Está en la página 1de 22

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA KAWASAN PERBATASAN

2.1 Kajian Pustaka Perbatasan


2.1.1 Cross Border Approach (CBA)
Menurut Guo (1996) pendekatan CBA lebih mengutamakan pola kerjasama antar
daerah perbatasan untuk saling mengambil keuntungan dalam mengembangkan
wilayah perbatasan di masig-masing negara. Pola kerjasama ini dapat dilaksanakan
pada wilayah dengan karakteristik sebagai berikut:
 Adanya perbedaan konsep pengembangan sosial ekonomi dengan wilayah
tetangga.
 Adanya keterbatasan jaringan penghubung, baik jalan maupun
telekomunikasi di kota yang merupakan pusat kegiatan.
Berdasarkan karakteristik tersebut, baik adanya perbedaan konsep maupun
keterbatasan jaringan penghubung, maka langkah awal yang perlu ditempuh adalah
membuka penghalang pada daerah tersebut dan menerapkan sistem yang lebih
terbuka agar jalinan kerjasama yang baik dapat terwujud. Dengan pola kerjasama ini
akan membuka aliran barang, uang serta orang yang masuk lebih cepat dan akhirnya
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sosial ekonomi yang lebih baik antar
kedua negara.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian agar pendekatan ini berjalan efisien
yaitu salah satu wilayah hendaknya memiliki keuntungan komparatif baik dari segi
ekonomi maupun teknologi serta tidak terdapatnya penghalang dalam arti secara fisik
maupun ideologi di antara kedua negara sehingga hubungan kerjasama dapat terjalin.
2.1.2 Definisi Umum Kawasan Perbatasan
Wilayah perbatasan merupakan wilayah yang secara geografis berbatasan
langsung dengan Negara tetangga dan yang langsung berhadapan dengan negara lain
(Sudibyo 2006). Wilayah perbatasan meliputi wilayah perbatasan yang ada di
daratan, di lautan, dan di udara dengan negara tetangga. Wilayah yang dimaksud
adalah bagian wilayah provinsi, kabupaten, atau kota yang langsung bersinggungan
dengan garis batas negara (atau wilayah negara tetangga). Penentuan luas wilayah

21
22

perbatasan dilakukan dengan mempertimbangkan perwujudan fungsi-fungsi


perbatasan negara, yaitu fungsi security dan fungsi prosperity dengan
memperhatikan relitas perkembangan kondisi di daerah melalui kajian dan observasi
lapangan yang terukur.
Indonesia merupakan sedikit negara di dunia yang memiliki dua bentuk
kawasan perbatasan, yaitu kawasan perbatasan darat dan kawasan perbatasan laut.
Secara umum, karakteristik kedua bentuk kawasan perbatasan ini hampir sama.
Namun demikian, untuk kawasan perbatasan laut ada beberapa hal yang spesifik,
terutama karena bentuknya berupa pulau dan letaknya di tengah laut, bahkan
samudera. Karakteristik kawasan perbatasan laut seperti ini menyebabkan batas laut
lebih rentan, karena pulau tersebut tenggelam atau hilang. Kerentanan batas laut tadi
dapat dikarenakan faktor lingkungan alami (bencana alam, badai, tsunami, dan lain-
lain) maupun faktor lingkungan buatan (pengerukan pasir).
Sementara itu, kawasan perbatasan darat meliputi provinsi Kalimantan Barat
dan Kalimantan Timur yang berbatasan dengan Malaysia, Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT) yang berbatasan dengan Timor Leste, dan Provinsi Papua yang
berbatasan dengan Papua Nugini seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1
Kawasan Perbatasan Darat Indonesia dengan Negara Tetangga
Negara Provinsi Kabupaten
Malaysia Kalimantan Barat Kabupaten Sambas, Kabupaten
Bengkayang, Kabupaten Saggau, dan
Kabupaten Kapuas Hulu
Kalimantan Timur Kabupaten Nunukan, Kabupaten
Malinau, dan Kabupaten Kutai Barat
Timor Leste Nusa Tenggara Timur Kabupaten Kupang, Kabupaten Belu, dan
Kabupaten Timor Tengah Utara
Papua Nugini Papua Kabupaten Jayapura, Kabupaten
Merauke, Kabupaten Jayawijaya, dan
Kota Jayapura
Sumber: Alkadri dan Hamid. 2007

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki batas negara di laut dengan


sepuluh negara tetangga, yakni India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam,
Filipina, Palau, Papua Nugini, Australia, dan Timor Leste (I Nyoman Arinu dalam
Alkadri dan Hamid 2007). Pulau-pulau kecil yang berbatasan dengan sepuluh negara
tetangga berjumlah 88 pulau dan tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.
23

Tabel 2.2
Kawasan Perbatasan Laut Indonesia dengan Sepuluh Negara Tetangga
Negara Provinsi
India Nanggroe Aceh Darussalam
Malaysia Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau
Singapura Kepulauan Riau
Thailand Kepulauan Riau
Vietnam Kepulauan Riau
Filipina Sulawesi Utara, Maluku Utara
Timor Leste Nusa Tenggara Timur, Maluku
Papua Nugini Papua
Australia Papua dan Maluku
Palau Papua
Sumber: I Nyoman Arinu dalam Alkadri dan Hamid 2007

2.1.3 Karakteristik Kawasan Perbatasan Indonesia


A. Karakteristik Fisik dan Infrastruktur
Menurut Alkadri dan Hamid (2007) Ditinjau dari aspek fisik dan
infrastruktur, maka karakteristik kawasan perbatasan Indonesia dewasa ini adalah
sebagai berikut:
1. Batas fisik wilayah negara di kawasan perbatasan sangat memprihatinkan,
karena banyak patok batas yang hilang dan sebagian besar kondisinya kurang
baik. Hal ini antara lain terjadi di sekitar perbatasan Kalimantan Barat dengan
Serawak (Malaysia).
2. Pada umumnya kawasan perbatasan darat berada didaerah yang terisolir dan
pedalaman dengan kondisi alam yang sulit dijangkau. Misalnya, beberapa
desa di Kecamatan Krayan (Kabupaten Nunukan) yang berbatasan langsung
dengan Serawak (Malaysia), sedangkan kawasan perbatasan laut brada di
pulau-pulau kecil terluar dan sebagian tidak berpenghuni dan tidak ada
aktivitas, serta hampir tenggelam baik akibat proses alami maupun perbuatan
manusia (pengambilan pasir).
3. Hutan yang ada di sepanjang kawasan perbatasan umumnya hutan alam dan
sebagian besar dikategorikan sebagai kawasan konservasi atau kawasan
lindung dengan kandungan kenekaragaman hayati yang tinggi. Contoh, hutan
di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur.
4. Infrastruktur di kawasan perbatasan relatif masih sangat terbatas dan perlu
penanganan yang serius, terutama untuk bidang pendidikan, kesehatan,
perhubungan, telekomunikasi, dan informasi, serta pemukiman. Sebagai
24

