Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
b. Ideologi Liberal
* Liberalisme memandang manusia, pertama-tama sebagai yang digerakkan
oleh motivasi kepentingan ekonomi pribadi, dan liberalisme mempertahankan hak
manusia untuk mencapai semaksimal mungkin cita-cita pribadinya. Liberalisme
percaya akan efektivitas pasaran bebas dan hak atas milik pribadi. Hak-hak,
kebebasan individu sangat ditekankan dan diperjuangkan demi untuk melindungi
individu-individu terhadap kesewenangan negara.
Kemiskinan menurut ideologi liberal
Berbeda dengan kaum konservatif, kaum liberal memandang kemiskinan
sebagai masalah yang serius, karenanya harus dipecahkan. Masalah kemiskinan
menurut kaum liberal dapat diselesaikan dalam struktur politik dan ekonomi yang
sudah ada. Yang penting ialah diciptakannya kesempatan yang sama untuk berusaha
bagi setiap orang tanpa diskriminasi. Ada kepercayaan kuat pada kaum liberal,
bahwa orang miskin pasti dapat mengatasi kemiskinan mereka, asal mereka
mendapat kesempatan berusaha yang memadai. Untuk mengatasi kemiskinan,
mereka mengusulkan diperbaikinya pelayanan-pelayanan bagi kaum miskin,
membuka kesempatan-kesempatan kerja baru, membangun perumahan dan
menyebar-luaskan pendidikan. Sehubungan dengan kultur orang miskin, kaum
liberal mempunyai pandangan yang lebih optimistis daripada pandangan kaum
konservatif. Menurut kaum liberal, agar orang miskin terbebaskan dari kultur mereka
yang memiskinkan itu, perlu diadakan perubahan-perubahan terhadap lingkungan
dan situasi hidup mereka. Perubahan ini meliputi dihapuskannya diskriminasi dalam
mencari kerja, perumahan dan pendidikan; perlu juga diciptakan lapangan-lapangan
kerja dan latihan-latihan ketrampilan serta diperbaikinya pelayanan-pelayanan
lainnya. Kalau kondisi-kondisi sosial dan ekonomi telah diperbaiki dan kesempatan-
kesempatan baru telah terbuka bagi orang-orang miskin, maka orang-orang miskin
ini menurut kaum liberal akan siap menyesuaikan diri dengan kultur dominan dalam
masyarakat dan meninggalkan kultur mereka.
c. Kesimpulan
* Baik konservatif maupun liberal mempertahankan struktur sosial yang
sudah ada, dan struktur sosial ini ditandai dengan perbedaan tingkat sosial, sistem
ekonomi kapitalis dan demokratis politik. Perbedaan dalam memandang kemiskinan
ialah kaum koservatif cenderung menyalahkan orang miskin, bahwa orang miskin
tidak cukup berusaha menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada yang
disediakan oleh masyarakat; sedangkan kaum liberal memandang, bahwa
kesempatan yang ada belum cukup memadai sehingga orang miskin tidak bisa hidup
sebagaimana diharapkan. Maka usaha kaum liberal ialah bagaimana memungkinkan
orang miskin hidup dalam struktur sosial yang sudah ada, sedang kaum konservatif
lebih cenderung membiarkan mereka.
