Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
(406100100)
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................... 3
BAB II .................................................................................EPIDEMIOLOGI
.................................................................................. 6
BAB IV PATOFISIOLOGI.......................................................... 10
BAB VI DIAGNOSIS................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis)
dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva
bersambungan dcngan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan)
dan dengan epitel kornea di limbus. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
1. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola
mata).
3. Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara
bagian posterior palpebra dan bola mata)1
Konjungtiva palbebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata
dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva
melipat ke posterior (pada fornices superior dan inferior) dan membungkus
jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.1
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices
dan melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak
dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. (Duktus-duktus
kelenjar lakrimalis bermuara ke forniks temporal superior.) Kecuali di limbus
(tempat kapsul Tenon dan konjungtiva menyatu sejauh 3 mm), konjungtiva
bulbaris melekat longgar ke kapsul tenon dan sklera di bawahnya. Lipatan
konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah bergerak dan lunak (plika
semilunaris) terlelak di kanthus internus dan membentuk kelopak mata
ketiga pada beberapa binatang. Struktur epidermoid kecil semacam daging
(karunkula) menempel superfisial ke bagian dalam plika semilunaris dan
merupakan zona transisi yang mengandung clemen kulit dan membran
mukosa.1
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Sentra Medika Page 3
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(4060100100)
BAB II
EPIDEMIOLOGI
Konjungtivitis adalah diagnosa yang mencakup bermacam-macam
kelompok penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan mengenai semua umur,
semua status sosial dan kedua gender.5 Meskipun tidak ada tokoh yang
dapat dipercaya yang mendata insidensi atau prevalensi dari konjungtivitis,
kondisi ini telah disebutkan sebagai salah satu penyebab paling sering dari
pasien untuk memeriksakan sendiri dirinya.2 Konjungtivitis jarang
menyebabkan kehilangan penglihatan yang permanen atau kerusakan
struktur, tapi dampak ekonomi dari penyakit ini dalam hal kehilangan waktu
kerja, meskipun tidak terdokumentasi, sangat tidak diragukan lagi. 2% dari
seluruh kunjungan ke dokter adalah untuk pemeriksaan mata dengan 54%
nya adalah antara konjungtivitis atau abrasi kornea.5 Untuk konjuntivitis yang
infeksius, 42% sampai 80% adalah bakterial, 3% chlamydial, dan 13%
sampai 70% adalah viral. Konjungtivitis viral menggambarkan hingga 50%
dari seluruh konjungtivitis akut di poli umum. Occular cicatrical pemphigoid
dan konjungtivitis neoplasma jarang tampak.5
BAB III
ETIOLOGI
Berikut adalah pembagian tipe konjungtivitis berdasarkan
penyebabnya3
Konjungtivitis akut bakterial
• Konjungtivitis blenore
• Konjungtivitis gonore
• Konjungtivitis difteri
• Konjungtivitis folikuler
• Konjungtivitis angular
• Konjungtivitis mukokataral
• Blefarokonjungivitis
Konjungtivitis akut viral
• Keratokonjungtivitis epidemika
• Demam faringokonjungtiva
• Keratokonjungtivitis herpetik
• Keratokonjungtivitis New Castle
• Konjungtivitis hemoragik akut
Konjungtivitis akut jamur
Konjungtivitis akut alergik
• Konjungtivitis vernal
• Konjungtivitis flikten
Bakteri patogen yang paling umum pada conjungtivitis infeksi meliputi
Pneumococcus, Staphylococcus aureus, Moraxella catarrhalis, dan
Haemophilus influenzae. Sedangkan yang jarang adalah Neisseria
gonorrhoeae menyebabkan konjungtivitis hiperakut purulenta, organismenya
keratokonjungtivitis epidemika
Iritasi jamur pada konjungtiva jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi
jamur yang terjadi tidak memperlihatkan gejala. Terutama terjadi pada
orang yang keadaan umumnya buruk, yang sedang memakai steroid atau
obat anti kanker. Jamur yang dapat memberikan infeksi adalah candida
albicans, yang dapat memberikan pseudomembran pada konjungtiva,
Actinomyces sering menimbulkan kanakulitis.3
Konjungtivitis alergi merupakan konjungtivitis noninfeksi, dapat berupa
reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari
kontak seperti pada rekasi terhadap obat, bakteri dan toksik. Umumnya
disebabkan oleh bahan kimia dan mudah diobati dengan antihistamin atau
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Sentra Medika Page 9
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(4060100100)
BAB IV
PATOFISIOLOGI
Konjungtiva mengandung epitel skwamosa yang tidak berkeratin dan
substansia propria yang tipis, kaya pembuluh darah. Konjungtiva juga
memiliki kelenjar lakrimal aksesori dan sel goblet.5
Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap
alergen. Alergen terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE
terjadi, menyebabkan degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi
bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin dari
sel mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase, heparin, kondroitin
sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin
dengan segera menstimulasi nosiseptor, menyebabkan rasa gatal,
peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi
konjungtiva.5
Konjuntivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun
penjamu dan kontaminasi eksternal. Patogen yang infeksius dapat
menginvasi dari tempat yang berdekatan atau dari jalur aliran darah dan
bereplikasi di dalam sel mukosa konjungtiva. Kedua infeksi bakterial dan
viral memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit atau limfositik
meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut. Sel
darah putih ini mencapai permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana
dengan berpindah secara mudahnya melewati kapiler yang berdilatasi dan
tinggi permeabilitas.5
Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang
menutupi konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya
infeksi. Pertahanan sekunder adalah sistem imunologi (tear-film
immunoglobulin dan lisozyme) yang merangsang lakrimasi.4
BAB V
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu
tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia.
