Está en la página 1de 10

Nama asisten : Selly

Tanggal Praktikum : 26 November 2019


Tanggal Pengumpulan : 6 Desember 2019

PRAKTIKUM KECUKUPAN PROSES TERMAL


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Hana Nur Layalia Hasya (240210180104)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)
7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: hana18008@mail.unpad.ac.id

ABSTRACT

The thermal process in a food processing process is widely applied because the
thermal process is a commercial heat process where the use of heat is well controlled.
One of the thermal processes commonly used in food canning is sterilization and
pasteurization. Thermal process optimization is needed to be able to determine the
combination of temperature and time during heating and cooling that can meet the
criteria of food safety and quality. The aim of this study is to determine the heat
resistance value of a product against pathogenic microbes. Based on observations that
have been made, it can be concluded that when sterilization and pasteurization is almost
entirely carried a holding temperature because the process F exceeds the F standard
which is calculated using different D values in each bacterium. The target bacteria in this
practicum are Clostridium botullinum for the sterilization process and Staphylococcus
aureus for the pasteurization process. The sterilization process in water, milk, and oil
produces different lethality rate values. The thermal process in milk sterilization is
intended to kill the optimal Clostridium botulinum target at 118 oC and for 40 seconds.
Oil sterilization to kill the optimal Clostridium botulinum target bacterium at 114 oC for 3
minutes. The pasteurization process can inactivate the Staphylococcus aureus bacteria.
Kata Kunci : Pasteurization, Sterilization, Thermal process.

