Está en la página 1de 16

1)

UPAYA MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN


PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI SEKOLAH
Oleh
2|
AEP SYAEPUL ROHMAN

ABSTRAK

Kerusakan lingkungan sebagai dampak negatif eksploitasi, pengolahan dan


pemanfaatan sumberdaya alam, sudah merupakan fenomena yang mudah
dijumpai sehari-hari. Kerusakan hutan, penyusutan keanekaan jenis flora dan
fauna secara tajam, kerusakan lahan, pencemaran, tanah longsor, banjir,
perubahan iklim, peningkatan suhu bumi, , sulit dihindari. Berbagai upaya telah
dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk memecahkan permaslahan tersebut,
namun hingga kini belum membuahkan hasil yang menggembirakan. Penulis
melihat ada upaya yang harus terus lebih diintensifkan yakni pendidikan
lingkungan hidup atau pendidikan konservasi di sekolah-sekolah. Pokok persoalan
yang cukup jelas untuk didekati adalah peningkatan kualitas pembelajaran tentang
pendidikan lingkungan hidup atau pendidikan konservasi itu. Tulisan ini
membahas pentingnya upaya meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan
lingkungan hidup atau pendidikan konservasi di sekolah, melalui peran guru dan
pengembangan sarana pembelajaran konservasi dengan menanfaatkan kawasan
pelestarian alam, kawasan suaka alam dan / atau kebun raya.

Kata kunci : pendidikan lingkungan hidup, konservasi, sumberdaya alam hayati.

1) Makalah pada Simposium Nasional Hasil Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2010,
diselenggarakan oleh Puslit Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Balitbang Kementerian
Pendidikan Nasional. Agustus 2010
2) Ketua Lembaga Penelitian, dan Dosen Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan.

1
Eucation is necessary to ensure appropriate action,
through motivation, widespread understanding,
and sound information and technical skills (Dr. Mostafa Kamal Tolba,
former Executive Director of the UN Environment Programme).
The job of environmental education is to provide
these key understandings, information, skills, and
inspiration (Donella Meadows).

I PENDAHULUAN

Permasalahan lingkungan hidup di dunia dari tahun ke tahun tak pernah


ada henti-hentinya; demikian halnya dengan di Indonesia. Masalah pencemaran
lingkungan, kerusakan hutan, kepunahan jenis flora dan fauna, pemanasan global,
perubahan iklim dan masih banyak yang lainnya merupakan isu-isu lingkungan
yang akhir-aklhir ini terus membahana di seluruh penjuru dunia. Nampaknya sulit
dihindari munculnya permasalahan lingkungan sebagai dampak samping yang
tidak diharapkan dari berbagai kegiatan manusia. Untuk betul-betul menbuat nihil
masalah lingkungan adalah mustahil. Tetapi, manusia harus terus-menerus,
konsisten dan bersungguh-sungguh menekan permasalahan lingkungan sampi ke
tingkat yang serendah-rendahnya.
Lingkungan jelas sangat terkait dengan unsur manusia. Manusia adalah
aktor utama dalam mempengaruhi kualitas lingkungan. Oleh sebab itu perlu
terus diupayakan program-program terkait dengan upaya memberikan
pengetahuan dan upaya mempengaruhi perilaku atau tindakan manusia, yaitu
melalui pendidikan, khususnya pendidikan lingkungan atau pendidikan
konservasi.
Pendidikan lingkungan bagi anak-anak sekolah sebetulnya sudah berjalan, baik
dalam mata pelajaran tersendiri (Pendidikan Lingkungan Hidup) ataupun
terintegrasi dengan mata pelajaran yang lain (biologi, geografi, IPA, kimia, fisika
dan lain-lain). Namun demikian, perlu direnungkan lagi hal-hal berikut ini :
1) Apakah tenaga pendidik memiliki wawasan pengetahuan yang cukup
terkait dengan isu-isu lingkungan ?
2) Apakah tenaga pendidik menghadapi kemudahan dalam mengskses
informasi / pengetahuan untuk memperkaya pengetahuan dirinya ?

