Está en la página 1de 26

Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.

(406100100)

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa


sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Konjungtivitis akut” dengan lancar dan baik. Tugas akhir ini dibuat untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menjalankan kepanitraan ilmu penyakit
mata di RS Sentra Medika periode 18 April 2011-28 Mei 2011.
Berkat bimbingan dan pengawasan baik dalam perencanaan maupun
proses pembuatan serta berbagai pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga terselesaikan referat ini, maka
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Bambang Subiharto
Wijaya, Sp.M. yang telah memberikan tugas ini dan sebagai pembimbing
dalam menjalankan periode kepanitraan dan teman – teman sekelompok
yang telah memberikan dorongan semangat baik moral dan spiritual dalam
pembuatan referat.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam referat ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang bersifat
membangun. Akhir kata semoga referat ini bermanfaat bagi pihak-pihak
yang membutuhkan.

Jakarta, 20 Mei 2011

Penulis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 1
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(4060100100)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................... 1

DAFTAR ISI............................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................... 3

BAB II .................................................................................EPIDEMIOLOGI
.................................................................................. 6

BAB III ETIOLOGI................................................................... 7

BAB IV PATOFISIOLOGI.......................................................... 10

BAB V PEMERIKSAAN SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF................... 11

BAB VI DIAGNOSIS................................................................. 16

BAB VII PENATALAKSANAAN................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 24

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 2
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(406100100)

BAB I
PENDAHULUAN
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis)
dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva
bersambungan dcngan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan)
dan dengan epitel kornea di limbus. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
1. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola
mata).
3. Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara
bagian posterior palpebra dan bola mata)1
Konjungtiva palbebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata
dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva
melipat ke posterior (pada fornices superior dan inferior) dan membungkus
jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.1
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices
dan melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak
dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. (Duktus-duktus
kelenjar lakrimalis bermuara ke forniks temporal superior.) Kecuali di limbus
(tempat kapsul Tenon dan konjungtiva menyatu sejauh 3 mm), konjungtiva
bulbaris melekat longgar ke kapsul tenon dan sklera di bawahnya. Lipatan
konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah bergerak dan lunak (plika
semilunaris) terlelak di kanthus internus dan membentuk kelopak mata
ketiga pada beberapa binatang. Struktur epidermoid kecil semacam daging
(karunkula) menempel superfisial ke bagian dalam plika semilunaris dan
merupakan zona transisi yang mengandung clemen kulit dan membran
mukosa.1
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Sentra Medika Page 3
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(4060100100)

Konjungtiva forniks struktumya sama dengan konjungtiva palpebra.


Tetapi hubungan dengan jaringan di bawahnya lebih lemah dan membentuk
lekukan-lekukan. Juga mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena
itu, pembengkakan pada tempat ini mudah terjadi bila terdapat peradangan
mata.1
Jika dilihat dari segi histologinya, lapisan epitel konjungtiva terdiri dari
dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superfisial dan basal.
Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat
persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel
skuamosa. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau
oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan
diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata di seluruh
prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel
superfisial dan di dekat limbus dapat mengandung pigmen.1
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial)
dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan
limfoid dan di beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel
tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai
setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa
konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan
mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari Jaringan
penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan
gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun
longgar pada bola mata.1
Kelenjar airmata asesori (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur
dan funginya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian
besar kelenjar Krause berada di forniks atas, dan sedikit ada di forniks
bawah. Kelenjar Wolfring terletak di tepi atas tarsus atas.¹

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 4
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(406100100)

