Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Daftar isi
KATA PENGANTAR........................................................................................................I
KATA PENGANTAR
Peningkatan kapasitas dan jaringan jalan akan memerlukan pengadaan tanah. Seluruh proyek yang
memerlukan pengadaan lahan agar memperhatikan adanya proses pemukiman kembali dan proses
pembebasan tanah, oleh karenanya proyek harus mempertimbangkan kemungkinan pemukiman
kembali sejak tahap awal dan rencana serta langkah-langkah dalam proses pembebasan tanah agar
tidak terjadi hambatan dalam pekerjaan dan tidak terjadi dampak-dampak yang merugikan pada
pelaksanaannya.
BAB I – PENGERTIAN
1. Dalam pelaksanaan proyek mungkin akan membutuhkan tanah dan bangunan. Tanah dan
bangunan yang terkena pembangunan untuk kepentingan umum, akan dibebaskan.
2. Orang-orang yang dipindahkan berhak untuk menerima biaya penggantian kerugian nyata
yang wajar. Biaya ganti rugi yang nyata berarti (i) lahan pertanian : berdasarkan pada harga
pasar tanah di lokasi yang terkena proyek sesuai produktivitas atau penggunaannya. Besar
gantirugi, tergantung mana lebih besar pada saat pra-proyek atau pra-pemindahan, ditambah
biaya penyiapan tanah sampai mencapai kondisi semula serta biaya registrasi dan biaya
pemindahan haknya; (ii) tanah di daerah perkotaan : sesuai harga pasar pada saat pra-
pemindahan dari tanah dengan ukuran dan penggunaan serta pelayanan sarana dan prasarana
yang sama atau lebih baik di sekitar lokasi tanah terkena proyek, ditambah dengan biaya
regristrasi dan biaya pemindahan hak milik; dan (iii) perumahan dan bangunan lainnya :
gantirugi berdasarkan pada harga pasar material untuk membangun bangunan pengganti atau
membangun sebagian bangunan yang terkena proyek. Biaya-biaya akan mencakup juga biaya
transport material, tenaga kerja, dan kontraktor serta biaya registrasi dan biaya pemindahan
hak. Dalam menentukan biaya penggantian ini, depresiasi aset dan nilai sisa material tidak
diperhitungkan, ataupun tidak ada pengurangan nilai aset terkena proyek oleh adanya
tambahan penambahan penerimaan akibat Proyek.
3. Seandainya musyawarah mengenai bentuk dan besar kompensasi ini telah dilakukan
berulang-ulang dalam waktu yang lama namun tidak juga dicapai konsensus, pemecahannya
akan diresolusi dengan mengacu kepada Keppres Nomor 55 tahun 1993. Keppres ini
menyatakan bahwa setelah gagal dalam mencapai kesepakatan dengan pihak Panitia
Pengadaan Tanah (PPT), pemilik mempunyai hak untuk mengajukan keberatan kepada
Gubernur (Pasal 20 ayat 1) agar dapat mengadakan negosiasi lebih lanjut (Pasal 20 ayat 2).
Apabila para pemegang hak tidak puas, Gubernur melimpahkan penyelesaian kasus kepada
Menteri Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional melalui Menteri Dalam Negeri, dengan
tembusan kepada Menteri dari instansi yang memerlukan tanah dan Menteri Kehakiman
(Pasal 21 ayat 1 dan 2), untuk pertimbangan dan acuan bagi Presiden dalam membuat
keputusan terakhir (pasal 21 ayat 3 dan 4). Meskipun proses penyelesaian ini memerlukan
waktu yang lama, namun mempunyai titik akhir yang jelas.
4. Tujuan dari kerangka kebijaksanaan ini adalah untuk menyediakan pedoman dan serangkaian
prosedur pencapaian kesepakatan dalam bentuk dan besaran kompensasi yang adil terhadap
orang-orang yang dipindahkan. Kerangka ini menjamin bahwa orang-orang yang dipindahkan
akan menerima kompensasi yang wajar dan tidak ada penduduk yang diperlakukan tidak adil
dengan ganti rugi yang rendah, atau tidak ada penggantian yang tidak adil dengan
memberikan ganti rugi yang nilainya per meter pesegi lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
jual tanah di daerah yang berdekatan.