2
3) Apakah tenaga pendidik atau fihak sekolah memiliki perhatian yang
serius terhadap upaya pelestarian lingkungan hidup ?
4) Apakah tenaga pendidik atau fihak sekolah memiliki pola pikir bahwa
pendidikan lingkungan hidup merupakan hal penting dan fundamental
diberikan kepada siswa sekolah ?
5) Apakah fihak sekolah telah melaksanakan pendidikan lingkungan hidup
memenuhi goals seperti dikemukakan UNESCO : awarness, knowledge,
attitude, skill, participation ?
Upaya memperbaiki mutu pembelajaran pendidikan lingkungan hidup atau
pendidikan konservasi khususnya konservasi sumberdaya alam hayati di sekolah-
sekolah penting dilakukan. Pelaksanaan mata ajaran Pendidikan Lingkungan
Hidup di sekolah-sekolah jangan hanya memeunuhi syarat kurikulum saja.
Pendidikan Lingkungan hidup harus diselenggarakan dengan penuh tanggung
jawab dan kesungguhan. Harus diingat bahwa anak-anak yang sekarang
bersekolah di jenjang pendidikan dasar atau menengah akan menjadi pengguna
atau pengelola sumberdaya alam di masa yang akan datang. Entah seperti apa
kehidupan masyarakat di Indonesia yang akan datang bila dikelola oleh orang-
orang yang tidak memiliki pengetahuan, kecakapan dan tidak “bermoral
konservasi”. Suatu kenyataan tak dapat kita pungkiri bahwa pembangunan di
Indonesia hingga kini masih bertumpu pada modal sumberdaya alam (SDA).
Dan, kita pun tidak bisa memastikan kapan atau tahun berapa SDA ini tidak
menjadi modal utama lagi untuk membiayai pembngunan di Indonesia. Oleh
sebab itu konservasi SDA khususnya SDA hayati mutlak harus ditegakkan, dan
pendidikan konservasi pun harus dilaksanakan dengan penuh kesungguhan dan
penuh tanggung jawab. Pendidikan lingkungan tak boleh sekedar transfer
pengetahuan saja, tetapi harus memenuhi unsur yang lain, yakni awarness,
attitude, skill dan participation.
Tulisan ini menyoroti tentang upaya meningkatkan mutu pembelajaran
Pendidikan lingkungan hidup atau pendidikan konservasi di sekolah, melalui
peran guru dan pengembangan sarana pembelajaran konservasi. yaitu

3
menanfaatkan kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan / atau kebun
raya.

II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Arti Kawasan Pelestarian Alam dan Kawasan Suaka Alam.


Dibawah ini dikemukakan masing-masing arti Kawasan Pelestarian
alam dan Kawasan Suaka Alam menurut Undang-undang Nomer 5 tahun 1990
tentang Konservasu Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.. Kawasan
pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun
di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan suaka alam adalah
kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah
sistem penyangga kehidupan. Selanjutnya dekemukakan dalam UU 5/1990 bahwa
kawasan pelestariam alam meliputi taman nasional; taman hutan raya dan taman
wisata alam.. sedangan kawasan suaka alam meliputi cagar alam dan suaka marga
satwa.
Taman national adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan
rekreasi.. Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli,
yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman wisata alam
adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata
dan rekreasi alam. Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan
alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau

4
ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung
secara alami.. Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai
ciri khas berupa keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa yang untuk
kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
(Undang-undang Nomer 5 tahun 1990).
Sebagai gambaran berapa banyak kawasan pelestarian alam dan kawasan
suaka alam di Indonesia penulis kemukakan data berikut ini; diunduh dari
Direktorat Jenderal Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam, Kementerian
Kehutanan : http://www.ditjenphka.go.id/index.php?a=dk.
No Fungsi Kawasan Konservasi Jumlah Luas (Ha)
1 Cagar Alam 243 4.333.630,44
2 Cagar Alam Laut 5 152.610,00
3 Suaka Margasatwa 73 5.052.973,64
4 Suaka Margasatwa Laut 2 5.220,00
5 Taman Nasional 43 12.284.031,34
6 Taman Nasional Laut 7 4.043.541,30
7 Taman Wisata Alam 104 258.469,85
8 Taman Wisata Alam Laut 14 491.248,00
9 Taman Buru 14 225.103,94
10 Taman Hutan Raya 22 344.174,41
Jumlah 527 27.190.992,91

