Está en la página 1de 17

DISTRIBUSI PENDAPATAN

Mata Kuliah : Ekonomi Syari’ah

Dosen : An’im Fattach, M. Hi

Disusun Oleh :

1. Adi Supriyanto (0721100)


2. Ahmad Afif Firhansyah (0721100)
3. Ahmad Rovi’ul Navi (0721100)
4. Baihaqi Qomaruz Z (0721100)
5. Muhammad Fakhrurrijal (0721100)
6. Musriful Ibad (0721100)
7. Rizqi Rahman Putra N (0721100)

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


PRODI S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
TAHUN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala. Shalawat serta
salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, serta umatnya yang selalu istikamah hingga yaumulakhir.

Alhamdulillah, dengan Izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang


berjudul “Distribusi Pendapatan”. Semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi kita semua. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................II
BAB I................................................................................................................................4
Pendahuluan...................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
Isi...................................................................................................................................5
A. Pengertian dan Prinsip Distribusi Pendapatan................................................5
B. Sektor-Sektor Distribusi Pendapatan dalam Islam........................................10
C. Tujuan Distribusi Pendapatan Islam.............................................................11
D. Distribusi Pendapatan dalam Pandangan Islam............................................12
BAB III...........................................................................................................................16
Penutup........................................................................................................................16
Kesimpulan..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era globaisasi ini banyak kita lihat kesenjangan sosial yang
terjadi di dalam masyarakat antara yang kaya dan yang miskin. Hal ini
salah satunya dikarenakan adanya ketidakmerataan dalam distribusi
pendapatan ataupun tidak diaplikasikan dengan maksimal distribusi
pendapatan di dalam masyarakat.
Distribusi pendapatan adalah penyaluran pendapatan ke tiap
anggota masyarakat dari hasil pekerjaan, jasa atau niaga. Distribusi
pendapatan adalah bagaimana tingkat penyebaran pendapatan di suatu
wilayah atau daerah.

2.1 Rumusan Masalah


 Apakah Pengertian dan Prinsip Distribusi Pendapatan?
 Apa Sektor-Sektor Distribusi Pendapatan?
 Apa Tujuan Distribusi Pendapatan Islam?
 Bagaimana Distribusi Pendapatan dalam Pandangan Islam?

3.1 Tujuan
 Untuk Mengetahui Pengertian Dan Prinsip Distribusi Pendapatan.
 Untuk Mengetahui Sektor-Sektor Distribusi Pendapatan.
 Untuk Mngetahui Lebih Detail Lagi Tujuan Distribusi Pendapatan.
 Untuk Mengetahui Distribusi Pendapatan dalam Pandangan Islam.
BAB II
ISI