Sebagai bagian dari proses perencanaan dan pengadaan tanah, Kepedulian Pemerintah
Kabupaten/Kota dimana pengadaan tanah dilokasikan terlebih dahulu akan melakukan
survai baseline dengan metoda sensus untuk (i) menentukan jumlah penduduk yang terkena
proyek untuk menghindari masuknya orang-orang yang mencoba mengambil keuntungan
dari kebijaksanaan ini, dan (ii) mengumpulkan data tentang kondisi sosial ekonomi
penduduk dan kondisi proyek.
Survai Garis Dasar dilakukan pada awal persiapan proyek, untuk mengidentifikasi warga
yang tinggal di daerah proyek dan untuk mendapat informasi mengenai penduduk, tanah dan
bangunan yang mungkin terkena proyek.
Tanggal pelaksanaan survey sosial ekonomi akan menjadi batas akhir pencatatan penduduk
di daerah proyek yang akan menerima ganti rugi, pemukiman kembali serta pemindahan dan
pembinaan/rehabilitasi.
Survai sosial ekonomi akan dilakukan setelah desain proyek tersedia, dan dimaksudkan
untuk memperoleh gambaran rinci mengenai orang yang dipindahkan dan kemungkinan
dampak yang akan ditimbulkan oleh proyek. Kegiatan survai ini akan mencakup antara lain:
a) luas, kondisi, status tanah dan bangunan yang terkena proyek (disusun dalam tabel
kelompok yang terkena dampak : 0-25%, 25-50%, 50-75%, dan 75-100%);
b) jumlah orang yang dipindahkan yang terkena;
c) umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, standar hidup dan biaya hidup orang yang
dipindahakan serta mereka yang terpindahkan ;
d) jumlah, jenis dan besaran usaha formal maupun informal;
e) kemungkinan dampak positif dan negatif terhadap penduduk, aset budaya serta
lingkungan.
Survey tersebut akan mencakup seluruh orang uang dipindahkan yang tinggal di daerah
proyek, dan akan merupakan dasar bagi proses pengadaan tanah dan pemukiman kembali
(LARAP) baik penuh maupun sederhana.
3.2 Rencana Kerja Pengadaan Tanah, Pemukiman Kembali dan Pembinaan (RK-
PTPKP)
1. Berdasarkan hasil survey sebagaimana dimaksud sub bab 3.1, selanjutnya Kepedulian
Pemerintah Kabupaten/Kota menyiapkan rencana secara menyeluruh mengenai
pengambil-alihan aset untuk kepentingan Proyek, besarnya ganti rugi, pemukiman
kembaIi dan pembinaan orang-orang yang dipindahkan sesuai prinsip dasar Kerangka
Kebijaksanaan ini.
2. Lingkup dan kedalaman RK-PTPKP ini akan bervariasi sesuai dengan besaran dan
kerumitan dalam pemukiman kembali. EIRTP-2 setuju menyiapkan LARAP:
a) LARAP penuh berikut survey social ekonomi: lebih dari 200 orang dipindahkan
b) LARAP sederhana: kurang dari 200 orang dipindahkan
Kerangka LARAP penuh dengan survey social ekonomi dan LARAP sederhana
terlampir dalam PPL.
3. Rencana akan berdasarkan informasi yang mutakhir dan dapat dipercaya tentang: (a)
usulan pemukiman kembali dan dampaknya terhadap warga yang dipindahkan dan
kelompok yang dirugikan lainnya; dan (b) aspek hukum yang terkait dalam pemukiman
kembali. Berikut ini adalah hal-hal yang umumnya harus tercakup dalam penyiapan RK-
PTPKP dan harus diperhatikan sebagai pedoman umum dalam RK-PTPKP. Apabila ada
hal yang tidak relevan terhadap lingkungan Proyek, harus dicatat dalam rencana
pemukiman kembali:
(a) Deskripsi umum Proyek dan identifikasi areal Proyek.