2.2 Manfaat Sumberdaya Alam Hayati


Beraneka ragam kebutuhan hidup manusia bersumber dari sumberdaya
alam hayati. Gaston dan Spicer (2004) menguraikan dengan jelas bagaimana
sumberdaya alam (SDA) hayati memberikan manfaat yang sangat luas dalam
kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan bahan makanan dipenuhi oleh SDA
hayati (ubi, padi, biji, buah, telur, daging, susu). SDA hayati memberikan manfaat
dalam menyediakan bahan bangunan (kayu), bahan mebel (kayu, rotan), bahan
obat (kina, pulai, matoa, sembung), tanaman hias (anggrek, suplir, pakis), satwa
piaraan yang menyenangkan (ikan hias, burung). Selain itu SDA hayati (flora /
tumbuhan) memberikan manfaat yang sangat besar yang sulit dihitung nilai

5
valuasinya yaitu penghasil oksigen, penyerap CO2, penyimpan karbon (carbon
sink), mengatur system hidologis dan lain-lain.
Indonesia di dunia terkenal sebagai “the Mega Biodiversity Country”
julukan untuk sebuah negara yang memiliki kekayaan hayati dengan
keanekaragaman yang sangat tinggi, baik pada tingkat individu, jenis mapun
ekosistem. Dalam hal kekayaan hayati, Indonesia menduduki peringkat kedua
terkaya di dunia (peringkat kesatu adalah Brazil). Indonesia memiliki 515 jenis
mamalia, 1.531 jenis burung, 511 jenis reptil, 270 jenmis amfibia, 1.400 jenis ikan
air tawar, dan sekitar 37.000 jenis tumbuhan tinggi. (Mittermeier & Mittermeier,
1997 dalam Noerjito dan Maryanto eds. 2005). Walau luas Indonesia hanya
1,3% luas daratan dunia, Indonesia dihuni oleh 10% jenis tumbuhan berbunga
dunia, 12% jenis mamalia dunia, 16% jenis reptil dan amfibia, 17% jenis burung
dan 25% lebih jenis ikan dunia (National Development Planning Agency, 1993).

2.3 Arti Konservasi Sumberdaya Alam Hayati


Arti Konservasi adalah menggunakan SDA untuk memenuhi kebutuhan
manusia dalam jumlah yang besar dalam jangka waktu yang lama. Konservasi
SDA hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya
dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan
nilainya. Dari definisi tersebut, jelas bahwa konservasi SDA mengandung
pengertian bahwa dalam menggunakan SDA hayati untuk memenuhi kebutuhan
hidup atau mencapai kesejahteraan hidup harus diusahakan manfaat SDA hayati
itu dapat dinikmati pula oleh generasi-generasi yang akan dating.

2.3 Manfaat Kawasan Konservasi


Pearce (1992) dan Effendi (2001) yang dikutip dari Darusman dan
Widada (2004), Chivian and Bernstein (2008) menguraikan nilai manfaat kawasan
konservasi (termasuk taman nasional) dan / atau layanan ekosistem adalah
sebagai berikut :

6
1. Nilai penggunaan langsung, yaitu manfaat yang diperoleh secara langsung
dari kawasan konservasi melalui konsumsi atau produksinya. Contoh : sumber
air, yang bermanfaat bagi memenuhi kebutuhan air rumah tangga, air untuk
pertanian, air untuk perikanan dan air untuk dikomersialkan seperti produk
air minum dalam kemasan. Manfaat langsung lainnya adalah jasa lingkungan
yang bernilai ekonomi berupa wisata alam atau ekowisata.
2. Nilai penggunaan tak langsung, yaitu manfaat yang diperoleh secara tak
langsung dari kawasan konservasi yang memberikan jasa pada aktivitas
ekonomi atau kehidupan masyarakat.
Contoh : (1) proses-proses ekologis: perlindungan tanah dan pengendalian
banjir, stabilitas iklim mikro, produksi oksigen, mengurangi ancaman
pemanasan global dan penyimpan karbon. (2) pelesatarian keanekaan flora
dan fauna akan memberikan manfaat pada perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) serta terjaminnya ketersediaan sumberdaya alam
hayati untuk mendukung proses-proses produksi dalam kegiatan
pembangunan ekonomi.
3. Nilai pilihan, yaitu potensi nilai manfaat ekomomi kawasan konservasi di
masa yang akan datang. Karena IPTEK-nya belum tersedia pada masa
sekarang, sumberdaya hayati kawasan konservasi tidak diketahui manfaatnya
secara ekonomi, namun dengan perkembangan iptek, suatu saat nanti kawasan
konservasi kemudian memberikan nilai ekonomi yang sangat besar.
4. Manfaat spiritual, seperti kekayaan dan keindahan kawasan konservasi
membangkitkan rasa syukur manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5. Manfaat estetika, contohnya : keindahan bentang alam, keindahan flora dan
fauna.
6. Manfaat kultural atau budaya, contohnya kegiatan ekowisata di suatu
kawasan konservasi menciptakan ketrampilan masyarakat membuat kerajinan
tangan untuk dijual.
Nilai manfaat lain dari kawasan konservasi (taman nasional) lainnya yang
penting adalah sebagai sumber gen (gen pool) atau plasma nutfah . Beberapa
contoh : beras yang sekarang menjadi bahan makanan pokok kita berasal dari

