Está en la página 1de 15

Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP)

Daftar isi

KATA PENGANTAR........................................................................................................I

Kerangka Kebijaksanaan dalam Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali ........ 1


BAB I – PENGERTIAN ............................................................................................... 1

BAB 2 – PRINSIP UMUM ........................................................................................... 2

BAB 3 – SURVEY SOSIAL EKONOMI, INFORMASI DAN KONSULTASI ...... 3


3.1 Survey Garis Dasar (Baseline) dan Sosial Ekonomi: ....................................... 3
3.2 Rencana Kerja Pengadaan Tanah, Pemukiman Kembali dan Pembinaan (RK-
PTPKP)............................................................................................................. 3
3.3 Diseminasi Informasi dan Sosialisasi Konsultasi............................................. 5
3.4 Konsultasi......................................................................................................... 6
3.5 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Masyarakat................ 6
3.6 Studi Napak Tilas (Tracer Study) untuk Pengadaan Tanah ............................. 6

BAB 4 – PENGADAAN TANAH ................................................................................ 7


4.1 Kompensasi ...................................................................................................... 7
4.2 Rehabilitasi dan Pembinaan ............................................................................. 7
4.3 Pilihan Ganti Rugi (Kompensasi) .................................................................... 7
4.4 Lokasi Pemukiman Kembali ............................................................................ 8
4.5 Pengelompokan Orang-orang yang dipindahkan ............................................. 8
4.6 Penduduk yang mempunyai Sertifikat yang sah berupa Hak Girik atau Adat. 9
4.7 Penduduk yang menguasai tanah pada lahan pemukiman, komersial, atau
industri di lokasi proyek, tetapi belum mempunyai sertifikat atau bukti
pemilikan yang syah......................................................................................... 9
4.8 Penduduk yang menguasai tanah pada lahan prasarana dan sarana umum...... 9
4.9 Penduduk yang berstatus sebagai Penyewa ................................................... 10

BAB 5 – PEMBINAAN .............................................................................................. 11


5.1 Bentuk-bentuk Pembinaan ............................................................................. 11
5.2 Jadwal dan Biaya Pembinaan ......................................................................... 11

BAB 6 – KELEMBAGAAN DAN PEMBIAYAAN ................................................. 12


6.1 Tim Pemukiman Kembali dan Pembinaan (TPKP) ....................................... 12
6.2 Ketua, Anggota dan Tugas TPKP. ................................................................. 12
6.3 Konsultasi dan Bantuan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) .......... 12
6.4 Koordinasi antar Bapedalda, TPKP, PPT dan Bupati/Walikota. ................... 12
6.5 Koordinasi ...................................................................................................... 13

Kerangka Kebijaksanaan dalam Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali i


Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP)

KATA PENGANTAR

Untuk meningkatkan penyediaan prasarana transportasi darat, pemerintah Indonesia melalui


Departemen Kimpraswil melaksanakan kegiatan peningkatan jalan, pemeliharan jalan, penggantian
jembatan dan peningkatan kapasitas jalan pada Jalan Nasional dan Jalan Nasional Strategis di
wilayah timur Indonesia melalui proyek EIRTP. Proyek tersebut merupakan proyek bantuan Bank
Dunia dibawah Loan IBRD NO. 4643-IND.

Penanganan peningkatan kapasiatas jalan dapat menimbulkan dampak-dampak penting terhadap


drainase dan erosi khususya pembebasan tanah, pemukiman kembali dan dampak-dampak social
lainnya.

Peningkatan kapasitas dan jaringan jalan akan memerlukan pengadaan tanah. Seluruh proyek yang
memerlukan pengadaan lahan agar memperhatikan adanya proses pemukiman kembali dan proses
pembebasan tanah, oleh karenanya proyek harus mempertimbangkan kemungkinan pemukiman
kembali sejak tahap awal dan rencana serta langkah-langkah dalam proses pembebasan tanah agar
tidak terjadi hambatan dalam pekerjaan dan tidak terjadi dampak-dampak yang merugikan pada
pelaksanaannya.

Kerangka Kebijaksanaan dalam Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali I


Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP)

Kerangka Kebijaksanaan dalam Pengadaan Tanah dan


Pemukiman Kembali

BAB I – PENGERTIAN

Istilah yang dipergunakan dalam Kerangka Kebijaksanaan ini adalah:


1. “Proyek”, adalah Proyek Transportasi Wilayah Indonesia Bagian Timur atau EIRTP (Eastern
Indonesia Region Transport Project) yang mencakup seluruh komponen proyek beserta
kegiatannya seperti dijelaskan dalam Perjanjian Pinjaman (Loan Agreement) antara
Pemerintah Republik Indonesia dengan Bank Dunia;
2. “Pemerintah”, adalah Pemerintah Republik Indonesia;
3. Orang-oragn yang dipindahkan berarti orang-orang terkena dampak proyek akibat dari salah
satu berikut ini:
a. Pengambilan tanah secara tidak sengaja mengakibatkan:
(i) relokasi / kehilangan tempat tinggal
(ii) kehilangan asset atau jalan menuju akses
(iii) kehilangan mata pencaharian dimana orang yang terkena dampak proyek
harus pindah
b. Gangguan yang tidak disengaja terhadap akses menuju taman yang dibangun secara
resmi untuk daerah yang dilindungi yang mengakibatkan dampak-dampak
merugikan terhadap kehidupan keluarga orang-orang yang dippindahkan.
“Tidak sengaja” berarti tindakan-tindakan yang dapat diambil tanpa persetujuan
memilih bagi orang-orang yang dipindahkan.
4. “Pengadaan tanah”, adalah kegiatan pengelola Proyek untuk mendapatkan tanah, bangunan
atau aset lainnya dan orang yang dipindahkan terkena Proyek dengan cara memberikan ganti
kerugian dan pembinaan;
5. “Kompensasi atau ganti rugi”, adalah penggantian yang diberikan atas diserahkannya
sebagian atau seluruh tanah, bangunan, dan seluruh aset yang terlekat pada tanah dan
bangunan tersebut
6. “Pemukiman kembali (Resett1ement)”, adalah upaya/kegiatan memukimkan kembali orang
dipindahkan ke lokasi baru sesuai dengan sub bab 4.4 no.l yang memenuhi syarat sehingga
dapat mengembangkan kehidupan yang lebih baik.
7. “Pembinaan / rehabilitasi”, adalah penetapan uang atau aset/barang atau bentuk tunjangan
lainnya agar orang yang dipindahkan dengan atau tanpa legalitas atas aset yang diambil
proyek minimal sama atau lebih baik dari standar hidup sebelum proyek.