Konjungtivitis, atau peradangan konjungtiva, adalah istilah umum yang


mengarah pada bermacam-macam kelompok penyakit/kelainan yang
mengenai terutama konjungtiva. Kebanyakan jenis konjungtivitis adalah self-
limited, tapi beberapa berlanjut dan dapat menyebabkan komplikasi okuler
dan ekstraokuler yang serius.2
Konjungtivitis dapat diklasifikasikan sebagai infeksius atau non
infeksius dan sebagai akut, kronik, atau berulang. Penyebab konjungtivitis
meliputi virus dan bakteri. Tipe dari konjungtivitis noninfeksius adalah
alergik, mekanikal/iritasi/toksik, immune mediated, dan neoplasma.
Penyebab dari konjuntivitis noninfeksius dapat saling tumpang tindih.2
Adalah penting untuk membedakan antara proses yang mengenai
terutama kornea dan yang dimana peradangan konjungtiva adalah sekunder
dari penyakit sistemik atau okuler. Sebagai contoh, meskipun dre eye dan
blepharitis adalah penyebab tersering peradangan konjungtiva, pengobatan
untuk masing-masing penyebab diarahkan untuk memperbaiki penyakit
dasar.3,4 Penyakit sistemik seperti gonorrhea atau atopi dapat juga
menyebabkan peradangan konjungtiva, dan pengobatan dari konjuntivitis
harus meliputi pengobatan terhadap penyakit sistemik tersebut.2

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 5
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(4060100100)

BAB II
EPIDEMIOLOGI
Konjungtivitis adalah diagnosa yang mencakup bermacam-macam
kelompok penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan mengenai semua umur,
semua status sosial dan kedua gender.5 Meskipun tidak ada tokoh yang
dapat dipercaya yang mendata insidensi atau prevalensi dari konjungtivitis,
kondisi ini telah disebutkan sebagai salah satu penyebab paling sering dari
pasien untuk memeriksakan sendiri dirinya.2 Konjungtivitis jarang
menyebabkan kehilangan penglihatan yang permanen atau kerusakan
struktur, tapi dampak ekonomi dari penyakit ini dalam hal kehilangan waktu
kerja, meskipun tidak terdokumentasi, sangat tidak diragukan lagi. 2% dari
seluruh kunjungan ke dokter adalah untuk pemeriksaan mata dengan 54%

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 6
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(406100100)

nya adalah antara konjungtivitis atau abrasi kornea.5 Untuk konjuntivitis yang
infeksius, 42% sampai 80% adalah bakterial, 3% chlamydial, dan 13%
sampai 70% adalah viral. Konjungtivitis viral menggambarkan hingga 50%
dari seluruh konjungtivitis akut di poli umum. Occular cicatrical pemphigoid
dan konjungtivitis neoplasma jarang tampak.5

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 7
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(4060100100)

BAB III
ETIOLOGI
Berikut adalah pembagian tipe konjungtivitis berdasarkan
penyebabnya3
Konjungtivitis akut bakterial
• Konjungtivitis blenore

• Konjungtivitis gonore
• Konjungtivitis difteri
• Konjungtivitis folikuler
• Konjungtivitis angular
• Konjungtivitis mukokataral
• Blefarokonjungivitis
Konjungtivitis akut viral
• Keratokonjungtivitis epidemika
• Demam faringokonjungtiva
• Keratokonjungtivitis herpetik
• Keratokonjungtivitis New Castle
• Konjungtivitis hemoragik akut
Konjungtivitis akut jamur
Konjungtivitis akut alergik
• Konjungtivitis vernal
• Konjungtivitis flikten
Bakteri patogen yang paling umum pada conjungtivitis infeksi meliputi
Pneumococcus, Staphylococcus aureus, Moraxella catarrhalis, dan
Haemophilus influenzae. Sedangkan yang jarang adalah Neisseria
gonorrhoeae menyebabkan konjungtivitis hiperakut purulenta, organismenya

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 8
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(406100100)

ditularkan dari genitalia ke tangan lalu ke mata. Chlamydia adalah penyebab


tersering dari konjungtivitis persisten.5
Konjungtivitis viral dapat disebabkan oleh adenovirus, herpes simplex,
Epstein-Barr, varicella zoster, molluscum contagiosum, coxsackie, dan
enterovirus. Adenoviral konjungtivitis biasanya menyebabkan epidemik
keratokonjungtivitis, follikular konjungtivitis, dan nonspesifik konjungtivitis.5
Virus picorna, atau enterovirus 70 menyebabkan konjungtivitis hemoragik
epidemik akut.3 Konjungtivitis viral sangat menular dan menyebar melalui
kontak langsung dengan orang atau permukaan yang terkontaminasi oleh
sekret.5