Sensasi benda asing dan tergores atau terbakar sering berhubungan dengan
edema dan hipertrofi papiler yang biasanya menyertai hiperemi konjungtiva.
Sakit pada iris atau corpus siliaris mengesankan terkenanya kornea.1
Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi,
pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel
(hipertrofi lapis limfoid stroma), pseudomembranosa dan membran,
granuloma, dan adenopati pre-aurikuler.¹
Hiperemia adalah tanda paling mencolok pada konjungtivitis akut.
Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus
disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Warna merah
terang mengesankan konjungtivitis bakteri dan keputihan mirip susu
mengesankan konjungtivitis alergika.1
Berair mata (epiphora) sering mencolok, diakibatkan oleh adanya
sensasi benda asing, terbakar atau gatal. Kurangnya sekresi airmata yang
abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sicca.1
Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-
lapis dan amorf pada konjungtivitis bakterial dan dapat pula berserabut
seperti pada konjungtivitis alergika, yang biasanya menyebabkan tahi mata
dan saling melengketnya palpebra saat bangun tidur pagi hari, dan jika
eksudat berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia.1
Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke
muskulus muller (M. Tarsalis superior). Keadaan ini dijumpai pada
konjungtivitis berat. Misalnya Trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika.1
• Kornea
1. Defek epitelial
2. Keratopati punctata dan keratitis dendritik
3. Filamen
4. Ulserasi
5. Infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan flikten
6. Vaskularisasi
7. Keratik presipitat
• Bilik mata depan: rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi
• Corak pewarnaan: konjungtiva dan kornea
BAB VI
DIAGNOSIS
Konjungtivitis viral paling sering disebabkan adenovirus. Biasanya
berawal dari satu mata dan menyebar ke yang lain beberapa hari kemudian.
Sering berhubungan dengan paparan terhadap orang yang terinfeksi atau
gejala saluran pernafasan atas yang baru terjadi. Pasien mengeluhkan mata
merah dengan rasa gatal, terbakar atau sensasi benda asing yang
berhubungan dengan sekret berair sampai mukus dan limfadenopati
periaurikuler. Infiltrat kornea subepitelial mungkin terjadi. Konjungtivitis
herpes biasanya unilateral dan tampak bersama dengan fesikel kelopak
mata tapi mungkin juga tampak sebagai jenis yang tak dapat dibedakan dari
adenovirus.5
konjungtivitis adenovirus
Konjungtivitis bakterial akut lebih sering bilateral daripada unilateral.
Pasien biasanya mengeluhkan mata merah dengan sensasi terbakar atau
benda asing. Rasa gatal tidak umum terjadi. Biasanya disertai reaksi
konjungtival papiler, kelopak mata yang membengkak, dan sekrest purulen.
Tidak ada limfadenopati periaurikuler, sama seperti yang terjadi pada
konjungtivitis bakterial hiperakut. Konjungtivitis bakterial dapat terjadi
bersamaan dengan otitis media.5
konjungtivitis gonore
Konjungtivitis bakterial klamidial ditularkan secara seksual dan
biasanya ditemukan pada dewasa muda. Pasian biasanya mempunyai sekret
mukus atau berserabut, folikel konjungtival, dan panus kornea dan mungkin
terdapat infiltrat korneal. Limfadenopati pre-aurikuler biasanya tampak. Jenis
ini sering berlanjut menjadi konjungtivitis kronik.5
konjungtivitis klamidial
Semua jenis konjungtivitis alergika adalah bilateral. Kondisinya
biasanya meliputi sekret berair atau mukoid lengket, dan rasa gatal harus
ada sebagai keluhan utama untuk menegakkan diagnosa. Konjungtivitis
alergika biasanya musiman dan sering berhubungan dengan riwayat
dermatitis atopi, alergi serbuk bunga, dan asma pada pasien.5
Konjungtivitis atopi biasanya terjadi pada dewasa dan berhubungan
dengan dermatitis atopi pada kelopak mata. Konjungtivitis vernal lebih
sering pada laki-laki muda dari Asia atau mediteranian.5
Kebanyakan kasus konjungtivitis dapat didiagnosa berdasarkan
anamnesa dan pemeriksaan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus
penambahan tes diagnostik membantu.2
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Sentra Medika Page 19
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(4060100100)
1. Kultur
Kultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang dicurigai
merupakan konjungtivitis infeksi neonatal. Kultur bakteri juga dapat
membantu untuk konjungtivitis purulen berat atau berulang pada
semua grup usia dan pada kasus dimana konjungtivitis tidak berespon
terhadap pengobatan.