Kerangka Kebijaksanaan dalam Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali 1


Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP)

BAB 2 – PRINSIP UMUM

1. Dalam pelaksanaan proyek mungkin akan membutuhkan tanah dan bangunan. Tanah dan
bangunan yang terkena pembangunan untuk kepentingan umum, akan dibebaskan.
2. Orang-orang yang dipindahkan berhak untuk menerima biaya penggantian kerugian nyata
yang wajar. Biaya ganti rugi yang nyata berarti (i) lahan pertanian : berdasarkan pada harga
pasar tanah di lokasi yang terkena proyek sesuai produktivitas atau penggunaannya. Besar
gantirugi, tergantung mana lebih besar pada saat pra-proyek atau pra-pemindahan, ditambah
biaya penyiapan tanah sampai mencapai kondisi semula serta biaya registrasi dan biaya
pemindahan haknya; (ii) tanah di daerah perkotaan : sesuai harga pasar pada saat pra-
pemindahan dari tanah dengan ukuran dan penggunaan serta pelayanan sarana dan prasarana
yang sama atau lebih baik di sekitar lokasi tanah terkena proyek, ditambah dengan biaya
regristrasi dan biaya pemindahan hak milik; dan (iii) perumahan dan bangunan lainnya :
gantirugi berdasarkan pada harga pasar material untuk membangun bangunan pengganti atau
membangun sebagian bangunan yang terkena proyek. Biaya-biaya akan mencakup juga biaya
transport material, tenaga kerja, dan kontraktor serta biaya registrasi dan biaya pemindahan
hak. Dalam menentukan biaya penggantian ini, depresiasi aset dan nilai sisa material tidak
diperhitungkan, ataupun tidak ada pengurangan nilai aset terkena proyek oleh adanya
tambahan penambahan penerimaan akibat Proyek.
3. Seandainya musyawarah mengenai bentuk dan besar kompensasi ini telah dilakukan
berulang-ulang dalam waktu yang lama namun tidak juga dicapai konsensus, pemecahannya
akan diresolusi dengan mengacu kepada Keppres Nomor 55 tahun 1993. Keppres ini
menyatakan bahwa setelah gagal dalam mencapai kesepakatan dengan pihak Panitia
Pengadaan Tanah (PPT), pemilik mempunyai hak untuk mengajukan keberatan kepada
Gubernur (Pasal 20 ayat 1) agar dapat mengadakan negosiasi lebih lanjut (Pasal 20 ayat 2).
Apabila para pemegang hak tidak puas, Gubernur melimpahkan penyelesaian kasus kepada
Menteri Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional melalui Menteri Dalam Negeri, dengan
tembusan kepada Menteri dari instansi yang memerlukan tanah dan Menteri Kehakiman
(Pasal 21 ayat 1 dan 2), untuk pertimbangan dan acuan bagi Presiden dalam membuat
keputusan terakhir (pasal 21 ayat 3 dan 4). Meskipun proses penyelesaian ini memerlukan
waktu yang lama, namun mempunyai titik akhir yang jelas.
4. Tujuan dari kerangka kebijaksanaan ini adalah untuk menyediakan pedoman dan serangkaian
prosedur pencapaian kesepakatan dalam bentuk dan besaran kompensasi yang adil terhadap
orang-orang yang dipindahkan. Kerangka ini menjamin bahwa orang-orang yang dipindahkan
akan menerima kompensasi yang wajar dan tidak ada penduduk yang diperlakukan tidak adil
dengan ganti rugi yang rendah, atau tidak ada penggantian yang tidak adil dengan
memberikan ganti rugi yang nilainya per meter pesegi lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
jual tanah di daerah yang berdekatan.

Kerangka Kebijaksanaan dalam Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali 2


Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP)