ilustrasi, selain telekomunikasi dan informasi yang hampir tidak memadai,


Kecamatan Krayan juga mengalami keterbatasan sarana dan prasarana
perhubungan darat. Aksesibilitas kecamatan ini terhadap daerah lain, seperti
Kecamatan Nunukan (bagian pulau) atau Kota Tarakan, harus ditempuh
dengan biaya yang cukup mahal karena dengan menggunakan pesawat
terbang jenis C-212 dan C-185.
5. PPLB (Pos Pelayanan Lintas Batas) belum memadai dan belum lengkap
dibandingkan dengan luas kawasan perbatasan. Contoh, PPLB Entikong di
Kabupaten Sanggau (Provinsi Kalimantan Barat) tidak hanya melayani lintas
batas dari dan ke Kabupaten Sanggau, tetapi juga beberapa kabupaten atau
kota lain di Provinsi ini seperti Kabupaten Sambas, Bengkayang, Pontianak,
Singkawang, dan lain-lain.

Gambar 2.1
Bangunan Pos Pelayanan Lintas Batas
(Sumber: Dokumentasi Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal,2007)

B. Karakteristik Sosial Ekonomi


Beberapa karakteristik kawasan perbatasan Indonesia dilihat dari aspek sosial
ekonomi adalah seperti di bawah ini (Alkadri dan Hamid, 2007):
1. Kualitas sumberdaya manusia masih rendah, terutama dari segi pendidikan
2. Penyebaran penduduk tidak merata dan di kawasan perbatasan laut,
khususnya di pulau-pulau terluar, banyak yang tidak berpenghuni.
3. Arus keluar-masuk tenaga kerja dan penduduk ke dan dari kawasan
perbatasan cukup tinggi. Contoh: Kabupaten Nunukan yang melayani arus
keluar-masuk Kalimantan-Sulawesi dengan Sabah.
4. Penduduk di perbatasan umumnya memiliki hubungan keluarga dengan
penduduk di kawasan perbatasan negara tetangga. Misalnya suku dayak yang
25

bermukim didaerah perbatasan Kalimantan Barat masih memiliki banyak


kerabat di wilayah Sarawak (Malaysia).
5. Terdapat kesenjangan pendapatan yang cukup besar antara penduduk di
perbatasan dengan penduduk di negara tetangga. Contoh: pada tahun 2001
lalu pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Nunukan hanya Rp 6,5 juta
setahun, sementara penghasilan per kapita penduduk di Negara Bagian Sabah
(Malaysia) mencapai Rp 17,5 juta.
6. Aktivitas perdagangan ilegal dan penyelundupan di kawasan perbatasan
cukup tinggi. Sebagai ilustrasi, perdagangan ilegal kayu gelondongan
maupun hasil-hasil pertanian antara Nunukan dan Tawau hingga kini masih
terus berlangsung.
7. Nilai tambah produk, terutama yang berasal dari sumberdaya alam, masih
sangat kecil. Kakao yang dihasilkan oleh Kabupaten Nunukan hanya
mendatangkan nilai tambah dalam bentuk perkebunan, sedangkan nilai
tambah dalam bentuk industri pengolahannya dinikmati oleh negara tetangga,
Sabah (Malaysia).
8. Mata pencaharian penduduk di kawasan perbatasan sebagai besar adalah
petani, pekebun, dan nelayan.
9. Sistem perdagangan antarpenduduk di kawasan perbatasan masih bersifat
tradisional, karena belum memadainya infrastruktur perekonomian (seperti
bank dan pasar).
10. Pendapatan (hasil usaha) yang diperoleh sebagian besar untuk memnuhi
kebutuhan primer keluarga (kebutuhan pokok).
11. Rendahnya aktivitas dan efektivitas ekonomi masyarakat di kawasan
perbatasan.
12. Alokasi dana pembangunan kawasan perbatasan hungga kini relatif masih
kecil.

C. Karakteristik Pertahanan
Menurut sudut pandang pertahanan, beberapa karakteristik kawasan
perbatasan Indonesia dapat dikemukakan di bawah ini (Alkadri dan Hamid,
2007):
26

1. Adanya kegiatan penyelundupan barang dan tenaga kerja Indonesia


(TKI).
2. Rentannya persoalan yang berkait dengan nasionalisme penduduk
karena kurangnya informasi yang masuk dari Indonesia.
3. Rendahnya penegakan supremasi hukum, akibat sangat kecilnya
tenaga penegak hukum (terutama polisi perbatasan).
4. Derasnya informasi dan komunikasi dari negara tetangga
menyebabkan masyarakat di kawasan perbatasan lebih mengenal negara
tetangga dibandingkan negaranya sendiri.

2.2 Kebijakan Tata Ruang Wilayah


2.2.1 Kebijakan Tata Ruang Wilayah Nasional
Wilayah perbatasan merupakan wilayah yang secara geografis berbatasan
langsung dengan negara tetangga dan langsung berhadapan dengan negara lain.
Pentingnya kawasan perbatasan memiliki konsekuensi untuk dilihat sebagai kawasan
yang bernilai strategis khususnya bagi fungsi pertahanan dan kemanan negara.
Berdasarkan hal tersebut, arahan pengembangan kawasan perbatasan
Kalimantan-Serawak disebutkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2008). Secara substansi kawasan perbatasan
Kalimantan-Serawak (Malaysia) digolongkan ke dalam klasifikasi kawasan tertentu.
Dalam peraturan pemerintah tersebut, kawasan tertentu didefinisikan sebagai
kawasan yang dipandang oleh nasional bernilai strategis dan penting terhadap
kondisi politis dan pertahanan kemanan nasional serta regional, walaupun dalam
kenyataannya kawasan tersebut masih cenderung terisolir dan perlu penanganan
segera guna tercapainya pemerataan pembangunan ke seluruh wilayah nasional.
Dalam penjelasan RTRWN tersebut, terdapat 23 kawasan yang ditetapkan sebagai
kawasan tertentu, dimana 3 (tiga) kawasan diantaranya merupakan kawasan
perbatasan, yaitu: Kawasan Perbatasan Kalimantan-Serawak (Malaysia), Kawasan
Perbatasan Irian Jaya-Papua Nugini, Kawasan Perbatasan Sangihe Talaud dan
sekitarnya. Untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional, maka
ditetapkan beberapa langkah pengelolaan kawasan tertentu, meliputi:
1. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang agar sesuai dengan potensi,
dapat mengarahkan pola investasi baik pemerintah maupun swasta dan
27

