan Islam Di Asia Tenggara A. Perkembangan Islam di Malaysia


Sejarah masuknya Islam di Malaysia tidak bisa terlepas dari kerajaan-kerajaan Melayu, jauh sebelum datangnya Inggris di kawasan tersebut. Sebab kerajaan ini dikenal dalam sejarah sebagai Kerajaan Islam, dan oleh pedagang Gujarat melalui daerah kerajaan tersebut mendakwahkan Islam ke Malaysia pada sekitar abad ke-9. Dari sini kemudian dipahami bahwa Islam sampai ke Malaysia belakangan ketimbang sampainya Islam di Indonesia yang sudah terlebih dahulu pada abad ke-7. Berdasarkan keterangan ini, maka asal usul masuknya Islam ke Malaysia berdasar pada yang dikemukakan Azyumardi Azra bahwa Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar. Pola pertama melalui jalur perdagangan dan ekonomi yang melibatkan orang dari berbagai etnik dan ras yang berbeda-beda bertemu dan berinteraksi, serta bertukar pikiran tentang masalah perdagangan, politik, sosial dan keagamaan. Di tengah komunitas yang majemuk ini tentu saja terdapat tempat mereka berkumpul dan menghadiri kegiatan perdagangan termasuk dirancang strategi penyebaran agama Islam mengikuti jaringan-jaringan yang telah mereka bina sejak lama. Seiring itu pola kedua mulai menyebar melalui pihak penguasa dimana istana sebagai pusat kekuasaan berperan di bidang politik dan penataan kehidupan sosial, dengan dukungan ulama yang terlibat langsung dalam birokrasi pemerintahan, hukum Islam dirumuskan dan diterapkan, kitab sejarah ditulis sebagai landasan legitimasi bagi penguasa Muslim. Sisa-sisa peninggalan sejarah yang juga membuktikan perkembangan Islam di Malaysia dapat dilihat sesudah abad ke sepuluh, pada abad ke-15 misalnya dan ketika itu Brunei masih bergabung dengan malaysia, Salah satu sumber dari cina menyebutkan ada enam masjid di Malaysia dan ditemukan batu nisan silsilah keturunan raja-raja Brunei. Sultan Brunei ketika itu adalah Abdul Djalil Jabar tahun 1660, isterinya adalah putri sultan Sukadana dari Sambas. Kemudian pada tahun 1852 ada masjid jami dibangun di daerah Kucing, pada tahun 1917 dibangun madrasah di

Malaysia

yang

disebut

Madrasah

Al-Mursyidah.

Fakta-fakta

sejarah

ini

mengindikasikan bahwa Islam di Malaysia terus mengalami perkembangan yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetauan dan pendidikan Islam semakin mengalami kemajuan. Memasuki awal abad ke-20, bertepatan dengan masa pemerintahan Inggris, urusan-urusan agama dan adat Melayu lokal di Malaysia di bawah koordinasi sultansultan dan hal itu diatur melalui sebuah departemen, sebuah dewan ataupun kantor sultan. Setelah tahun 1948, setiap negara bagian dalam federasi Malaysia telah membentuk sebuah departemen urusan agama. Orang-orang muslim di Malaysia juga tunduk pada hukum Islam yang diterapkan sebagai hukum status pribadi, dan tunduk pada yurisdiksi pengadilan agama (mahkamah syariah) yang diketua hakim agama. Bersamaan dengan itu, juga ilmu pengetahuan semakin mengalami perkembangan dengan didirikannya perguruan tinggi Islam dan dibentuk fakultas dan jurusan agama. Perguruan tinggi kebanggaan Malaysia adalah Universitas Malaya yang kini kita kenal Universistas Kebangsaan Malaysia. Memasuki masa pasca kemerdekaan, jelas sekali bahwa pola perkembangan Islam tetap dipengaruhi oleh pihak penguasa. Sebab, penguasa atau pemerintah Malaysia menjadikan Islam sebagai agama resmi negara. Warisan undang-undang Malaka yang berisi tentang hukum Islam yang berdasarkan konsep Quraniy berlaku di Malaysia. Dengan adanya proses islamisasi di Malaysia yang memainkan peranan penting dalam mengembangkan ajaran Islam adalah ulama atau pedagang dari jazirah Arab yang pada tahun 1980-an Islam di Malaysia mengalami perkembangan dan kebangkitan yang ditandai dengan semaraknya kegiaan dakwah dan kajian Islam oleh kaum itelektual dan menyelenggarakan kegiatan intenasional yaitu Musabaqah ilawatil Al-Quran yang selalu diikuti qari qariah Indonesia. Selain tersebut perkembangan Islam di Malaysia makin bertambah maju dan pesat, dengan bukti banyaknya masjid-masjid yang dibangun, juga terlihat dalam penyelenggaraan jamaah haji yang begitu baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan Islam di Malaysia, tidak banyak mengalami hambatan.