Model konflik
Berbeda dari model konsensus, model konflik ini memandang struktur sosial
yang ada sebagai hasil pemaksaan sekelompok kecil anggota masyarakat terhadap
mayoritas warga masyarakat. Jadi struktur sosial bukanlah hasil konsensus seluruh
warga apalagi persetujuan bersama mengenai nilai-nilai dan norma-norma. Struktur
sosial adalah dominasi sekelompok kecil dan kepatuhan serta ketundukan sebagian
besar warga masyarakat atas dominasi kelompok kecil tersebut. Hukum dan undang-
undang dalam masyarakat adalah ciptaan kelompok kecil, elite, kelompok yang
memerintah untuk mempertahankan kepentingan mereka. Hukum dan undang-
undang terutama ditujukan untuk melindungi milik-milik pribadi dan kepentingan
mereka. Model ini memandang positif perubahan-perubahan dan memandang konflik
sebagai sumber-sumber potensi bagi perubahan sosial yang progresif. Penganut
model ini karenanya selalu mempertanyakan struktur sosial yang sudah ada. Mereka
tidak mempersoalkan bagaimana orang miskin bisa hidup dan berprestasi dalam
struktur sosial yang sudah ada sebagaimana ditekankan kaum liberal, tetapi mereka
mempersoalkan struktur sosial itu sendiri dan menganggapnya sebagai penyebab
kemiskinan. Maka persoalan kultur dan mentalitas orang miskin tidak menarik
perhatian para penganut model konflik ini, sebab persoalan kultur orang miskin
dianggapnya tidak mempersoalkan secara mendasar struktur dan kekuasaan politik
yang sudah ada. Bahkan mereka menilai kultur dan mentalitas orang miskin yang
digambarkan oleh kaum konservatif itu disebabkan oleh struktur sosial itu sendiri
yang tetap bertahan berpuluh atau beratus tahun.
Ada tiga bagian dari botol ikan di atas, bagian yang paling besar ada di
bawah, sedangkan yang terkecil di atas. Tiga bagian botol tersebut menggambarkan
masyarakat di mana kita hidup. Kita semua adalah ikan-ikan dalam botol tersebut.
Tetapi kita semua tidak sama, tidak sama besar dan tidak sama tempatnya dalam
botol. Ada ikan yang kecil, ada ikan yang gemuk. Ikan yang gemuk ada di bagian
atas botol, sedang ikan yang kecil-kecil ada di bagian bawah botol. Sebagian besar
dari kita adalah ikan yang berada di bagian paling bawah botol. sedang hanya
sebagian kecil dari kita (ikan gemuk) ada di bagian atas botol, sebagian lain dari kita
(ikan ukuran menengah) tinggal di bagian tengah botol. Bagian terbesar dari kita
hidup dan mati dalam bagian botol di mana kita lahir. Hanya ada satu jalan masuk
dari bagian botol ke bagian botol lain yaitu melalui salah satu lubang-lubang yang
menghubungkan bagian-bagian botol. Sebagian besar ikan ingin naik ke bagian botol
di atasnya, sehingga terjadi kompetisi yang sengit di sekitar lubang-lubang
penghubung. Lusinan ikan saling menerobos ke pintu masuk lubang-lubang itu,
tetapi hanya sejumlah kecil saja yang berhasil masuk dan naik ke bagian botol di
atasnya. Tetapi ikan-ikan lainnya berkeyakinan bahwa mereka pun kelak akan bisa
masuk juga. Maka cukuplah satu dua ikan berhasil masuk demi untuk menjamin dan
melanggengkan harapan dan kepercayaan banyak ikan lainnya bahwa mereka pun
sebenarnya juga bisa masuk.
Yang mengontrol
Lubang-lubang masuk itu sebetulnya dikontrol dan diatur dari atas oleh ikan-
ikan besar. Jika ikan-ikan besar ini melihat bahwa bagian botol tengah terlalu penuh,
maka mereka akan mempersempit lebarnya lubang masuk dari bagian botol terbawah
ke bagian botol tengah atau penutup salah satu lubang yang ada. Sebaliknya jika
mereka ingin ikan-ikan lain masuk entah masuk ke dalam bagian botol teratas seperti
mereka, maka ikan besar ini tinggal memperlebar lubang masuk. Ikan-ikan besar itu
tidak hanya mengontrol lubang-lubang masuk tetapi juga mengontrol persediaan dan
penyaluran makanan ke seluruh sistem. Mereka itulah yang memutuskan untuk
menambah penyaluran makan atau memperkecilnya pada tiap-tiap bagian botol.