BAB 3 – SURVEY SOSIAL EKONOMI, INFORMASI DAN KONSULTASI

3.1 Survey Garis Dasar (Baseline) dan Sosial Ekonomi:

Sebagai bagian dari proses perencanaan dan pengadaan tanah, Kepedulian Pemerintah
Kabupaten/Kota dimana pengadaan tanah dilokasikan terlebih dahulu akan melakukan
survai baseline dengan metoda sensus untuk (i) menentukan jumlah penduduk yang terkena
proyek untuk menghindari masuknya orang-orang yang mencoba mengambil keuntungan
dari kebijaksanaan ini, dan (ii) mengumpulkan data tentang kondisi sosial ekonomi
penduduk dan kondisi proyek.
Survai Garis Dasar dilakukan pada awal persiapan proyek, untuk mengidentifikasi warga
yang tinggal di daerah proyek dan untuk mendapat informasi mengenai penduduk, tanah dan
bangunan yang mungkin terkena proyek.
Tanggal pelaksanaan survey sosial ekonomi akan menjadi batas akhir pencatatan penduduk
di daerah proyek yang akan menerima ganti rugi, pemukiman kembali serta pemindahan dan
pembinaan/rehabilitasi.
Survai sosial ekonomi akan dilakukan setelah desain proyek tersedia, dan dimaksudkan
untuk memperoleh gambaran rinci mengenai orang yang dipindahkan dan kemungkinan
dampak yang akan ditimbulkan oleh proyek. Kegiatan survai ini akan mencakup antara lain:
a) luas, kondisi, status tanah dan bangunan yang terkena proyek (disusun dalam tabel
kelompok yang terkena dampak : 0-25%, 25-50%, 50-75%, dan 75-100%);
b) jumlah orang yang dipindahkan yang terkena;
c) umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, standar hidup dan biaya hidup orang yang
dipindahakan serta mereka yang terpindahkan ;
d) jumlah, jenis dan besaran usaha formal maupun informal;
e) kemungkinan dampak positif dan negatif terhadap penduduk, aset budaya serta
lingkungan.
Survey tersebut akan mencakup seluruh orang uang dipindahkan yang tinggal di daerah
proyek, dan akan merupakan dasar bagi proses pengadaan tanah dan pemukiman kembali
(LARAP) baik penuh maupun sederhana.

3.2 Rencana Kerja Pengadaan Tanah, Pemukiman Kembali dan Pembinaan (RK-
PTPKP)
1. Berdasarkan hasil survey sebagaimana dimaksud sub bab 3.1, selanjutnya Kepedulian
Pemerintah Kabupaten/Kota menyiapkan rencana secara menyeluruh mengenai
pengambil-alihan aset untuk kepentingan Proyek, besarnya ganti rugi, pemukiman
kembaIi dan pembinaan orang-orang yang dipindahkan sesuai prinsip dasar Kerangka
Kebijaksanaan ini.
2. Lingkup dan kedalaman RK-PTPKP ini akan bervariasi sesuai dengan besaran dan
kerumitan dalam pemukiman kembali. EIRTP-2 setuju menyiapkan LARAP:
a) LARAP penuh berikut survey social ekonomi: lebih dari 200 orang dipindahkan
b) LARAP sederhana: kurang dari 200 orang dipindahkan
Kerangka LARAP penuh dengan survey social ekonomi dan LARAP sederhana
terlampir dalam PPL.
3. Rencana akan berdasarkan informasi yang mutakhir dan dapat dipercaya tentang: (a)
usulan pemukiman kembali dan dampaknya terhadap warga yang dipindahkan dan
kelompok yang dirugikan lainnya; dan (b) aspek hukum yang terkait dalam pemukiman
kembali. Berikut ini adalah hal-hal yang umumnya harus tercakup dalam penyiapan RK-

Kerangka Kebijaksanaan dalam Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali 3


Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP)

PTPKP dan harus diperhatikan sebagai pedoman umum dalam RK-PTPKP. Apabila ada
hal yang tidak relevan terhadap lingkungan Proyek, harus dicatat dalam rencana
pemukiman kembali:
(a) Deskripsi umum Proyek dan identifikasi areal Proyek.
(b) Identifikasi: (i) komponen atau kegiatan Proyek yang memerlukan pemukiman
kembali; (ii) wilayah dampak dari komponen atau kegiatan tersebut; (iii) alternatif
untuk menghindari atau mengurangi pemukiman kembali; dan (iv) ditetapkannya
mekanisme untuk mengurangi pemukiman kembali seminimal mungkin selama
pelaksanaan Proyek.
(c) Tujuan utama program pemukiman kembali.
(d) Hasil-hasil studi sosial ekonomi yang dilaksanakan dalam tahap awal persiapan
Proyek dan dengan melibatkan warga yang mungkin dipindahkan termasuk hasil
survai garis dasar dan studi lainnya yang mencakup: (i) orang-orang yang
dipindahkan untuk menetapkan dasar desain program pemukiman kembali dan tidak
melibatkan arus hunian berikutnya yang tidak syah untuk menerima ganti rugi dan
pembinaan pemukiman kembali; (ii) standar rumah tangga yang terpindahkan,
termasuk uraian rumahtangga yang memiliki usaha produksi, dan tenaga kerja;
informasi dasar kehidupan (termasuk tingkat produksi dan pendapatan yang
dihasilkan melalui sektor formal dan informal yang relevan) dan standar hidup
(termasuk kesehatan) dari penduduk yang dipindahkan; (iii) besaran kerugian aset
(sebagian atau seluruhnya), dan meluasnya pemindahan (secara fisik atau ekonomi);
(iv) informasi kelompok rentan atau orang-orang rentan, yang memerlukan
penanganan khusus; dan (v) memberikan informasi terbaru tentang mata pencaharian
dan standar hidup warga yang dipindahkan secara berkala agar informasi terakhir
tersedia pada saat pemindahan mereka.
(e) Temuan-temuan analisis kerangka hukum.
(f) Temuan-temuan analisis kerangka kelembagaan.
(g) Penetapan warga yang dipindahkan dan kriteria penentuan ganti rugi dan pembinaan
pemukiman kembali lainnya yang memadai termasuk waktunya yang relevan.
(h) Metodologi yang digunakan dalam penilaian kerugian untuk menentukan biaya
penggantian; uraian jenis dan tingkat kompensasi yang diusulkan sesuai peraturan
setempat serta tindakan-tindakan tambahan yang perlu untuk memperoleh biaya
penggantian aset yang hilang.
(i) Uraian paket-paket kompensasi dan tindakan lainnya dalam pemukiman kembali
yang akan membantu masing-masing kategori warga yang dipindahkan dalam
mencapai tujuan sesuai dengan kerangka kebijaksanaan.
(j) Penentuan alternatif pemukiman baru dan penjelasan alternatif terpilih yang
mencakup: (i) penentuan kelembagaan dan teknis untuk identifikasi dan penyiapan
lokasi pemukiman baru, apakah di pedesaan atau perkotaan, yang merupakan
gabungan antara potensi produktif, keunggulan lokasi, dan faktor-faktor lain yang
secara komparatif lebih menguntungkan dari lokasi lama; rencana memperkirakan
waktu yang dibutuhkan dalam pembebasan dan pemindahan hak tanah dan
bangunan; (ii) langkah-langkah yang perlu dalam mencegah spekulasi tanah atau
berdatangannya orang-orang yang tidak berkepentingan ke lokasi proyek; (iii)
prosedur untuk relokasi fisik dibawah Proyek, termasuk jadwal untuk penyiapan dan
pemindahan hak di lokasi; dan (iv) peraturan yang mengatur hak-hak pemilikan dan
pemindahan hak kepada pemukim baru.
(k) Rencana untuk menyediakan atau membiayai fasilitas pemukim yang berupa
perumahan, prasarana dan pelayanan sosial; rencana menjamin pelayanan yang baik
untuk penduduk setempat; pengembangan lokasi yang perlu, desain teknik dan
arsitektur untuk fasilitas tersebut.

