Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi
hormon, seperti hormon androgen dan testoteron. Gangguan ini menyebabkan infertilitas,
impotensi dan tidak adanya tanda- tanda kepriaan. Penanganan dapat dilakukan dengan terapi
hormon.
Disfungsi erektil yang disebut impotens, adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk menyelesaikan koitus. Pasien dapat melaporkan
penurunan frekuensi ereksi, ketidakmampuan untuk mencapai ereksi yang keras atau
detumescence ( menghilangkan ereksi ) yang cepat.
Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke
dalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian hormon human
chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun juga, dilakukan
pembedahan.
Ejakulasi premature terjadi ketika pria tidak dapat secara sadar mengontrol reflex ejakulasi dan
sekali terangsang, pria akan langsung mencapai orgasme atau segera setelah masuk ke liang
vagina ( intromisi ). Kondisi ini merupakan disfungsi umum pada pria.
Hipogonadisme
Jumlah sekresi ovarium yang kurang dari normal dapat terjadi karena ovarium yang terbentuk
kurang sempurna, tidak terbentuk ovarium , atau abnormalitas ovarium secara genetic yang
menyekresi hormor – hormone yang keliru karena tidak adanya enzim di dalam sel – sel
sekretoriknya.
Pada Hipogonadisme atau apabila gonad menyekresi sejumlah kecil estrogen akibat factor –
factor lain seperti Hipotiroidisme, siklus ovarium sering tidak normal dan menstruasi mungkin
tidak datang selama beberapa bulan atau menstruasi terhenti sama sekali ( amenore ). Siklus
ovarium yang memanjang, yang berhubungan dengan kegagalan ovulasi, mungkin disebabkan
olen insufisiensi sekresi LH pada waktu lonjakan LH praovulasi , yang diperlukan untuk ovulasi.
Diet dan kebiasaan latihan, adanya gangguan fisiologik, gaya hidup, stress lingkungan, riwayat
kelainan genetic dalam keluarga, kelainan pertumbuhan dan perkembangan, dan tanda – tanda
kelebihan androgen merupakan keterangan yang penting.
Amenore primer adalah tidak terjadinya menarke sampai usia 17 tahun, dengan atau tanpa
perkembangan seksual sekunder. Sedangkan Amenore Sekunder berarti tidak terjadi menstruasi
selama 3 bulan atau lebih pada orang yang telah mengalami siklus menstruasi.
Sindrom Pramenstruasi
Dismenore
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh kejang otot uterus . Dismenore
primer apabila tidak terdapat gangguan fisik yang menjadi penyebab dan hanya terjadi selama
siklus-siklus ovulatorik. Penyebabnya adalah jumlah prostaglandim F2α yang berlebihan pada
darah menstruasi, yang merangsang hiperaktivitas uterus.
Dismenore sekunder timbul karena adanya masalah fisik seperti endometriosis, polip uteri,
leiomioma, stenosis cerviks, Penyakit Radang Panggul (PID)
Perdarahan Uterus Disfungsional
Penyebab jelas anovulasi tidak diketahui dengan pasti, namun kemungkinannya karena disfungsi
aksis hypothalamus – hipofisis – ovarium. Ini mengakibatkan produksi estrogen yang terus –
menerus oleh folikel, dan tanpa adanya korpus luteum berarti progesterone tidak diproduksi.
Perubahan keadaan hormonal ini akan mengakibatkan priode perdarahan anovulatoir yang
bergantian dan biasannya sangat berat serta amenore.
Hipersekresi Ovarium
Hipersekresi hormone Ovarium yang ekstrim oleh ovarium adalah suatu keadaan klinis yang
langka, karena sekresi estrogen yang berlebihan secara otomatis akan menurunkan produksi
Gonadotropin oleh Hipofisis dan membatasi hormone – hormone Ovarium. Akibatnya,
hipersekresi hormone – hormone wanita biasanya terdeteksi secara klinis apabila tumor sudah
berkembang. Tumor sel Granulosa yang jarang dapat berkembang dalam sebuah ovarium, terjadi
lebih sering sesudah monopause dari pada sebelumnya. Tumor- tumor ini menyekresi sejumlah
besar estrogen, yang memberi efek estrogenic yang biasa termasuk hipertrofi endometrium
uterus dan perdarahan yang tidak teratur dari endometrium.
Pada sindrom ovarium polikistik, hirsutisme sering disertai infertilitas, amenore, obesitas, dan
pembesaran ovarium. Pada pasien-pasien ini tingkat produksi testosteron jelas meningkat dan ini
yang mengakibatkan manifestasi kelebihan androgen.
Tumor-tumor ovarium dan korteks adrenal dapat disebabkan oleh kelebihan androgen.
Hiperplasia adrenal kongenital (CAH) adalah terdapatnya kelainan sejak lahir pada salah satu
enzim yang melibatkan biosintesis kortisol. Penurunan produksi kortisol menyebabkan
peningkatan dalam produksi ACTH. ACTH merangsang korteks adrenal, menyebabkan
prekursor biosintesis kortisol di alihkan menjadi biosintesis androgen. Ketika janin terpajan
dengan jumlah androgen yang meningkat maka terjadi perubahan dalam perkembangan genetalia
eksternal. Contohnya, Bayi perempuan dengan kelainan ini akan mengalami pembesaran klitoris
dan merapatnya labia mayora. Genetalia akan menyerupai genatlia pria.Sindrom maskulinisasi
genetis pada bayi perempuan akibat kelebihan androgen in utero disebut
pseudohermafroditisme perempuan.
Pubertas Dini
Perubahan pubertas yang terjadi sebelum usia 8 tahun pada anak perempuan dan 9,5 tahun pada
anak laki-laki.
Klasifikasi:
– Pada anak laki-laki testis diukur dengan orkidometer dan pada anak perempuan
ovarium diukur dengan USG pelvis.
– Adrenarke prematur
– Telarke prematur
Sebaliknya disebut pubertas lambat (delayed puberty) bila tidak ada perkembangan tanda-tanda
pubertas setelah usia 13.5 th dan pada anak laki-laki > 14 th.
Tidak ada atau berkurangnya testosteron dalam perkembangan embrio/janin dengan kromosom
XY mengakibatkan terbentuknya genitalia eksternal perempuan atau genitalia eksternal ganda.
Pada perkembangan janin tahap akhir, testis turun dari abdomen ke skrotum atas pengaruh
testosteron. Jika kadar testosteron tidak memadai, maka testis tidak akan turun. Keadaan ini,
kriptorkidisme, berkaitan dengan adanya kemungkinan terjadin penyakit di kemudian hari.
Abnormalitas kadar testosteron pada masa pra pubertas dan pubertas mengakibatkan
terlambatnya penutupan epifisis ddan proporsi kerangka eunukoid dengan rentang lengan lebih
panjang 2 inci atau lebih tinggi dari tinggi badan, dan jarak dari tumit sampai tulang pubis dua
inci atau lebih panjang dari jarak tulang pubis sampai ke puncak kepala. Selain itu, perubahan-
perubahan lain akibat pengaruh testosteron seperti suara yang dalam; pertumbuhan rambut pubis
dan aksila; pertumbuhan jenggot; testis, penis, dan ukuran prostat; dan perkembangan bentuk
tubuh laki-laki tidak akan terjadi. Hipogonadisme sebelum pubertas mengakibatkan
eunukoidisme.