Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
ABSTRACT
The thermal process in a food processing process is widely applied because the
thermal process is a commercial heat process where the use of heat is well controlled.
One of the thermal processes commonly used in food canning is sterilization and
pasteurization. Thermal process optimization is needed to be able to determine the
combination of temperature and time during heating and cooling that can meet the
criteria of food safety and quality. The aim of this study is to determine the heat
resistance value of a product against pathogenic microbes. Based on observations that
have been made, it can be concluded that when sterilization and pasteurization is almost
entirely carried a holding temperature because the process F exceeds the F standard
which is calculated using different D values in each bacterium. The target bacteria in this
practicum are Clostridium botullinum for the sterilization process and Staphylococcus
aureus for the pasteurization process. The sterilization process in water, milk, and oil
produces different lethality rate values. The thermal process in milk sterilization is
intended to kill the optimal Clostridium botulinum target at 118 oC and for 40 seconds.
Oil sterilization to kill the optimal Clostridium botulinum target bacterium at 114 oC for 3
minutes. The pasteurization process can inactivate the Staphylococcus aureus bacteria.
Kata Kunci : Pasteurization, Sterilization, Thermal process.
PENDAHULUAN
komponen gizi dan menurunkan mutu
Proses termal merupakan proses sensori produk. (Yuswita dan Elia 2014). .
panas secara komersial dimana
penggunaan panas terkontrol dengan baik. Perhitungan proses thermal harus
Proses thermal merupakan salah satu dilakukan demi mendapatkan kombinasi
proses pengawetan yang memiliki suhu dan waktu yang diberikan dalam
berbagai macam fungsi dalam bidang proses pemanasan cukup untuk
pangan yaitu memperpanjang keawetan memusnahkan bakteri termasuk sporanya,
produk pangan dengan membunuh baik yang bersifat patogen maupun yang
mikroba pembusuk dan patogen, bersifat membusukkan. Kecukupan proses
memperbaiki mutu sensori, melunakkan termal untuk membunuh mikroba target
produk, meningkatkan daya cerna protein hingga pada level yang diinginkan
dan karbohidrat, dan menghancurkan dinyatakan dengan nilai Fo.
komponen-komponen yang tidak Fo secara umum didefinisikan
diperlukan. Jumlah panas yang diberikan sebagai waktu (biasanya dalam menit)
dalam proses pengolahan pangan tidak yang dibutuhkan untuk membunuh
boleh melebihi jumlah minimal panas mikroba target hingga mencapai level
yang dibutuhkan untuk membunuh tertentu pada suhu tertentu. Apabila
mikroorganisme karena dapat merusak prosesnya adalah sterilisasi, maka nilai Fo
diartikan sebagai nilai sterilitas, semua partikel bahan pangan tersebut
sedangkan apabila prosesnya adalah harus mengalami perlakuan panas yang
pasteurisasi, maka nilai Fo diartikan sama.
sebagai nilai pasteurisasi. Nilai Fo Tujuan dari praktikum kali ini
biasanya menyatakan waktu proses pada untuk dapat melakukan analisis proses
suhu standar. Misalnya, suhu standar thermal seperti menghitung nilai TPC
dalam proses sterilisasi adalah 121.1℃ pada sampel, dapat melakukan
(250o F), sehingga nilai Fo sterilisasi pasteurisasi, dan sterilisasi pada sampel.
menunjukkan waktu sterilisasi pada suhu
standar 121℃. Nilai Fo ini ditentukan METODOLOGI
sebelum proses termal berlangsung. Nilai Alat dan Bahan
Fo dapat dihitung pada suhu standar atau Pada praktikum ini, alat yang
pada suhu tertentu, dimana untuk digunakan pada praktikum kali ini adalah
menghitungnya perlu diketahui data logger, jar kaleng, retort, dan
Pada proses thermal dikenal waterbath. Adapun bahan-bahan yang
istilah D yang merupakan decimal digunakan pada praktikum kali ini antara
reduction time. Nilai D merupakan waktu lain air, minyak, dan susu.
yang dibutuhkan pada suhu tertentu untuk Prosedur
mengurangi 90% sama dengan 110 gram TPC
mikroba yang masih hidup. Prosedur yang dilakukan mula-
Nilai Z merupakan nilai mula disediakan sampel susu dan lakukan
peningkatan kecepatan kematian sepuluh pengenceran 10-3 dan 10-4, lalu hitung nilai
kali lipat. Nilai F merupakan jumlah TPC awalnya. Kemudian masukkan
waktu dalam menit pada suhu tertentu sampel susu ke dalam jar kaleng yang
yang diperlukan untuk menghancurkan telah disediakan. Dimasukkan data logger
sejumlah mikroba bergantung pada suhu ke dalam jar yang sama. Dimasukkan ke
proses dan nilai z nya. dalam retort dengan suhu 121,1oC dan
Ketahanan panas mikro- 118oC selama 3 menit. Dibaca nilai data
organisme bergantung pada sifat genetis logger dan hitung nilai TPC akhir.