Kerangka Kebijaksanaan dalam Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali 4


Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP)

(l) Uraian batas-batas lokasi pemukiman kembali; dan pengkajian dampak lingkungan
terhadap usulan pemukiman kembali serta langkah-langkah penanggulangan dan
pengelolaan dampak (dikoordinasikan sesuai dengan kajian investasi yang
memerlukan pemukiman kembali).
(m) Partisipasi masyarakat, termasuk (i) deskripsi tentang strategi konsultasi dan
partisipasi pemukim baru dan penduduk setempat dalam rencana dan pelaksanaan
kegiatan pemukiman kembali; (ii) ringkasan persepsi dan bagaimana persepsi
tersebut diperhitungkan dalam penyiapan rencana pemukiman kembali; (iii) kaji
ulang alternatif pemukiman kembali ditawarkan dan pilihan dibuat oleh warga yang
dipindahkan sesuai dengan opsi yang tersedia, termasuk pilihan sehubungan dengan
bentuk kompensasi dan pembinaan pemukiman kembali, untuk pemindahan berupa
keluarga, atau berupa masyarakat atau kelompok keluarga untuk kelanjutan pola
organisasi kelompok yang ada serta mempertahankan akses terhadap warisan
budaya; dan (iv) Penentuan kelembagaan yang komunikatif dengan warga yang
dipindahkan sehingga bias menyalurkan perhatiannya kepada pimpinan proyek
selama perencanaan dan pelaksanaan serta langkah-langkah yang memastikan
kelompok tersebut diwakili sebagai masyarakat terasing, tidak punya tanah, dan
wanita.
(n) Langkah penanggulangan dampak pemukiman kembali terhadap masyarakat
setempat.
(o) Prosedur penyampaian keluhan.
(p) Kerangka organisasi dalam pelaksanaan pemukiman kembali, termasuk
identifikasilembaga / badan yang bertanggung jawab terhadap langkah-langkah
pemukiman kembali dan pemberian pelayanan.
(q) Jadwal pelaksanaan yang mencakup seluruh kegiatan pemukiman kembali dari mulai
persiapan sampai pelaksanaan termasuk jadwal pencapaian manfaat yang diharapkan
pemukim dan penduduk setempat serta mengakhiri beberapa bentuk pembinaan.
(r) Biaya dan anggaran
(s) Penetapan kegiatan pemantauan pemukiman kembali oleh badan pelaksana,
ditambah oleh pemantau independen yang diperkirakan memadai oleh pihak Bank
Dunia.
3. Konsultasi secara berkala akan dilakukan dengan seluruh orang yang dipindahkan, dan
seluruh stakeholder lain termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) selama
perencanaan dan pelaksanaan RK-PTPKP.
4. RK-PTPKP diuraikan dalam butir 1 dari Sub-bab ini yang disiapkan oleh PIU dan
kemudian diserahkan ke Bank Dunia melalui PMU untuk memperoleh persetujuan.
Setelah Bank Dunia menyetujui, dokumen ini akan ditetapkan sebagai Keputusan Bupati
/ Walikota, Kepala Daerah Kabupaten maupun Kota dilokasi pengadaan tanah.
5. Bank Dunia akan mengeluarkan Surat Tidak Berkeberatan (NOL) untuk
penandatanganan Kontrak suatu Proyek yang memerlukan RK-PTPKP setelah menerima
laporan progress dari PMU yang menunjukkan berjalannya pelaksanaan RK-PTPKP oleh
Pemerintah, termasuk pengadaan tanah-tanah dalam lokasi kritis.

3.3 Diseminasi Informasi dan Sosialisasi Konsultasi


1. Dengan berpedoman Surat Keputusan Bupati / Wa1ikota tentang RK-PTPKP Kepala
Daerah Kabupaten maupun Kota dilokasi pengadaan tanah sebagaimana dimaksud sub
bab 3.2 nomor 3, Kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota me1akukan penyuluhan secara
intensif kepada warga yang terkena proyek, untuk memberikan kepedulian / informasi
mengenai rencana proyek, pelaksanaannya, serta manfaat dan dampak proyek.
Kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota akan memperkuat peran serta masyarakat dalam
penyiapan RK-PTPKP tersebut.

Kerangka Kebijaksanaan dalam Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali 5


Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP)

2. Rencana Kerja Pengadaan Tanah, Pemukirnan Kembali dan Pembinaan (RK- PTPKP)
beserta lampiran dan petanya akan diumumkan dan dipasang pada Kantor Proyek, Kantor
Kelurahan, dan RW selama persiapan dan pelaksanaan proyek.