2.1 Pengertian dan Prinsip Distribusi pendapatan


1. Pengertian Distribusi Pendapatan
Istilah ini terdiri atas 2 kata, yaitu distribusi dan pendapatan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), distribusi bermakna
pembagian, penyaluran, dan pengiriman, sedangkan pendapatan
artinya adalah hasil kerja usaha, pencarian, dan sebagainya. Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa distribusi pendapatan adalah
suatu usaha penyaluran dan pembagian hasil kerja usaha, niaga,
ataupun jasa dengan berupa harta atau uang kepada setiap anggota
masyarakat. Muhammad Anas Zarqa, dalam makalahnya mengatakan
bahwa distribusi memiliki 4 makna utama, yaitu : Pertukaran
(exchange), sumbangan sukarela (voluntary contribution), dan
Kepemilikan sosial (social authority). “Distribusi pendapatan dapat
diartikan sebagai sumbangan sukarela menurut prinsip-prinsip
kebutuhan dan kewajiban-kewajiban moral tanpa menggunakan
kekuatan kekuasaan atau kepemilikan.” Distribusi pendapatan adalah
penyaluran pendapatan ke tiap anggota masyarakat dari hasil
pekerjaan, jasa atau niaga. Distribusi pendapatan adalah bagaimana
tingkat penyebaran pendapatan di suatu wilayah atau daerah.
Apabila dalam suatu wilayah terjadi ketimpangan kekayaan, itu
artinya distribusi pendapatan di wilayah tersebut belum berjalan
dengan efektif. Ketimpangan kekayaan yang menciptakan jurang
pemisah antara yang kaya dan yang miskin tersebut bisa jadi karena
kesalahan sistem dalam distribusi pendapatan atau bisa jadi karena
sistem yang ada belum diaplikasikan secara maksimal dalam
kehidupan.
a. Menurut konsep ekonomi umum
Distribusi adalah klasifikasi pembayaran berupa sewa,
upah, bunga modal dan laba, yang berhubungan dengan tugas-
tugas yang dilaksanakan oleh tenaga kerja, modal dan pengusaha-
pengusaha. Dalam proses distribusi penentuan harga yang
dipandang dari si penerima pendapatan bukanlah dari sudut si
pembayar biaya-biaya, distribusi juga berarti sinonim untuk
pemasaran. Kadang-kadang distribusi dinamakan sebagai
functional distribution.
Pendapatan juga diartikan sebagai suatu aliran uang atau
daya beli yang dihasilkan dari penggunaan sumber daya properti
manusia. Menurut Winardi pendapatan secara teori ekonomi
adalah hasil berupa uang atau hasil materi lainnya yang dicapai
dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Dalam
pengertian pembukuan pendapatan diartikan sebagai pendapatan
sebuah perusahaan atau individu.
Sementara kekayaan diartikan oleh Winardi sebagai segala
sesuatu yang berguna dan digunakan oleh manusia. Istilah ini juga
digunakan dalam arti khusus seperti kekayaan nasional. Sedang
Sloan dan Zurcher mengartikan kekayaan sebagai objek-objek
material yang ekstern bagi manusia yang bersifat: berguna, dapat
dicapai dengan angka. Kebanyakan ahli ekonomi tidak
menggolongkan dalam istilah kekayaan hak milik atas harta
kekayaan, misalnya saham. Karena dokumen tersebut dianggap
sebagai bukti hak milik atas kekayaan, jadi bukan kekayaan itu
sendiri. Distribusi ditinjau dari segi kebahasaan berarti proses
penyimpanan dan penyaluran produk kepada pelanggan.
Distribusi pendapatan dan kekayaan dalam masa sekarang
ini merupakan suatu permasalahan yang sangat penting dan rumit
dilihat dari keadilannya dan pemecahannya yang tepat bagi
kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh masyarakat. Tidak
diragukan lagi bahwa pendapatan sangat penting dan perlu, tapi
yang lebih penting lagi adalah cara distribusi. Jika para penghasil
itu rajin dan mau bekerja keras, mereka akan dapat meningkatkan
kekayaan negara, akan tetapi jika distribusi kekayaan itu tidak
tepat maka sebagian besar kekayaan itu akan masuk ke dalam
kantong para kapitalis, sehingga akibatnya banyak masyarakat