7
jenis padi (Oryza sativa) liar yang telah mengalami pemuliaan dan
pembudidayaan. Demikian pula dengan tanaman tebu (Saccharum officinarum),
kelapa (Cocos nucifera), kelapa sawit (Elaeis guinensis), coklat (Teobroma
cacao), kina (Cinchona pubeschens), kapas (Gossypium hirsutum), dan jenis-jenis
tanaman lainnya yang telah banyak memberikan manfaat dalam kehidupan
manusia semuanya berasal dari flora/ jenis hidupan liar yang telah mengalami
pemuliaan dan pembudidayaan berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bukan hanya tanaman saja, jenis-jenis hewan yang sekarang telah memberikan
manfaat bagi manusia beasal dari fauna flora/ jenis hidupan liar yang telah
mengalami pemuliaan dan pembudidayaan. Sebut saja sapi, kerbau, kambing dan
ayam semuanya berasal dari fauna/ jenis hidupan liar yang telah mengalami
pemuliaan dan pembudidayaan berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Semua jenis-jenis hayati tanaman dan binatang bididaya yang kita manfaatkan
sebagai sumber makanan (daging, telor, susu, keju, minyak, ubi-ubian, kacang-
kacangan, biji-bijian, buah-buahan dan lain-lain), bahan sandang (kapas.), bahan
bangunan (kayu), bahan obat (kina, temu lawak) berasal jenis hidupan liar yang
telah mengalami pemuliaan dan pembudidayaan.

2.5 Pendidikan Konservasi


Pendidikan konservasi adalah suatu bentuk pendidikan yang memusatkan
perhatian pada isu-isu konservasi, lingkungan, habitat, ekosistem dan lain-lain
untuk membantu perubahan persepsi orang sehingga mampu melakukan jalan
hidup yang berkelanjutan (http://www.izea.net/education/38_conserveddef.pdf).
Dari definisi ini dapat diambil point-point penting dalam pendidikan konservasi
sebagai berikut :
(1) Pendidikan konservasi memberikan wawasan pengetahuan terkait dengan
pemanfaatan SDA hayati dan lingkungan secara berkelanjutan.
(2) Pendidikan konservasi menciptakan kesadaran orang, merubah perilaku
dan kebiasaan, serta memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang
pengelolaan dan pemeliharaan alam.