3.4 Konsultasi
1. Konsultasi Penyuluhan dengan seluruh orang-orang yang dipindahkan dan seluruh
stakeholder termasuk LSM, dimulai sejak kesempatan awal dan dilanjutkan pada proses
tahap perencanaan, studi kelayakan dan proses desain.
2. Pada saat penyuluhan, dilakukan konsultasi dan tukar pikiran untuk menyerap pendapat
dan saran-saran warga mengenai proyek, gantirugi, penampungan, upaya untuk
mengurangi dampak negatif proyek, serta prosedur untuk menanggapi dan mengatasi
masalah setempat. Warga masyarakat yang telah lama tinggal di lokasi penampungan
juga akan diajak konsultasi. Konsultasi ini memberikan masukan yang berharga dalam
rangka meningkatkan kualitas perencanaan proyek dan pelaksanaannya.

3.5 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Masyarakat


Dalam melaksanakan kegiatan seperti diuraikan dalam sub-bab 3.1, sub-bab 3.2 dan sub-bab
3.3, kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota akan dibantu oleh LSM atau organisasi sejenis
yang berpengalaman terutama dalam pendekatan sosial dan pengembangan masyarakat.

3.6 Studi Napak Tilas (Tracer Study) untuk Pengadaan Tanah


Jika pengadaan tanah telah dilakukan 2 (dua) tahun yang lalu di Proyek Propinsi sehubungan
dengan jalan nasional dan jalan strategis yang terdapat dalam Program Kerja Tahunan
(AWP), namun RK-PTPKP proyek tersebut belum disetujui Bank Dunia, maka studi napak
tilas akan dilakukan untuk mengevaluasi apakah pengadaan tanah telah dilaksanakan dengan
baik tanpa dampak negatif terhadap orang yang dipindahkan. Jika tanah telah dibebaskan
lebih dari dua tahun, tidak diperlukan studi napak tilas atau studi lainnya.

Kerangka Kebijaksanaan dalam Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali 6


Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP)

BAB 4 – PENGADAAN TANAH

4.1 Kompensasi
1. Orang-orang yang dipindahkan akan mendapat ganti kerugian. Ganti kerugian atas tanah,
bangunan, dan aset yang terlekat ditetapkan sebagai biaya penggantian nyata sesuai yang
ditetapkan dalam Bab 2, butir 2. Ganti kerugian tersebut disepakati dalam musyawarah
antara pihak proyek dan orang-orang yang dipindahkan berdasarkan biaya penggantian
nyata tersebut.
2. Kompensasi untuk pohon, tanaman dan harta lainnya disesuaikan dengan standard harga
per pohon dari instansi yang relevan dengan memperhitungkan harga pasar setempat.
3. Tidak ada orang-orang yang dipindahkan diambil tanah dan asetnya tanpa menerima
kompensasi yang wajar.
4. Sistem pemantauan dan evaluasi untuk jalannya proses kompensasi akan dilaksanakan
untuk menjamin bahwa orang-orang yang dipindahkan telah menerima kompensasinya
sesuai dengan yang dijelaskan di atas. Pemantauan akan dilaksanakan oleh lembaga
independen setempat (misalnya Perguruan Tinggi) dan akan berupa survey sensus atau
sampling tergantung pada jumlah rumah tangga yang terkena proyek. Laporan mengenai
hasil dan rekomendasinya akan dipublikasikan.

4.2 Rehabilitasi dan Pembinaan


Disamping menerima ganti kerugian atas tanah/.bangunan, dan aset yang terlekat, orang-
orang yang dipindahkan akan mendapat bantuan rehabilitasi dan pembinaan, agar mampu
mengembangkan kehidupan yang lebih baik dan mampu menyesuaikan diri dengan
1ingkungan yang baru.

4.3 Pilihan Ganti Rugi (Kompensasi)


1. Berdasarkan kesepakatan yang dicapai dalam musyawarah, warga yang terpindahkan
dapat mempunyai pilihan untuk mendapatkan ganti kerugian yaitu berupa uang,
pemukiman kembali atau bentuk lainnya.
2. Ganti kerugian dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud dengan butir 1 sub-bab ini
adalah berupa alternatif pilihan antara lain : kaveling siap bangun, pertukaran tanah,
perumahan murah, rumah susun, real estate dengan fasilitas KPR-BTN atau
kemungkinan lainnya yang dapat diusahakan oleh kepedulian Pemerintah
Kabupaten/Kota.
3. Diantara berbagai pilihan tersebut terdapat kemungkinan untuk tempat penampungan,
dimana warga yang terpindahkan tidak perlu membayar lebih daripada pengeluaran rutin
seperti tercatat pada survey sosial ekonomi.
4. Orang-orang yang dipindahkan dapat pula membentuk kelompok perumahan kooperatif
melalui usaha bersama membangun perumahannya. Untuk ini kepedulian Pemerintah
Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan Instansi terkait memberikan bantuan pelayanan
dan pembinaan yang diperlukan.
5. Jika jumlah orang yang dipindahkan melebihi 200 orang, atau 40 keluarga, dimana pada
lokasi disekitarnya tidak terdapat proyek Perumnas, proyek perumahan pemerintah, atau
proyek perumahan murah dengan fasilitas KPR-BTN yang dapat dikoordinasikan, maka
Kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota akan membangun lokasi pemukiman kembali
sesuai permintaan orang-orang yang dipindahkan secara khusus seperti tersebut pada
sub-bab 4.4 butir 1.