PENDAHULUAN
komponen gizi dan menurunkan mutu
Proses termal merupakan proses sensori produk. (Yuswita dan Elia 2014). .
panas secara komersial dimana
penggunaan panas terkontrol dengan baik. Perhitungan proses thermal harus
Proses thermal merupakan salah satu dilakukan demi mendapatkan kombinasi
proses pengawetan yang memiliki suhu dan waktu yang diberikan dalam
berbagai macam fungsi dalam bidang proses pemanasan cukup untuk
pangan yaitu memperpanjang keawetan memusnahkan bakteri termasuk sporanya,
produk pangan dengan membunuh baik yang bersifat patogen maupun yang
mikroba pembusuk dan patogen, bersifat membusukkan. Kecukupan proses
memperbaiki mutu sensori, melunakkan termal untuk membunuh mikroba target
produk, meningkatkan daya cerna protein hingga pada level yang diinginkan
dan karbohidrat, dan menghancurkan dinyatakan dengan nilai Fo.
komponen-komponen yang tidak Fo secara umum didefinisikan
diperlukan. Jumlah panas yang diberikan sebagai waktu (biasanya dalam menit)
dalam proses pengolahan pangan tidak yang dibutuhkan untuk membunuh
boleh melebihi jumlah minimal panas mikroba target hingga mencapai level
yang dibutuhkan untuk membunuh tertentu pada suhu tertentu. Apabila
mikroorganisme karena dapat merusak prosesnya adalah sterilisasi, maka nilai Fo
diartikan sebagai nilai sterilitas, semua partikel bahan pangan tersebut
sedangkan apabila prosesnya adalah harus mengalami perlakuan panas yang
pasteurisasi, maka nilai Fo diartikan sama.
sebagai nilai pasteurisasi. Nilai Fo Tujuan dari praktikum kali ini
biasanya menyatakan waktu proses pada untuk dapat melakukan analisis proses
suhu standar. Misalnya, suhu standar thermal seperti menghitung nilai TPC
dalam proses sterilisasi adalah 121.1℃ pada sampel, dapat melakukan
(250o F), sehingga nilai Fo sterilisasi pasteurisasi, dan sterilisasi pada sampel.
menunjukkan waktu sterilisasi pada suhu
standar 121℃. Nilai Fo ini ditentukan METODOLOGI
sebelum proses termal berlangsung. Nilai Alat dan Bahan
Fo dapat dihitung pada suhu standar atau Pada praktikum ini, alat yang
pada suhu tertentu, dimana untuk digunakan pada praktikum kali ini adalah
menghitungnya perlu diketahui data logger, jar kaleng, retort, dan
Pada proses thermal dikenal waterbath. Adapun bahan-bahan yang
istilah D yang merupakan decimal digunakan pada praktikum kali ini antara
reduction time. Nilai D merupakan waktu lain air, minyak, dan susu.
yang dibutuhkan pada suhu tertentu untuk Prosedur
mengurangi 90% sama dengan 110 gram TPC
mikroba yang masih hidup. Prosedur yang dilakukan mula-
Nilai Z merupakan nilai mula disediakan sampel susu dan lakukan
peningkatan kecepatan kematian sepuluh pengenceran 10-3 dan 10-4, lalu hitung nilai
kali lipat. Nilai F merupakan jumlah TPC awalnya. Kemudian masukkan
waktu dalam menit pada suhu tertentu sampel susu ke dalam jar kaleng yang
yang diperlukan untuk menghancurkan telah disediakan. Dimasukkan data logger
sejumlah mikroba bergantung pada suhu ke dalam jar yang sama. Dimasukkan ke
proses dan nilai z nya. dalam retort dengan suhu 121,1oC dan
Ketahanan panas mikro- 118oC selama 3 menit. Dibaca nilai data
organisme bergantung pada sifat genetis logger dan hitung nilai TPC akhir.
(galur dan spesies) dan faktor-faktor
lingkungan seperti medium (substrat) Sterilisasi Air dan Minyak
yang digunakan Pada umumnya suhu Sampel air/ minyak/ susu
ketahanan panas mikroba juga dimasukkan ke dalam jar kaleng.
dipengaruhi oleh suhu optimum Dimasukkan data logger ke dalam jar
pertumbuhannya (Fardiaz, 1992). yang sama. Dimasukkan ke retort selama
Pasteurisasi secara umum dapat 3 menit dengan suhu 121°C. Dibaca nilai
diartikan sebagai suatu proses pemanasan data loggernya.
yang relatif cukup rendah (umumnya
dilakukan pada suhu di bawah 100o C) Pasteurisasi Susu
dengan tujuan untuk mengurangi populasi Mula-mula disediakan sampel
mikroorganisme pembusuk, sehingga susu, lalu dimasukkan data logger ke
bahan pangan yang di-pasteurisasi dalam sampel susu tersebut. Pasteurisasi
tersebut akan mempunyai daya awet dilakukan dalam waterbath dengan suhu
beberapa hari (seperti produk susu 70 oC selama 3 menit.
pasteurisasi) sampai beberapa bulan
(seperti produk sari buah pasteurisasi) HASIL DAN PEMBAHASAN
(Bejan dan Alan, 2003). Pada praktikum ini dilakukan
Sterilisasi adalah proses termal pengamatan proses thermal. Adapun
untuk mematikan semua mikroorganisme proses thermal yang terjadi pada
beserta spora-sporanya. Spora bakteri praktikum ini adalah pasteurisasi dan
bersifat tahan panas, maka umumnya sterilisasi.
diperlukan pemanasan selama 15 menit Pasteurisasi
pada 1210C atau ekivalennya, artinya Pasteurisasi pada praktikum ini
dilakukan dengan cara sampel susu yang (sumber : dokumentasi pribadi, 2019)
disediakan, lalu data logger dimasukkan
kedalam sampel susu. Data logger Grafik 2. Pasteurisasi Susu Kelas A Su
merupakan sebuah alat elektronik yang hu Terhadap Waktu
dapat mencatat/merekam data dari waktu
ke waktu (real time) baik yang terintegrasi Pasteurisasi Susu B
dengan sensor maupun yang
menggunakan external sensor. Umumnya

Temperature (°C)
data logger memiliki ukuran sik yang 100
kecil, bertenaga baterai, portabel,
dilengkapi dengan mikroprosesor, serta 50
memori untuk menyimpan data. Beberapa 0
data logger diantarmukakan dengan 0 10 20Time
30 (s)
40 50 60 70
komputer menggunakan software, namun
juga terdapat data logger yang memiliki
Grafik 3. Pasteurisasi Susu Kelas B LR
antarmuka sendiri seperti seperti keypad
Terhadap Waktu
dan LCD.
Definisi lain dari data logger penc
atatan data suhu dan kelembaban di sebua
h tempat setiap waktu. Atau secara singka Pasteurisasi Susu B
t data logger suhu merupakan alat yang di Lethality Rate 3
gunakan untuk pemantauan suhu dan kele 2
mbaban udara di daerah tertentu. Ukurann
1
ya kecil, bertenaga baterai, portabel, dan d
ilengkapi dengan mikroprosesor, dilengka 0
0 10 20 30 40 50 60 70
pi memori internal dengan tujuan untuk m
enyimpan data dari sensor. Prinsip kerja d Time (s)
ata logger suhu yaitu sensor akan mendete
ksi pergantian suhu pada suatu ruangan se (sumber : dokumentasi pribadi, 2019)
telah itu pergantian tersebut akan diganti Grafik 4. Pasteurisasi Susu Kelas A LR
menjadi sinyal listrik yang sudah diukur s Terhadap Waktu
ecara otomatis. Selanjutnya, sinyal listrik
akan dikirimkan ke mikroprosessor yang s Pasteurisasi Susu A
udah terintegrasi dengan data logger buat 2
Lethality Rate