8
Menurut Jacobson et al (2006) pendidikan konservasi memiliki banyak
tujuan yang lebih luas daripada pendidikan lingkungan dimana proses belajar
mengarahkan peserta didik memiliki sikap sebagai berikut seperti dikemukakan
oleh UNESCO (1978) :
(1) Kesadaran (awareness) : memiliki kesadaran dan kepekaan terhadap
lingkungan dan permasalahannya.
(2) Pengetahuan (knowledge) : memberikan berbagai pengalaman yang
medorong peserta didik memiliki pengetahuan dasar tentang lingkungan
dan permasalahan yang terkait dengan lingkungan.
(3) Sikap (attitude) : untuk memberikan seperangkat nilai-nilai dan perasaan
kepedulian terhadap lingkungan dan motivasi berpartisipasi aktif dalam
perbaikan dan perlindungan lingkungan.
(4) Keterampilan (skills) : memberikan keterampilan mengidentifikasi dan
memecahkan masalah-masalah lingkungan.
(5) Partisipasi (participation) : mendorong warga masyarakat menggunakan
pengetahuan mereka menjadi aktif terlibat pada seluruh tingkat
pekerjaan terkait dengan resolusi lingkungan.
Jacobson et al., (2006) juga menyatakan bahwa dalam proses pendidikan
konservasi seorang guru dapat memilih cara memaparkan isu-isu lingkungan,
mengajak siswa melakukan eksperimen, diskusi, simulasi, observasi lapangan,
memberikan suatu projek kepada murid, dan membina siswa membentuk
kelompok-kelompok pembelajaran atau kajian seperti kelompok kajian sungai,
kelompok kajian danau, kelompok kajian tumbuhan, kelompok kajian hewan dan
lain-lain.
Menurut Caldecott (1996) konservasi bukan hanya menetapkan cagar alam,
berapa luas cagar alam, atau bagaimana mengatur pengambilan sumberdaya
hayati dari alam, tetapi juga merubah cara pandang orang . caranya dengan
pendidikan. Dinyatakannya pula bahwa suatu pendidikan lingkungan diarahkan
untuk membantu orang mengenal tentang lingkungan hidupnya. Ini penting agar
mereka memahami resiko-resikonya apa yang akan dihadapinya atas tindakannya
terhadap alam.

9
III SUMBANGAN PEMIKIRAN

Uraian dalam Bab Pendahuluan jelas bahwa permasalahan lingkungan


hidup khususnya menyangkut konservasi sumberdaya alam hayati (SDA hayati)
perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dalam proses belajar mengajar
di sekolah-sekolah. Peserta didik perlu diberikan pengetahuan tentang konservasi
SDA hayati, misalnya kekayaan SDA hayati Indonesia, manfaatnya, dan
bagaimana cara melestarikan SDA hayati. Peserta didik juga perlu dibangkitkan
kepeduliannya agar mereka memiliki ketertarikan melakukan aksi-aksi yang
terkait dengan konservasi SDA hayati.

3.1 Kawasan PASA dan Kebun Raya sebagai Gudang Ilmu dan Sumber
Inspirasi

Pendidikan konservasi bagi siswa sekolah sangat baik bila ditunjang oleh
“laboratorium alam” yakni kawasan pelastarian alam atau kawasan suakan alam.
Di beberapa daerah juga terdapat kebun raya, yaitu Kebun Raya Bogor di Kota
Bogor Jawa Barat, Kebun Raya Cipanas di Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Kebun
Raya Purwodadi di Pasuruan Jawa Timur dan Kebun Raya Bali di Bali. Kebun
raya juga dapat dijadikan sarana pembelajaran atau pendidikan konservasi bagi
para siswa sekolah.
Pembelajaran atau pendidikan konservasi seperti apa yang dapat dialami
oleh para siswa di Kawasan Pelestarian Alam dan Kawasan Suaka Alam
(Kawasan PASA) atau kebun raya ? Bila para siswa diajak belajar konservasi di
kawasan PASA atau kebun raya, pendidikan konservasi berikut ini tidak akan
sulit didapat oleh para siswa (dengan bimbingan guru tentunya).
1) Para siswa menyaksikan dengan mata kepala sendiri begitu
beraneka-ragamnya jenis-jenis tumbuhan dan satwa di Indonesia.
Mereka menyaksikan negaranya Indonesia kaya akan sumberdaya
alam hayati. Di dalam kawasan PASA siswa memiliki pengalaman
mengenal berbagai jenis satwa hidup secara alamiah di habitat