(b) Identifikasi: (i) komponen atau kegiatan Proyek yang memerlukan pemukiman
kembali; (ii) wilayah dampak dari komponen atau kegiatan tersebut; (iii) alternatif
untuk menghindari atau mengurangi pemukiman kembali; dan (iv) ditetapkannya
mekanisme untuk mengurangi pemukiman kembali seminimal mungkin selama
pelaksanaan Proyek.
(c) Tujuan utama program pemukiman kembali.
(d) Hasil-hasil studi sosial ekonomi yang dilaksanakan dalam tahap awal persiapan
Proyek dan dengan melibatkan warga yang mungkin dipindahkan termasuk hasil
survai garis dasar dan studi lainnya yang mencakup: (i) orang-orang yang
dipindahkan untuk menetapkan dasar desain program pemukiman kembali dan tidak
melibatkan arus hunian berikutnya yang tidak syah untuk menerima ganti rugi dan
pembinaan pemukiman kembali; (ii) standar rumah tangga yang terpindahkan,
termasuk uraian rumahtangga yang memiliki usaha produksi, dan tenaga kerja;
informasi dasar kehidupan (termasuk tingkat produksi dan pendapatan yang
dihasilkan melalui sektor formal dan informal yang relevan) dan standar hidup
(termasuk kesehatan) dari penduduk yang dipindahkan; (iii) besaran kerugian aset
(sebagian atau seluruhnya), dan meluasnya pemindahan (secara fisik atau ekonomi);
(iv) informasi kelompok rentan atau orang-orang rentan, yang memerlukan
penanganan khusus; dan (v) memberikan informasi terbaru tentang mata pencaharian
dan standar hidup warga yang dipindahkan secara berkala agar informasi terakhir
tersedia pada saat pemindahan mereka.
(e) Temuan-temuan analisis kerangka hukum.
(f) Temuan-temuan analisis kerangka kelembagaan.
(g) Penetapan warga yang dipindahkan dan kriteria penentuan ganti rugi dan pembinaan
pemukiman kembali lainnya yang memadai termasuk waktunya yang relevan.
(h) Metodologi yang digunakan dalam penilaian kerugian untuk menentukan biaya
penggantian; uraian jenis dan tingkat kompensasi yang diusulkan sesuai peraturan
setempat serta tindakan-tindakan tambahan yang perlu untuk memperoleh biaya
penggantian aset yang hilang.
(i) Uraian paket-paket kompensasi dan tindakan lainnya dalam pemukiman kembali
yang akan membantu masing-masing kategori warga yang dipindahkan dalam
mencapai tujuan sesuai dengan kerangka kebijaksanaan.
(j) Penentuan alternatif pemukiman baru dan penjelasan alternatif terpilih yang
mencakup: (i) penentuan kelembagaan dan teknis untuk identifikasi dan penyiapan
lokasi pemukiman baru, apakah di pedesaan atau perkotaan, yang merupakan
gabungan antara potensi produktif, keunggulan lokasi, dan faktor-faktor lain yang
secara komparatif lebih menguntungkan dari lokasi lama; rencana memperkirakan
waktu yang dibutuhkan dalam pembebasan dan pemindahan hak tanah dan
bangunan; (ii) langkah-langkah yang perlu dalam mencegah spekulasi tanah atau
berdatangannya orang-orang yang tidak berkepentingan ke lokasi proyek; (iii)
prosedur untuk relokasi fisik dibawah Proyek, termasuk jadwal untuk penyiapan dan
pemindahan hak di lokasi; dan (iv) peraturan yang mengatur hak-hak pemilikan dan
pemindahan hak kepada pemukim baru.
(k) Rencana untuk menyediakan atau membiayai fasilitas pemukim yang berupa
perumahan, prasarana dan pelayanan sosial; rencana menjamin pelayanan yang baik
untuk penduduk setempat; pengembangan lokasi yang perlu, desain teknik dan
arsitektur untuk fasilitas tersebut.