(galur dan spesies) dan faktor-faktor
lingkungan seperti medium (substrat) Sterilisasi Air dan Minyak
yang digunakan Pada umumnya suhu Sampel air/ minyak/ susu
ketahanan panas mikroba juga dimasukkan ke dalam jar kaleng.
dipengaruhi oleh suhu optimum Dimasukkan data logger ke dalam jar
pertumbuhannya (Fardiaz, 1992). yang sama. Dimasukkan ke retort selama
Pasteurisasi secara umum dapat 3 menit dengan suhu 121°C. Dibaca nilai
diartikan sebagai suatu proses pemanasan data loggernya.
yang relatif cukup rendah (umumnya
dilakukan pada suhu di bawah 100o C) Pasteurisasi Susu
dengan tujuan untuk mengurangi populasi Mula-mula disediakan sampel
mikroorganisme pembusuk, sehingga susu, lalu dimasukkan data logger ke
bahan pangan yang di-pasteurisasi dalam sampel susu tersebut. Pasteurisasi
tersebut akan mempunyai daya awet dilakukan dalam waterbath dengan suhu
beberapa hari (seperti produk susu 70 oC selama 3 menit.
pasteurisasi) sampai beberapa bulan
(seperti produk sari buah pasteurisasi) HASIL DAN PEMBAHASAN
(Bejan dan Alan, 2003). Pada praktikum ini dilakukan
Sterilisasi adalah proses termal pengamatan proses thermal. Adapun
untuk mematikan semua mikroorganisme proses thermal yang terjadi pada
beserta spora-sporanya. Spora bakteri praktikum ini adalah pasteurisasi dan
bersifat tahan panas, maka umumnya sterilisasi.
diperlukan pemanasan selama 15 menit Pasteurisasi
pada 1210C atau ekivalennya, artinya Pasteurisasi pada praktikum ini
dilakukan dengan cara sampel susu yang (sumber : dokumentasi pribadi, 2019)
disediakan, lalu data logger dimasukkan
kedalam sampel susu. Data logger Grafik 2. Pasteurisasi Susu Kelas A Su
merupakan sebuah alat elektronik yang hu Terhadap Waktu
dapat mencatat/merekam data dari waktu
ke waktu (real time) baik yang terintegrasi Pasteurisasi Susu B
dengan sensor maupun yang
menggunakan external sensor. Umumnya
Temperature (°C)
data logger memiliki ukuran sik yang 100
kecil, bertenaga baterai, portabel,
dilengkapi dengan mikroprosesor, serta 50
memori untuk menyimpan data. Beberapa 0
data logger diantarmukakan dengan 0 10 20Time
30 (s)
40 50 60 70
komputer menggunakan software, namun
juga terdapat data logger yang memiliki
Grafik 3. Pasteurisasi Susu Kelas B LR
antarmuka sendiri seperti seperti keypad
Terhadap Waktu
dan LCD.
Definisi lain dari data logger penc
atatan data suhu dan kelembaban di sebua
h tempat setiap waktu. Atau secara singka Pasteurisasi Susu B
t data logger suhu merupakan alat yang di Lethality Rate 3
gunakan untuk pemantauan suhu dan kele 2
mbaban udara di daerah tertentu. Ukurann
1
ya kecil, bertenaga baterai, portabel, dan d
ilengkapi dengan mikroprosesor, dilengka 0
0 10 20 30 40 50 60 70
pi memori internal dengan tujuan untuk m
enyimpan data dari sensor. Prinsip kerja d Time (s)
ata logger suhu yaitu sensor akan mendete
ksi pergantian suhu pada suatu ruangan se (sumber : dokumentasi pribadi, 2019)
telah itu pergantian tersebut akan diganti Grafik 4. Pasteurisasi Susu Kelas A LR
menjadi sinyal listrik yang sudah diukur s Terhadap Waktu
ecara otomatis. Selanjutnya, sinyal listrik
akan dikirimkan ke mikroprosessor yang s Pasteurisasi Susu A
udah terintegrasi dengan data logger buat 2
Lethality Rate
60
50
30
sebanyak 99.999% dari jumlah awal 20
0
standar dari pasteurisasi ini adalah 3 0 10 20 30
Ti me (s)
40 50 60
50
(
30
120
dilakukan pada sebuah alat bernama
Temperature (C)
100
40
dikalengkan. Sterilisasi adalah proses 20
termal yang dilakukan pada suhu tinggi 0
0,4
0,3
kurang efektif. Untuk menyiasati itu perlu
0,2
melakukan penurunan suhu dengan cara
melakukan holding time. Pada grafik kelas
0,1
0
0 20 40 60 80 100 A, suhu diturunkan menjadi 118,13oC
Time (s)
dengan holding time 40 detik hingga
(sumber : dokumentasi pribadi, 2019) Fproses turun menjadi 3, 095 menit dan
mendekati Fstandar. Grafik letalitas kelas
Grafik 9. Hasil Pengamatan Sterilisasi A menunjukkan bahwa letalitas tertinggi
Susu Kelas B berada pada angka 1,8.