keratokonjungtivitis epidemika
Iritasi jamur pada konjungtiva jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi
jamur yang terjadi tidak memperlihatkan gejala. Terutama terjadi pada
orang yang keadaan umumnya buruk, yang sedang memakai steroid atau
obat anti kanker. Jamur yang dapat memberikan infeksi adalah candida
albicans, yang dapat memberikan pseudomembran pada konjungtiva,
Actinomyces sering menimbulkan kanakulitis.3
Konjungtivitis alergi merupakan konjungtivitis noninfeksi, dapat berupa
reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari
kontak seperti pada rekasi terhadap obat, bakteri dan toksik. Umumnya
disebabkan oleh bahan kimia dan mudah diobati dengan antihistamin atau
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Sentra Medika Page 9
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(4060100100)

bahan vasokonstriktor. Dikenal beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi


seperti konjungtivitis flikten, konjungtivitis vernal, konjungtivitis atopi,
konjungtivitis alergi bakteri, konjungtivitis alergi akut, konjungtivitis alergi
kronik, sindrom Stevens Johnson, pemfigoid okuli, dan sindrom Sjogren.3

kemosis dan folikel pada konjungtivitis


alergi

cable stone appearane pada


konjungtivitis vernal
Konjungtivitis flikten mempunyai 2 bentuk yaitu tipe bulbar dan limbal,
yang terjadi akibat realsi hipersensitifitas tipe IV, berupa alergi terhadap
tuberkuloprotein, staphylococ, ascariasis, dan lain-lain. Biasanya kelainan ini
terdapat pada anak-anak dan orang dewasa muda.3

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 10
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(406100100)

BAB IV
PATOFISIOLOGI
Konjungtiva mengandung epitel skwamosa yang tidak berkeratin dan
substansia propria yang tipis, kaya pembuluh darah. Konjungtiva juga
memiliki kelenjar lakrimal aksesori dan sel goblet.5
Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap
alergen. Alergen terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE
terjadi, menyebabkan degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi
bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin dari
sel mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase, heparin, kondroitin
sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin
dengan segera menstimulasi nosiseptor, menyebabkan rasa gatal,
peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi
konjungtiva.5
Konjuntivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun
penjamu dan kontaminasi eksternal. Patogen yang infeksius dapat
menginvasi dari tempat yang berdekatan atau dari jalur aliran darah dan
bereplikasi di dalam sel mukosa konjungtiva. Kedua infeksi bakterial dan
viral memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit atau limfositik
meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut. Sel
darah putih ini mencapai permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana
dengan berpindah secara mudahnya melewati kapiler yang berdilatasi dan
tinggi permeabilitas.5
Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang
menutupi konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya
infeksi. Pertahanan sekunder adalah sistem imunologi (tear-film
immunoglobulin dan lisozyme) yang merangsang lakrimasi.4

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 11
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(4060100100)

BAB V
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu
tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia.
Sensasi benda asing dan tergores atau terbakar sering berhubungan dengan
edema dan hipertrofi papiler yang biasanya menyertai hiperemi konjungtiva.
Sakit pada iris atau corpus siliaris mengesankan terkenanya kornea.1
Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi,
pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel
(hipertrofi lapis limfoid stroma), pseudomembranosa dan membran,
granuloma, dan adenopati pre-aurikuler.¹
Hiperemia adalah tanda paling mencolok pada konjungtivitis akut.
Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus
disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Warna merah
terang mengesankan konjungtivitis bakteri dan keputihan mirip susu
mengesankan konjungtivitis alergika.1
Berair mata (epiphora) sering mencolok, diakibatkan oleh adanya
sensasi benda asing, terbakar atau gatal. Kurangnya sekresi airmata yang
abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sicca.1
Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-
lapis dan amorf pada konjungtivitis bakterial dan dapat pula berserabut
seperti pada konjungtivitis alergika, yang biasanya menyebabkan tahi mata
dan saling melengketnya palpebra saat bangun tidur pagi hari, dan jika
eksudat berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia.1
Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke
muskulus muller (M. Tarsalis superior). Keadaan ini dijumpai pada
konjungtivitis berat. Misalnya Trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika.1

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 12
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(406100100)