diolah menjadi data (dalam bentuk log). D


ata logger suhu memonitor serta merekan 1
suhu full selama 24 jam non stop. Data lo
0
gger akan menyimpan hasil pemantauan a 0 10 20 30 40 50 60 70
tau monitoring ke dalam memory. Adapun
Time (min)
dibawah ini hasil pengamatan pasteurisasi
susu:
Grafik 1. Pasteurisasi Susu Kelas A Su (sumber : dokumentasi pribadi, 2019)
hu Terhadap Waktu Sampel yang digunakan dalam
praktikum pasteurisasi ini merupakan
Pasteurisasi Susu A susu. Pemanasan yang digunakan pada
susu adalah pasteurisasi dengan suhu
Temperature (°C)

100 target pasteurisasin sebesar 70oC sesuai


50 literatur. . Pasteurisasi yang dilakukan
menggunakan alat water bath. Water
0 bath merupakan satu dari beberapa alat
0 10 20 30 40 50 60 70
yang termasuk dalam alat laboratorium
Time (min) yang berfungsi untuk menghasilkan suhu
air dalam kondisi tertentu yang konstan
selama waktu yang telah ditentukan. dengan nilai letal rate 1,46 sedangkan
Prinsip dari sebuah alat water bath adalah letalitas pada kelas B berada pada angka
memanfaatkan umpan balik dari sensor tertinggi dibawah menit ke 2,,73 yaitu
suhu untuk menjaga kestabilan suhu. sebesar 2,02.
Setelah alat water bath dihidupkan, heater Perbedaan nilai letalitas
akan memanaskan air sampai suhu air dikarenakan perhitungan nilai letalitas
naik dan sesuai dengan suhu yang kita berdasarkan luas trapesium kurva waktu
pilih, heater akan berhenti memanaskan terhadap letal ratenya yang dihitung
air, hanya sesekali heater akan bekerja berdasarkan tinggi masing-masing
untuk menjaga kestabilan suhu. trapesiumnya yakni interval suhu tersebut
Grafik diatas menunjukkan bahwa sehingga hasilnya berbeda.
suhu yang didapatkan pada pasteurisasi Meski berbeda, kedua nilai letalitas
menggunakan waterbath ini tidak sesuai tidak sesuai dengan nilai letalitas referensi
dengan suhu target sesuai dengan literatur menurut konsep 5D. Konsep 5D
yaitu 70C. menurut data, suhu tertinggi umumnya diterapkan untuk produk
yang didapatkan oleh kelompok B adalah pangan yang dipasteurisasi, karena target
62,5C lalu mengalami penurunan suhu mikroba yang dibunuh lebih rendah
kembali dan pada kelas A suhu tertinggi dibanding pada produk yang disterilisasi
yang didapatkan adalah 61,5C. Dari data komersial. Dalam konsep 5D pada bakteri
yang ada diatas, didapatkan F proses pada Staphylococcus aureus diterapkan 5 siklus
pasteurisasi kelas B adalah 28,125 menit logaritma dengan pembunuhan mikroba
yang mana nilainya lebih kecil daripada F mencapai 99.999% (Kusnandar, Hariyadi
standar yang menurut literatur dapat dan Wulandari, 2006). Berdasarkan grafik
dihitung dari rumus 5D sesuai dengan diatas dapat dilihat bahwa susu A sempat
bakteri yang digunakan pada pasteurisasi mengalami penurunan di awal, hal ini
yaitu Staphylococcus aureus. 5D karena susu A baru dikeluarkan dari
merupakan Parameter kunci dari lemari es sehingga terjadi penurunan
kecukupan panas pada proses pasteurisasi suhu.
adalah telah membunuh mikroba target Grafik 5. Hasil Data Waterbath Kelas
sebanyak 5D. Maksud dari 5D adalah A
proses pasteurisasi yang diberikan harus Waterbath A
mampu membunuh mikroba target 70