masyarakat untuk meningkatkan pembangunan kawasan, meminimalkan


konflik pemanfaatan ruang, dan mengupayakan sinergi pembangunan yang
tinggi baik terhadap Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan
Pemerintah Kota.
2. Memacu perkembangan kawasan/daerah dengan memanfaatkan
potensi-potensi yang ada secara optimal melalui investasi yang terarah, baik
pemerintah maupun swasta dan masyarakat, dengan mengupayakan sinergi
pembangunan yang tinggi.
3. Meningkatkan tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan
wilayah tersebut melalui pelaksanaan program-program pembangunan secara
terpadu dan lintas sektoral di tingkat pusat, propinsi dan
kabupaten/kotamadya.
4. Meningkatkan kegiatan sosial dan ekonomi kawasan agar pertahanan
dan kemanan negara dapat diselenggarakan secara optimal dan dapat
mengantisipasi setiap bentuk ancaman yang akan timbul.
5. Memanfaatkan sumber daya alam ruang kawasan untuk
mengembalikan keseimbangan dan kelestarian fungsi dan tatanan lingkungan
hidup di kawasan yang bersangkutan.
Tabel 2.3
Strategi dan Arah Kebijakan
No Faktor Strategi dan Arah Kebijakan
1. Pengembangan  Memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
Kawasan Lindung mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup
 Melakukan pengentasan dan perlindungan terhadap kawasan lindung yang
telah ditetapkan berdasarkan kriteria kawasan lindung
 Perlindungan terhadap kawasan lindung dilakukan dengan cara pelestarian
fungsi dan tatanan lingkungan hidup buatan untuk menentukan kualitas dan
fungsinya.
 Pada daerah yang berbatasan daerah administrasinya, perlindungan
pelestarian funso dan tatanan lingkungan kawasan lindung harus diserasikan satu
sama lain.
2. Pengembangan  Pengembangan kawasan budidaya secara terpadu, terdiri dari pengembangan
Kawasan Budidaya berbagai usaha/ kegiatan, ssistem pemukiman, jaringan transportasi, energi dan
jaringan kelistrikan, jaringan telekomunikasi, serta jaringan prasarana dan sarana
air baku .
 Untuk mewujudkan kerkaitan antarkegiatan yang saling mendukung serta
mencegah dampak negatif yang dapat terjadi terhadap kelestarian lingkungan
hidup dan kehidupan politik, sosial, dan budaya masyarakat setempat dilakukan
penetapan kawasan budidaya berdasarkan kriteria kawasan budidaya.
 Dipilih kawasan yang dapat mendorong pertumbuhan kawasan tersebut dan
sekitarnya, serta dapat mewujudkan pemerataan pemanfaatan ruang di wilayah
nasional.
3. Pengembangan Strategi dan Arah kebijakan pengembangan kawasan tertentu, bertujuan untuk:
Kawasan Tertentu  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
 Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
 Mempercepat pertumbuhan kawasan sangat tertinggal
28

No Faktor Strategi dan Arah Kebijakan


 Menjamin upaya pertahanan keamanan negara
 Memperkuat intergrasi nasional
 Melestarikan fungsi lingkungan hidup
 Meningkatkan daya dukung lingkungan hidup
Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

2.2.2 Kebijakan Tata Ruang Wilayah Pulau Kalimantan


Tata Ruang Wilayah Pulau Kalimantan merupakan bentuk operasional dari
peraturan pemerintah tentang RTRWN sebagai wujud fasilitas pemerintah dalam
penataan ruang lintas wilayah propinsi. Dalam konteks RTR Pulau Kalimantan,
disebutkan bahwa arahan pola pengelolaan kawasan perbatasan lintas negara
didasarkan atas beberapa strategi sebagai berikut :
 Mengembangkan pola-pola kerja sama pembangunan lintas batas dengan
negara tetangga dalam penanganan penyeludupan dan perdagangan ilegal.
 Mengembangan kawasan perbatasan sebagai ”beranda depan” sekitar pintu
gerbang menuju dunia internasional.
 Mengembangkan kawasan perbatasan dengan menganut keserasian antara
prinsip keamanan dan prinsip kesejahteraan masyarakat.
 Mengembangkan pusat-pusat pertambahan pada kawasan perbatasan secara
selektif yang didukung oleh prasarana dan sarana yang memadai.
 Meningkatkan Kerjasama Ekonomi Sub-Regional melalui skema KESR
BIMP-EAGA.
 Memaduserasikan struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan perbatasan
dengan wilayah negara tetangga.
Tabel 2.4
Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan
Ruang Lingkup Substansi Kebijakan
Arahan Pola Pengelolaan Struktur a) Arahan pola pengelolaan sistem kota
Ruang PKN (Pusat Kegiatan Nasional)
 Pusat pelayanan primer: Kota Balikpapan
 Pusat pelayanan sekunder: Kota Pontianak, dan Banjarmasin
 Pusat pelayanan tersier: Samarinda, Bontang, Tarakan, Aruk,
Jagoibabang, Nangabadau, Entikong, Nunukan, Simanggaris, Long Midang, dan
Long Panganhai.

PKW (Pusat Kegiatan Wilayah)


 Pusat pelayanan sekunder: Palangkaraya, Batulicin, Tanjung Redep,
Sangatta, Tanjung Selor, Manilau, dan Tenggarong.
 Pusat pelayanan tersier: Mempawah, Ketapang, Putussibau,
Singkawang, Sampit, Pangkalan Bun, Amuntai, dan Muarabahan.