Sterilisasi Susu B
Grafik kelas B menunjukkan
140 bahwa temperatur tertinggi berada pada
120 menit ke 29 dengan angka 118,85°C. Hal
Tempera ture °C)
100
ini menghasilkan nilai Fproses sebesar
(
80
0
diturunkan juga Fprosesnya dengan cara
0 20 40 60 80 100
menurunkan suhunya sehingga didapatkan
Time (min)
angka Fproses sebesar 3,25 menit.
(sumber : dokumentasi pribadi, 2019) Letalitas tertinggi pada sampel susu kelas
B adalah 0,5 pada menit ke 30.
Grafik 10. Hasil Pengamatan Lethality
Sebenarnya, nilai letalitas dari
Susu Kelas B
sebuah bahan pangan walaupun lebih dari
Sterilisasi susu B referensi sudah aman dari mikroba, karena
0,6
tekah melewati suhu kematian mikroba.
0,5
Namun adanya mikroba terutama mikroba
Letha l ity Ra te
0,4
0,3
perusak tentunya akan memengaruhi
0,2 organoleptik dari kualitas bahan pangan
0,1 yang mana pada praktikum ini adalah
0
0 20 40 60 80 100
susu. Pemanasan yang terlalu tinggi dapat
Ti me (min)
mempengaruhi kualitas susu dari segi
(sumber : dokumentasi pribadi, 2019) kadar gizi dan mikroba baik. Jika suhu
terlalu tinggi, maka vitamin yang ada
Grafik diatas pada susu bisa rusak dan mikroba yang
menunjukkan hubungan antara waktu dan baik bagi tubuh akan mati.
temperatur juga waktu dengan letalitas
mikroorganisme. Menurut grafik 7, dapat Sterilisasi Air
terlihat bahwa sterilisasi dengan
Kebutuhan akan air yang steril
temperature paling tinggi berada pada
yang berarti air yang terbebas dari segala
waktu sekitar menit ke 38, yaitu suhu
jenis mikroorganisme semakin banyak
yang didapatkan adalah 121,07°C.
baik untuk konsumsi amnusia ataupun
Pengamatan yang dilakukan oleh kelas A
bagi kepentingan pakan-pakan ternak
pada stelrilisasi susu menghasilkan
seperti ayam atau ikan, sehingga sterilisasi
Fproses yang lebih besar dari
air banyak digunakan dan sudah memiliki
Fstandarnya, yaitu 9,98 menit sedangkan
teknologi yang bermacam-macam. Pada
Fstandarnya adalah 3 menit, didapatkan
sterilisasi air, bakteri acuannya adalah tidak dilakukan perhitungan TPC.
Clostridium botulinum, sama seperti Berdasarkan hasil pengamatan yang
bakteri pada sterilisasi pada susu, hal ini menunjukkan bahwa nilai F proses data
disebabkan karena bakteri ini memiliki dari kelas A pada awalnya adalah 8,65
ketahanan hidup yang paling tinggi. Suhu menit dengan temperatur tertinggi
proses untuk membunuh spora mikroba 121,25oC. Hal ini tidak sesuai dengan
patogen yang dapat membentuk toksin literatur yang menyatakan bahwa nilai F
dan dapat meracuni manusia umumnya standar pada susu dengan suhu 121.1 oC
dilakukan pada 110°C - 130°C selama adalah selama 3 menit sehingga
waktu tertentu, tergantung pada kondisi diperlukanholding temperature dengan
dari produknya. Berikut ini merupakan holding time selama 36 detik sehingga
grafik hasil pengamatan sterilisasi air. pada akhirnya didapatkan Fproses sebesar
3,48 menit dan masih lebih besar
Grafik 11. Sterilisasi Air Kelas A Suhu dibandingkan Fstandarnya. Kelebihan
Terhadap Waktu proses termal ini menyebabkan energi
yang digunakan menjadi boros dan tidak
Sterilisasi Air A efektif, serta mempengaruhi kualitas gizi
150 yang terkandung di dalam sampel. Maka
dari itu diperlukan suhu dan waktu
Temperature
0,4
Temperature (°C)
100
80
Sterilisasi Minyak
60
120
40
100
20
Temperature °C)
(
80
0
60 0 20 40 60 80 100
40
Time (min)
0
0 20 40 60 80 100 Retort merupakan alat sterilisasi
Time (min)
(s yang digunakan ketika melakukan
umber : Dokumentasi Pribadi,2019) sterilisasi dengan jumlah yang banyak.