2. Kultur virus
Bukan merupakan pemeriksaan rutin untuk menetapkan diagnosa. Tes
imunodiagnostik yang cepat dan dilakukan dalam ruangan
menggunakan antigen sudah tersedia untuk konjungtivitis adenovirus.
Tes ini mempunyai sensitifitas 88% sampai 89% dan spesifikasi 91%
sampai 94%. Tes imunodiagnostik mungkin tersedia untuk virus lain,
tapi tidak diakui untuk spesimen dari okuler. PCR dapat digunakan
untuk mendeteksi DNA virus. Ketersediannya akan beragam
tergantung dari kebijakan laboratorium.
3. Tes diagnostik klamidial
Kasus yang dicurigai konjungtivitis klamidial pada dewasa dan
neonatus dapat dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium. Tes
diagnostik yang berdasarkan imunologikal telah tersedia, meliputi tes
antibodi imunofloresens langsung dan enzyme-linked imunosorbent
assay. Tes ini telah secara luas digantikan oleh PCR untuk spesimen
genital, dan, karena itu, ketersediaannya untuk spesimen konjungtival
lebih terbatas. Ketersedian PCR untuk mengetes sampel okuler
beragam. Meskipun spesimen dari mata telah digunakan dengan
performa yang memuaskan, penggunaannya belum diperjelas oleh
FDA.
4. Smear/sitologi
BAB VII
PENATALAKSANAAN
Konjungtivitis alergik
Umumnya kebanyakan konjungtivitis alergi awalnya diperlakukan
seperti ringan sampai ada kegagalan terapi dan menyebabkan kenaikan
menjadi tingkat sedang. Penyakit ringan sampai sedang biasanya
mempunyai konjungtiva yang bengkak dengan reaksi konjungtiva papiler
yang ringan dengan sedikit sekret mukoid. Kasus yang lebih berat
mempunyai giant papila pada konjungtiva palpebranya, folikel limbal, dan
perisai (steril) ulkus kornea.5
1. Alergi ringan
Konjungtivitis alergi ringan identik dengan rasa gatal, berair, mata
merah yang timbul musiman dan berespon terhadap tindakan suportif,
termasuk air mata artifisial dan kompres dingin. Air mata artifisial
membantu melarutkan beragam alergen dan mediator peradangan
yang mungkin ada pada permukaan okuler.
2. Alergi sedang
Konjungtivitis alergi sedang identik dengan rasa gatal, berair dan mata
merah yang timbul musiman dan berespon terhadap antihistamin
topikal dan/atau mast cell stabilizer. Penggunaan antihistamin oral
jangka pendek mungkin juga dibutuhkan.
Mast cell stabilizer mencegah degranulasi sel mast; contoh yang paling
sering dipakai termasuk sodium kromolin dan Iodoxamide.
Antihistamin topikal mempunyai masa kerja cepat yang meredakan
rasa gatal dan kemerahan dan mempunyai sedikit efek samping;
tersedia dalam bentuk kombinasi dengan mast cell stabilizer.
Antihistamin oral, yang mempunyai masa kerja lebih lama, dapat
digunakan bersama, atau lebih baik dari, antihistamin topikal.
Vasokonstriktor tersedia dalam kombinasi dengan topikal antihistamin,
yang menyediakan tambahan pelega jangka pendek terhadap injeksi
pembuluh darah, tapi dapat menyebabkan rebound injeksi dan
inflamasi konjungtiva. Topikal NSAID juga digunakan pada
konjungtivitis sedang-berat jika diperlukan tambahan efek anti-
peradangan.
3. Alergi berat
Penyakit alergi berat berkenaan dengan kemunculan gejala menahun
dan dihubungkan dengan peradangan yang lebih hebat dari penyakit
sedang. Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis alergi yang
agresif yang tampak sebagai shield coneal ulcer. Rujukan spesialis
harus dipertimbangkan pada kasus berat atau penyakit alergi yang
Konjungtivitis gonore
Memerlukan terapi sistemik dengan ceftriakson dan pengobatan
berkelanjutan untuk ko-infeksi klamidial dengan doksisiklin atau eritromisin
oral. Basitrasin topikal atau ciprofloksasin harus digunakan bersama dengan
terapi oral.5
Konjungtivitis klamidial
Memerlukan terapi dengan antibiotik oral dan topikal.5
Konjungtivitis viral
Tidak ada antivirus spesifik untuk pengobatan konjungtivitis viral.
Beberapa pasien memperoleh pereda gejala dari antihistamin
topikal/dekongestan dan air mata artifisial, dimana dapat meredakan rasa
gatal. Kompres dingin yang diaplikasikan dengan lembut di seluruh area
mata dapat memberikan tambahan pereda simtomatik. Obat sistemik tidak
memainkan peran pada konjungtivitis viral.5
Konjungtivitis adenovirus digambarkan dengan pseudomembran dan
infiltrat kornea subepitelial memerlukan pengobatan dengan kortikosteroid
topikal. Pertimbangkan merujuk kepada spesialis.5
DAFTAR PUSTAKA