PKL (Pusat Kegiatan Lokal)


 Kota-kota PKL: Rasau Jaya, Bengkayang, Pemangkat, Sambas,
29

Ruang Lingkup Substansi Kebijakan


Kendawangan, Nangatayap, Lanjak, Kedudui, Sekadau, Nangapinoh, Kotabesi,
Kuala Kuayan, Tambang Sumba, Kumai, Nangabulik, Tamiang Layang,
Purukcahu, Kualakurun, Bahaur, Lupakdolom, Pleihan, Banjarbaru, Rantau,
Kandangan, Tanjung, Kotabaru, Pagatan, Stagen, Tanjung Selor, Tanjung Palas,
Muara Wahau, Sangatta, Tau Lumbis, Muara Telake, Muara Badak, dan Loa
Janan.

b) Arahan pola pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah


1. Transportasi
 Sistem jaringan srteri primer dengan
prioritas rendah pada ruas-ruas: Entikong-Balai Karangan-Bengkayang-
Pontianak; Putussibau-Nangabadau; Nunukan-Malinau-Simanggaris-
Longmidang-Long Pahangai; dan Sitang-Nangapinoh-Tumbangsamba-
Kualakurun-Muarateweh-Sendawar-Tenggarong-Samarinda;
 Sistem jaringan jalan lintas kolektor primer
dengan prioritas tinggi pada ruas-ruas: Ngabang-Mempawah dan
Bengkayang-Mempawah.
2. Prasarana energi dan listrik
 Peningkatan kapasitas dan pengembangan jaringan tenaga listrik untuk
Sistem Kalimantan Barat dengan prioritas tinggi pada: PLTD Ketapang
1,2; PLTD Putussibau 1,2,3; PLTD Sambas 1,2,3; PLTD Singkawang;
PLTD Sanggau 1-2, 3,4; PLTD Sentebang 1, 2-3; PLTD Sintang 1, 2-
4,5; PLTG Baru
3. Prasarana sumber daya air
 Menjamin ketersediaan air baku untuk kebutuhan irigasi pada sentra-
sentra pangan, kawasan permukiman perkotaan, kawasan industri dan
sumber energi tenaga air secara berkelanjutan untuk mendukung
pengembangan kawasan-kawasan andalan dan pusat koleksi-distribusi
 Mendukung pengembangan sektor-sektor produktif, khususnya sentra-
sentra produksi pangan dan sentra-sentra perkebunan.
Arahan Pola Pengelolaan Kawasan Lindung
Pemanfaatan Ruang  Penetapan kawasan sempadan pantai, yakni di kawasan Pantai Barat,
Timur, dan Selatan Pulau Kalimantan
 Penetapan kawasan sempadan sungai, meliputi DAS Kapuas, Landak,
Mempawah, sambas, Pawah, Membuluh, Airhitam Besar, Jelai, Paloh,
Kahayan, Barito, Kapuas, Mantayan, Seruyan, Katingan, Lamandau, Murung,
Barito, Riam Kiri, Riam Kanan, Negara, Kusan, Samponahan, Mahakam,
Sesayap, Kayan, Kelai dan Sebakung.
 Penetapan kawasan sekitar danau/waduk sebagai kawasan berfungsi
lindung pada RTRW Propinsi, Kabupaten, dan Kota
 Pengelolaan kawasan sekitar danau/waduk mencakup Danau Sentarum,
Danau Jempang, Danau Melintang, dan Danau Semayang
 Penetapan kawasan sekitar mata air sebagai kawasan berfungsi lindung
pada RTRW Propinsi, Kabupaten dan Kota

Kawasan Budidaya
 Meningkatkan kualitas fungsi kawasan budidaya pertanian; yang
diprioritaskan penanganannya adalah sentra produksi pangan di Pontianak dan
Singkawang, Sukamara, Kuala Kapuas, Banjarmasin, Marabahan, Kandangan,
Amuntai, dan Tanjung. Sentra perkebunan di Sambas, Bengkayang,
Mempawah, Ngabang, Sanggau, Sintang, Putussibau, Nangayatan,
Nangabulik, Sukamara, Kualakuayan, Pangkalan Bun, Sampit, Sendawar,
Tenggarong, Tanah Grogot, Tanjung Selor, dan Malinau
Arahan Pola Pengelolaan Kawasan  Peningkatan akses dan kota-kota kecil di perbatasan menuju kota-kota
Perbatasan utama terdekat di Pulau Kalimantan, yaitu Entikong-Pontianak, Jagoibabang-
Singkawang, Nangabadau-Putussibau, Longmidang-Malinau, Simanggaris-
Nunukan
 Pengembangan pelayanan penunjang kegiatan perdagangan internasional,
baik berskala kecil hingga besar
 Penerapan insentif-disinsentif untuk pengembangan kawasan perbatasan
yang meliputi pembebasan pajak untuk investor, kemudahan perizinan, dan
bentuk-bentuk lain yang sah berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku.
Sumber: Rakeppres Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan,
30

dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan


Ekonomi Entikong, 2008
31

Tabel 2.5
Arah Pengelolaan Sistem Kota di Pulau Kalimantan
Berdasarkan Keputusan Presiden Tentang RTR Pulau Kalimantan
Fungsi Hirarki Pelayanan
Nama Kota Arahan Pola Pengelolaan
No Kota
Provinsi Kalimantan Barat
1. Sanggau PKW Jasa pemerintahan,  Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi Kalimantan Barat
pertanian tanaman bagian utara yang mendukung sektor produksi wilayah seperti pertanian, perkebunan, perikanan,
pangan, perkebunan, kehutanan dan pertambangan.
perikanan,  Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Tengah menuju sentra-sentra produksi di
kehutanan, dan Ngabang dan Mempawah serta melalui jalur kereta api menuju Pontianak, Sintang, Putussibau,
pertambangan bahan Pangkalan Bun, Sambas dan sekitarnya.
galian logam.  Mengembangkan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kota pemerintahan, pariwisata
dan pengolahan hasil pertanian tanaman pangan (jagung, kacang kedelai, ubi kayu, dan padi), perkebunan
(karet dan kelapa sawit), perikanan air tawar, dan pertambangan (bauksit, batu granit, emas, kaolin feld
spart, mika dan pasir kuarsa).
 Meningkatkan aksesibilitas menuju pintu gerbang perbatasan antar negara di Nangabadau melalui
peningkatan kualitas jaringan jalan Putusibau – Manggur – Nangabadau.
 Membangun fasilitas pemrosesan hasil-hasil produksi hutan (logging, sawmil, dsb)
 Membangunan fasilitas akomodasi wisata alam yang didukung strategi pemasaran yang memadai dengan
memanfaatkan daya tarik Danau Sentarum, dan TN Betung Karihun.
 Mengembangkan jasa-jasa perkotaan dengan skala regional Kalimantan Barat, meliputi perdagangan,
kesehatan, pariwisata dan jasa-jasa sosial lainnya.
 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat kota
Sanggau.
 Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW Kota.
2. Sintang PKW Jasa pemerintahan,  Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi Kalimantan Barat
pertanian tanaman bagian utara yang mendukung sektor produksi wilayah seperti pertanian, perkebunan (kelapa sawit),
pangan, perkebunan kehutanan dan pertambangan (bauksit dan batu bara).
dan pertambangan  Mengembangkan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kota pemerintahan, pariwisata
bahan galian logam. dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan hasil hutan.
 Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan pengumpan menuju sentra-sentra produksi di
Putussibau, Sanggau dan sekitarnya serta melalui dukungan outlet Bandara Susilo sebagai suatu sistem.
 Meningkatkan aksesibilitas menuju pintu gerbang perbatasan antar negara di Nangabadau melalui
peningkatan kualitas jaringan jalan Putusibau – Manggur – Nangabadau.
 Membangun fasilitas pemrosesan hasil-hasil produksi hutan (logging, sawmil, dsb).