1
aslinya yang sebelumnya mereka tidak mengetahuinya. Misalnya
di Taman Naional Baluran di Jawa Timur, siswa dapat
menyaksikan banteng merumput di savanna, indahnya burung
merak dan ayam hutan, dan rusa yang sedang tiduran santai di
hamparan rumput savanna. Di Suaka Margasatwa Cikepuh,
Sukabumi, Jawa Barat, siswa dapat menyaksikan kegiatan
penangkaran penyu hijau. Di Taman Nasional Laut, Kepulauan
Seribu, siswa dapat menyaksikan kehidupan biota laut seperti
terumbu karang hidup, ikan hias laut, dan hasil revegetasi kawasan
hutan mangrove.
2) Para siswa mengetahui bahwa hutan-hutan alam adalah sumber
berbagai tanaman dan binatang budidaya yang dimanfaatkan bagi
kehidupan manusia (bahan makanan, bahan bangunan, bahan baku
industri, bahan obat, tanaman hias, hewan piaraan seperti burung
dan ikan hias, dan lain-lain).
3) Kawasan hutan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia yang
sangat penting yakni mata air yang mengeluarkan air bersih. Jutaan
umat manusia membutuhkan air setiap harinya untuk kebutuhan air
rumah tangga dan jutaan masyarakat juga menggunakan air dalam
kemesan.
4) Bagi siswa yang lokasi sekolahnya jauh ke tempat kawasan
PASA, dapat memanfaatkan kebun raya. Kebun raya merupakan
sebidang lahan yang luas yang dijadikan tempat mengoleksi
berbagai jenis tumbuhan (flora) yang ada di wilayah Indonesia,
bahkan ada yang berasal dari negara lain. Di dalam areal kebun
raya ini dikoleksi ribuan jenis flora dari berbagai kelompok :
tumbuhan berkayu, anggrek, palm, bambu, pisang, paku-pakuan,
polomg-pologan, bunga bangkai (Amorphophallus, Raflesia),
anggrek kantong semar (Nephenthes), tumbuhan air, tanaman hias,
tanaman buah-buahan, talas, tanaman obat dan tanaman merambat.
Dengan hanya datang di satu tempat ( di kebun raya) para siswa

1
dapat mengenal berbagai jenis flora dari berbagai daerah di
Indonesia. Di Kebun Raya Bogor misalnya, siswa dapat
menyaksikan sangat banyaknya variasi jenis-jenis anggrek. Di
Kebun Raya Bogor dikoleksi sebanyak 550 jenis anggrek (dikutip
dari website Kebun Raya Bogor :
http://www.bogorbotanicgardens.org , tanggal 18 Mei 2010). Di
sini juga para siswa dapat menyaksikan beraneka macamnya jenis
bambu dan jenis palm.
Pembelajaran dengan menggunakan sarana Kawasan PASA ataupu kebun
raya bukan sekedar akan memberikan wawasan mengenai kekayaan jenis-jenis
tumbuhan Indonesia kepada siswa, melainkan juga kebanggaan siswa akan
tingginya keanekaragaman sumberdaya alam hayati Indonesia, tumbuhnya rasa
syukur yang mendalam bahwa Tuhan Yang Maha Esa telah mengkaruniai
Indonesia dengan SDA hayati yang melimpah, dan tumbuhnya tekad mereka
untuk menggali potensi mafaat SDA hayati Indonesia untuk kemakmuran bangsa
secara berkelanjutan.
Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana caranya agar pembelajaran /
pendidikan konservasi siswa sekolah dapat menanfaatkan sarana Kawasan PASA
atau kebun raya ? Menurut hemat penulis ada dua faktor yang sangat terkait yaitu
guru dan pengelola kawasan PASA dan fihak pengelola kebun raya.
Guru memainkan peran yang sangat penting. Guru mengajak, mengelola,
memotivasi, mendorong dan membimbing siswa. Guru ini harus memiliki
wawasan pengetahuan yang cukup luas, memiliki komitmen yang kuat dan cakap
dalam membangun jejaring. dengan fihak-fihak lain. Dalam hal inipun
dibutuhkan dukungan kepala sekolah kepada guru. Tidak akan memberikan
suasana kondusif bagi proses pendidikan bila kepala sekolah tidak mendukung
inisiatif, kreatifitas dan komitmen guru.
Fihak pengelola kawasan PASA atau fihak pengelola kebun raya haruslah
memiliki kemauan turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan pendidikan konservasi
anak-anak sekolah. Pengelola kawasan PASA (terutama taman nasional dan
taman hutan raya) atau pengelola kebun raya harus membuka diri seluas-luasnya