B. Perkembangan Islam di Thailand


Melayu Pattani atau yang disebut Pattani, merupakan satu dari sekian banyak kelompok etnik Melayu di Asia Tenggara. Kelompok sosial ini bermukim di Tanah Genting Kra, Provinsi Pattani, Thailand Selatan (Pantai Teluk Thailand). Dar al-Islam merupakan gerakan militan yang bertujuan untuk memisahkan diri dari belenggu ketidakadilan dari pemerintahan Kerajaan Thai (bangsa Siam / Ayuthaya). Selain itu, buntut dari pelbagai persoalan di masa lalu yang tidak kunjung usai juga menjadi motif gerakan ini untuk mendeklarasikan negara Islam. Hal ini senada dengan kondisi masyarakat Melayu Moro di Pulau Mindanao, Filipina bagian Selatan, di mana samasama berkeinginan untuk memisahkan dari cengkraman negara induknya, Filipina. Nama Pattani sesungguhnya baru muncul di sekitar abad ke-14 M. Sebelum itu, tanah Pattani adalah hak milik dari kerajaan yang bernama Langkasuka. Pada masa itu, pertumbuhan ekonomi Kerajaan Pattani Raya tumbuh pesat. Oleh karenanya, interaksi semakin intens antara raja Pattani dan masyarakatnya dengan para pedagang yang berlabuh tadi, maka pada abad ke-15 raja Pattani mendeklarasikan bahwa dirinya yang juga diikuti masyarakatnya memeluk Islam. Sejak itu, Pattani dikenal sebagai masyarakat berbasis Islam dengan corak budaya, organisasi sosial masyarakatnya, dan institusi pemerintahan yang tentu berlainan dengan model Kerajaan Langkasuka yang berkiblat pada Hindu-Buddha. Pada tahun 1909 M, Inggris dan Siam menandatangani perjanjian yang berisi pengakuan Inggris terhadap kekuasaan Siam di Pattani. Dalam perjanjian itu, dijelaskan secara tegas mengenai batas wilayah kerajaan Siam dan Semenanjung Melayu. Garis batas yang disepakati dalam perjanjian tersebut sekarang menjadi daerah batas Malaysia dan Thailand. Fenomena religius tradisional masih bisa disaksikan di sudut-sudut dusun. Misalnya, saat kembali pulang kerja dari laut, kebiasaan mereka adalah membaca Al Quran di rumah bersama keluarga. Mereka taat beribadah. Setiap kali adzan berkumandang, segera mereka bergegas menuju masjid. Kostum sarung dan sorban merupakan pakaian keseharian mereka. Rumah-rumah panggung, bilik bambu adalah

wajah kesederhanaan mereka. Di sana terbangun suatu komunitas religius bagaikan sebuah perkampungan pesantren. Dalam bidang pendidikan, anakanak muslim memiliki dua sekolah. Sehari-hari mereka belajar di sekolah pemerintah sekuler Thailand dan setiap pekan mereka belajar membaca dan memahami Al Quran di sekolah Islam dibimbing oleh para orang tua.