Hipertrofi papila adalah reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi


karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh
serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk substansi
papila (selain unsur sel dan eksudat) sampai di membran basal epitel,
pembuluh ini bercabang-cabang di atas papila mirip jeruji payung. Eksudat
radang mengumpul di antara serabut-serabut dan membentuk tonjolan-
tonjolan konjungtiva. Pada penyakit yang mengalami nekrosis
(mis.,trachoma), eksudat dapat digantikan oleh jaringan granulasi atau
jaringan ikat.1
Bila papilanya kecil, konjungtiva umumnya tampak licin mirip beludru.
Konjungtiva papiler merah mengesankan penyakit bakteri atau klamidia
(mis.,konjungtiva tarsal merah mirip beludru adalah khas untuk trachoma
akut). Infiltrasi nyata ke konjungtiva menghasilkan papilla besar dengan atap
rata, poligonal, dan berwarna merah-keputihan. Pada tarsus superior papila
seperti ini mengesankan keratokonjungtivitis vernal dan konjungtivitis
papiler besar dengan sensitivitas lensa kontak; pada tarsus inferior,
mengesankan keratokonjungtivitis atopik. Papila besar dapat pula timbul di
limbus, terutama di daerah yang biasanya terpapar saat mata dibuka (antara
pukul 2 dan 4 dan antara pukul 8 dan 10). Di sini papila tampak berupa
tonjolan-tonjolan gelatinosa yang dapat meluas sampai ke kornea. Papila
limbus khas untuk keratokonjungtivitis vernal tetapi jarang pada
keratokonjungtivitis atopi.1
Kemosis dari konjungtiva sangat memberi kesan konjungtivitis alergik
akut tapi dapat juga timbul pada konjungtivitis gonococcal atau
meningococcal akut dan terutama pada konjungtivitis adenoviral. Kemosis
dari konjungtiva bulbar terlihat pada pasien dengan trichinosis. Kadang-
kadang, kemosis dapat muncul sebelum infiltrat seluler atau eksudasi
terlihat.1

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 13
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(4060100100)

Folikel terlihat pada kebanyakan kasus konjungtivitis virus. Pada


semua kasus konjungtivitis klamidia kecuali konjungtivitis inklusi pada
neonatus, pada beberapa kasus konjungtivitis parasitik, dan pada beberapa
kasus konjungtivitis toksik yang disebabkan obat-obatan topikal seperti
idoxuridine, dipivefrin, dan miotic. Foikel pada forniks inferior dan pada batas
tarsus mempunyai nilai diagnostik yang rendah, tapi saat terletak pada
tarsus (terutama tarsus atas), konjungtivitis klamidial, viral, atau toksik
(yang menyertai obat-obatan topikal) harus dicurigai.1
Folikel terdiri dari hiperplasia limfoid fokal berada dalam lapisan
limfoid konjungtiva dan biasanya mengandung sentrum germinativum.
Secara klinis, folikel dapat dikenali sebagai struktur bulat, putih atau abu-abu
avaskuler. Dengan pemeriksaan slitlamp, pembuluh darah kecil dapat
terlihat timbul dari batas folikel dan mengelilingi folikel.1
Pseudomembran dan membran adalah hasil proses eksudatif dan
berbeda derajatnya. Sebuah pseudomembran adalah pengentalan di atas
permukaan epitel. Bila diangkat, epitel tetap utuh. Sebuah membran adalah
pengentalan yang meliputi seluruh epitel dan jika diangkat akan
meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah. Pseudomembran atau
membran dapat menyertai keratokonjungtivitis epidemika, konjungtivitis
herpes simplex virus primer, konjungtivitis streptokokal, difteri, cicatrical
pemphigoid, dan eritema multiforme mayor. Juga mungkin timbul sebagai
akibat buruk luka bakar kimiawi, khususnya basa.1
Granuloma konjungtiva selalu mengenai stroma dan yang paling sering
adalah chalazia. Penyebab endogen lain termasuk sarcoid, sifilis, cat-scratch
disease, dan, yang jarang koksidiomikosis. Parinaud’s oculoglandular
syndrome meliputi granuloma konjungtival dan nodus limfe periaurikuler
yang menonjol, dan kelompok penyakit ini memerlukan pemeriksaan biopsi
untuk menegakkan diagnosa.1

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 14
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(406100100)

Limfadenopati periaurikuler adalah tanda penting dari konjungtivitis.