60

sebanyak 5 siklus logaritma. Artinya


Tempera ture°C)(

50

mikroba yang terbunuh atau berkurang 40

30
sebanyak 99.999% dari jumlah awal 20

(Hariyadi, 2006) sehingga didapatkan F 10

0
standar dari pasteurisasi ini adalah 3 0 10 20 30
Ti me (s)
40 50 60

menit, sehingga jika Fproses lebih kecil


dari Fstandar maka dilakukan (sumber : Dokumentasi Pribadi,2019)
penambahan holding time, sehingga Grafik 6. Hasil Data Waterbath Kelas
didapatkan Fproses yang baru adalah B
sebesar 3, 025 menit. Waterbath B
70
Pengamatan ini dilakukan dengan 60

interval waktu 10 menit. Perbedaan nilai


Tempera ture°C)

50
(

letalitas dikarenakan perhitungan nilai


40

30

letalitas berdasarkan luas trapesium kurva 20

waktu terhadap letal ratenya yang 10

dihitung berdasarkan tinggi masing- 0 10 20 30


Time (min)
40 50 60 70

masing trapesiumnya yakni interval suhu


tersebut sehingga hasilnya berbeda. Pada (sumber : Dokumentasi Pribadi,2019)
grafik waktu terhadap letalitas, didapatkan Pasteurisasi pada pengamatan ini
letalitas tertinggi pada grafik kelas A menggunakan waterbath. Water Bath
adalah pada disekitar menit ke 37,8 merupakan peralatan yang berisi air yang
bisa mempertahankan suhu air pada pembusuk. Suatu produk dikatakan steril
kondisi tertentu selama selang waktu yang bila tidak ada satupun mikroba yang dapat
ditentukan. tumbuh pada produk tersebut. Spora
Suhu dari waterbath berbeda bakteri lebih tahan panas dibandingkan
dengan suhu dari bahan. Hal tersebut dengan sel vegetatifnya. Prinsip kerja
terjadi karena waterbath digunakan untuk retort yaitu elemen pemanas pada retort
memanaskan bahan yang mana retort akan memanaskan air membentuk uap
harus terlebih dahulu lebih panas panas. Uap panas ini akan mengusir udara
ketimbang bahan. Seiring dengan dari dalam retort, sehingga terbentuk uap
berjalannya waktu, suhu watebath turun panas murni. Uap panas murni tersebut
akibat dari diserapnya panas oleh bahan digunakan untuk memanaskan bahan yang
tersebut. Akibatnya, suhu turun terus terdapat dalam wadah. Setelah susu
menerus sampai selesai. Menurut grafik disterilkan susu diinkubasi selama 3 hari
diatas, suhu tertinggi waterbath berada pada suhu 30C. Susu sebelum dan
pada sekitar menit ke-20 pada kelas A dan setelah sterilisasi dihitung jumlah
menit ke-30 pada kelas B. Menurut koloninya dengan menggunakan sebuah
literatur, waterbath dapat digunakan pada alat penhuting koloni bakteri bernama
pemanasan suhu rendah yaitu 30C hingga colony counter. Prinsip kerja alat ini
100C. adalah alat ini harus dinyalakan pada
mode on terlebih dahulu, setelah itu maka
Sterilisasi Susu indikator akan on, saat proses
Susu sterilisasi adalah salah satu penghitungan setiap input akan
contoh hasil pengolahan susu yang dapat dikalkulasikan dengan perkalian yang
menyebabkan susu segar dapat bertahan sebelumnya sudah diperhitungkan
lebih lama. Suhu yang digunakan untuk sehingga hasil dari perhitungan sudah
memanaskan susu berada di atas suhu berupa jumlah bakteri dan hasil
yang diperlukan untuk membuat susu perhitungan (real time) akan ditampilkan
pasteurisasi dan di bawah suhu susu UHT (penambahan angka/count) kemudian
yaitu sekitar 100 – 140 ° Celcius dalam setelah tombol restart ditekan tampilan
waktu yang sangat pendek yaitu kurang akan kembali blank, dan hasil
lebih 1 – 4 detik saja (Saleh 2004). penghitungan sebelumnya akan disimpan,
Apabila proses pasteurisasi hanya namun bila dalam penghitungan jumlah
bertujuan untuk membunuh bakteri bakteri lebih dari 300 maka penanda akan
patogen (bakteri yang dapat menimbulkan aktif namun tidak berpengaruh terhadap
penyakit pada manusia, hewan dan hasil hitung, kemudian untuk
tumbuhan), sterilisasi susu bertujuan menampilkan hasil perhitungan yang
untuk membunuh semua bakteri, baik sudah dilakukan dengan menekan tombol
bakteri patogen maupun bakteri memori (Wijaya, et al., 2015). Adapun
nonpatogen. Adapun mikroorganime hasil pengamatan sterilisasi susu
yang biasa mengontaminasi susu atau ada menggunakan retort adalah sebagai
pada susu adalah Salmonella spp, berikut:
Campylobacter spp, Staphylococcus Grafik 7. Hasil Pengamatan Sterilisasi
aureus, Basillus cereus dan Clostridium Susu Kelas A
botulinum, Escherichia coli (Darmansah,
2011). Sterilisasi Susu A
Sterilisasi dalam praktikum ini 140