yang menderita kemiskinan dan kelebihan kekayaan negara tidak
mereka nikmati. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat itu sepenuhnya tergantung
pada hasil produksi itu sendiri, tapi juga pada distribusi
pendapatan yang tepat. Kekayaan mungkin bisa dihasilkan secara
berlebihan di setiap negara, tapi distribusi tidak berdasarkan pada
prinsip-prinsip dan kebenaran keadilan, sehingga negara tersebut
belum dikatakan berhasil.
b. Menurut Konsep ekonomi Islam
Distribusi pendapatan merupakan suatu proses pembagian
(sebagian hasil penjualan produk) kepada faktor-faktor produksi
yang ikut menentukan pendapatan. Adapun prinsip utama dalam
konsep distribusi menurut pandangan Islam ialah peningkatan dan
pembagian hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat
ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah
dengan merata dan tidak hanya beredar di antara golongan
tertentu saja. Selain itu, ada pula pendapat yang menyatakan
bahwa posisi distribusi dalam akvitas ekonomi suatu
pemerintahan amatlah penting, hal ini dikarenakan distribusi itu
sendiri menjadi tujuan utama dari kebijakan fiskal dalam suatu
pemerintahan (selain fungsi alokasi). Adapun distribusi,
seringkali diaplikasikan dalam bentuk pungutan pajak (baik pajak
yang bersifat individu maupun pajak perusahaan). Akan tetapi
masyarakat juga dapat melaksanakan swadaya melalui
pelembagaan ZIS, di mana dalam hal ini pemerintah tidak terlibat
langsung dalam mobilisasi pengelolaan pendapatan ZIS yang
diterima. Sementara Anas Zarqa mengemukakan bahwa definisi
distribusi itu sebagai suatu transfer dari pendapatan kekayaan
antara individu dengan cara pertukaran (melalui pasar) atau
dengan cara lain, seperti warisan, sedekah, wakaf dan zakat.
Dari definisi yang dikemukakan oleh Anas Zarqa di atas,
dapat diketahui bahwa pada dasarnya ketika kita berbicara tentang
aktivitas ekonomi di bidang distribusi, maka kita akan berbicara
pula tentang konsep ekonomi yang ditawarkan oleh Islam. Hal ini
lebih melihat pada bagaimana Islam mengenalkan konsep
pemerataan pembagian hasil kekayaan negara melalui distribusi
tersebut, yang tentunya pendapatan negara tidak terlepas dari
konsep-konsep Islam, seperti zakat, wakaf, warisan dan lain
sebagainya.
2. Prinsip Distribusi Pendapatan
Distribusi harta kekayaan merupakan masalah yang sangat urgen
dalam mewujudkan pemerataan ekonomi masyarakat. Pentingnya
distribusi harta kekayaan dalam ekonomi Islam tidak berarti tidak
memperhatikan keuntungan yang diperoleh dari produksi. Maka
dalam distribusi, ada beberapa prinsip dasar, yaitu sebagai berikut:
a. Prinsip keadilan atau pemerataan
 Kekayaan tidak boleh dipusatkan pada sekelompok orang
saja, tetapi harus menyebar kepada seluruh masyarakat.
 Macam-macam faktor produksi yang bersumber dari
kekayaan nasional harus dibagi secara adil. Islam
menginginkan persamaan kesempatan dalam meraih harta
kekayaan, terlepas dari tingkatan sosial, kepercayaan dan
warna kulit. Islam menjamin akan tersebarnya harta kekayaan
di masyarakat dengan adanya distribusi yang adil.
b. Prinsip persaudaraan atau kasih saying
 Menggambarkan adanya solidaritas individu dan sosial dalam
masyarakat Islam, bentuk nyata ini tercermin pada pola
hubungan sesama muslim. Rasa persaudaraan sejati yang
tidak akan terpecah-belah oleh kekuatan-kekuatan duniawi
inilah yang mempersatukan individu ke dalam masyarakat.
 Peradaban manusia mencapai tingkat universalitas yang
sesungguhnya, yaitu adanya saling bersandar, saling
membutuhkan yang dihayati oleh seorang muslim maupun
masyarakat Islam yang akan memperkokoh solidaritas
seluruh anggota masyarakat dalam aspek kehidupan yang
termasuk juga aspek ekonomi.