(l) Uraian batas-batas lokasi pemukiman kembali; dan pengkajian dampak lingkungan
terhadap usulan pemukiman kembali serta langkah-langkah penanggulangan dan
pengelolaan dampak (dikoordinasikan sesuai dengan kajian investasi yang
memerlukan pemukiman kembali).
(m) Partisipasi masyarakat, termasuk (i) deskripsi tentang strategi konsultasi dan
partisipasi pemukim baru dan penduduk setempat dalam rencana dan pelaksanaan
kegiatan pemukiman kembali; (ii) ringkasan persepsi dan bagaimana persepsi
tersebut diperhitungkan dalam penyiapan rencana pemukiman kembali; (iii) kaji
ulang alternatif pemukiman kembali ditawarkan dan pilihan dibuat oleh warga yang
dipindahkan sesuai dengan opsi yang tersedia, termasuk pilihan sehubungan dengan
bentuk kompensasi dan pembinaan pemukiman kembali, untuk pemindahan berupa
keluarga, atau berupa masyarakat atau kelompok keluarga untuk kelanjutan pola
organisasi kelompok yang ada serta mempertahankan akses terhadap warisan
budaya; dan (iv) Penentuan kelembagaan yang komunikatif dengan warga yang
dipindahkan sehingga bias menyalurkan perhatiannya kepada pimpinan proyek
selama perencanaan dan pelaksanaan serta langkah-langkah yang memastikan
kelompok tersebut diwakili sebagai masyarakat terasing, tidak punya tanah, dan
wanita.
(n) Langkah penanggulangan dampak pemukiman kembali terhadap masyarakat
setempat.
(o) Prosedur penyampaian keluhan.
(p) Kerangka organisasi dalam pelaksanaan pemukiman kembali, termasuk
identifikasilembaga / badan yang bertanggung jawab terhadap langkah-langkah
pemukiman kembali dan pemberian pelayanan.
(q) Jadwal pelaksanaan yang mencakup seluruh kegiatan pemukiman kembali dari mulai
persiapan sampai pelaksanaan termasuk jadwal pencapaian manfaat yang diharapkan
pemukim dan penduduk setempat serta mengakhiri beberapa bentuk pembinaan.
(r) Biaya dan anggaran
(s) Penetapan kegiatan pemantauan pemukiman kembali oleh badan pelaksana,
ditambah oleh pemantau independen yang diperkirakan memadai oleh pihak Bank
Dunia.
3. Konsultasi secara berkala akan dilakukan dengan seluruh orang yang dipindahkan, dan
seluruh stakeholder lain termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) selama
perencanaan dan pelaksanaan RK-PTPKP.
4. RK-PTPKP diuraikan dalam butir 1 dari Sub-bab ini yang disiapkan oleh PIU dan
kemudian diserahkan ke Bank Dunia melalui PMU untuk memperoleh persetujuan.
Setelah Bank Dunia menyetujui, dokumen ini akan ditetapkan sebagai Keputusan Bupati
/ Walikota, Kepala Daerah Kabupaten maupun Kota dilokasi pengadaan tanah.
5. Bank Dunia akan mengeluarkan Surat Tidak Berkeberatan (NOL) untuk
penandatanganan Kontrak suatu Proyek yang memerlukan RK-PTPKP setelah menerima
laporan progress dari PMU yang menunjukkan berjalannya pelaksanaan RK-PTPKP oleh
Pemerintah, termasuk pengadaan tanah-tanah dalam lokasi kritis.
2. Rencana Kerja Pengadaan Tanah, Pemukirnan Kembali dan Pembinaan (RK- PTPKP)
beserta lampiran dan petanya akan diumumkan dan dipasang pada Kantor Proyek, Kantor
Kelurahan, dan RW selama persiapan dan pelaksanaan proyek.
3.4 Konsultasi
1. Konsultasi Penyuluhan dengan seluruh orang-orang yang dipindahkan dan seluruh
stakeholder termasuk LSM, dimulai sejak kesempatan awal dan dilanjutkan pada proses
tahap perencanaan, studi kelayakan dan proses desain.