Ikan-ikan besar mengamati dengan pebuh perhatian apa yang terjadi dalam bagian-
bagian botol di bawahnya. Mereka selalu menjaga dengan segala upaya jangan
sampai ikan-ikan kecil dan ikan-ikan menengah membuat sabotase atau mencoba
menghancurkan seluruh botol. Ikan-ikan kecil dan menengah yang dilihat atau
dicurigai mencoba-coba untuk membuat sabotase lalu segera dikucilkan dan diisolasi
dan bahkan dibuat sedemikian rupa sehingga dimakan oleh ikan-ikan rekan-rekan
mereka sendiri. Tetapi tindakan ikan-ikan besar sedemikian itu jarang terjadi dan
hampir tidak perlu, sebab mereka itu benar-benar mengontrol lubang-lubang masuk
dan pembagian makanan sedemikian rupa sehingga bagian terbesar ikan-ikan yang
ada menerima dengan senang hati sistem yang ada meski dalam sistem itu selalu
terjadi kompetisi yang sangat tajam. Ikan-ikan saling berkompetisi untuk
mendapatkan makanan dan berebut untuk dapat masuk ke bagian botol yang lebih
atas. Tetapi justru sikap ikan-ikan inilah yang mempertahankan dan melanggengkan
sistem yang ada, sebab sejauh mereka melihat, bahwa ada beberapa ikan berhasil
masuk ke bagian botol yang lebih atas dan tambahan rejeki sampai pada mereka,
maka semua ikan akan menerima kompetisi sebagai hal yang tak terelakkan, bahkan
mereka yakin kompetisi sebagai hal yang tepat dan baik.
Penganut model ini melihat masyarakat yang ada sebagai masyarakat massal.
Masyarakat massal itu terdiri dari kelompok elite yang berada di atas dan massa
rakyat banyak yang ada di lapisan bawah, yang sama sekali tidak terorganisasi
sehingga tidak memiliki kekuasaan yang efektif. Dalam masyarakat massal itu rakyat
adalah konsumen media massa. Komunikasi yang ada hanya satu arah dan
pendengar-pandangan individu tidak dapat memberi reaksi atau jawaban kembali.
Karena tidak menguasai media massa, maka kelompok-kelompok pemrotes tidak
mampu menyuarakan pendapat mereka. Penganut model ini juga berpendapat bahwa
dalam masyarakat kemiskinan memang sengaja dipertahankan sebab orang-orang
miskin dianggap memang mempunyai fungsi. Sistem ekonomi, kepentingan
kelompok penguasa dan elite penguasa membutuhkan kelanggengan kemiskinan,
sebab kemiskinan akan menjamin masyarakat adanya pekerjaan-pekerjaan kotor
yang harus dikerjakan. Dengan kata lain, kemiskinan berfungsi menyediakan tenaga-
tenaga kerja murah yang mau menangani pekerjaan kotor dengan upah murah.
Karena orang miskin dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan upah rendah,
maka mereka sebenarnya memberikan subsidi berbagai macam kegiatan ekonomi
yang menguntungkan orang kaya. Umpama pelayan rumah, mereka ini membantu
orang-orang kelas menengah, membuat hidup tuan-tuannya lebih enak dan
membebaskan nyonya-nyonya rumah tangga sehingga mereka bisa melakukan
macam-macam kegiatan profesional kultural atau menghadiri pesta-pesta.
Orang-orang miskin juga berfungsi menstabilkan proses kehidupan politik.
Karena orang-orang miskin umumnya tidak acuh dan kurang berminat dalam
kegiatan politik (misalnya pemilu). Maka sejauh mereka telah diharapkan pasti akan
memilih partai tertentu, maka partai yang bersangkutan lalu terus memusatkan
perhatian dan usahanya untuk memperoleh dukungan suara dari kelompok kelas
sosial lain yaitu kelas menengah atau kelas atas dan mengabaikan orang-orang
miskin. Orang-orang miskin juga dibutuhkan sebagai identifikasi jelas pelanggaran-
pelanggaran norma masyarakat. Untuk membenarkan baiknya kerja keras, rajin,
jujur, monogami, para pendukung dan pembela norma-norma ini harus dapat
menemukan orang-orang yang bisa dinilai sebagai orang-orang yang malas, penipu
dan asusila. Dan itulah nasib orang miskin sebab biasanya mereka itu lebih mudah,
daripada kelompok kelas menengah, untuk ditangkap dan dihukum kalau mereka
melanggar norma-norma masyarakat.