Kerangka Kebijaksanaan dalam Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali 7


Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP)

6. Orang-orang yang dipindahkan tidak akan dibebani penyusutan (depresiasi) bangunan,


pungutan atau pajak atas ganti rugi yang diterimanya. Jika ada, maka penyusutan
bangunan, pungutan dan pajak atas ganti rugi tersebut akan dicakup dalam biaya proyek.
7. Biaya sertifikat baru yang diberikan kepada orang-orang yang dipindahkan akan dicakup
dalam biaya proyek.
8. Orang-orang yang dipindahkan dapat mengambil dan membawa bekas bahan bangunan
mereka ke lokasi yang baru. Mereka mendapat bantuan biaya angkutan untuk pindah ke
lokasi yang baru.
9. Orang-orang yang dipindahkan yang mempunyai (i) sisa tanah dan bangunannya tidak
layak untuk hunian atau tempat kerja, atau (ii) sisa tanahnya kurang dari 60 m2, atau (iii)
sisa tanah pertaniannya kurang dari 50 % terhadap ukurannya semula, atau (iv) sisa
bangunannya kurang dari 21 m2, mempunyai pilihan untuk dimasukkan dalam kelompok
warga yang terpindahkan dengan mendapat kompensasi 100% terhadap pemindahan hak
aset-aset yang terkena sesuai dengan nilai dan perjanjian.
10. Orang-orang yang dipindahkan yang memenuhi ketentuan pada sub-bab 4.6 atau 4.7
yang sisa luas tanahnya kurang dari 60 m2 dan bangunannya kurang dari 21 m2 akan
mempunyai pilihan untuk pindah ke kaveling baru dengan luas tanah 60 m2 dan luas
bangunan 21 m2.
11. Pembangunan lahan pemukiman kembali, pemindahan penduduk, dan pembayaran ganti
rugi sesuai dengan RK-PTPKP diselesaikan sebelum pelaksanaan konstruksi bagian
proyek yang bersangkutan dimulai.

4.4 Lokasi Pemukiman Kembali


1. Lokasi yang dicadangkan untuk pemukiman kembali bagi Orang-orang yang
dipindahkan, dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum sehingga layak huni dan
memungkinkan pengembangan kehidupan sosial ekonomi yang baik, yaitu:
a) jalan kendaraan atau jalan setapak sesuai dengan kebutuhan;
b) saluran drainase;
c) sarana air minum, jika belum ada jaringan PDAM perlu tersedia air sumur yang
memenuhi syarat kesehatan ;
d) sambungan listrik;
e) fasilitas kesehatan, pendidikan, tempat kerja, ibadah, olahraga dsb sesuai dengan
besaran komunitas yang terbentuk;
f) kemudahan angkutan umum untuk melaksanakan kehidupan yang baik.
2. Lokasi yang dicadangkan untuk pemukiman kembali sebagaimana dimaksud butir 1 sub-
bab ini diumumkan secara luas sehingga masyarakat umum dapat mengetahui.
3. Pemindahan penduduk dilaksanakan setelah prasarana dan sarana di lokasi pemukiman
kembali selesai dibangun dan dinyatakan layak huni oleh direksi pengawas proyek dan
tokoh masyarakat setempat.
4. Orang-orang yang dipindahkan akan diberitahu mengenai kesiapan lokasi pemukiman
kembali paling sedikit satu bulan sebelum pemindahan dan diberi kesempatan untuk
meninjau lokasi tersebut.

4.5 Pengelompokan Orang-orang yang dipindahkan


Orang-orang yang dipindahkan dapat dikelompokkan dalam:
1. Penduduk yang mempunyai sertifikat yang sah, girik, atau hak adat;

Kerangka Kebijaksanaan dalam Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali 8


Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP)

2. Penduduk yang menguasai tanah pada lahan pemukiman, komersial, atau industri di
lokasi proyek, tetapi belum mempunyai sertifikat atau bukti pemilikan yang sah;
3. Penduduk yang menduduki tanah pada lahan prasarana dan sarana umum seperti : di atas
sungai, jalan, taman atau sarana kepentingan umum lainnya di daerah proyek;
4. Penduduk yang berstatus sebagai penyewa.
4.6 Penduduk yang mempunyai Sertifikat yang sah berupa Hak Girik atau Adat
1. Penduduk yang terkena proyek, yang mempunyai sertifikat, girik atau hak adat,
mendapat ganti rugi atas tanah, bangunan dan aset yang terlekat sesuai dengan status
pemilikan dan kondisi lingkungannya.
2. Penduduk yang tersebut pada butir sub-bab 4.6 butir 1 yang terpindahkan oleh proyek,
dapat memilih ganti rugi tunai atau bentuk lainnya seperti tersebut dalam sub-bab 4.3.
3. Hak tanah pada lokasi yang baru tersebut akan berstatus sama atau lebih tinggi dari hak-
hak yang semula dimilikinya, dan sertifikat akan diterbitkan dalam waktu enam bulan
setelah pemindahan penduduk.
4. Mereka mendapat biaya transport untuk memindahkan barang-barangnya.
5. Mereka juga mendapat bantuan dan pembinaan untuk meningkatkan kemampuannya
untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik.