120
dilakukan pada sebuah alat bernama
Temperature (C)

100

retort. Retort adalah alat untuk 80

mensterilisai bahan pangan yang sudah 60

40
dikalengkan. Sterilisasi adalah proses 20
termal yang dilakukan pada suhu tinggi 0

>1000C dengan tujuan utama


0 20 40 60 80 100
Time (s)
memusnahkan spora patogen dan
(sumber : dokumentasi pribadi, 2019) melalui rumus sterilisasi yaitu 12D
dengan nilai D untuk bakteri sterilisasi
Grafik 8. Hasil Pengamatan Lethality yaitu Clostridium botullinum adalah 0,25.
Susu Kelas A Ketika Fproses lebih besar dibandingkan
Sterilisasi Susu A
Fstandar, maka itu berarti Fproses mampu
0,6 membunuh bakteri Clostridium
0,5 botullinum namun energi yang
dikeluarkan berlebih sehingga menjadi
Lethality Rate

0,4

0,3
kurang efektif. Untuk menyiasati itu perlu
0,2
melakukan penurunan suhu dengan cara
melakukan holding time. Pada grafik kelas
0,1

0
0 20 40 60 80 100 A, suhu diturunkan menjadi 118,13oC
Time (s)
dengan holding time 40 detik hingga
(sumber : dokumentasi pribadi, 2019) Fproses turun menjadi 3, 095 menit dan
mendekati Fstandar. Grafik letalitas kelas
Grafik 9. Hasil Pengamatan Sterilisasi A menunjukkan bahwa letalitas tertinggi
Susu Kelas B berada pada angka 1,8.
Sterilisasi Susu B
Grafik kelas B menunjukkan
140 bahwa temperatur tertinggi berada pada
120 menit ke 29 dengan angka 118,85°C. Hal
Tempera ture °C)

100
ini menghasilkan nilai Fproses sebesar
(

80

60 6,125menit yang lebih besar dibandingkan


40 Fstandarnya yaitu 3 menit, sehingga
20

0
diturunkan juga Fprosesnya dengan cara
0 20 40 60 80 100
menurunkan suhunya sehingga didapatkan
Time (min)
angka Fproses sebesar 3,25 menit.
(sumber : dokumentasi pribadi, 2019) Letalitas tertinggi pada sampel susu kelas
B adalah 0,5 pada menit ke 30.
Grafik 10. Hasil Pengamatan Lethality
Sebenarnya, nilai letalitas dari
Susu Kelas B
sebuah bahan pangan walaupun lebih dari
Sterilisasi susu B referensi sudah aman dari mikroba, karena
0,6
tekah melewati suhu kematian mikroba.
0,5
Namun adanya mikroba terutama mikroba
Letha l ity Ra te