a. Prinsip jaminan sosial


- Prinsip pokok dalam distribusi kekayaan. Tidak hanya sebagai prinsip semata,
melainkan menggariskan dan menentukannya dalam sistem yang sempurna
seperti zakat, sedekah dan lain-lain.
- Prinsip ini memuat beberapa elemen dasar, yaitu: pertama, bahwa SDA harus
dinikmati oleh semuah makhluk Allah. Kedua, adanya perhatian terhadap
fakir miskin terutama oleh orang yang punya uang. Ketiga, kekayaan tidak
boleh dinikmati dan hanya berputar pada kalangan orang kaya saja. Keempat,
perintah untuk berbuat baik kepada orang lain. Kelima, orang Islam yang
tidak punya kekayaan harus mampu dan mau menyumbangkan tenaganya
untuk kegiatan sosial. Keenam, larangan berbuat baik karena ingin dipuji
orang (riya’). Ketujuh, jaminan sosial itu harus diberikan kepada mereka yang
telah disebutkan dalam al-Qur’an sebagai pihak yang berhak atas jaminan
sosial itu.
Larangan Riba
Pelarangan riba merupakan permasalahan penting dalam ekonomi Islam,
terutama karena riba secara jelas dilarang dalam al- Qur’an. Jika
dihubungkan dengan masalah distribusi maka riba dapat mempengaruhi
meningkatnya masalah distribusi, yakni: berhubungan dengan distribusi
pendapatan antara bankir dan masyarakat secara umum, serta nasabah secara
khusus dalam kaitannya dengan bunga bank.
Larangan Menumpuk Harta
Islam membenarkan hak milik pribadi, namun tidak membenarkan
penumpukan harta benda pribadi sampai batas-batas yang dapat merusak
fondasi sosial Islam. Apabila terjadi yang demikian, maka pemerintah
dibenarkan dengan kekuasaannya untuk mengambil secara paksa harta tersebut
demi kepentingan masyarakat.
Jika sekarang sesuai dengan prinsip larangan menumpuk harta di atas,
seharusnya dalam masyarakat akan terjadi pengambilan harta secara paksa
terhadap masyarakat yang mampu untuk diserahkan sebagian hartanya kepada
masyarakat yang membutuhkan. Tetapi itu tidak terealisasikan.
A. Sektor-Sekotor Distribusi Pendapatan Dalam Islam
Peran institusi dalam distribusi dapat dipahami melalui beberapa sektor
berikut:
1. Sektor Pemerintahan
Kesejahteraan masyarakat dapat terwujud jika pemerintah benar-benar
berperan dalam mencukupi kebutuhan masyarakat, baik dasar/primer,
sekunder, mapun tersier. Atas dasar itu, pemerintah dilarang untuk
berhenti pada pemenuhan kebutuhan dan pelayanan primer masyarakat
saja, namun harus berusaha untuk mencukupi seluruh kebutuhan
komplemen lainnya selama tidak bertentangan dengan syariah sehingga
tercipta kehidupan masyarakatyang sejahtera.
Peran pemerintah dalam distribusi diperlukan terutama jika pasar
tidak mampu menciptakan distribusi secara adil dan ada faktor
penghambat untuk terciptanya mekanisme pasar yang efisien. Pemerintah
memiliki otoritas untuk menghilangkanhambatan tersebut karena
ketidakmampuan atau kurang sadarnya masyarakat.
Masalah penimbunan yang marak dilakukan pengusaha, monopoli
dan oligopoli pengusaha besar pada komoditas tertentu, asimetris
informasi, terputusnya jalur distribusi dengan menghalangi barang yang
akan masuk ke pasar, maupun cara-cara lain yang dapat menghambat
mekanisme pasar.
Pemerintah bertugas menegakkan kewajiban yang harus
dilaksanakan setiap individu dan menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran
yang dilakukan, tugas pemerintah mengubah teori menjadi kenyataan,
mengubah norma menjadi undang-undang, dan memindahkan keindahan
etika menjadi tindakan sehari-hari. Pemerintah juga berperan sebagai
penjamin terciptanya distribusi yang adil serta menjadi fasilitator
pembangunan manusia dan menciptakan kesejahteraan masyarakat.
2. Sektor Publik
Kesejahateraan ekonomi merupakan hasil dari kerja seluruh elemen
yang ada di masyarakat, baik pemerintah, keluarga maupun masyarakat.
Dalam menciptakan keadilan ekonomi, bukan hanya tanggung jawab
pemerintah namun juga merupakan kewajiban masyarakat untuk
mewujudkannya. Dengan menyadari setiap individu dalam masyarakat
membutuhkan individu yang lainnya, maka masyarakat bekerja tidak
selalu untuk kepentingan dirinya, namun juga untuk kepentingan orang
lain.
Antara muslim satu dan muslim lainnya ibarat satu tubuh yang
saling melengkapai antara satu dan lainnya. Meskipun manusia diciptakan
berbeda-beda, namun dengan perbedaan itulah setiap manusia dapat
berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk kepentingan masyarakat secara
berbeda-beda. Masyarakat dituntut untuk menyadari akan peran
pentingnya dalam menciptakan keadilan distribusi dan mempersempit
kesenjangan ekonomi dengan menunaikan kewajiban zakat, mewakafkan
sebagian harta yang dimiliki untuk kepentingan masyarakat, mengaktifkan
hukum waris sebagai jaminan terhadap keluarga, berinfak serta bersedekah
sebagai penyediaan layanan sosial.
Secara makro peran ekonomi Islam dalam menciptakan keadilan
ekonomi di Indonesia dapat diharapkan melalui aplikasi kebijakan
ekonomi, optimalisasi peran institusi distribusi seperti pemerintah dan
masyarakat, sehingga melahirkan kesadaran baik pemerintah maupun
masyarakat dalam menciptakan keadilan ekonomi dengan
mengaplikasikan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dan berpihak
pada masyarakat, bukan pada segelintir orang atau kelompok yang
memiliki kepentingan, sehingga bangsa ini semakin jauh dari
kesejahteraan.