Nodus periaurikuler yang terlihat mencolok tampak pada Parinaud’s
oculoglandular syndrome dan, yang jarang, pada epidemic
keratoconjunctivitis. Nodus periaurikuler yang besar maupun kecil, kadang
sedikit nyeri tekan, muncul pada konjungtivitis herpes simplex primer,
keratokonjungtivitis epidemika, konjungtivitis inklusi, dan trachoma. Nodus
periaurikuler yang kecil dan tidak nyeri tekan muncul pada demam
faringokonjungtival dan konjungtivitis hemoragik akut. Kadang-kadang
limfadenopati periaurikuler dapat terlihat pada anak dengan infeksi kelenjar
meibomian.1

Pemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus,


pemeriksaan eksternal dan slit-lamp biomikroskopi.2
Pemeriksaan eksternal harus mencakup elemen berikut ini:2
• Limfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler
• Kulit: tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhea
• Kelainan kelopak mata dan adneksa: pembengkakan, perubahan
warna, malposisi, kelemahan, ulserasi, nodul, ekimosis, keganasan
• Konjungtiva: bentuk injeksi, perdarahan subkonjungtiva, kemosis,
perubahan sikatrikal, simblepharon, massa, sekret
Slit-lamp biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang hati-hati
terhadap:2
• Margo palpebra: inflamasi, ulserasi, sekret, nodul atau vesikel, nodul
atau vesikel, sisa kulit berwarna darah, keratinisasi
• Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu dan
kutu
• Punctum lacrimal dan canaliculi: penonjolan, sekret

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 15
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(4060100100)

• Konjungtiva tarsal dan forniks


1. Adanya papila, folikel dan ukurannya
2. Perubahan sikatrikal, termasuk penonjolan ke dalam dan
simblepharon
3. Membran dan psudomembran
4. Ulserasi
5. Perdarahan
6. Benda asing
7. Massa
8. Kelemahan palpebra
• Konjungtiva bulbar/limbus: folikel, edema, nodul, kemosis, kelemahan,
papila, ulserasi, luka, flikten, perdarahan, benda asing, keratinisasi

• Kornea
1. Defek epitelial
2. Keratopati punctata dan keratitis dendritik
3. Filamen
4. Ulserasi
5. Infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan flikten
6. Vaskularisasi
7. Keratik presipitat
• Bilik mata depan: rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi
• Corak pewarnaan: konjungtiva dan kornea

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 16
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(406100100)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 17
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(4060100100)

BAB VI
DIAGNOSIS
Konjungtivitis viral paling sering disebabkan adenovirus. Biasanya
berawal dari satu mata dan menyebar ke yang lain beberapa hari kemudian.
Sering berhubungan dengan paparan terhadap orang yang terinfeksi atau
gejala saluran pernafasan atas yang baru terjadi. Pasien mengeluhkan mata
merah dengan rasa gatal, terbakar atau sensasi benda asing yang
berhubungan dengan sekret berair sampai mukus dan limfadenopati
periaurikuler. Infiltrat kornea subepitelial mungkin terjadi. Konjungtivitis
herpes biasanya unilateral dan tampak bersama dengan fesikel kelopak
mata tapi mungkin juga tampak sebagai jenis yang tak dapat dibedakan dari
adenovirus.5

konjungtivitis adenovirus
Konjungtivitis bakterial akut lebih sering bilateral daripada unilateral.
Pasien biasanya mengeluhkan mata merah dengan sensasi terbakar atau
benda asing. Rasa gatal tidak umum terjadi. Biasanya disertai reaksi
konjungtival papiler, kelopak mata yang membengkak, dan sekrest purulen.
Tidak ada limfadenopati periaurikuler, sama seperti yang terjadi pada
konjungtivitis bakterial hiperakut. Konjungtivitis bakterial dapat terjadi
bersamaan dengan otitis media.5