4.7 Penduduk yang menguasai tanah pada lahan pemukiman, komersial, atau
industri di lokasi proyek, tetapi belum mempunyai sertifikat atau bukti
pemilikan yang syah.
1. Penduduk yang terkena proyek, yang terdaftar dalam survey dasar, yang menguasai tanah
dalam daerah pemukiman, komersial, atau industri pada lokasi proyek, tetapi belum
mempunyai sertifikat, girik atau hak adat, mendapat ganti rugi atas tanah, bangunan dan
aset yang terlekat sesuai dengan lamanya tinggal dan nilai asetnya.
2. Penduduk yang tersebut pada sub-bab 4.1 butir 1, yang terdaftar pada survey dasar, yang
terpindahkan oleh proyek, dapat memilih ganti rugi tunai atau bentuk lainnya seperti
tersebut dalam sub-bab 4.3.
3. Hak tanah pada lokasi yang baru tersebut akan berstatus hakpakai atau hak yang lebih
tinggi, dan sertifikatnya akan diterbitkan dalam waktu enam bulan setelah pemindahan
penduduk.
4. Orang-orang yang dipindahkan mendapat biaya transport untuk memindahkan barang-
barangnya.
5. Orang-orang yang dipindahkan juga mendapat bantuan rehabilitasi dan pembinaan dari
kepedulian Kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota untuk meningkatkan keterampilan
mengembangkan kehidupan yang lebih baik (dalam koordinasi dengan pihak Bapedalda,
Tim Pemukiman Kembali dan Pembinaan (TPKP), dan Panitia Pengadaan Tanah (PPT))
seperti diuraikan Bab 5.

4.8 Penduduk yang menguasai tanah pada lahan prasarana dan sarana umum
1. Orang-orang yang dipindahkan, yang terdaftar pada survey dasar, yang menguasai tanah
pada lahan prasarana umum akan mendapat ganti rugi atas bangunan dan aset yang
terlekat dan akan menerima rehabilitasi/pembinaan yang cukup untuk mencapai tujuan
Kerangka Kebijaksanaan ini yaitu memperbaiki setidak-tidaknya perbaikan standar hidup
Warga Terkena Proyek.
2. Orang-orang yang dipindahkan yang tersebut pada sub-bab 4.8 nomor 1 yang terdaftar
pada survey dasar, yang terpindahkan oleh proyek, akan dibantu pemindahannya dengan
mendapat uang sewa selama enam bulan.

Kerangka Kebijaksanaan dalam Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali 9


Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP)

3. Orang-orang yang dipindahkan yang tersebut pada sub-bab 4.8 nomor 1, dapat dibantu
mencari rumah sewa, atau mengadakan tanah pemukiman yang dapat disewa atau
disewa-beli dengan angsuran yang terjangkau.
4. Orang-orang yang dipindahkan yang tersebut pada sub-bab 4.8 nomor 1, mendapat biaya
transport untuk memindahkan barang-barangnya.
5. Orang-orang yang dipindahkan yang tersebut pada sub-bab 4.8 nomor 1, akan menerima
bantuan dan pembinaan Kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota untuk meningkatkan
kemampuan mereka mengembangkan kehidupan yang lebih baik (dalam koordinasi
dengan pihak Bapedalda, Tim Pemukiman Kembali dan Pembinaan (TPKP), dan Panitia
Pengadaan Tanah (PPT)) seperti diuraikan Bab 5.

4.9 Penduduk yang berstatus sebagai Penyewa


1. Orang-orang yang dipindahkan yang berstatus sebagai penyewa, dan terdaftar pada
survey dasar akan dibantu dengan uang santunan sebesar enam bulan sewa yang
ditentukan berdasarkan rata-rata harga sewa untuk rumah yang sama di dalam tempat
yang sama.
2. Orang-orang yang dipindahkan akan menerima bantuan rehabilitasi dan pembinaan
Kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota untuk dapat mengembangkan kehidupan yang
lebih baik (dalam koordinasi dengan pihak Bapedalda, Tim Pemukiman Kembali dan
Pembinaan (TPKP), dan Panitia Pengadaan Tanah (PPT)) seperti diuraikan Bab 5.

Kerangka Kebijaksanaan dalam Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali 10


Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP)

BAB 5 - PEMBINAAN

5.1 Bentuk-bentuk Pembinaan


1. Penduduk yang terkena proyek yang pekerjaan, pendapatan, atau kehidupannya
terganggu akibat proyek atau pemindahan akan menerima bantuan untuk
memulihkannya. Jenis bantuannya secara khusus akan ditetapkan dalam RK- PTPKP
yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota.
2. Dalam pelaksanaan bantuan rehabilitasi dan pembinaan perlu diperhatikan keserasian
antara penduduk yang baru pindah dan penduduk lama disekitar lokasi pemukiman
kembali melalui upaya pembinaan dan integritas.
3. Kegiatan bantuan rehabilitasi dan pembinaan dapat dikaitkan dengan berbagai program
dan sumberdaya pembinaan yang telah ada.
4. Pembinaan tersebut dapat berupa:
a) pengembangan motivasi
b) pelatihan ketrampilan
c) bimbingan untuk membuka dan mengembangkan usaha kecil
d) bantuan kredit skala kecil
e) pengembangan pemasaran
f) pembinaan pada masa peralihan
g) penguatan organisasi warga setempat dan jasa pelayanan

5.2 Jadwal dan Biaya Pembinaan


1. Bantuan rehabilitasi dan pembinaan dapat dimulai pada saat konsultasi sebelum
pemindahan penduduk, sampai satu tahun setelah pemindahan penduduk.
2. Satu tahun setelah pelaksanaan proyek, dilakukan evaluasi oleh suatu konsultan bebas
(independen) untuk melihat apakah warga yang terkena proyek sudah berhasil
mengembangkan kehidupannya dengan baik, atau masih dalam kesulitan yang
memerlukan penanganan lebih lanjut.
3. Jika kelompok warga yang terkena proyek tersebut masih belum dapat memulihkan
pendapatan dan tingkat hidupnya serta mengatasi kesulitannya, maka dengan
berkonsultasi dengan kelompok warga tersebut, Kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota
akan mengadakan pembinaan lanjutan.
4. Biaya untuk pembinaan lanjutan dicadangkan dari biaya proyek atau sumber lain yang
ditetapkan oleh Bupati/Walikota dalam Rencana Kerja Pengadaan Tanah, Pemukiman
Kembali dan Pembinaan Warga.