0,4

0,3
perusak tentunya akan memengaruhi
0,2 organoleptik dari kualitas bahan pangan
0,1 yang mana pada praktikum ini adalah
0
0 20 40 60 80 100
susu. Pemanasan yang terlalu tinggi dapat
Ti me (min)
mempengaruhi kualitas susu dari segi
(sumber : dokumentasi pribadi, 2019) kadar gizi dan mikroba baik. Jika suhu
terlalu tinggi, maka vitamin yang ada
Grafik diatas pada susu bisa rusak dan mikroba yang
menunjukkan hubungan antara waktu dan baik bagi tubuh akan mati.
temperatur juga waktu dengan letalitas
mikroorganisme. Menurut grafik 7, dapat Sterilisasi Air
terlihat bahwa sterilisasi dengan
Kebutuhan akan air yang steril
temperature paling tinggi berada pada
yang berarti air yang terbebas dari segala
waktu sekitar menit ke 38, yaitu suhu
jenis mikroorganisme semakin banyak
yang didapatkan adalah 121,07°C.
baik untuk konsumsi amnusia ataupun
Pengamatan yang dilakukan oleh kelas A
bagi kepentingan pakan-pakan ternak
pada stelrilisasi susu menghasilkan
seperti ayam atau ikan, sehingga sterilisasi
Fproses yang lebih besar dari
air banyak digunakan dan sudah memiliki
Fstandarnya, yaitu 9,98 menit sedangkan
teknologi yang bermacam-macam. Pada
Fstandarnya adalah 3 menit, didapatkan
sterilisasi air, bakteri acuannya adalah tidak dilakukan perhitungan TPC.
Clostridium botulinum, sama seperti Berdasarkan hasil pengamatan yang
bakteri pada sterilisasi pada susu, hal ini menunjukkan bahwa nilai F proses data
disebabkan karena bakteri ini memiliki dari kelas A pada awalnya adalah 8,65
ketahanan hidup yang paling tinggi. Suhu menit dengan temperatur tertinggi
proses untuk membunuh spora mikroba 121,25oC. Hal ini tidak sesuai dengan
patogen yang dapat membentuk toksin literatur yang menyatakan bahwa nilai F
dan dapat meracuni manusia umumnya standar pada susu dengan suhu 121.1 oC
dilakukan pada 110°C - 130°C selama adalah selama 3 menit sehingga
waktu tertentu, tergantung pada kondisi diperlukanholding temperature dengan
dari produknya. Berikut ini merupakan holding time selama 36 detik sehingga
grafik hasil pengamatan sterilisasi air. pada akhirnya didapatkan Fproses sebesar
3,48 menit dan masih lebih besar
Grafik 11. Sterilisasi Air Kelas A Suhu dibandingkan Fstandarnya. Kelebihan
Terhadap Waktu proses termal ini menyebabkan energi
yang digunakan menjadi boros dan tidak
Sterilisasi Air A efektif, serta mempengaruhi kualitas gizi
150 yang terkandung di dalam sampel. Maka
dari itu diperlukan suhu dan waktu
Temperature

100 sterilisasi yang sesuai agar proses termal


tercukupi namun tidak berlebihan
50
sehingga pada praktikum ini suhu perlu
0 diatur pada 118C dan sterilisasi
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90100 dilakukan selama 40 detik.
Time (s)
Sterilisasi Minyak
(sumber : dokumentasi pribadi, 2019) Pada minyak diperlukan sterilisasi
Grafik 12. Hasil Pengamatan Lethality dengan tujuan menghentikan
Air Kelas A pertumbuhan atau menghentikan kenaikan
kadar asam lemak bebas, untuk
Sterilisasi Air memudahkan pemipilan juga untuk
0,6
penyempurnaan pengolahan. Sterilisasi
0,5
minyak dilakukan dengan cara yang sama
Lethali ty Ra te

0,4

0,3 untuk mensterilkan susu. Hanya saja pada


0,2 sterilisasi minyak tidak dilakukan
0,1
perhitungan TPC.
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Time (s)
(s Bakteri target pada pengujian kali ini
umber : Dokumentasi Pribadi,2019) adalah Clostridium Botulinum. Suhu
proses untuk membunuh spora mikroba
Berdasarkan hasil pengamatan patogen yang dapat membentuk toksin
didapatkan bahwa proses termal yang dan dapat meracuni manusia umumnya
diberikan sudah cukup dan justru berlebih. dilakukan pada 110°C - 130°C selama
Agar proses termal yang diberikan tidak waktu tertentu, tergantung pada kondisi
berlebih maka perlu diatur holding dari produknya. Hasil pengamatan praktik
temperature sterilisasi diturunkan menjadi um menunjukkan bahwa nilai Z, T ref, da
118C dengan holding time dikurangi jadi n nilai D bakteri Clostridium botulinum ya
40s. ng didapatkan berturut-turut adalah 10 oC,
121,1oC, 0,25 menit. Dan interval cek suh
Sterilisasi air dilakukan dengan u data logger selama 40 detik. Sama
cara yang sama untuk mensterilkan susu seperti kedua sampel sebelumnya,
juga menggunakan alat retort sama seperti sterilisasi minyak dilakukan
susu. Perbedaannya adalah sterilisasi air menggunakan alat retort dengan prinsip,
fungsi dan cara penggunaan yang sama.
Berikut ini merupakan data dari Grafik 12. Hasil Data Retort Kelas B
pengamatan sterilisasi minyak: Retort B
Grafik 13. Hasil Pengamatan 140