1
diakses oleh siswa sekolah dan guru untuk tujuan pendidikan konservasi. Cara-
cara yang dapat ditempuh oleh pengelola Kawasan PASA atau kebun raya adalah
1) Mempermudah dalam pengurusan perizinan.
2) Mengundang siswa sekolah dan guru berkunjung ke kawasan yang
di kelolanya untuk belajar konservasi.
3) Menyelenggarakan pendidikan dan latihan konservasi bagi siswa
sekolah dan guru.
4) Menyebarkan liflet atau buklet informasi ke sekolah-sekolah.
5) Menyediakan tenaga pemandu gratis bagi siswa dan guru yang
belajar konservasi di kawasan yang dikelolanya.
6) Memberikan tarif masuk yang murah bagi siswa dan guru yang
belajar konservasi di kawasan yang dekelolanya

3.2 Menciptakan Atmosfer Konservasi di Lingkungan Sekolah


Pendidikan konservasi penting untuk mengarahkan siswa tertarik pada
aksi-aksi yang bertemakan konservasi. Ketertarkan siswa sekolah terhadap aksi-
aksi konservasi SDA hayati akan banyak dipengaruhi oleh peran guru. Guru
sangat penting dalam memberikan pengetahuan dan dorongan semangat siswa
tertarik pada hal-hal berbau konservasi SDA hayati. Bentuk ketertarikan siswa
yang dapat didorong oleh guru antara lain adalah semangat para siswa melakukan
penanaman tanaman-tanaman baik di sekitar rumahnya ( tanaman di dalam pot
atau tanaman di lahan pekarangan rumah) atau di lahan-lahan kosong yang ada di
sekitar tempat tinggalnya. Guru dapat menggiatkan para siswa menanam tanaman
di pot-pot di sekolah, di lahan kosong di sekolah atau melibatkan murid dalam
kegiatan penghijauan atau reboisasi bekerja sama dengan masyarakat dan
pemerintah daerah.. Kegiatan guru beserta para siswa dalam gerakan penanaman
pohon, tidak perlu fihak sekolah mengeluarkan biaya untuk membeli bibit
tanaman karena bibit dapat disediakan secara cuma-cuma oleh pemerintah daerah
atau instansi lain yang terkait.
Kebiasaan murid dibimbing menanan tanaman dan memelihara tananaman
oleh guru akan membentuk suasana penjiwaan makna konservasi di kalangan

1
para siswa. Siswa bukan hanya mendengar pengetahuan teoritis saja dari guru,
tetapi melihat dan merasakan sendiri suasana atau hasil nyata “atmosfer
konservasi” di lingkungan sekitarnya.
Di Indonesia masih cukup banyak sekolah-sekolah yang memiliki lahan-
lahan kosong tidak terbangun (tidak ada bangunan fisik). Lahan-lahan seperti ini
jangan dibiarkan begitu saja, tetapi dimanfaatkan untuk kegiatan menananm para
siswa. Para siswa dibimbing menanam tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman
buah-buahan ataupun tanaman-tanaman yang dapat menarik kedatangan kupu-
kupu atau beraneka jenis burung. Suatu kebanggaan dan kesenangan yang besar
dalam pengalaman mereka bersekolah yang akan dirasakan oleh para siswa.
Mereka menikmati hasil karya menamam dan pemeliharaan tanaman yang mereka
lakukan sendiri.
Di lingkungan sekolahnya mereka menikmati kenyamananan, keindahan
melihat tanaman-tanam yang berbunga, kupu-kupu yang warna-warni indah
terbang menghiasi taman sekolah atau keindahan burung dan suaranya yang
merdu hinggap di pohon-pohon yang mereka tanaman. Atau, mereka menikmatai
merasakan enaknya goreng kentang hasil panen tanaman mereka, merasakan
segarnya memakan buah papaya yang mereka tanam. Sungguh suatu pengalaman
yang akan membekaskan kesan pendidikan lingkungan yang kuat pada diri anak
sekolah. Dengan terciptanya suasana seperti itu, siswa akan memaknai pendidikan
lingkungan secara baik. Mereka bersemangat menanam tanaman dan memelihara
tanaman atau kegiatan lainnya, bukan karena teori-teori yang diterangkan guru
seperti tanaman menghasilkan oksigen, oksigen diperlukan untuk bernapas,
tanaman dapat menyerap zat pencemar (CO2 misalnya) atau pengetahuan-
pengetahuan lainnya
Tanaman-tanaman di sekolah (atau para siswa mempraktekkannya sendiri
di lingkungan tempat tinggalnya) yang mengundang kehadiran satwa misalnya
kupu-kupu dan burung selain menambah keasrian lingkungan juga dapat menjadi
bahan belajar siswa melakukan pengamatan. Mereka dapat mengamati
keanekaragman jenis kupu-kupu, keanekaragaman jenis burung, perilaku makan

1
kupu-kupu, perilaku makan burung, manfaat ekologis kupu-kupu dan burung
dam masih banyak yang lainnya.