Kerangka Kebijaksanaan dalam Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali 11


Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP)

BAB 6 – KELEMBAGAAN DAN PEMBIAYAAN

6.1 Tim Pemukiman Kembali dan Pembinaan (TPKP)


Untuk pelaksanaan berbagai kegiatan tersebut diatas, disamping memanfaatkan Panitia
Pengadaan Tanah (PPT) yang telah ada di masing-masing Kabupaten/Kota atau Propinsi
perlu dibentuk Tim Pemukiman Kembali dan Pembinaan (TPKP).

6.2 Ketua, Anggota dan Tugas TPKP.


1. TPKP sebagaimana dimaksud sub-bab 6.l diketuai oleh Kepala Dinas/Kepala
Badan/Lembaga dari proyek yang bersangkutan, dengan anggota-anggota dari instansi
terkait lainnya yang ada di Kabupaten/Kota.
2. TPKP sebagaimana dimaksud sub-bab 6.1 mempunyai tugas antara lain:
(a) menyiapkan perencanaan secara menyeluruh mengenai kegiatan pengadaan tanah
dan pemukiman kembali serta rehabilitasi;
(b) memberikan masukan dan membantu Panitia Pengadaan Tanah (PPT)
Kabupaten/Kota atau Propinsi dalam proses pengadaan tanah;
(c) melaksanakan kegiatan pemukiman kembali dan pembinaan secara aktif di lapangan
sejak pada tahap pra konstruksi hingga pada tahap pasca konstruksi;
(d) memantau kemajuan dan penanggulangan masalah yang ada dari pengadaan tanah,
pemukiman kembali dan pembinaan.

6.3 Konsultasi dan Bantuan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)


1. Dalam melaksanakan tugas, terutama yang berkenaan dengan penyuluhan, konsultasi,
bantuan dan pembinaan kepada warga masyarakat, TPKP dibantu oleh LSM yang telah
berpengalaman dan menunjukkan prestasi yang baik, tekun dan terampil dalam
pengembangan keswadayaan masyarakat dan berkemampuan mengintegrasikan
kegiatan berbagai sektor pada tingkat RW atau banjar.
2. Dikembangkan keterbukaan dan musyawarah dengan warga masyarakat untuk dapat
menyelesaikan berbagai masalah setempat dengan cepat dan efektif. Semua keluhan
yang tidak dapat diselesaikan secara lokal akan ditangani sesuai dengan ketentuan
dalam Keppres 55/1993 dan Permen Agraria I/1994.

6.4 Koordinasi antar Bapedalda, TPKP, PPT dan Bupati/Walikota.


1. Bapedalda sebaiknya berperan sebagai kordinator dari lembaga yang mewakili untuk
menetapkan bahwa seluruh masalah sosial dan lingkungan yang berkaitan dengan
pembangunan jalan diikuti. Hal ini termasuk konsultasi, kompensasi pembebasan tanah
dan bangunan, pemukiman kembali dan masyarakat terasing. Bapedalda sebaiknya juga
bertanggung jawab untuk mewakili seluruh stakeholder dan LSM.
2. Dikembangkan komunikasi dan koordinasi yang intensif antara Bapedalda, Tim
Pemukiman Kembali dan Pembinaan (TPKP) dan Panitia Pengadaan Tanah (PPT). Juga
antara Bapedalda, TPKP dan PPT diadakan rapat koordinasi paling sedikit satu kali
sebulan.
3. Bupati/Walikota bersama pejabat terkait melakukan evaluasi atas perkembangan
pengadaan tanah dan pemukiman kembali dan pembinaan paling sedikit satu kali setiap
bulan. Bupati/Walikota menyampaikan laporan setiap bulannya kepada Gubernur
dengan tembusan kepada Bank Dunia (World Bank).

Kerangka Kebijaksanaan dalam Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali 12


Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP)

4. Propinsi bersama Dinas/Instansi terkait akan memantau dan membantu kepedulian


Pemerintah Kabupaten/Kota dalam upaya peningkatan proses pembinaan masyarakat
sebagaimana dimaksud dengan kerangka kebijaksanaan ini.

6.5 Koordinasi
1. Laporan-laporan dan sumber anggaran pendanaan untuk pelaksanaan pengadaan tanah,
survey / penyuluhan, konsultasi, pembinaan dan pemukiman kembali sebagaimana
dimaksud dengan Kerangka Kebijaksanaan ini harus dikoordinasikan dengan Unit
Pelaksana Proyek EIRTP di Kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Propinsi
terkait.
2. Pengaturan umum akan dimuat dalam Rencana Pelaksanaan Proyek. Perincian anggaran
dan sumbemya akan dimuat dalam RK-PTPKP (Rencana Kerja Pengadaan Tanah,
Pemukiman Kembali dan Pembinaan) yang diterbitkan oleh Bupati/Wa1ikota sesuai
dengan persetujuan sumber anggaran yang bersangkutan.
3. Unit Pelaksana Proyek EIRTP di Propinsi terkait akan mengukuhkan RK-PTPKP dan
disampaikan kepada Bank Dunia untuk dikaji dan mendapatkan persetujuan.
4. Suatu badan independen akan bertugas secara berkala untuk melaksanakan pemantauan
dan evaluasi eksternal terhadap pelaksanaan RK-PTPKP. Badan tersebut akan
mempunyai tenaga ahli yang berkualitas dan berpengalaman serta Kerangka Acuan yang
diterima Bank Dunia.

Kerangka Kebijaksanaan dalam Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali 13

También podría gustarte