30
32

Fungsi Hirarki Pelayanan


Nama Kota Arahan Pola Pengelolaan
No Kota
Provinsi Kalimantan Barat
 Membangunan fasilitas akomodasi wisata alam yang didukung strategi pemasaran yang memadai dengan
memanfaatkan daya tarik Danau Sentarum, dan TN Betung Karihun.
 Mengembangkan jasa-jasa perkotaan dengan skala regional Kalimantan Barat, meliputi perdagangan,
kesehatan, pariwisata dan jasa-jasa sosial lainnya.
 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat kota
Sintang.
 Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW Kota.
3. Putussibau PKW Jasa pemerintahan,  Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi Kalimantan Barat
pertanian, kehutanan, bagian utara yang mendukung sektor produksi wilayah seperti pertanian, kehutanan, tanaman pangan dan
dan pariwisata pariwisata (Danau Sentarum).
 Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan pengumpan dan jalur kereta api menuju sentra-sentra
produksi di Sintang dan sekitarnya serta dukungan outlet Bandara Pangsuma sebagai Pusat Penyebaran
Sekunder sebagai satu sistem.
 Mengembangkan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kota pemerintahan, pariwisata
dan pengolahan hasil pertanian dan hasil hutan.
 Meningkatkan aksesibilitas menuju pintu gerbang perbatasan antar negara di Nangabadau melalui
peningkatan kualitas jaringan jalan Putusibau – Manggur – Nangabadau.
 Membangun fasilitas pemrosesan hasil-hasil produksi hutan (logging, sawmil, dsb).
 Membangunan fasilitas akomodasi wisata alam yang didukung strategi pemasaran yang memadai dengan
memanfaatkan daya tarik Danau Sentarum, dan TN Betung Karihun.
 Mengembangkan jasa-jasa perkotaan dengan skala regional Kalimantan Barat, meliputi perdagangan,
kesehatan, pariwisata dan jasa-jasa sosial lainnya.
 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota
Putussibau.
 Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW Kota.
4. Aruk PKSN Pelayanan  Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas yang berfungsi sebagai outlet pemasaran
administrasi pelintas untuk wilayah Kabupaten Sambas dan Landak.
batas negara,  Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Utara menuju sentra-sentra produksi di
perdagangan-jasa Putussibau dan Lintas Selatan menuju Singkawang, Sambas, Mempawah, Pontianak dan sekitarnya.
dan transhipment  Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, dst) dan
point. fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung sebagai pintu gerbang lintas negara.
 Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang kawasan Aruk dsk dengan kawasan perbatasan di wilayah
Sarawak.
 Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan negara tetangga.

31
33

Fungsi Hirarki Pelayanan


Nama Kota Arahan Pola Pengelolaan
No Kota
Provinsi Kalimantan Barat
 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota
Aruk.
5. Jasa PKSN Pelayanan  Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas yang berfungsi sebagai outlet pemasaran
administrasi pelintas untuk wilayah Kabupaten Sambas, Bengkayang dan Kabupaten Landak.
batas negara,  Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Utara menuju sentra-sentra produksi di
perdagangan-jasa Putussibau dan sekitarnya.
dan transhipment  Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, dst) dan
point. fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung sebagai pintu gerbang lintas negara.
 Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang kawasan jagoibabang dsk dengan kawasan perbatasan di
wilayah Sarawak.
 Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah negara tetangga.
6. Jagoibabang PKSN Pelayanan  Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas yang berfungsi sebagai outlet pemasaran
administrasi pelintas untuk wilayah Kabupaten Sambas, Bengkayang dan Kabupaten Landak.
batas negara,  Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Utara menuju sentra-sentra produksi di
perdagangan-jasa Putussibau dan sekitarnya serta melaui jaringan jalan pengumpan menuju Bengkayang, Sungai Pinyuh,
dan transhipment dan Singakwang.
point.  Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, dst) dan
fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung sebagai pintu gerbang lintas negara.
 Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang kawasan jagoibabang dsk dengan kawasan perbatasan di
wilayah Sarawak.
 Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah negara tetangga.
7. Nangabadau PKSN Pelayanan  Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas yang berfungsi sebagai outlet pemasaran
administrasi pelintas untuk wilayah Kabupaten Kapuas Hulu.
batas negara,  Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Utara menuju sentra-sentra produksi di
perdagangan-jasa Putussibau, Nangamerakai, dan kawasan lainnya di Kabupaten Kapuas Hulu.
dan transhipment  Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, dst) dan
point. fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung sebagai pintu gerbang lintas negara.
 Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang kawasan Nangabadau dsk dengan kawasan perbatasan di
wilayah Sarawak.
 Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah negara tetangga.
 Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat investasi pasar modal.
 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota
Nangabadau.
 Meningkatkan fasilitas kepariwisataan dan aksesibilitas menuju TN Danau Sentarum dalam rangka

32
34

Fungsi Hirarki Pelayanan


Nama Kota Arahan Pola Pengelolaan
No Kota
Provinsi Kalimantan Barat
mendukung pengembangan sektor kepariwisataan.
8. Entikong PKSN Pelayanan  Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas yang berfungsi sebagai outlet pemasaran
administrasi pelintas untuk wilayah Kabupaten Sanggau.
batas negara,  Meningkatkan aksesibilitas menuju sentra-sentra produksi di Sanggau, Sintang, Sekadau dan kawasan
perdagangan-jasa lainnya di Kabupaten Sanggau.
dan transhipment  Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, dst) dan
point. fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung sebagai pintu gerbang lintas negara.
 Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang pada kawasan andalan Sanggau dsk dengan kawasan
perbatasan di wilayah Sarawak.
 Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah negara tetangga.
 Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat investasi pasar modal.
 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota
Entikong.
Sumber: Rakeppres Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan dalam Penyusunan
Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Entikong,2008