Sterilisasi Minyak Kelas B 120

Temperature (°C)
100

80
Sterilisasi Minyak
60
120
40
100
20
Temperature °C)
(

80
0
60 0 20 40 60 80 100

40
Time (min)

(sumber : Dokumentasi Pribadi,2019)


20

0
0 20 40 60 80 100 Retort merupakan alat sterilisasi
Time (min)
(s yang digunakan ketika melakukan
umber : Dokumentasi Pribadi,2019) sterilisasi dengan jumlah yang banyak.
Grafik 14. Hasil Pengamatan Lethality Sterilisasi adalah proses termal yang
Minyak Kelas B dilakukan pada suhu tinggi >1000C
dengan tujuan utama memusnahkan spora
Sterilisasi Minyak
0,25
patogen dan pembusuk. Suatu produk
0,2 dikatakan steril bila tidak ada satupun
Leth a l i ty Ra te

0,15 mikroba yang dapat tumbuh pada produk


0,1
tersebut. Spora bakteri lebih tahan panas
dibandingkan dengan sel vegetatifnya.
0,05

0
0 20 40
Time (mi n)
60 80 100
Suhu dari retort berbeda dengan
suhu dari bahan. Hal tersebut terjadi
(sumber : Dokumentasi Pribadi,2019) karena retort digunakan untuk
memanaskan bahan yang mana retort
Berdasarkan grafik diatas, dapat harus terlebih dahulu lebih panas
dilihat bahwa terjadi kenaikan suhu pada ketimbang bahan. Setelah beberapa
menit ke- 10 hingga menit ke-30 hingga waktu, suhu retort turun akibat dari
suhu berada pada suhu tertingginya yaitu diserapnya panas oleh bahan tersebut.
116oC dan setelah itu suhu mengalami Akibatnya, suhu turun terus menerus
penurunan kembali. Pada suhu tersebut, sampai selesai.
didapatkan Fproses yang jauh lebih besar Pada pengamatan ini, dapat
dibandingkan Fstandar dari sterilisasi ini dilihat pada grafik bahwa suhu retort
yang adalah 3 menit sehingga diperlukan tertinggi berada disekitar angka 120oC -
holding temperature dan penurunan suhu 121oC dan itu terjadi pada menit ke-40
menjadi 114oC sehingga didapatkan pada data retort kelas A dan terjadi pada
Fproses sebesar 3,328 menit. Adapun menit ke 30 pada pengamatan retort kelas
letalitas dari mikroorganisme pada B. Keduanya menunjukkan waktu yang
sterilisasi minyak tertinggi terjadi pada berbeda, hal ini disebabkan perbedaan
menit ke 36 yaitu 0,2. proses dalam retort yang mungkin terjadi
Grafik 11. Hasil Data Retort Kelas A diantara keduanya seperti perbedaan jenis
Retort A retort, jenis media pemanas, posisi wadah
140 dalam retort, tumpukan wadah,
120
pengaturan kaleng, kemungkinan
Temperature °C)

100
terjadinya nesting dan lain-lain.
(

80

60

40

20

0
0 20 40 60 80 100 120
Time

(sumber : Dokumentasi Pribadi,2019)