Model Konsensus
Model Konflik
Konservatif
Liberal
Konflik
Struktur Sosial
Hasil konsensus.
Tidak masalah, bahkan dipertahankan.
Hasil konsensus.
Tidak masalah, bahkan dipertahankan.
Hasil pemaksaan.
Selalu dipermasalahkan
Kemiskinan
Disebabkan kesalahan para pelaku.
Disebabkan kurangnya kesempatan berusaha bagi pelaku.
Disebabkan struktur sosial yang tidak adil.
Usaha Mengatasi Kemiskinan
Membiarkan.
Menentang segala usaha pemerintah, menganggapnya akan counter productive.
Menyediakan dan memperluas kesempatan berusaha bagi orang-orang kecil.
Mengubah struktur.
Demokrasi kekuasaan sungguh di tangan orang-orang kecil.
Aktor Perubahan demi Mengatasi Kemiskinan
Pelaku yang bersangkutan sendiri.
Pemerintah, elite.
Aktor utama adalah orang-orang miskin sendiri.
Catatan
Dalam sejarah sosiologi ada berbagai macam teori beserta tokoh-tokohnya. Teori
sosiologi tersebut adalah :
Teori konflik
Harmonis dan integrasi adalah kata-kata yang sering dipakai oleh organisme
positif. Perang, konflik, dan perjuangan ada di luar kamus mereka. Teori konflik
justru mengungkap fenomena perang, konflik sebagai suatu yang sentral dalam
kehidupan manusia. Keteraturan yang ada bukannya keteraturan yang disebabkan
oleh integrasi dari bagian-bagian organ, melainkan oleh pemaksaan dengan
kekerasan. Berbeda dengan teori organisme positif yang menekankan pentingnya
institusi keluarga, ekonomi, agama; teori konflik mementingkan institusi negara.
Negara / pemerintah dianggap sebagai hasil penaklukan. Tokoh teori ini adalah IBN
KHALDUN (1332-1406), MACHIAVELLI (1469-1527), JEAN BODIN (1530-
1596), THOMAS HOBBES (1588-1679), DAVID HUME (1711-1776) ADAM
FERGUSON (1723-1816), JACQUES TURGOT (1727-1781); ADAM SMITH
(1723-1790), THOMAS MALTUS (1766-1834), KARL MARX (1818-1883).
Teori Fungsionalis
Idea dasar dari fungsionalis sama dengan idea dasar organisme positif. Hanya
dalam perkembangan sejarah, sebagai teori organisme positif kehilangan pengaruh,
muncullah kemudian teori fungsionalis yang menduduki tempat organisme positif.
Menurut teori fungsionalis, setiap masyarakat terdiri dari bermacam-macam unsur
yang mempunyai struktur stabil, tetap dan memiliki integrasi tinggi. Setiap unsur
dalam masyarakat selalu mempunyai fungsi, yaitu sumbangan khusus demi
kelestarian sistem. Berfungsinya unsur-unsur itu disebabkan adanya konsensus akan
nilai-nilai diantara para anggota. Tokoh-tokoh ialah TALCOT PARSONS (1902-),
ROBERT K. MERTON ( 1910-).
Dari uraian di atas jelas bahwa di belakang teori-teori sosiologi ada dua
pandangan dasar tentang masyarakat yaitu yang mendekati organisme positif dan
yang mendekati teori konflik. Demikian bisa disimpulkan, bahwa ada dua model
yaitu kerangka pandangan atau asumsi tentang masyarakat, yang disebut model I
adalah sejalan dengan teori-teori organisme positif dan fungsionalis, sedangkan
model II sejalan dengan teori konflik.