Grafik 14. Hasil Pengamatan Lethality Sterilisasi adalah proses termal yang
Minyak Kelas B dilakukan pada suhu tinggi >1000C
dengan tujuan utama memusnahkan spora
Sterilisasi Minyak
0,25
patogen dan pembusuk. Suatu produk
0,2 dikatakan steril bila tidak ada satupun
Leth a l i ty Ra te
0
0 20 40
Time (mi n)
60 80 100
Suhu dari retort berbeda dengan
suhu dari bahan. Hal tersebut terjadi
(sumber : Dokumentasi Pribadi,2019) karena retort digunakan untuk
memanaskan bahan yang mana retort
Berdasarkan grafik diatas, dapat harus terlebih dahulu lebih panas
dilihat bahwa terjadi kenaikan suhu pada ketimbang bahan. Setelah beberapa
menit ke- 10 hingga menit ke-30 hingga waktu, suhu retort turun akibat dari
suhu berada pada suhu tertingginya yaitu diserapnya panas oleh bahan tersebut.
116oC dan setelah itu suhu mengalami Akibatnya, suhu turun terus menerus
penurunan kembali. Pada suhu tersebut, sampai selesai.
didapatkan Fproses yang jauh lebih besar Pada pengamatan ini, dapat
dibandingkan Fstandar dari sterilisasi ini dilihat pada grafik bahwa suhu retort
yang adalah 3 menit sehingga diperlukan tertinggi berada disekitar angka 120oC -
holding temperature dan penurunan suhu 121oC dan itu terjadi pada menit ke-40
menjadi 114oC sehingga didapatkan pada data retort kelas A dan terjadi pada
Fproses sebesar 3,328 menit. Adapun menit ke 30 pada pengamatan retort kelas
letalitas dari mikroorganisme pada B. Keduanya menunjukkan waktu yang
sterilisasi minyak tertinggi terjadi pada berbeda, hal ini disebabkan perbedaan
menit ke 36 yaitu 0,2. proses dalam retort yang mungkin terjadi
Grafik 11. Hasil Data Retort Kelas A diantara keduanya seperti perbedaan jenis
Retort A retort, jenis media pemanas, posisi wadah
140 dalam retort, tumpukan wadah,
120
pengaturan kaleng, kemungkinan
Temperature °C)
100
terjadinya nesting dan lain-lain.
(
80
60
40
20
0
0 20 40 60 80 100 120
Time
KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang
telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa ketika sterilisasi dan pasteurisasi
hampir seluruhnya dilakukan holding
temperature karena Fproses melebihi
Fstandar yang dihitung menggunakan
nilai D yang berbeda pada tiap bakterinya.
Bakteri target pada praktikum ini adalah
Clostridium botullinum untuk proses
sterilisasi dan Staphylococcus aureus
utnuk proses pasteurisasi. Proses
sterilisasi pada air, susu, dan minyak
menghasilkan nilai lethality rate yang
berbeda-beda. Proses termal pada
sterilisasi susu ditujukan untuk
membunuh bakteri target Clostridium
botulinum yang optimal pada suhu 118C
dan selama 40 detik. Sterilisasi minyak
untuk membunuh bakteri target
Clostridium botulinum optimal pada suhu
114C selama 3 menit. Proses
pasteurisasi dapat menginaktivasi bakteri
Staphylococcus aureus didapatkan
Fproses nya adalah 3,025 menit ketika
telah dilakukan holding temperature.
DAFTAR PUSTAKA
Bejan, Adrian dan Alan Kraus. 2003. Heat
Transfer Handbook. Canada: John
Wiley and Sons, Inc.
Yuswita, Elia. 2014. Optimasi Proses
Termal untuk Membunuh
Clostridium botulinum. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan Program
Studi Ilmu Pangan, Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I.