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 18
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(406100100)

konjungtivitis gonore
Konjungtivitis bakterial klamidial ditularkan secara seksual dan
biasanya ditemukan pada dewasa muda. Pasian biasanya mempunyai sekret
mukus atau berserabut, folikel konjungtival, dan panus kornea dan mungkin
terdapat infiltrat korneal. Limfadenopati pre-aurikuler biasanya tampak. Jenis
ini sering berlanjut menjadi konjungtivitis kronik.5

konjungtivitis klamidial
Semua jenis konjungtivitis alergika adalah bilateral. Kondisinya
biasanya meliputi sekret berair atau mukoid lengket, dan rasa gatal harus
ada sebagai keluhan utama untuk menegakkan diagnosa. Konjungtivitis
alergika biasanya musiman dan sering berhubungan dengan riwayat
dermatitis atopi, alergi serbuk bunga, dan asma pada pasien.5
Konjungtivitis atopi biasanya terjadi pada dewasa dan berhubungan
dengan dermatitis atopi pada kelopak mata. Konjungtivitis vernal lebih
sering pada laki-laki muda dari Asia atau mediteranian.5
Kebanyakan kasus konjungtivitis dapat didiagnosa berdasarkan
anamnesa dan pemeriksaan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus
penambahan tes diagnostik membantu.2
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Sentra Medika Page 19
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(4060100100)

1. Kultur
Kultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang dicurigai
merupakan konjungtivitis infeksi neonatal. Kultur bakteri juga dapat
membantu untuk konjungtivitis purulen berat atau berulang pada
semua grup usia dan pada kasus dimana konjungtivitis tidak berespon
terhadap pengobatan.
2. Kultur virus
Bukan merupakan pemeriksaan rutin untuk menetapkan diagnosa. Tes
imunodiagnostik yang cepat dan dilakukan dalam ruangan
menggunakan antigen sudah tersedia untuk konjungtivitis adenovirus.
Tes ini mempunyai sensitifitas 88% sampai 89% dan spesifikasi 91%
sampai 94%. Tes imunodiagnostik mungkin tersedia untuk virus lain,
tapi tidak diakui untuk spesimen dari okuler. PCR dapat digunakan
untuk mendeteksi DNA virus. Ketersediannya akan beragam
tergantung dari kebijakan laboratorium.
3. Tes diagnostik klamidial
Kasus yang dicurigai konjungtivitis klamidial pada dewasa dan
neonatus dapat dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium. Tes
diagnostik yang berdasarkan imunologikal telah tersedia, meliputi tes
antibodi imunofloresens langsung dan enzyme-linked imunosorbent
assay. Tes ini telah secara luas digantikan oleh PCR untuk spesimen
genital, dan, karena itu, ketersediaannya untuk spesimen konjungtival
lebih terbatas. Ketersedian PCR untuk mengetes sampel okuler
beragam. Meskipun spesimen dari mata telah digunakan dengan
performa yang memuaskan, penggunaannya belum diperjelas oleh
FDA.
4. Smear/sitologi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 20
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(406100100)

Smear untuk sitologi dan pewarnaan khusus (mis.,gram, giemsa)


direkomendasikan pada kasus dicurigai konjungtivitis infeksi pada
neonatus, konjungtivitis kronik atau berulang, dan pada kasus dicurigai
konjungtivitis gonoccocal pada semua grup usia.
5. Biopsi
Biopsi konjungtiva dapat membantu pada kasus konjungtivitis yang
tidak berespon pada terapi. Oleh karena mata tersebut mungkin
mengandung keganasan, biopsi langsung dapat menyelamatkan
penglihatan dan juga menyelamatkan hidup. Biopsi konjungtival dan
tes diagnostik pewarnaan imunofloresens dapat membantu
menetapkan diagnosis dari penyakit seperti OMMP dan paraneoplastik
sindrom. Biopsi dari konjungtiva bulbar harus dilakukan dan sampel
harus diambil dari area yang tidak terkena yang berdekatan dengan
limbus dari mata dengan peradangan aktif saat dicurigai sebagai
OMMP. Pada kasus dicurigai karsinoma glandula sebasea, biopsi
palpebra seluruh ketebalan diindikasikan. Saat merencanakan biopsi,
konsultasi preoperatif dengan ahli patologi dianjurkan untuk
meyakinkan penanganan dan pewarnaan spesimen yang tepat.
6. Tes darah
Tes fungsi tiroid diindikasikan untuk pasien dengan SLK yang tidak
mengetahui menderita penyakit tiroid.
Konjungtivitis non-infeksius biasanya dapat didiagnosa berdasarkan
riwayat pasien. Paparan bahan kimiawi langsung terhadapa mata dapat
mengindikasikan konjungtivitis toksik/kimiawi. Pada kasus yang dicurigai
luka percikan bahan kimia, pH okuler harus dites dan irigasi mata terus
dilakukan hingga pH mencapai 7. Konjungtivitis juga dapat disebabkan
penggunaan lensa kontak atau iritasi mekanikal dari kelopak mata.5