Kepustakaan
ABRAHAM, J.H. 1974 Origins and Growth of Sociology Harmondsworth: Penguin.
ARON, TAYMOND. 1965 Main Currents in Sociological Thought, I,
Harmondsworth: Penguin.
1967 Main Currents in Sociological Thought, II, Harmondsworth: Penguin.
BERGER, PETER L. dan BRIGITTE BERGER. 1976 Sociology : A biographical
Approach, Harmondsworth: Penguin.
CONNERTON, PAUL (ED). 1976 Critical Sociology, Harmondsworth: Penguin.
COSER, LEWIS A. 1971 Master of Sociological Thought, second edition, New
York: Harcourt Brace Jovanovich Inc.
DAHRENDORF, RALF. 1959 Class and Class Conflight in Industrial Society,
Standford: Standford University Press.
ELLIOT, CHARLES. 1975 Patterns of Poverty in The Third World, New York:
Praeger Publisher.
ETZIONI, AMITAI - EVA ETZIONI-HALEVY (EDS). 1975 Social Change, New
York: Basic Books.
FOXPIVEN, FRANCES Ä CLOWARD, RICHARD A., 1971 Regulating the Poor:
The Functions of Public Welfare, New York: Vintage Book.
1977 Poor People Movements, New York: Pantheon Books.
GANS, HERBERT J., 1968 More Equality, New York: Pantheon Books.
GERTS, HANS - C. WRIGHT MILLS. 1954 Character and Social Structure,
London: Routledge & Kegan Paul Ltd.
HOLLAND J. - P. HENRIOT, 1980 Linking Faith and Justice, Washington: Center
of Concern.
INKELES, ALEX, 1967 Introduzionealla Sociologia, Bologna: II Mulino.
KOENTJARANINGRAT, 1971 Rintangan-rintangan Mental Dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia, Djakarta: Bhatara.
LEVINE, DONALD M. dan BANE, MARI JO. 1975 The "Inequality" Controversy:
Schooling and Distibutive Justice, New York: Basic Books.
LEWIS, MICHAEL. 1978 The Culture of Inequality, Amherst: University of
Massachusetts Press.
LINDENFELD, FRANK. 1973 Radical Perspectives on Social Problems, New York
The MacMillan Company.
MILLS, C. WRIGHT. 1970 The Sociological Imagination, Harmondsworth:
Penguin.
MILLWOOD BASIC. 1977 The Proverty Makers, Geneva: World Council of
Churches.
O'DEA, THOMAS F., 1968 Sociologia della Religione, Bologna: 11 Mulino.
PARSONS, TALCOTT, 1951 The Social System, London: Routledge & Kegan Paul
Ltd.
RIESSMAN - POPPER, HERMINE I. 1969 Up From Poverty, New York: Harper &
Row
ROBERTSON, ROLAND (ED), 1969 Sociology of Religion, Harmondsworth:
Penguin.
SMELSER, NEIL J. (ED), 1973 Sociology : An Introduction, second edition, New
York: John Wiley & Sons
1976 The Sociologv of Economic Life, second edition, New Jersey: Prentice-Hall
Inc.
TRAUB, STUART H. - LITTLE, CRAIG B. ( EDS), 1975 Theories of Deviance,
Illionis: Peacock Publisher Inc.
VALENTINE, CHARLES A., 1968 Culture and Poverty, London and Chicago: The
University of Chicago Press.
WILLIAMSON, JOHN B. - BOREN, JERRY F. (EDS)., 1974 Social Problems,
Boston: Little, Brown and Company.
ZIMMERMAN, DON H. - WIEDER, D, LAWRENCE - IMMERMAN, SIU (EDS),
1976 Understanding Social Problems, New York: Praeger Publishers.