33
35

2.2.3 Kebijakan Tata Ruang Wilayah Propinsi Kalimantan Barat


Penataan Ruang Wilayah Kalimantan Barat pada dasarnya mengakomodasi
tujuan dan sasaran pengembangan yang dihadapi. Konsep penataannya tidak terlepas
dari tujuan pengembangan wilayah yang pada dasarnya selaras dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Konsep pengembangan tata ruang wilayah
Propinsi Kalimantan Barat merupakan struktur umum ruang wilayah propinsi dalam
kerangka pengembangan potensi dan mengatasi permasalahan pokok wilayah untuk
mendorong perwujudan tujuan pengembangan tata ruang, yang memeperhatikan garis
besar kondisi sistem kegiatan sosial-ekonomi berupa:
 Pusat-pusat permukiman utama
 Lokasi pengembangan kegiatan-kegiatan utama pembentuk ruang
 Keterkaitan antar kawasan
 Orientasi ekspor
Adapun beberapa pertimbangan yang bersifat eksternal sehubungan dengan penyusunan
RTRW Propinsi Kalimantan Barat, yang khususnya berkaitan dengan pengembangan
kawasan perbatasan, diantaranya:
1. Kalimantan Barat memiliki gerbang yang potensial dikembangkan sebagai:
 Tiga gerbang udara, yaitu: Pontianak, Ketapang, dan Sintang. Enam gerbang
darat internasional (ke Serawak), yaitu: Temajuk, Aruk, Jagoi Babang,
Entikong, Jasa, dan Nanga Badau
 Tiga gerbang darat interregional, yaitu: Nanga Melaban Ella dan Kudangan
dengan Propinsi Kalimantan Tengah serta Bungan (Kedamin) dengan
Propinsi Kalimantan Timur.
 Lima gerbang laut, yaitu: Pontianak, Ketapang, Kendawangan, Sintete
(Pemangkat), dan Pulau Temojo (Rencana).
2. Hubungan (perdagangan) Kalimantan Barat dengan wilayah luar dalam volume
yang relatif tinggi terutama dengan Jakarta, Batam, Singapura, dan Serawak
3. Perbatasan langsung dengan Sarawak (Malaysia Timur) di sepanjang bagian
utara propinsi dan kecenderungan interaksi penduduk perbatasan ke wilayah
Serawak dapat saja menjadikan Kalimantan Barat sebagai hinterland Serawak.
36

4. Eksploitasi sumber daya alam di daerah perbatasan bagian wilayah Serawak,


perlu diantisispasi sedini mengkin karena dikhawatirkan akan dapat
membahayakan kelestarian lingkungan wilayah Kalimantan Barat, selain dapat
menjadi sumber konflik yang dapat membahayakan keamanan nasional kedua
negara. Demikian pula dengan eksploitasi sumber daya alam di daerah
perbatasan dengan propinsi lain (Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur),
dibutuhkan kerjasama penanganan yang serasi.
5. Secara politis, penduduk di kawasan perbatasan perlu diberikan pelayanan sebaik
mungkin.
6. Kerjasama pembangunan sosial ekonomi Malaysia-Indonesia (Sosek-Malindo),
yang mana ini dapat saja dikaitkan dengan meningkatkan hubungan kerjasama
pengembangan wilayah perbatasan secara terpadu dengan Rencana Tata Ruang
Perbatasan sebagai payungnya.
7. Terjadinya perdagangan bebas yang dampaknya jelas akan mempengaruhi
ekonomi produksi dan perdagangan. Kalimantan barat berpeluang besar untuk
bersaing khususnya dalam hal mengekspor produk dari kayu dan rotan, produk
hasil karet, minyak nabati, perhiasan dan permata, serta keramik dan gelas.
Selanjutnya, komoditas yang ditimbulkan akan berimplikasi terhadap keterkaitan
antar wilayah yang telah ada. Kemunduran akan mengancam pihak yang kalah
bersaing. Sebagai salah satu propinsi yang berbatasan langsung dengan negara
ASEAN lain, Kalimantan Barat dapat terkena dampak dari kebijaksanaan
tersebut, terutama apabila produksi dari komoditas-komoditas perdagangan
bebas dari dalam negeri kurang/tidak mampu berkompetisi dengan produk-
produk dari luar. Dampak lanjutannya adalah, wilayah Kalimantan Barat
potensial sebagai ”Pasar”
8. Munculnya Newly Industrialized Countries di antaranya Korea Selatan, Taiwan,
Hongkong, dan Singapura; adalah negara-negara yang sangat tinggi pertumbuhan
ekonominya. Negara-negara ini bersama dengan Jepang (yang sudah
berkembang lebih dahulu) berpotensi mempengaruhi konstelasi perekonomian
regional pada wilyah-wilayah yang termasuk dalam sabuk pasifik (pasific rim).
Posisi ini dapat terkena dampak perubahan.
37

Pengembangan kawasan perbatasan dikategorikan sebagai kawasan tertentu/kawasan


prioritas yang penataan ruangnya memang benar-benar diprioritaskan sehubungan
dengan adanya fungsi penting dalam pertahanan dan keamanan negara. Secara
konseptual, pengembangan kawasan tertentu, baik menyangkut pemanfaatan sumber
daya alam (tambang, hutan, dan potensi pariwisata), bertujuan untuk mencegah
terjadinya konflik kepentingan antar sektor, maupun menjaga kelestarian alam pada
perbatasan wilayah (antarpropinsi maupun antar negara). Kawasan tertentu yang akan
dikembangkan adalah:
1. Kawasan perbatasan dengan Negara Sarawak (Malaysia); Paloh-Sajingan
Besar-Jagoi Babang-Entikong-Sekayam-Ketungau Hulu-Ketungau Tengah-
Empanang-Puring Kencana-Badau-Batang Lupur-Embaloh Hulu-Putussibau.
2. Kawasan kritis lingkungan Taman Nasional Gunung Palung, Betung
Kerihan, Danau Seterum, dan kawasan yang direncanakan menjadi Taman
Nasional, yaitu; Gunung Niut Penrissen (sekarang masih berstatus cagar alam)
2.2.4 Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Propinsi Kalimantan
Barat
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan turunan
dari kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang mengacu pada
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU No. 25 Tahun 2004 dan UU No. 32
Tahun 2004). RPJMD ini nantinya akan menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana
Kerja Pemda dan RAPBD (Rencana Anggaran Pemasukan Belanja Daerah). Di dalam
RPJMD juga mengakomodir visi, misi, dan Program Kepala Daerah yang dalam hal ini
adalah Gubernur Propinsi Kalimantan Barat. Visi dari Kepala Daerah Propinsi
Kalimantan Barat, yaitu: ”Terwujudnya Masyarakat Kalimantan Barat yang
Harmonis Dalam Usaha, dan Tertib Dalam Pemerintahan”. Dalam konteks
pengembangan kawasan perbatasan, RPJMD juga menetapkan beberapa wilayah di
Propinsi Kalimantan Barat yang menjadi wilayah pembangunan antar negara, lengkap
dengan sektor unggulan yang dikembangkan, meliputi:
1. Aruk (Kabupaten Sambas)
 Industri kayu
 Industri pengolahan hasil perkebunan rakyat (Lada, coklat, kopi, dsb)
38