2. Pada saat penyuluhan, dilakukan konsultasi dan tukar pikiran untuk menyerap pendapat
dan saran-saran warga mengenai proyek, gantirugi, penampungan, upaya untuk
mengurangi dampak negatif proyek, serta prosedur untuk menanggapi dan mengatasi
masalah setempat. Warga masyarakat yang telah lama tinggal di lokasi penampungan
juga akan diajak konsultasi. Konsultasi ini memberikan masukan yang berharga dalam
rangka meningkatkan kualitas perencanaan proyek dan pelaksanaannya.
4.1 Kompensasi
1. Orang-orang yang dipindahkan akan mendapat ganti kerugian. Ganti kerugian atas tanah,
bangunan, dan aset yang terlekat ditetapkan sebagai biaya penggantian nyata sesuai yang
ditetapkan dalam Bab 2, butir 2. Ganti kerugian tersebut disepakati dalam musyawarah
antara pihak proyek dan orang-orang yang dipindahkan berdasarkan biaya penggantian
nyata tersebut.
2. Kompensasi untuk pohon, tanaman dan harta lainnya disesuaikan dengan standard harga
per pohon dari instansi yang relevan dengan memperhitungkan harga pasar setempat.
3. Tidak ada orang-orang yang dipindahkan diambil tanah dan asetnya tanpa menerima
kompensasi yang wajar.
4. Sistem pemantauan dan evaluasi untuk jalannya proses kompensasi akan dilaksanakan
untuk menjamin bahwa orang-orang yang dipindahkan telah menerima kompensasinya
sesuai dengan yang dijelaskan di atas. Pemantauan akan dilaksanakan oleh lembaga
independen setempat (misalnya Perguruan Tinggi) dan akan berupa survey sensus atau
sampling tergantung pada jumlah rumah tangga yang terkena proyek. Laporan mengenai
hasil dan rekomendasinya akan dipublikasikan.
2. Penduduk yang menguasai tanah pada lahan pemukiman, komersial, atau industri di
lokasi proyek, tetapi belum mempunyai sertifikat atau bukti pemilikan yang sah;
3. Penduduk yang menduduki tanah pada lahan prasarana dan sarana umum seperti : di atas
sungai, jalan, taman atau sarana kepentingan umum lainnya di daerah proyek;
4. Penduduk yang berstatus sebagai penyewa.
4.6 Penduduk yang mempunyai Sertifikat yang sah berupa Hak Girik atau Adat
1. Penduduk yang terkena proyek, yang mempunyai sertifikat, girik atau hak adat,
mendapat ganti rugi atas tanah, bangunan dan aset yang terlekat sesuai dengan status
pemilikan dan kondisi lingkungannya.
2. Penduduk yang tersebut pada butir sub-bab 4.6 butir 1 yang terpindahkan oleh proyek,
dapat memilih ganti rugi tunai atau bentuk lainnya seperti tersebut dalam sub-bab 4.3.
3. Hak tanah pada lokasi yang baru tersebut akan berstatus sama atau lebih tinggi dari hak-
hak yang semula dimilikinya, dan sertifikat akan diterbitkan dalam waktu enam bulan
setelah pemindahan penduduk.
4. Mereka mendapat biaya transport untuk memindahkan barang-barangnya.
5. Mereka juga mendapat bantuan dan pembinaan untuk meningkatkan kemampuannya
untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik.
4.7 Penduduk yang menguasai tanah pada lahan pemukiman, komersial, atau
industri di lokasi proyek, tetapi belum mempunyai sertifikat atau bukti
pemilikan yang syah.
1. Penduduk yang terkena proyek, yang terdaftar dalam survey dasar, yang menguasai tanah
dalam daerah pemukiman, komersial, atau industri pada lokasi proyek, tetapi belum
mempunyai sertifikat, girik atau hak adat, mendapat ganti rugi atas tanah, bangunan dan
aset yang terlekat sesuai dengan lamanya tinggal dan nilai asetnya.