B. Tujuan Distribusi Pendapatan Islam


Distribusi sama dengan produksi dan konsumsi yang mana mempunyai tujuan,
di antara tujuan-tujuan itu adalah:
1) Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
Moral yang paling penting dan efektif yang Allah perintahkan adalah untuk
menyebarkan kesejahteraan nasional melalui prinsip kekayaan yang melebihi
kebutuhan yang tersisa setelah semua kebutuhan terpenuhi. Orang Islam
diperintahkan untuk memerintahkan hartanya sampai kebutuhan fakir miskin
terpenuhi.
2) Mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat.
Apabila terjadi perbedaan ekonomi yang mencolok antara yang kaya dan
miskin akan mengakibatkan adanya sifat saling benci yang pada akhirnya
melahirkan sikap permusuhan dan perpecahan dalam masyarakat.
3) Untuk mencucikan jiwa dan harta.
Orang yang mampu mendistribusikan hartanya akan terhindar dari sifat kikir,
dan akan menguatkan tali persaudaraan antar sesama manusia.
4) Untuk membangun generasi yang unggul.
Distribusi juga bertujuan untuk membangun generasi penerus yang unggul,
khususnya dalam bidang ekonomi, karena generasi muda merupakan penerus
dalam sebuah kepemimpinan suatu bangsa.
5) Untuk mengembangkan harta.
Pengembangan ini dapat dilihat dari dua sisi. Yang pertama sisi spiritual,
berdasarkan al Qur’an dalam surat al Baqarah:276.
‫ار َأثِ ٍيم‬ ِ ۗ َ‫ص َد ٰق‬
ٍ َّ‫ت َوٱهَّلل ُ اَل يُ ِحبُّ ُك َّل َكف‬ َّ ‫يَمۡ َحقُٱللَّهُٱلرِّ بَ ٰو ْا َوي ُۡربِي ٱل‬
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”

Kedua, sisi ekonomi, dengan adanya distribusi harta kekayaan maka akan
mendorong terciptanya produktivitas, daya beli dalam masyarakat akan
meningkat.