2. Jagoi Babang (Kabupaten Bengkayang)


 Industri hasil hutan
 Perdagangan dan jasa
3. Entikong (kabupaten Sanggau)
 Perdagangan dan jasa (Retail)
 Industri dan dry port
 Pusat pelayanan dan latihan tenaga kerja Indonesia (TKI)
 Perumahan untuk TKI
4. Jasa (Kabupaten Sintang)
 Pembangkit tenaga listrik (batubara)
 Industri hasil kehutanan
5. Nanga Badau ( Kabupaten Kapuas Hulu)
 Industri Pariwisata (Ecotourism)
 Industri pengolahan (perikanan darat dan sarang burung walet)
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Propinsi Kalimantan Barat
terdapat beberapa strategi dan kebijakan mengenai pembangunan kawasan perbatasan di
Kalimantan Barat yang terbagi atas mikro strategis dan makro strategis. Kebijakan
mikro strategis, meliputi:
1. Pengakuan kawasan perbatasan sebagai beranda atau halaman
negara, dengan kebijakan yang dapat dioperasionalkan
2. Mengedepankan pendekatan kesejahteraan dengan tidak
mengabaikan pendekatan security
3. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan.
4. Peningkatan kerjasama ekonomi sub regional (BIMP-EAGA dan
Sosek Malindo)
Selanjutnya kebijakan makro strategis tersebut diturunkan dalam kebijakan mikro
strategis yang meliputi penyusunan Rencana tata ruang, infrastruktur kewilayahan
(Jalan, pelabuhan, air bersih, energi dan telekomunikasi), serta dibentuknya Badan
Pengelolaan Kawasan Perbatasan. Berdasarkan tata ruang nasional, kewenangan
kawasan perbatasan berada pada pemerintah pusat. Oleh karena itu mengacu pada
raperpres kawasan perbatasan dan diperkuat oleh RPJM Propinsi Kalimantan Barat.
39

2.2.5 Posisi Keadaan Kawasan Perbatasan Indonesia Sampai Dengan Tahun 2007
atas Pencapaian Sasaran RPJMN 2004-2009
Upaya-upaya pembangunan wilayah perbatasan yang telah dilakukan oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat hingga tahun 2007 telah
menunjukan kemajuan yang cukup berarti. Dari sisi penanganan kesenjangan
pembangunan, berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh KPDT (Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal), dari 20 kabupaten tertinggal di wilayah perbatasan
yang diprioritaskan penanganannya pada RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional) 2004-2009, 7 (tujuh) kabupaten diantaranya saat ini telah berstatus
maju, atau dapat dikeluarkan dari kategori kabupaten tertinggal.
Tabel 2.6
Status Kabupaten Tertinggal di Wilayah Perbatasan
Berdasarkan Indiktor Ketertinggalan
Kabupaten Status Provinsi
Natuna Maju Kepulauan Riau
Kupang Maju Nusa Tenggara Timur
Sambas Maju Kalimantan Barat
Kutai Barat Maju Kalimantan Timur
Malinau Maju Kalimantan Timur
Nunukan Maju Kalimantan Timur
Jayapura Maju Papua
Bengkayang Agak Tertinggal Kalimantan Barat
Sanggau Agak Tertinggal Kalimantan Barat
Sintang Agak Tertinggal Kalimantan Barat
Kapuas Hulu Agak Tertinggal Kalimantan Barat
Kepulauan Talaud Tertinggal Maluku Utara
Halmahera Utara Tertinggal Maluku Utara
Merauke Tertinggal Papua
Boven Digoel Tertinggal Papua
Keerom Tertinggal Papua
Timor Tengah Utara Sangat Tertinggal Nusa Tenggara Timur
Belu Sangat Tertinggal Nusa Tenggara Timur
Jayawijaya Sangat Tertinggal Papua
Pegunungan Bintang Sangat Parah Papua
Sumber : Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal,2007

Keterangan:
= Perbatasan Antar Negara di Provinsi Kalimantan Barat
Dalam aspek penetapan dan penegasan batas, Indonesia sudah menyepakati
perjanjian batas darat dengan Papua Nugini dan sebagian besar batas darat dengan
Malaysia dan Timor Leste. Kesepakatan juga sudah tercapai pada sebagian segmen
40

Batas Laut Wilayah dengan Malaysia dan Singapura serta Batas Landas Kontinen
dengan India, Thailand, Malaysia (di selat Malaka dan Laut Cina Selatan), Vietnam dan
Papua Nugini. Sementara dengan Australia, seluruh batas laut berupa batas Landas
Kontinen dan Zona Ekonomi Eksklusif telah disepakati. Dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir ini telah terlaksana berbagai perundingan penetapan batas laut yang belum
disekapakti, antara lain penyelesaian permasalahan batas darat RI-Malaysia, Batas laut
RI-Malaysia di laut Sulawesi, Selat Malaka, dan Laut China Selatan; serta batas laut
dengan Filipina dan Singapura. Dari perundingan-perundingan ini telah tercapai
berbagai kesepakatan tindak lanjut untuk pelaksanaan perundingan tahap selanjutnya.
Hasil lain yang berhasil dicapai adalah terbangunnya tanda-tanda fisik batas di wilayah
perbatasan dan pulau kecil terluar sebagai upaya penegasan kedaulatan negara di
wilayah perbatasan.
Dalam aspek penyediaan fasilitas kepabeanan, keimigrasian, karantina, serta
keamanan dan pertahanan (CIQS), telah terbangun Pos Lintas Baru di beberapa lokasi,
serta pembangunan pintu perbatasan RI-Malaysia di Kalbar serta RI-PNG di Papua.
Dalam aspek kerja sama kegiatan ekonomi antar negara telah terlaksana kesepakatan
kerjasama ekonomi dengan dengan negara tetangga melalui forum Sosek Malindo dan
KESR, serta terbangunnya fasilitas perdagangan lintas batas dengan negara tetangga
seperti pembangunan outlet ekspor dan pembangunan pasar perbatasan. Sedangkan
dalam aspek penguatan wawasan kebangsaan/ideologi, penegakan hukum dan
peningkatan upaya pertahanan-keamanan, telah tercapai upaya-upaya penyediaan sarana
dan prasarana pertahanan maupun keamanan (TNI dan POLRI), serta terlaksananya
operasi pengamanan di wilayah perbatasan dan pulau kecil terluar.