C. Perkembangan Islam di Singapura


Wajah Islam di Singapura tidak jauh beda dari wajah muslim di negeri jirannya, Malaysia. Banyak kesamaan, baik dalam praktek ibadah maupun dalam kultur kehidupan sehari-hari. Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat Singapura selalu berupaya untuk memajukan diri mereka seiring dengan kemajuan negaranya. Pemodernan pemikiran umat Islam Singapura berpengaruh pula terhadap

berkurangnya mitos dan kepercayaan kepada Khufarat, sehingga semakin mulai menuju kepada cara beragama yang lebih rasional. Orang Melayu awalnya tinggal dikawasan Kampung Gelam yaitu suatu kawasan di pesisir sungai. Di sekitar Kampung Gelam tersebut mereka hidup secara bersamaan dengan orang-orang keturunan Bugis, Boyan, Jawa dan Arab. Dengan demikian, secara umum muslim Singapura terbagi kepada dua kelompok besar, yaitu etnis Melayu sekitar 90%. Sisanya adalah etnis non-Melayu (India, Timur Tengah, Indonesia, dan lain-lain). Menurut istilah Sharon Siddique, muslim Singapura dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu migrant yang berasal dari dalam dan luar wilayah. Migrant dari dalam wilayah berasal dari Jawa, Sumatra, Sulawesi, Riau dan Bawean. Kelompok ini selalu diidentikkan ke dalam etnis Melayu. Adapun kelompok migrant dari luar wilayah dibagi menjadi dua kelompok penting, yaitu muslim India yang berasal dari subkontinen India (Pantai Timur dan Pantai Selatan India) dan keturunan Arab, khususnya Hadramaut. Dengan demikian, Sharon berpandangan bahwa muslim Singapura adalah para migran.

Migran yang berasal dari luar wilayah secara umum berasal dari golongan muslim yang kaya dan terdidik. Kelompok ini pula akhirnya membentuk kelompok elit social dan ekonomi Singapura. Mereka mempelopori perkembangan Singapura sebagai pusat pendidikan dan penerbitan muslim. Disamping itu, mereka juga sebagai penyumbang dana terbesar untuk pembangunan mesjid, lembaga pendidikan dan organisasi social Islam lainnya. Di antara mereka itu dikenal dengaan keluarga alSegat, al-Kaff, dan al-Juneid. Masjid sebagai tempat ibadah bagi umat Islam mendapat model dan perhatian khusus bagi Melayu-muslim, sehingga wajar saja kalau masjid menjadi tempat terselenggaranya berbagai kegiatan. Semua masjid ini umumnya memilki suatu lembaga yang di manage secara professional dan memiliki administrasi yang serba mapan. Kebersihan masjid selalu terpelihara secara baik. Sejauh pengamatan penulis tak satupun yang tidak terawat sebagaimana kondisi masjid-masjid yang ada diIndonesia.

D. Perkembangan Islam di Philipina


Islam telah membawa peradaban yang tinggi ke Filipina terutama di Filipina selatan. Islam telah membawa perubahan ke kawasan Filipina Selatan iaitu dengan mewujudkan kerajaan yang agak besar dengan sistem yang biasa terdapat dalam kerajaan Islam abad ke-14 dan 15. Ia memberi sistem politik, ekonomi, sosial, perhubungan luar dan keagamaan yang lebih baik berdasarkan kepada agama Islam. Selain itu, wujud juga kemajuan ilmu pengetahuan dengan terdapatnya sistem pendidikan Islam seperti institusi pendidikan/surau, masjid, kitab-kitab dan adanya para ulama. Dengan tertubuhnya sebuah kerajaan Islam, sistem politik juga turut mengalami perubahan. Dalam aspek perdagangan ia melibatkan sultan dan datu-datu. Mereka ini menanam modal yang agak besar dengan pedagang-pedagang Cina. Sulu mengimport sebahagian besar barangan dari Mindanao dan kepulauan sekitarnya. Antara barangan lain yang diimport ialah barangan kelengkapan perang seperti meriam dan ubat bedil