IV SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dari uraian diatas adalah : (1) Konservasi sumberdaya alam hayati
mutlak penting dilakukan , baik untuk kepentingan masa kini maupun
kepentingan generasi-generasi yang akan datang. (2) Pendidikan konservasi
sumberdaya alam hayati penting diberikan kepada para siswa sekolah. (3)
Pendidikan lingkungan atau pendidikan konservasi di sekolah-sekolah yang
sekarang sudah berjalan harus ditingkatkan kualitasnya, melalui peran guru dan
pengembangan sarana pembelajaran konservasi. yaitu menanfaatkan kawasan
pelestarian alam, kawasan suaka alam dan / atau kebun raya.
Sebagai bagian akhir artikel ini, penulis ingin menyampaikan saran-saran
sebagai berikut : (1) Fihak pengelola kawasan pelestarian alam, kawasan suaka
alam atau fihak pengelola kebun raya agar turut berpartisipasi aktif dalam
kegiatan pendidikan konservasi anak-anak sekolah dan guru dengan penuh
ketulusan dan kesungguhan. (2) Diperlukan perangkat hukum yang dapat
menjadi payung hukum pendidikan lingkungan atau pendidikan konservasi
memanfaatkan kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan kebun raya. (3)
Guru dan murid harus diberikan kemudahan mendapatkan buku dan referensi
yang lain serta fasilitas internet. (4) Diselenggarakan pendidikan dan pelatihan
untuk guru. Pelatihan ini tidak diselenggarakan secara sporadis, tetapi
diselenggarakan secara berkelanjutan. (5) Perlu diberikan penghargaan dan
insentif kepada siswa, guru atau fihak sekolah yang dinilai berprestasi dalam
melaksanakan aksi-aksi nyata pelestarian atau konservasi lingkungan. Pemberian
penghargaan dan intensif ini bisa melalui perlombaan-perlombaan, baik
diselengarakan oleh pemerintah atau perusahaan-perusahaan.

1
DAFTAR PUSTAKA

Caldecott, J. 1996. Designing Conservation Project. Cambridge University


Press. Cambridge.

Chivian, E. and Aaron Bernstein (eds.). 2008. Sustaining Life How Human
Health Depend on Biodiversity. Oxford University Press. Oxford.

Darusman, D. dan Widada. 2004. Konservasi dalam Perspektif Ekonomi


Pembangunan. Ditjen PHKA, JICA, Fahuta IPB. Bogor.

Jacobsons, S.K., M.D. McDuff, M.C. Moenroe. 2006. Conservation Educatiob


and Outreach. Oxford University Press. Oxford.

Noerjito, M. dan Ibnu Maryanto (eds.). 2005. Kriteria Jenis Hayati yang Harus
dilindungi oleh dan untuk Masyarakat Indonesia, Puslitbang Biologi LIPI dan
ICRAF. Bogor

Vinas, S.M. 2005. Contemporary Theori of Conservation. Elsevier Butterworth-


Heineman. Oxford.

Undang-undang Nomer 5 tahun 1990 tentang Konservasu Sumberdaya Alam


Hayati dan Ekosistemnya.

http://www.dephut.go.id/informasi/statistik/2004/PHKA/II_2_1.pdf.;
http://www.bogorbotanicgardens.org
http://www.izea.net/education/38_conserveddef.pdf
http://www.ditjenphka.go.id/index.php?a=dk.

KETERANGAN PENULIS

Nama : Drs. Aep Syaepul Rohman, M.Si.


Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 13 Oktober 1960
Pekerjaan : Dosen tetap Kopertis Wilayah IV Jawa Barat,
dpk. Universitas Pakuan
NIP : 131691458
NIDN : 0013196001
Pendidikan : S 1 : Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Padjadjaran. S2 : Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program
Pascasarjana IPB.

También podría gustarte