2.3 Kebijakan Pengembangan BIMP-EAGA (Brunei Darussalam-Indonesia-


Malaysia-Philippines-East ASEAN Growth Area)
Konsep dasar pengembangan BIMP-EAGA (Brunei Darussalam-Indonesia-
Malaysia-Philippines-East ASEAN Growth Area) mengacu pada konsep pengembangan
”Wilayah pertumbuhan (Growth Area Concept) atau segitiga pertumbuhan (Growth
Triangle)”. Adapun strategi pengembangan wilayah BIMP-EAGA meliputi:
1. Kerangka kerjasama ekonomi regional
41

2. Meningkatkan kemampuan sektor-sektor umum dan swasta.


Strategi sektoral dan lintas sektoral hasil kesepakatan BIMP-EAGA dapat dilihat pada
Tabel 2.7
Tabel 2.7
Strategi Sektoral dan Lintas Sektoral BIMP-EAGA
Sektor Ketergantungan/kebutuhan Manfaat
Strategi
Produktif dari Sektor Lain Terhadap Sektor Lain
Pertanian, Program kerja-sama Perlu fasilitas prasarana Menunjang pengembangan
Perikanan, dan regional untuk komersil dan fisik serta kegiatan
Kehutanan pengembangan ”skala pengembangan SDM agroindustri/agrowisata
ekonomi”
Industri Program kerjasama Perlu fasilitas prasarana fisik Memperluas peluang usaha
regional untuk dan pengembangan SDM dan pengembangan sektor-
regionalisasi produksi sektor terkait
dan ”skala ekonomi”
Pariwisata Program kerjasama Perlu fasilitas prasarana fisik, Mendorong pengembangan
regional dalam kebijaksanaan dan sektor lain yang terkait
pengembangan BIMP- pengembangan SDM
EAGA sebagai daerah
tujuan wisata utama,
melalui peningkatan
peran serta sektor swasta
Transportasi dan Program kerjasama Perlu fasilitas pada Mendorong pengembangan
komunikasi regional kebijaksanaan keuangan serta seluruh sektor-sektor
pengembangan SDM produksi
Sumber Daya Program Kerjasama Perlu fasilitas kebijaksanaan Mendorong pengembangan
Manusia (SDM) regional untuk investasi dan prasarana seluruh sektor produksi
pengembangan skala pendukung
ekonomi dan penyediaan
tenaga kerja
Perdagangan dan Peningkatan regionalisasi Perlu fasilitas kebijaksanaan Mendorong pengembangan
Investasi produksi dan investasi dan prasarana seluruh sektor produksi
mewujudkan keuntungan pendukung
skala ekonomi
Sumber: ADB Study BIMP-EAGA, dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan
Ekonomi Entikong, 2008

2.4 Kebijakan Berdasarkan Sosek Malindo


Pembentukan kerjasama Sosek Malindo (Sosial Ekonomi Malaysia Indonesia)
adalah sebuah upaya yang ditempuh oleh Negara Indonesia dan Malaysia untuk
menciptakan kondisi sosial dan ekonomi yang kondusif bagi kesejahteraan masyarakat
masing-masing daerah, khususnya masyarakat masing-masing daerah, khususnya
masyarakat di kawasan perbatasan. Sejak terbentuknya kerjasama Sosek Malindo dan
tahun 1986 hingga tahun 2004, telah terbentuk 8 tim teknis dan telah melakukan 19 kali
42

sidang yang dilakukan setiap tahunnya secara bergilran. Sidang ke-19 yang dilakukan
pada tanggal 23-24 Juni 2003 di Pontianak membahas 9 kertas kerja dan 1 kertas
laporan. Hasil pembahasan dan keputusan sidang adalah sebagai berikut:
Tabel 2.8
Hasil Sidang Ke-19 Kerjasama Sosek Malindo
No Bidang Hasil Sidang
1. Ekonomi  Pengembangan pusat pengembangan kawasan
perbatasan kawasan perbatasan di Entikong, Nanga Badau,
Temajok, Aruk, Jagoibabang, dan Jasa (Senaning)
 Kerjasama pengusaha Serawak dengan Pemkab
Sambas dalam masalah pengangkatan LPG untuk kemudian
meminta Petronas, Pertamina, dan LPKP mengkaji
mekanisme angkutan khusus yang akan digunakan
2. Perhubungan 1. Pembangunan darat:
 Pemberlakuan penyesuaian tarif kendaraan
angkutan umum
 Kerjasama hubungan darat Indonesia-
Malaysia-Brunei Darussalam
 Kendaraan khusus untuk angkutan LPG
2. Pembangunan Laut:
 Pertukaran data hidrogafi
 Pelayanan angkutan penumpang umum rute
Sintete-Kuching PP
3. Perhubungan udara: Peningkatan pelayanan udara
3. Pembangunan PPLB  Cadangan pembukaan pintu baru Nanga Badau-Lubuk
Antu
 Pembangunan pagar/lorong utama PPLB Entikong-
Tebedu
4. Pemberantasan  Penanganan kendaraan bermotor lintas perbatasan
Penyelundupan Sepanjang sesuai dengan peraturan masing-masing
Kawasan Perbatasan  Merancang mekanisme patroli bersama
 Kesepakatan untuk tukar menukar informasi terhadap
peraturan mengenai barang larangan dan pembatasan
 Kesepakatan melakukan pencegahan penyelundupan
berdasarkan informasi yang diperoleh dari salah satu pihak
5. Pariwisata dan Pendidikan Kerjasama pariwisata, kerjasama kebudayaan, kerjasama
pengembangan kawasan ecotourism
6. Kesehatan dan Tenaga Masalah pencegahan penyakit, kesehatan lingkungan,
Kerja pengawasan makanan dan obat, pekerja asing.
7. Kehutanan dan Lingkungan  Kerjasama pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Hidup hutan
 Pertukaran informasi hasil penelitian
 Perlindungan keanekaragaman hayati
 Pengendalian Pencemaran air laut dan pantai
Sumber : Data dan Informasi Kerjasama Sosek Malindo dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Kawasan Pengembangan Ekonomi Entikong, 2008

También podría gustarte