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 21
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(4060100100)

Perbedaan macam-macam tipe dari konjungtivitis1


Temuan Viral Bakterial Klamidial Alergik
klinis dan
sitologi
Gatal Minimal Minimal Minimal Berat
Hiperemis Merata Merata Merata Merata
Berair mata berlebihan Sedang Sedang Sedang
Eksudasi Minimal Berlebihan Berlebihan Minimal
Adenopati Umum Tidak umum Umum hanya Tidak ada
periaurikuler pada
konjungtiviti
s inklusi
Pewarnaan Monosit Bakteri, PMN, sel Eosinofil
terhadap PMN1 plasma,
eksudat dan badan inklusi
kerokan
Sakit Kadang- Kadang- Tidak pernah Tidak pernah
tenggorokan kadang kadang
dan demam
yang
menyertai
1
sel polimorfonuklear sel

BAB VII
PENATALAKSANAAN
Konjungtivitis alergik
Umumnya kebanyakan konjungtivitis alergi awalnya diperlakukan
seperti ringan sampai ada kegagalan terapi dan menyebabkan kenaikan
menjadi tingkat sedang. Penyakit ringan sampai sedang biasanya
mempunyai konjungtiva yang bengkak dengan reaksi konjungtiva papiler
yang ringan dengan sedikit sekret mukoid. Kasus yang lebih berat
mempunyai giant papila pada konjungtiva palpebranya, folikel limbal, dan
perisai (steril) ulkus kornea.5
1. Alergi ringan
Konjungtivitis alergi ringan identik dengan rasa gatal, berair, mata
merah yang timbul musiman dan berespon terhadap tindakan suportif,

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 22
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(406100100)

termasuk air mata artifisial dan kompres dingin. Air mata artifisial
membantu melarutkan beragam alergen dan mediator peradangan
yang mungkin ada pada permukaan okuler.
2. Alergi sedang
Konjungtivitis alergi sedang identik dengan rasa gatal, berair dan mata
merah yang timbul musiman dan berespon terhadap antihistamin
topikal dan/atau mast cell stabilizer. Penggunaan antihistamin oral
jangka pendek mungkin juga dibutuhkan.

Mast cell stabilizer mencegah degranulasi sel mast; contoh yang paling
sering dipakai termasuk sodium kromolin dan Iodoxamide.
Antihistamin topikal mempunyai masa kerja cepat yang meredakan
rasa gatal dan kemerahan dan mempunyai sedikit efek samping;
tersedia dalam bentuk kombinasi dengan mast cell stabilizer.
Antihistamin oral, yang mempunyai masa kerja lebih lama, dapat
digunakan bersama, atau lebih baik dari, antihistamin topikal.
Vasokonstriktor tersedia dalam kombinasi dengan topikal antihistamin,
yang menyediakan tambahan pelega jangka pendek terhadap injeksi
pembuluh darah, tapi dapat menyebabkan rebound injeksi dan
inflamasi konjungtiva. Topikal NSAID juga digunakan pada
konjungtivitis sedang-berat jika diperlukan tambahan efek anti-
peradangan.
3. Alergi berat
Penyakit alergi berat berkenaan dengan kemunculan gejala menahun
dan dihubungkan dengan peradangan yang lebih hebat dari penyakit
sedang. Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis alergi yang
agresif yang tampak sebagai shield coneal ulcer. Rujukan spesialis
harus dipertimbangkan pada kasus berat atau penyakit alergi yang