C. Distribusi Pendapatan Dalam Pandangan Islam


Apabila kita memperhatikan dengan cermat, sangat jelas kita temukan banyak
sekali kekurangan yang ada pada sistem distribusi pendapatan kapitalis dan
sosialis dalam mengatasi masalah ketimpangan kekayaan masyarakat. Hal ini
tidaklah aneh, karena begitulah sistem yang diciptakan oleh manusia.
Islam, bukanlah hanya sekedar agama yang mengatur masalah ritual semacam
wudu, salat, haji, atau yang semacamnya yang berkaitan dengan muamalah, lebih
dari itu, Islam adalah sebuah agama yang mengatur seluruh urusan kehidupan
manusia untuk kebaikan manusia itu sendiri.
1. Asas Distribusi Pendapatan dalam Islam
Distribusi dalam Islam tertumpu di atas 2 asas, yaitu asas keadilan dan
kebebasan.
a. Asas Kebebasan
Asas kebebasan dalam Islam adalah percaya pada Allah dan pada manusia.
Allah adalah Tuhan sekalian alam, Pengatur dan Pemilik segala urusan. Hanya
ditangan-Nyalah penciptaan, kematian, dan pengaturan rezeki. Islam
menerapkan kebebasan karena ia menganjurkan kepada umatnya untuk percaya
kepada Allah dan mengakui eksistensi manusia di muka bumi ini. Agar manusia
tetap eksis dalam menjalankan kewajibannya sebagai khalifah di bumi ini, maka
ia diberikan kebebasan untuk memiliki harta, berlomba mendapatkannya, dan
membelanjakannya.
b. Asas Keadilan
Kebebasan mutlak, sebagaimana dianut oleh paham kapitalis, bukanlah ajaran
Islam. Karena kebebasan yang diajarkan Islam adalah kebebasan yang terikat
dengan keadilan.
2. Langkah-Langkah dalam Distribusi Pendapatan
Secara praktik, dalam melakukan distribusi pendapatan, Islam mengambil
beberapa langkah nyata. Yaitu langkah hukum dan langkah moral.
a. Langkah hukum
Beberapa hal yang termasuk langkah hukum dalam distribusi pendapatan
dalam Islam adalah penerapan hukum waris, kewajiban zakat, larangan terhadap
riba, larangan terhadap penyembunyian harta, larangan boros dalam
membelanjakan, dan larangan berdagang dengan cara yang tidak sehat.
Dengan adanya sistem pembagian harta warisan, maka kekayaan akan dapat
berpindah kepemilikan sehingga bisa mencegah kemiskinan. Dengan
diwajibkannya zakat, orang fakir dan miskin akan mendapat bantuan dalam
memenuhi kebetuhan sehari-harinya sehingga dapat hidup dengan layak. Dalam
berbagai bentuk pelarangan, diharapkan seorang yang memiliki harta lebih dapat
menguasai hawa nafsunya untuk tidak memperkaya diri dengan cara yang
curang sehingga dapat hidup berdampingan satu sama lain tanpa ada jurang
pembatas di antara manusia.
Selain beberapa langkah di atas, terdapat sejumlah anjuran pada syariat Islam
yang berkaitan dengan usaha-usaha penyaluran kekayaan, di antaranya adalah:
1) Kharaj, atau pajak tanah yang diwajibkan pada pemilik tanah hasil
rampasan perang.
2) Jizyah, atau iuran wajib atas seseorang yang berstatus dzimmi.
3) `Usyr, atau pajak yang dipungut dari tanah cocok tanam.
4) Kaffarat, atau tebusan atas kesalahan yang telah dilakukan.
5) `Udhiyah, atau penyembelihan hewan kurban di Idul Adha.
Keseluruhan harta tersebut dikumpulkan di baitul mal yang dikelola negara
dan kemudian didistribusikan kepada yang berhak menerimanya.
b. Langkah moral
Tanggung jawab moral, untuk mencapai keadilan ekonomi yang ideal
sangatlah dianjurkan dalam Islam. Hal ini diaplikasikan dalam distribusi
pendapatan dengan adanya anjuran sedekah, Selain itu, ada beberapa macam
anjuran selain sedekah yang termuat dalam al-Qur`an, di antaranya adalah:
1) Qardh hasan, atau bentuk pemberian pinjaman bebas bunga pada orang-
orang yang membutuhkan.
2) Nudzur, atau perbuatan untuk menafkahkan kekayaan dalam jumlah
tertentu demi mendapat rida Allah jika tujuan yang diinginkan tercapai.
3) Waqf, atau pemberian secara suka rela untuk maslahat masyarakat umum.
3. Sewa, Upah, dan Bunga dalam Distribusi Pendapatan Islam
Ketiga hal primer ini sangatlah berkaitan dengan usaha pemerataan kekayaan
melalui distribusi pendapatan. Islam juga mengatur ketiga hal tersebut.
a. Sewa
Meskipun tidak ada dalil yang menyebutkan tentang pembayaran sewa,
dapatlah dirumuskan bahwa pembayaran sewa tidak termasuk sesuatu yang
dilarang dalam Islam, meskipun secara kasar ada persamaan antara pembayaran
sewa dan bunga. Hal ini dikarenakan pembayaran sewa adalah dari tanah,
sedangkan bunga adalah modal.
b. Upah
Buruh yang bekerja untuk seorang majikan atau sebuah pekerjaan, telah
dijamin kesejahteraanya dalam Islam. Hal ini sebagaimana disabdakan Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam haditsnya,”Berikan kepada seorang pekerja
upahnya sebelum keringatnya kering.”(HR. Ibnu Majah). Hakikatnya, dalam
masyarakat Islam, upah yang harus dibayarkan bukanlah sebuah keistimewaan,
akan tetapi sebuah hak asasi yang dijamin oleh negara.
c. Bunga
Larangan mengambil bunga dalam Islam adalah jelas, meskipun ada beberapa
kalangan yang berbeda pendapat. Di antara mereka berpendapat bahwa bunga
dan riba adalah dua hal yang berbeda. Namun, ijma` ulama menegaskan bahwa
setiap bunga atau tambahan atas modal yang dipinjamkan adalah riba.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, kita dapat mengambil inti sari atas apa yang telah
dirumuskan dalam perumusan masalah sebagai berikut:

1. Distribusi pendapatan adalah suatu usaha penyaluran dan pembagian hasil


kerja usaha, niaga, ataupun jasa dengan berupa harta atau uang kepada setiap
anggota masyarakat.
2. Ada beberapa sektor distribusi pendapatan, yaitu:
- Sektor pemerintahan;
- Sektor publik;
3. Distribusi pendapatan mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut:
- menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat;
- mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat;
- untuk mencucikan jiwa dan harta;
- untuk membangun generasi yang unggul;
- untuk mengembangkan harta.
1. Distribusi dalam Islam tertumpu di atas 2 asas, yaitu asas keadilan dan
kebebasan. Secara praktik, dalam melakukan distribusi pendapatan, Islam
mengambil beberapa langkah nyata. Yaitu langkah hukum dan langkah
moral. Islam tidak melarang sewa dan upah, tetapi melarang bunga.
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, Munawar. 1988. Distributive Justice and Need Fullfilment in an Islamic


Economy, International Institue of Islamic Economics. Pakistan: Islamabad.

Richard G. Lipsey dan Peter O. Steiner. 1985.Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta:


PT. Bina Aksara.

Saiful hadi, 2009. Study hadis ekonomi, bagaimanakah konsep distribusi dalam
islam.

Taqyuddin An Nabhani. 1996.Membangun Sistem Ekonomi Alternatif; Presepektif


Islam. Surabaya: Risalah Gusti.

Muhammad Abdul Mannan. 1993.Ekonomi Islam: Teori dan Praktik,


(terjemahan), Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf.

Rahman, Afzalur. 1995. Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2. Yogyakarta: Dana Bhakti
Wakaf.

Ahmad, Mustaq. 2001. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Pustaka Kautsar.

Mannan, Muhammad Abdul. 1985. Ekonomi Islam: Teori dan Praktis. Malaysia:
A.S. Noordeen.

También podría gustarte