higienitas pada makanan yang
dihasilkan.Pengamatan TPC yang
dilakukan oleh kelas A memiliki hasil
yang berbeda dengan kelas B dan dibawah
ini merupakan data yang diperoleh dari
pengujian TPC ini :
Tabel 1. Hasil Pengamatan TPC kelas
A
Penge Sesudah
N
n- sebelum
o koloni biasa
ceran
-4
1 10 8 2 45
Grafik 13. Grafik Hubungan Waktu 2 10 -4
3 7 22
terhadap Nilai Letalitas Air, Minyak, 1 10-5 4 20
Susu A, dan Susu B 2 10-5 12 1 120
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2019)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
Grafik diatas menunjukkan Tabel 2. Hasil pengamatan TPC Kelas
perbedaan waktu terhadap letalitas dari
B
masing-masing sampel. Berdasarkan
NO pengencera Sebelum sesudah
grafik tersebut terlihat bahwa air dan susu
n
memiliki grafik yang sangat mirip. Hal ini
1 10-4 3 8
dikarenakan air dan susu memiliki massa
2 10-4 3 11
jenis yang mirip dimana massa jenis air
adalah 1gr/cm3 dan massa jenis susu 1 10-5 15 0
adalah 1,03gr/cm3 , berbeda dengan 2 10-5 16 0
minyak yang garisnya berada k paling ba (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
wah di paling bawah hal ini dikarenakan Dilihat dari tabel diatas dapat
massa jenis minyak adalah 0,8gr/cm 3, disimpulkan bahwa pada jumlah koloni
sehingga grafik minyak berada di paling pada pengenceran 10-4 akan meningkat
bawah di antara ketiga sampel tersebut. setelah dilakukan sterilisasi pada sampel
Selain itu hal lain yang mengakibatkan susu, namun pada data, di pengenceran
grafik minyak berada di paling bawah 10-5 jumlah koloni mengalami penurunan.
adalah karena minyak memiliki titik asap Kedua jenis bakteri yang
pada suhu 200C. Sedangkan air memiliki diamati mengalami peningkatan sei-ring 
meningkatnya suhu dan atau lama waktu
titik didih 100C dan susu 100,16C.
pemanasan yang diperlukan. Hal ini tidak
Perbedaan titik didih tersebutlah yang
sesuai dengan literatur yang menyatakan
menyebabkan perbedaan pada grafik
bahwa proses pemanasan mampu
tersebut dan perbedaannya cukup
menurunkan jumlah mikroba.
signifikan, sebaliknya, kemiripan titik
Meningkatnya likuiditas membran
didih air dan susu juga membuat kedua
sel mengakibatkan mikroba dapat
sampel tersebut memiliki grafik yang
mengalami lisis pada suhu tinggi
mirip.
akhirnya pecah. Menurut literatur,
Total Plate Count (TPC)
mikroba seharusnya mengalami
Total plate count (TPC) ialah
penurunan seiring dengan meningkatnya
enumerasi organisme aerobik dan
suhu. Namun ketika mikroba bertambah
mesofilik yang tumbuh dalam kondisi
hal itu dapat disebabkan karena ada
aerobik dalam suhu 20 – 45oC. Ini
kontaminasi dari mikroba lain atau
mencakup semua bakteri, khamir, dan
mirkoba sebenarnya tidak benar-benar
kapang aerobik yang tumbuh pada media
terbunuh, juga dapat berupa mikroba
agar spesifik. Seluruh patogen ataupun
tersebut adalah mikroba yang resisten
non-patogen juga termasuk dalam
terhadap suhu tinggi. Selain itu, ketidak
perhitungan total plate count dan
sesuaian data dengan literatur juga dapat
digunakan untuk menentukan tingkat
disebabkan karena kurang aseptisnya Penerbit PT Gramedia Pustaka
selama pelaksanaan praktikum, seperti Utama, Jakarta.
misalnya inokulasi mikroba maupun
media ke cawan petri yang terlalu jauh Wijaya, Raden Candra, et. al. 2015.
dengan Bunsen, tabung reaksi yang terlalu Perancangan Alat Hitung Bakteri.
lama terbuka kemudian kontak dengan Jurnal Teknologi Informasi. X.1-9
udara luar, kurangnya homogenitas kultur
mikroba saat melakukan pengenceran,
serta kurangnya ketelitian dalam
membaca alat ukur.

KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang
telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa ketika sterilisasi dan pasteurisasi
hampir seluruhnya dilakukan holding
temperature karena Fproses melebihi
Fstandar yang dihitung menggunakan
nilai D yang berbeda pada tiap bakterinya.
Bakteri target pada praktikum ini adalah
Clostridium botullinum untuk proses
sterilisasi dan Staphylococcus aureus
utnuk proses pasteurisasi. Proses
sterilisasi pada air, susu, dan minyak
menghasilkan nilai lethality rate yang
berbeda-beda. Proses termal pada
sterilisasi susu ditujukan untuk
membunuh bakteri target Clostridium
botulinum yang optimal pada suhu 118C
dan selama 40 detik. Sterilisasi minyak
untuk membunuh bakteri target
Clostridium botulinum optimal pada suhu
114C selama 3 menit. Proses
pasteurisasi dapat menginaktivasi bakteri
Staphylococcus aureus didapatkan
Fproses nya adalah 3,025 menit ketika
telah dilakukan holding temperature.

DAFTAR PUSTAKA
Bejan, Adrian dan Alan Kraus. 2003. Heat
Transfer Handbook. Canada: John
Wiley and Sons, Inc.
Yuswita, Elia. 2014. Optimasi Proses
Termal untuk Membunuh
Clostridium botulinum. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan Program
Studi Ilmu Pangan, Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I.

También podría gustarte