2. Penduduk yang tersebut pada sub-bab 4.1 butir 1, yang terdaftar pada survey dasar, yang
terpindahkan oleh proyek, dapat memilih ganti rugi tunai atau bentuk lainnya seperti
tersebut dalam sub-bab 4.3.
3. Hak tanah pada lokasi yang baru tersebut akan berstatus hakpakai atau hak yang lebih
tinggi, dan sertifikatnya akan diterbitkan dalam waktu enam bulan setelah pemindahan
penduduk.
4. Orang-orang yang dipindahkan mendapat biaya transport untuk memindahkan barang-
barangnya.
5. Orang-orang yang dipindahkan juga mendapat bantuan rehabilitasi dan pembinaan dari
kepedulian Kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota untuk meningkatkan keterampilan
mengembangkan kehidupan yang lebih baik (dalam koordinasi dengan pihak Bapedalda,
Tim Pemukiman Kembali dan Pembinaan (TPKP), dan Panitia Pengadaan Tanah (PPT))
seperti diuraikan Bab 5.
4.8 Penduduk yang menguasai tanah pada lahan prasarana dan sarana umum
1. Orang-orang yang dipindahkan, yang terdaftar pada survey dasar, yang menguasai tanah
pada lahan prasarana umum akan mendapat ganti rugi atas bangunan dan aset yang
terlekat dan akan menerima rehabilitasi/pembinaan yang cukup untuk mencapai tujuan
Kerangka Kebijaksanaan ini yaitu memperbaiki setidak-tidaknya perbaikan standar hidup
Warga Terkena Proyek.
2. Orang-orang yang dipindahkan yang tersebut pada sub-bab 4.8 nomor 1 yang terdaftar
pada survey dasar, yang terpindahkan oleh proyek, akan dibantu pemindahannya dengan
mendapat uang sewa selama enam bulan.
3. Orang-orang yang dipindahkan yang tersebut pada sub-bab 4.8 nomor 1, dapat dibantu
mencari rumah sewa, atau mengadakan tanah pemukiman yang dapat disewa atau
disewa-beli dengan angsuran yang terjangkau.
4. Orang-orang yang dipindahkan yang tersebut pada sub-bab 4.8 nomor 1, mendapat biaya
transport untuk memindahkan barang-barangnya.
5. Orang-orang yang dipindahkan yang tersebut pada sub-bab 4.8 nomor 1, akan menerima
bantuan dan pembinaan Kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota untuk meningkatkan
kemampuan mereka mengembangkan kehidupan yang lebih baik (dalam koordinasi
dengan pihak Bapedalda, Tim Pemukiman Kembali dan Pembinaan (TPKP), dan Panitia
Pengadaan Tanah (PPT)) seperti diuraikan Bab 5.
BAB 5 - PEMBINAAN
6.5 Koordinasi
1. Laporan-laporan dan sumber anggaran pendanaan untuk pelaksanaan pengadaan tanah,
survey / penyuluhan, konsultasi, pembinaan dan pemukiman kembali sebagaimana
dimaksud dengan Kerangka Kebijaksanaan ini harus dikoordinasikan dengan Unit
Pelaksana Proyek EIRTP di Kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Propinsi
terkait.
2. Pengaturan umum akan dimuat dalam Rencana Pelaksanaan Proyek. Perincian anggaran
dan sumbemya akan dimuat dalam RK-PTPKP (Rencana Kerja Pengadaan Tanah,
Pemukiman Kembali dan Pembinaan) yang diterbitkan oleh Bupati/Wa1ikota sesuai
dengan persetujuan sumber anggaran yang bersangkutan.
3. Unit Pelaksana Proyek EIRTP di Propinsi terkait akan mengukuhkan RK-PTPKP dan
disampaikan kepada Bank Dunia untuk dikaji dan mendapatkan persetujuan.
4. Suatu badan independen akan bertugas secara berkala untuk melaksanakan pemantauan
dan evaluasi eksternal terhadap pelaksanaan RK-PTPKP. Badan tersebut akan
mempunyai tenaga ahli yang berkualitas dan berpengalaman serta Kerangka Acuan yang
diterima Bank Dunia.