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 23
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(4060100100)

resisten, dimana memerlukan tambahan terapi dengan kortikosteroid


topikal, yang dapat digunakan bersama dengan antihistamin topikal
atau oral dan mast cell stabilizer. Topikal NSAID dapat ditambahkan
jika memerlukan efek anti-inflamasi yang lebih lanjut. Kortikosteroid
punya beberapa resiko jangka panjang terhadap mata termasuk
penyembuhan luka yang terlambat, infeksi sekunder, peningkatan
tekanan intraokuler, dan pembentukan katarak. Kortikosteroid yang
lebih baru seperti loteprednol mempunyai efek samping lebih sedikit
dari prednisolon. Siklosporin topikal dapat melegakan dengan efek
tambahan steroid dan dapat dipertimbangkan sebagai lini kedua dari
kortikosteroid. Dapat terutama sekali berguna sebagai terapi lini kedua
pada kasus atopi berat atau konjungtivitis vernal.

Konjungtivitis bakterial ringan-sedang


Memerlukan pengobatan dengan antibiotik spektrum luas seperti salep
eritromisin, azitromisin, atau polimiksin /trimetropim tetes sebagai terapi lini
pertama. Alternatif termasuk salep bacitracin atau polimiksin B/bacitracin.
Aminoglikosida seperti gentamisin dan tobramisin tidak direkomendasikan
karena toksik terhadap kornea, dan dapat menghambat penyembuhan dan
menyebabkan hiperemi.5

Konjungtivitis bakterial sedang-berat


Tipe konjungtivitis yang lebih berat digambarkan dengan simpton yang
lebih nyata seperti sekret yang berlebihan, peradangan yang lebih berat,
dan durasi yang lebih lama dari penyakit yang lebih ringan. Fluorokuinolon
topikal efektif dan lebih ditoleransi dan pilihan pengobatan untuk mengobati
infeksi bakteri pada mata yang lebih serius. Fluorokuinolon juga dapat

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 24
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(406100100)

digunakan bila diketahui bakteri resisten terhadap antibakterial yang lain.


Karena itu, penggunaan fluorokuinolon topikal sebagai terapi lini pertama
telah banyak meningkat. Seluruh pengguna lensa kontak dan pasien
imunosupresi harusnya dimulai dengan fluorokuinolon sebagai terapi lini
pertama.5

Konjungtivitis gonore
Memerlukan terapi sistemik dengan ceftriakson dan pengobatan
berkelanjutan untuk ko-infeksi klamidial dengan doksisiklin atau eritromisin
oral. Basitrasin topikal atau ciprofloksasin harus digunakan bersama dengan
terapi oral.5

Konjungtivitis klamidial
Memerlukan terapi dengan antibiotik oral dan topikal.5

Konjungtivitis viral
Tidak ada antivirus spesifik untuk pengobatan konjungtivitis viral.
Beberapa pasien memperoleh pereda gejala dari antihistamin
topikal/dekongestan dan air mata artifisial, dimana dapat meredakan rasa
gatal. Kompres dingin yang diaplikasikan dengan lembut di seluruh area
mata dapat memberikan tambahan pereda simtomatik. Obat sistemik tidak
memainkan peran pada konjungtivitis viral.5
Konjungtivitis adenovirus digambarkan dengan pseudomembran dan
infiltrat kornea subepitelial memerlukan pengobatan dengan kortikosteroid
topikal. Pertimbangkan merujuk kepada spesialis.5

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 25
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Konjungtivitis Akut Dhumarytho Putri A.
(4060100100)

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta.


2000
2. American Academy of Ophthalmology. Preferred practice pattern:
conjunctivitis, 2nd ed. San Francisco, CA: American Academy of
Ophthalmology; 2003
3. Ilyas DSM, Sidarta,. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 1998
4. http://www.scribd.com/doc/29896570/Definisi-Etiologi-Klasifikasi-Dan-
Patofisiologi-Konjungtivitis
5. https://online.epocrates.com/u/291168/Acute+conjunctivitis/Summary/
Highlights

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Sentra Medika Page 26
Periode 25 April s/d 28 Mei 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

También podría gustarte