yang diperolehi dari British dan Belanda. Menjelang akhir kurun ke-18, Sulu juga menjalankan perdagangan dengan Bugis khususnya dengan masyarakat Tausug. Menurut Warren, terdapat lebih kurang 14 hingga 15 kapal singgah di pelabuhan Sulu setiap tahun.Hubungan perdagangan dengan China telah bermula sejak zaman purba tetapi mengikut laporan Dalrymple, pertama kali orang China berniaga di Sulu pada zaman pemerintahan Sahabodin atau Sultan Shahabud Din. Kesedaran di kalangan penduduk telah bertambah kuat kerana mereka menyedari jika mereka tidak menubuhkan atau tidak memantapkan institusi-institusi Islam, pengaruh Kristian mungkin meresap masuk kepada penduduk. Ini selari dengan pendapat para ulama di yang menegaskan kedatangan orang Sepanyol itu adalah untuk menghapuskan Islam dari bahagian Darul Islam. Kemajuan ilmu pengetahuan dengan terdapatnya sistem pendidikan Islam seperti institusi pendidikan, surau, masjid, kitabkitab agama dan wujudnya para ulama. Sultan yang pertama Syarif al-Hasyim telah mengasaskan beberapa buah sekolah(madrasah) bagi kanak-kanak mempelajari AlQuran. Madrasah inilah merupakan satu-satu cara semacam bentuk pendidikan dan latihan.

E. Perkembangan Islam di Brunei Darussalam


Islam telah masuk di Brunei Darussalam diperkirakan pada abad ke 13 Masehi, yaitu ketika Sultan Muhammad Shah pada tahun 1368 telah memeluk islam. Akan tetapi jauh sebelum itu, sebenarnya terdapat bukti bahwa islam telah berada di Brunei Darussalam ini. Misalnya dengan diketemukannya batu nisan seorang China yang beragama Islam dengan catatan tahun 1264 Masehi, Namun pada masa ini, Islam belum cukup berkembang secara meluas. Barulah ketika Awang Khalak Betatar memeluk Islam dengan gelar Sultan Muhammad Shah, islam mulai berkembang secara luas. Sri Baginda Sultan Haji Hassanal Bolkiah Muizzaddin Wadaulah, Sultan dan yang di-pertuan Brunei Darussalam yang mengawali bagaimana pentingnya MIB pada tahun 1991. Oleh karena itu, ideology resmi Negara atau falsafah kehidupan bernegara tercantum dalam MIB tersebut. Munculnya MIB ini, barangkali sangat berpengaruh

oleh kentalnya ajaran islam yang diamalkan masyarakatnya, sehingga berpengaruh sampai dalam kehidupan bernegara. Dari sebuah hasil penelitian pada tahun 1984 oleh Departemen Sastra Melayu Universitas Brunei Darussalam, menyebutkan bahwa beberapa perubahan social yang terjadi di Brunei dapat dikategorikan sebagai berikut:
1.

Penduduk Brunei Darussalam seluruhnya, baik secara cultural maupun psikologis, sedang mengatasi keragaman yang ada ditengah-tengah mereka, disebabkan oleh kondisi geografis dan histories di Brunei Darussalam sendiri.

2.

Kebijakan-kebijakan

pemerintah

mengenai

hukum

dan

ketertiban,

kesejahteraan, pendidikan, dan pembangunan ekonomi telah mendominasi kehidupan seluruh rakyat Brunei Darussalam.
3.

Sebagai akibat dari proses-proses social diatas, penduduk Brunei Darussalam semakin memilih pola hidup bersama. Ada hal yang menarik di Negara Brunei Darussalam ini,

misalnya Pertama, larangan gerakan Islam al-Arqam, Kedua, larangan kepada orangorang asing manapun yang menjadi ancaman keharmonisan system keagamaan di Brunei Darussalam. Darul Arqamyang berpusat di Suburd, Malaysia, maka mulanya dilarang oleh pemerintahan Malaysia, tetapi pada kenyataannya kelompok ini telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan ekonomi umat islam. Pada perkembangan selanjutnya, Islam menjadi posisi yang sangat penting dalam Pemerintah Brunei Darussalam, baik sebagai ideology nasional maupun sebagai prinsip hidup yang mengatur kehidupan sehari-hari. Larangan pemerintah atas peredaran minum-minuman keras hingga perhatiannya terhadap proses Islamisasi melalui berbagai aktifitas keislaman, mengindikasikan perhatian komitmen

Pemerintah Brunei Darussalam terhadap islam, baik sebagai agama maupun sebagai kultur Melayu Pemerintah Brunei Darussalam. Akan tetapi, pelarangan ajaran-ajaran islam sempalan maupun ajaran islam dari luar, menempatkan sampai saai ini, hanya satu anggota cabinet yang berasal dari kelompok Islam, dan amat minim yang bisa duduk di parlemen, akibat dari pemerataan penduduk Melayu-muslim dengan China sehingga sulit bagi muslim untuk menjadi calon legislative.

F. Perkembangan Islam di Indonesia


1. Sumatra Daerah pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah Sumatra bagian Utara seperti Pasai dan Perlak. Para pedagang dari India yakni bangsa Arab, Persi, dan Gujarat yang juga mubalig Islam banyak yang menetap dibandar-bandar sepanjang Sumut. Mereka menikah dengan wanita-wanita pribumi yang sebelumnya telah di Islamkan, sehingga terbentuklah keluarga-keluarga Muslim. Para mubalig Islam pada waktu itu, tidak hanya bedakwah kepada para penduduk biasa tetapi juga kepada raja-raja kecil hingga akhirnya berdiri kerajaan Islam pertama yaitu Samudra Pasai. Kerajaan Aceh ini mempunyai peran penting dalam penyebaran Agama Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Para dai, baik lokal maupun yang berasal dari Timur Tengah terus berusaha menyampaikan ajaran Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Hubungan yang telah terjalin antara kerajaan Aceh dengan Timur Tengah terus semakin berkembang. Tidak saja para ulama dan pedagang Arab yang datang ke Indonesia, tapi orang-orang Indonesia sendiri banyak pula yang hendak mendalami Islam datang langsung ke sumbernya di Mekah atau Madinah.

2. Jawa Islam mulai masuk kepulau jawa tidak dapat diketahui dengan pasti. Namun, nisan makam Siti Fatimah Binti Maemun dapatlah dijadikan tonggak awal kedatangan Islam di Jawa. Pertumbuhan masyarakat Muslim disekitar Majapahit sangat erat kaitannya dengan perkembangan hubungan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan perdagangan Islam yang telah memiliki kekuatan politik dan ekonomi di kerajaan Samudra Pasai dan Malaka. Untuk masa-masa selanjutnya perkembangan Islam di tanah jawa dilakukan oleh para ulama dan mubaligh yang kemudian terkenal dengan sebuatan Wali Sanga atau sembilan wali yaitu :

a) Maulana Malik Ibrahim/Sunan Gersik b) Sunan Ampel

c) Sunan Bonang d) Sunan Giri e) Sunan Derajat f) Sunan Gunung Jati g) Sunan Kudus h) Sunan Kalijaga i) Sunan Muria

3. Sulawesi Pulau Sulawesi sejak abad ke-15 M sudah didatangi oleh para pedagang muslim dari sumatra, Malaka, dan Jawa. Sebagian Sulawesi terdapat kerjaankerajaan yang masih memeluk kepercayaan animisme dan dinamisme, kerajaan yang paling besar adalah kerajaan Gowa Talo, Bone, dan Sopang.

4. Kalimantan Kalimantan, yang letaknya lebih dekat dengan pulau Sumatra dan Jawa, ternyata menerima kedatangan Islam lebih belakangan dibanding Sulawesi dan Maluku sebelum Islam masuk ke Kalimantan terdapat kerajaan-kerajaan Hindu yang berpusat di Negara Dipa, Daha dan Kahuripan yang terletak disungai nagara dan Amuntai Kimi.

5. Maluku dan sekitarnya Antara tahun 1400 1500 M Islam telah masuk dan berkembang di Maluku. Mereka yang sudah beragama Islam banyak yang pergi ke pesantren-pesantren di Jawa Timur untuk mempelajari Islam. Raja-raja Maluku yang masuk Islam diantaranya : a) Raja Ternate, yang kemudian bergelar Sultan Mahrum b) Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaludin c) Raja Jailolo, yang berganti nama dengan sultan Hasanudin d) Raja Bacan, yang masuk Islam pada tahun 1520 M dan bergelar Sultan Zaenal Abidin.

DAFTAR PUSTAKA

Husni, Drs.Dardiri,M.A. etall.2006. Sejarah Islam Asia Tenggara. Alaf Riau. Yatim, Dr.Badri,M.A. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada. http://muhdahlan.wordpress.com/2010/11/20/perkembangan-islam-di-malaysia/ http://www.kosmaext2010.com/sejarah-masuknya-islam-di-thailand-selatan-makalah-siat.php

También podría gustarte